Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
CONTENTS
Published by
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Jakarta-Indonesia
ISSN: 1410-2625
____________________________________________________________________________
Advisory Board:
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti, University of Indonesia
Emil Salim, University of Indonesia
Juwono Sudarsono , University of Indonesia
Muslimin Nasution, MWA Bogor Agricultural University
Nurimansjah Hasibuan, Sriwijaya University
Suroso Imam Zadjuli, Airlangga University
Director:
M. Fadhil Hasan, Director of INDEF
Editor-in-Chief:
Bustanul Arifin, Institutional Economics
Assistants to the Editor:
Deniey Adi Purwanto, Macro Economics, Monetary and Banking
Enny Sri Hartati, Development Economics
Editorial Board:
Aviliani, Banking and Finance
Didik J. Rachbini, Development Economics, Political Economy
Didin S. Damanhuri, Development Economics, Political Economy
Dradjad H. Wibowo, Macro Economics, Development Economics
Faisal H. Basri, Development Economic s
Iman Sugema, Macro Economics, Monetary and Banking
Indra J. Piliang , Political Science
M. Fadhil Hasan, Agricultural Economics, International Trade
M. Nawir Messi, Industry and Trade, Environmental Economics
Ravli Harun, Law
Rina Oktaviani, International Trade
Syamsul Muarif, Industry and Trade
______________________________________________________________________________
Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Review of the Indonesian Economy) is devoted to the study of political economy and
business issues, focusing on encouraging transparency in economic decision making process in Indonesia. The review is
published quarterly in January, April, July and October by the Institute for Development of Economics and Finance (INDEF),
Jakarta, Indonesia. Subscription information, change of address, request for advertising rate and other business
correspondence should be sent to: Bisnis & Ekonomi Politik (Quarterly Review of the Indonesian Economy) INDEF, Jl. Batu
Merah No.45, Pejaten Timur, Jakarta 12510, Indonesia. e-mail at: indef@indo.net.id, Facsimile at +62-21-7919-4018.
Pengantar Redaksi
Alhamdullilah, jurnal Bisnis dan Ekonomi Politik (BEP) Volume 6 Nomor 3 kembali
terbit untuk pembaca sekalian pada bulan Oktober 2005 ini. Jurnal BEP terbit mulai tahun
1997 setiap triwulan sekali. Namun karena beberapa kendala teknis, selama dua tahun
terakhir jurnal ini tidak terbit.
Penerbitan Jurnal BEP terutama dimaksudkan sebagai wujud tanggung jawab intelektual
INDEF untuk mempublikasikan berbagai hasil riset-risetnya. Juga sebagai media tukar
menukar gagasan dan pemikiran serta analisa perkembangan issue dan masