Sunteți pe pagina 1din 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin
menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan
karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti kala muda dulu.
Nina kemala sari dari divisi geriatri, departemen ilmu penyakit dalam rs cipto
mangunkusumo, fakultas kedokteran universitas indonesia dalam suatu pelatihan di
kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa masalah yang kerap muncul
pada usia lanjut , yang disebutnya sebagai a series of is. Mulai dari immobility
(imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), incontinence (inkontinensia), intellectual
impairment (gangguan intelektual), infection (infeksi), impairment of vision and hearing
(gangguan penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi),
insomnia (ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).
Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah hipertensi,
gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes mellitus, gangguan fungsi
ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan yang khas dan sering mengganggu lansia
seperti gangguan fungsi kognitif, keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.
Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat sebagai
gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkurang
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang baru saja
terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru
Tujuan
1. Tujuan umum
mengetahui anatomi, fisiologi, dan epidemologi penyakit kardiovaskuler pada
usia lanjut.
2. Tujuan khusus
- mengetahui perubahan anatomik pada jatung,
- mengetahui perubahan fisiologik pada jantung,
- mengetahui gejala, tanda dan diagnosis penyakit jantung pada usia lanjut,
- mengetahui macam macam penyakit jantung pada usia lanjut,
- mengetahui konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan system
kardiovaskuler.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Penyakit kardiovaskuler (pkv) merupakan sebab kematian terbesar pada popolasi
usia 65 tahun keatas di seluruh dunia dengan kematian lebh banyak di negara sedang
berkembang. Diseluruh dunia didapatkan 50 juta kematian setiap tahun, 39 juta terdapat di
negara sedang berkembang. Diperkirakan penyakit kardiovaskuler merupakan 50 % sebab
kematian di negara industri maju dan kematian di negara sedang berkembang (who,
1995).
Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah penting pada usia lanjut, maka dengan
adanya peningkatan populasi golongan ini akan terjadi pula peningkatan penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan sebab utama kematian dan disabilitas
pada usia lanjut, (kannel, 1972).
1. Perubahan anatomic pada jantung
Telah lama kita ketahui bahwa elastisitas dinding aorta pada manusia akan
menurun dengan bertambahnya usia, ini disertai dengan bertambahnya caliber aorta yang
pula dapat diperlihatkan in vivo pada angiokardiogravi (caird, et al, 1985).
Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain,
tetapi malah menjadi hipertrofi. Pada batas umur 30-90 tahun masa jantung bertambah ( 1
gram/tahun pada laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita (lakatta dkk 1987).
Pada katup-katup jantung pun akan terjadi perubahan-perubahan dengan bertambahnya
usia. Pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah
inti sel dari berkurangnya jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi
kolagen dan klasifikasi jaringan fibrosa tersebut. Daun-daun yang mnjadi kaku karena
perubahan-perubahan uni dapat menjadi sebab terdengarnya bising sitolik ejeksi pada
orang-orang usia lanjut tadi (mayeri et al, 1982 dikuip oleh caird et al, 1985).
Perubahan-perubahan pada katup mitral juga menyerupai perubahan-peru bahan diatas
tetapi biasanya dalam derajat yang lebih ringan. Pada katup mitral dapat ditemukan
penebalan moduler daun katup dan juga perkapuran cincin katup sehingga dapat
menyebabkan terdengarnya bising sistolik insufisiensi katup mitral, apalagi bila daun
katup posterior mengalami prolaps kedalam atrium kiri.
Secara garis besar perubahan-perubahan serupa juga terjadi pada katup trikuspidalis dan
pulmonal, tetapi pada umumnya dalam dearajat yang lebih ringan lagi.
Beberapa perubahan anatomi pada kardiovaskuler antara lain:
a. Jantung
Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai bertambahnya
kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan
bukan merupakan akibat dari perubahan intima karena aterosklerosis. Perubahan aorta
ini menjadi sebab apa yang disebut isolated aortic incompetence dan terdengarnya bising
pada apex cordis.
penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil (atrofi) seperti organ tubuh lain,
tetapi malahan terjadi hipertropi. Pada umur 30-90 tahun massa jantung bertambah (
1gram/tahun pada laki-laki dan 1,5 gram/tahun pada wanita).
pada daun dan cincin katup aorta perubahan utama terdiri dari berkurangnya jumlah inti
sel dari jaringan fibrosa stroma katup, penumpukan lipid, degenerasi kolagen dan
kalsifikasi jaringan fibrosa katup tersebut. Dau katup menjadi kaku, perubahan ini
menyebabkan terdengarnya bising sistolik ejeksi pada usia lanjut. Ukuran katup jantung
tampak bertambah. Pada orang muda katup antrioventrikular lebih luas dari katup
semilunar. Dengan bertambahnya usia terdapat penambahan circumferensi katup, katup
aorta paling cepat sehingga pada usia lanjut menyamai katup mitral, juga menyebabkan
penebalan katup mitral dan aorta. Perubahan ini disebabkan degenerasi jaringan
kalogen, pengecilan ukuran, penimbunan lemak dan kalsifikasi. Kalsifikasi sering terjadi
pada anulus katup mitral yang sering ditemukan pada wanita. Perubahan pada katup aorta
terjadi pada daun atau cincin katup. Katup menjadi kaku dan terdengar bising sistolik
ejeksi.
b. Pembuluh darah otak
Otak mendapat suplai darah utama dari arteria karotis interna dan a.vertebralis.
Pembentukan plak ateroma sering dijumpai didaerah bifurkatio kususnya pada pangkal
arteri karotis interna, sirkulus willisii dapat pula terganggu dengan adanya plak ateroma
juga arteri-arteri kecil mengalami perubahan ateromatus termasuk fibrosis tunika media
hialinisasi dan kalsifikasiWalaupun berat otak hanya 2% dari berat badan tetapi
mengkomsumsi 20% dari total kebutuhan oksigen komsumsion. Aliran darah serebral pada
orang dewasa kurang lebih 50cc/100gm/menit pada usia lanjut menurun menjadi
30cc/100gm/menit.
Perubahan degeneratif yang dapat mempengaruhi fungsi sistem vertebrobasiler
adalah degenerasi discus veterbralis (kadar air sangat menurun, fibrokartilago meningkat
dan perubahan pada mukopoliskharid). Akibatnya diskus ini menonjol ke perifer
mendorong periost yang meliputinya dan lig.intervertebrale menjauh dari corpus
vertebrae. Bagian periost yang terdorong ini akan mengalami klasifikasi dan membentuk
osteofit. Keadaan seperti ini dikenal dengan nama spondilosis servikalis.
Discus intervertebralis total merupakan 25% dari seluruh collumna vertebralis
sehingga degenerasi diskus dapat mengakibatkan pengurangan tinggi badan pada usia
lanjut. Spondilosis servikalis berakibat 2 hal pada a.vertebralis, yaitu:
1. Osteofit sepanjang pinggir corpus vetebrales dan pada posisi tertentu
bahkan dapat mengakibatkan oklusi pembuluh arteri ini.
2. Berkurangnya panjang kolum servikal berakiabat a.verterbalies menjadi
berkelok-kelok. Pada posisi tertentu pembuluh ini dapat tertekuk
sehingga terjadi oklusi.
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut seperti
telah diuraikan diatas, dapat dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan
terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun fungsi jantung dan
bahkan fungsi otak.
C. Pembuluh darah perifer
Arterosclerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteria perifer yang
menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan
iskimia jaringan otot yang menyebabkan keluhan kladikasio.
2. Perubahan fisiologik pada jantung
Pengatur irama jantung oleh simpul sa ternyata menurun dengan bertambahnya
umur. Denyut jantung maksimum pada latihan (exercise) ternyata menurun pada
bertambahnya umur ini. Isi semenit jantung (cardiac output) juga menurun dengan naiknya
umur. Ini disebabkan sebagian karena menurunnya isi sekuncup meskipun orang usia
lanjut biasanya secara fungsional berusaha memperbaiki isi semenitnya dengan jalan
menambah frekuensi denyut jantung. Daya cadangan jantung pada usia lanjut menurun.
Bahkan menurut pietro (1985) menyatakan bahwa isi semenit menurun rata-rata 1%
setahunnya sesudah usia pertengahan. Aritmia berupa ekstra systole dikatakan ditemukan
pada lebih 10% penderita-penderita usia lanjut yang diperiksa ekg-nya secara rutin.
Aritmia ringan semacam ini biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus.
Kelainan fungsi sistolik berupa gangguan relaksasi disebabkan pengurangan
compliance jantung pada permulaan diastole. Pada umur diantara 20-80 tahun terjadi
pengurangan 5% pengisian ventrikel pada permulaan diastole (gerstenblith et all, 1977).
Dengan adanya penambahan masa lf (ventrikel kiri) dan pengurangan compliance
maka perubahan jantung pada usia lanjut menyerupai kelainan jantung pada hipertensi.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada jantung :
pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (agingpigment) pada
serat-serat miokardium.
1. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung. Selain itu pada katup juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumferens
menjadi lebih besar sehingga katup menebal. Bising jantung (murmur) yang
disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.
2. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakanpengatur
irama jantung. Sel-sel dari nodus sa juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak
manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus av tidak berkurang, tapi akan
terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas his juga akan
ditemukan kehilangan pada tingkat selular. Perubahan ini akan mengakibatkan
penurunan denyut jantung.
3. Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini
menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit walaupun
terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga
melambat.
4. Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan
karena menurunnya perfusi jaringan akibat tekanan diastolik menurun.

3. Gejala, tanda dan diagnosis penyakit jantung pada usia lanjut


Sifat-sifat penyakit pada golongan lanjut usia yang bersifat umum, ialah patologi multiple,
gejala-gejala dan tanda-tanda yang tersembunyi (occult), tidak khas, atipik, beraneka
ragam, seringpula asistomatik, progresif dan sering bersifat kronik sehingga menimbulkan
invaliditas sukup lama sebelum meninggal (stieglitz, 1954; boedi dharmojo, 1982).
Nyeri dcan sesak napas seringkali dirasa dalam derajad yang biasa ringan. Nyeri
angina pectoris yang khas jarang sekali ditemui. Ini mungkin disebabkan karena orang usia
lanjut daerah-daerah yang iskemik adalah daerah aliran pembuluh koroner kecil, lagipula
usia demikian tua terdapat kehilangan nyata ujung-ujung syaraf sensorik (caird dkk, 1985).
Rasa cepat lelah (fantique) yang hebat lebih sering ditemukan dari rasa napas
sesak. Namun sesaak nafas tengah malamlebih sering ditemukan daripada dekompensasi
kordis pada orang yang lebih muda.
Bising sistolik yang sering kali ditemukan pada penderita lanjut usia, ini dapat
ditemukan pada 60% penderita demikian (bruns, dkk, dikutip oleh chaird dkk, 1985).
Suatu penemuan lain dilaporkan ditemukan bising sistolik yang asistematik pada 28%
enderita yang berusia 65 tahun keatas (kotler dkk, 1981).
Pemeriksaan ekg merupakan suaatu alat yang terpercaya untuk diagnosis aritmia.
Kelainan ekg ini sering didapatkan pada penderita-penderita usia lanjut dan hamper selalu
mempunyai prognosis yang buruk (chaird dkk, 1985). Selain itu pemeriksaan radiologic
mempunyai kegunaan yang kurang disbanding degan pemeriksaan ekg. Cardiothoracic
ratio (ctr) bertambah dengan naiknya usia, sehingga harga diatas 50 % tidak usah selalu
berarti adanya pembesaran jantung, bila keadaan ini ditemukan pada penderita lanjut usia.
4. Macam-macam penyakit jantung pada usia lanjut
a. Penyakit jantung koroner (pjk)
PJK merupakan suatu penyakit jantung yang sering ditemukan pada orang usia
lanjut yaitu pada studi populasi ditemukan pada 20% pria dan 12% wanita yang berusia 65
tahun keatas (kennedy dkk, 1977).
Angina pectoris pada usia lanjut biasanya disertai dengan rasa nyeri dengan
derajat lebih ringan disbanding dengan pada usia menengah. Pengelolaan keluhan ini pada
umumnya sama dengan usia dewasa. Hasil operasi pintas koroner-pun pada usia lanjut
menunjukkan keberhasilan sampai 95% (knapp dkk,dikutip oleh chaird dkk, 1985).
Infark miokard akut (ima) pada usia lanjut dikatakan banyak yang tidak khas keluhannya
pada usia menengah. Manifestasi yang paling sering ialah : keadaan bingung akut,episode
simkope, hemiplegia, oklusi embolik, gagal ginjal, muntah-muntah dan kelemahan hebat.
Suatu studi oleh rodstein (dikutipoleh chaird dkk, 1985) menemukan hanya 29% kasus
miokard yang klinis khas, 40% atipis dan 31% sama sekali silent.
Prevensi usia lanjut silent miocardial ishkemia (smi) lebih tinggi daripada usisa
muda. Hal ini disebabkan ganggua persesi rasa sakit. Penelitian framingham melaporkan
25% penderita dengan silent myocardial infarction terutama terdapat pada usia lanjut.
b. Hipertensi dan penyakit jantung hipertensif
Tekanan darah, baik tekanan rerata maupun prevelensi kenaikan tensi naik dengan
bertambahnya usia, kecuali pada kelompok-kelompok primitive tertentu (boedi-dharmojo,
1985).
Yang terpenting untuk diketahui pada golongan lanjut usia inni adalah
kecenderungan labilitas tekanan darah, serta mudahnya terjadi hipotensi postural. Maka
dari itu dianjurkan untuk selalu mengukur tekanan darah pada posisi tidur dan tegak. Baik
pada permulaan pemeriksaan maupun pada waktu control pengobatan. Apabila hipertensi
ini tidak dikontrol dengan seksama dan teratur dengan sendirinya akan terjadi penyakit
jantung hipertensif (pjh) dan komplikasi-komplikasi pada target organ yang lain yang pada
gilirannya nantu akan memberi komplikasi pjk atau gagal jantung dengan segala
konsekuensinya.
Penelitian framingham menunnjukkan bahwa pada penderita hipertensi terdapat
kenaikan mortalitas total dua kali mortalitas kardiovaskuler tiga kali lebih tinggi dari
normotensi dan hal ini lebih signifikan pada wanita setelah berusia lebih dari 65 tahun.
Hipertrovi ventrikel kiri merupakan komplikasi hipertensi pada jantung yang
sangat penting. Data framingham study menunjukkan bahwa hipertrofi ventrikel kiri (lvh)
meninggi mordibitas dan mortilitas pada usia lanjut (levy, 1988, dikutip oleh anityo dkk).
C. Penyakit jantung valvular
Penyakit jantung valvular makin banyak dijumpai pada usia lanjut dengan
manivestasi klinik yang sering berbeda dengan penderita usia muda (roeland an meeter,
1933). Katup yang sering terkena yaitu katup mitral dan aorta yang berupa kelainan
degenerative dan klasifikasi. Penyakit jantung valvular merupakan penyebab gagal jantung
usia lanjut setelah pjk dan hipertensi.
Penyakit jantung valvular dapat disebabkan perubahan degenerasi dan klasifikasi
yang menyebabkan sklerosis aorta, klasifikasi annulus, stenosis aorta. Pada katub juga data
ditemukan degenerasi mukoid yang menyebabkan prolabs katub. Di negara berkembang
harus difikirkan penyakit jantung reumatik (pjr) yang biasanya terdapa pada anak dan
dewasa muda,
Kelainan katup yang sering dijumpai adalah katup aorta dan mitral. Progresivitas
pjr pada usia lanjut sukar diperhitungkan.
Stenosis aorta merupakan kelainankatup yang sering dijumpai pada usia lanjut.
Perubahan degenerasi yang dijumpai ialah klasifikasi dan degenerasi mukoid. Pada
umumnya stenosis aorta pada penderita yang berusia kurang dari 60 tahun disebabkan oleh
katup bicuspid dan pjr (khotler dkk, 1992). Pada penderita usia 60-70 tahun proses
klasifikasi pada katub bicuspid dan degenerative stenosis aorta disebabkan proses
klasifikasi.
D. Penyakit vaskular perifer
Gejala yang paling sering adalah rasa terbakar, kram, atau nyeri sangat yang terjadi pada
saat aktivitas fisik dan menghilang pada saat istirahat. Ketik penyakit semakin
berkembang, nyeri tidak lagi dapat hilang dengan istirahat. Jika klien mempertahankan
gaya hidup yang kurang gerak, penyakit ini mungkin telah berlanjut ketika nyeri pertama
muncul. Tanda dan gejala lain yaitu ekstremitas dingin, perubahan trofik (misalnya
kehilangan rambut yang tidak seimbang, deformitas kuku, atrofi jari-jari dari
anggota gerak yang terkena), tidak terabanya denyut nadi, dan mati rasa.
E, Penyakit katup jantung
Manifestasi klinis dari penyakit katup jantung bervariasi dari fase kompensasi sampai pada
fase pascakompensasi. Selama fase kompensasi tubuh menyesuaikan perubahan pada
struktur dan fungsi katup, menghasilkan sedikit tanda dan gejala yang muncul. Lnsia
dapat turut berperan dalam fase ini melalui peningkatan gaya hidup yang menghabiskan
sebagian besar waktunya dengankurang gerak yang menempatkan tuntutan kebutuhan
yang lebih kecil pada jantung untuk curah jantungnya
Bila fase pascakompensasi dicapai, biasanya mengindikasikan disfungsi yang berat
pada katup yang terpengaruh. Gejalanya bervariasi bergantung pada katup yang terlibat
tetapi secara umum terdiri atas dispnea pada saat beraktivitas, nyeri dada tipe agina, dan
gejala-gejala jantung kanan atau kiri atau keduanya.murmur secara khas tedengar pada saat
auskultasi.
Konsep asuhan keperawatan pada lansia dengan gangguan system kardiovaskuler
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan/keperawatan
keluhan utama :
nyeri dada
sesak nafas
edema
Riwayat kesehatan : Digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan yang
mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
nyeri
Lokasi, durasi, awal pencetus, kwalitas, kuantitas, faktor yang memperberat /
memperingan, tipe nyeri
integritas neurovaskuler
Mengalami panas, mati rasa, dan perasaan geli
status pernafasan
Sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe, paroxysmal nocturnal dyspnoe dan
efek latihan pada pernapasan
Ganngguan sirkulasi
Peningkatan berat badan, perdarahan, pasien sudah lelah
Riwayat kesehatan sebelumnya
Penyekit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan
potensial penyakit keturunan.
Kebiasaan pasien
diet, latihan, merokok dan minuman.
Riwayat perkembangan :
Struktur system kardiovaskuler berubah sesuai usia.
Efek perkembangan fisik denyut jantung.
Produksi zat dalam darah.
Tekanan darah.
Riwayat sosial :
Cara hidup pasien.
Latar belakang pendidikan
Sumber-sumber ekonomi.
Agama.
Kebudayaan dan etnik
Riwayat psikologis :
informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan keperawatan.
mengidentifikasi stress/sumber stress.
mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping.
b. Pengkajian fisik
1. Jantung
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada
jantung. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik khusus pada jantung, maka
penting terlebih dahulu melihat pasien secara keseluruhan/keadaan umum
ermasuk mengukur tekanan darah, denyut nadi, suhu badan dan frekuensi
pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
bentuk tubuh gemuk/kurus
anemis
sianosis
sesak nafas
keringat dingin
muka sembab
oedem kelopak mata
asites
bengkak tungkai/pergelangan kaki
clubbing ujung jari-jari tanga
Pada pasien khususnya penyakit jantung amat penting melakukan pemeriksaan
nadi adalah :
kecepatan/menit
kuat/lemah (besar/kecil)
teratur atau tidak
isi setiap denyut sama kuat atau tidak.

Inspeksi
Lihat dan perhatikan impuls dari iktus kordis. Mudah terlihat pada pasien yang
kurus dan tidak terlihat pada pasien yang gemuk atau emfisema pulmonum. Yang perlu
diperhatikan adalah titik impuls maksimum (point of maximum impulse). Normalnya
berada pada ruang intercostals v pada garis midklavikular kiri.
Apabila impuls maksimum ini bergeser ke kiri berarti ada pembesaran jantung kiri atau
jantung terdorong atau tertarik kekiri.
Toraks/dada
Pasien berbaring dengan dasar yang rata. Pada bentuk dada veussure cardiac
dinding totaks di bagian jantung menonjolm menandakan penyekit jantung congenital.
Benjolan ini dapat dipastikan dengan perabaan.vena jugularis eksterna (dileher kiri dan
kanan)
Teknik :
posisi pasien setengah duduk dengan kemiringan 45
leher diluruskan dan kepala menoleh sedikit kekiri pemeriksa di kanan pasien
perhatikan vena jugularis eksterna yang terletak di leher ; apakah terisi
penuh/sebagian, di mana batas atasnya bergerak naik turun.
dalam keadaan normal vena jugularis eksterna tersebut kosong/kolaps.
vena jugularis yang terisi dapat disebabkan oleh :
o payah jantung kanan (dengan atau tanpa jantung kiri).
o tekanan intra toraks yang meninggi.
o tamponade jantung.
o tumor mediastinum yang menekan vena cava superior.
Palpasi
Palpasi dapat mengetahui dan mengenal ukuran jantung dan denyut jantung. Point
of maximum impuls dipalpasi untuk mengetahui getaran yang terjadi ketika darah
mengalir melalui katup yang menyempit atau mengalami gangguan.
Dengan posisi pasien tetap terlentang kita raba iktus kordis yang kita amati pada
inspeksi. Perabaan dilakukan dengan 2 jari (telunjuk dan jari tengah) atau dengan
telapak tangan.
Yang perlu dinilai adalah :
Lebar impuls iktus kordis
Kekuatan angkatnya
Normal lebar iktus kordis tidak melebihi 2 jari. Selain itu perlu pula
dirasakan (dengan telapak tangan) :
Bising jantung yang keras (thrill)
Apakah bising sistolik atau diastolic
Bunyi murmur
Friction rub (gesekan pericardium dengan pleura
Iktus kordis yang kuat dan melebar tanda dari pembesaran/hipertropi otot jantung
akibat latihan/atlit, hipertensi,hipertiroid atau kelainan katup jantung.
Perkusi
Dengan posisi pasien tetap berbaring/terlentang kita lakukan pemeriksaan perkusi.
Tujuannya adalah untuk menentukan batas jantung (batas atas kanan kiri). Teknik
perkusi menuntut penguasaan teknik dan pengalaman, diperlukan keterampilan
khusus. Pemeriksa harus mengetahui tentang apa yang disebut sonor, redup dan
timpani.
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi untuk menentukan denyut jantung, irama jantung, bunyi
jantung, murmur dan gesekan (rub)
Bunyi jantung perlu dinilai kualitas dan frekuensinya. Bunyi jantung merupakan
refleksi dari membuka dan menutupnya katup dan terdengar di titik spesifik dari
dinding dada.
2. Pembuluh darah
Inspeksi
Pada pemeriksaan ini untuk mengobservasi warna, ukuran dan sirkulasi perifer.
Palpasi
Untuk mengetahui suhu, edema dan denyutan. Pemeriksa dapat menekan tempat
tersebut dengan ketentuan :
+ 1 = cekung sedikit yang cepat hilang.
+ 2 = cekung menghilang dalam waktu 10-15 detik.
+ 3 = cekung dalam yang menghilang dalam waktu 1-2 menit.
+ 4 = bebas cekungan hilang dalam waktu 5 menit atau lebih.
Auskultasi
Pada pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendengar bunyi arteri.
2. Diagnosa keperawatan
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
b.Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan o2 terhadap kebutuhan
tubuh.
3. Rencana intervensi.
a. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.
Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung,
melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban
kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 2 ml/kgbb.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi nadi, rr, td secara Memonitor adanya perubahan
teratur setiap 4 jam. sirkulasi jantung sedini mungkin.
Catat bunyi jantung. mengetahui adanya perubahan irama
Kaji perubahan warna kulit jantung.
terhadap sianosis dan pucat. pucat menunjukkan adanya
Pantau intake dan output setiap penurunan perfusi perifer terhadap
24 jam. tidak adekuatnya curah jantung.
Batasi aktifitas secara adekuat. Sianosis terjadi sebagai akibat
Berikan kondisi psikologis adanya obstruksi aliran darah pada
lingkungan yang tenang. ventrikel.
ginjal berespon untuk menurunkna
curah jantung dengan menahan
produksi cairan dan natrium.
istirahat memadai diperlukan untuk
memperbaiki efisiensi kontraksi
jantung dan menurunkan komsumsi
o2 dan kerja berlebihan.
Stres emosi menghasilkan
vasokontriksi yangmeningkatkan td
dan meningkatkan kerja jantung.

B. Intolerans aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan o2 terhadap kebutuhan tubuh.


tujuan: pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.
kriteria hasil: pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan,istirahat tidur tercukupi.
Rencana intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Ikuti pola istirahat pasien, Menghindari gangguan pada
hindari pemberian istirahat tidur pasien sehingga
intervensi pada saat kebutuhan energi dapat dibatasi
istirahat. untuk aktifitas lain yang lebih
penting.
Lakukan perawatan dengan Meningkatkan kebutuhan istirahat
cepat, hindari pengeluaran pasien dan menghemat energi
energi berlebih dari pasien. paisen.
Bantu pasien memilih
kegiatan yang tidak Menghindarkan psien dari kegiatna
melelahkan. yang melelahkan dan meningkatkan
Hindari perubahan suhu beban kerja jantung.
lingkungan yang mendadak. Perubahan suhu lingkungna yang
Kurangi kecemasan pasien mendadak merangsang kebutuhan
dengan memberi penjelasan akan oksigen yang meningkat.
yang dibutuhkan pasien dan Kecemasan meningkatkan respon
keluarga. psikologis yang merangsang
Respon perubahan keadaan peningkatan kortisol dan
psikologis pasien meningkatkan suplai o2.
(menangis, murung dll) Stres dan kecemasan berpengaruh
dengan baik. terhadap kebutuhan o2 jaringan.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah penting pada usia lanjut, maka dengan
adanya peningkatan populasi golongan ini akan terjadi pula peningkatan penyakit
kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler merupakan sebab utama kematian dan disabilitas
pada usia lanjut
Perubahana anatomic pada jantung seiring dengan beratambahnya usia meliputi :
1. Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging
pigment) pada serat-serat miokardium.
2. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa yang menjadi rangka dari
jantung.
3. Terdapat penurunan daya kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur
irama jantung.
4. Terjadi penebalan dari dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini
menyebabkan jumlah darah yang dapat ditampung menjadi lebih sedikit
walaupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke
jantung juga melambat.
5. Terjadi iskemia subendokardial dan fibrosis jaringan interstisial.
Macam-macam penyakit jantung pada usia lanjut :
1. Penyakit jantung koroner (pjk)
2. Hipertensi dan penyakit jantung hipetensif
3. Penyakit jantung valvular
4. Penyakit vaskular perifer
5. Penyakit katup jantung
Saran
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep hipertensi pada lansia dan
disarankan perawat lebih banyak lagi mencari informasi tentang hipertensi pada lansia
sehingga bisa menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat melaksanakan asuhan
keperawatan pada lansia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Martono, hadi.,&dharmojo, boedhi.(1999).geriatri.jakarta:fakultas kedokteran universitas


indonesia.
Kurniadi,rizki(2013).asuhan keperawatan aplikasi nanda, diunduh pada tanggal 26
september 2014 di http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/09/gangguan-
sistem-kardiovaskuler-pada_2872.html
Amien(2013).askep lansia dengan gangguan sistem kardiovaskuler, diunduh pada tanggal
26 september 2014 di http://amienselalutersenyum.blogspot.com/2013/06/askep-lansia-
dengan-gagngguan-sistem.html
Healty(2013).askep gangguan system kardiovaskuler, diunduh pada tanggal 26 september
2014 di http://healthyusandart.blogspot.com/2013/01/askep-gangguan-sistem-
kardiovaskuler.html

S-ar putea să vă placă și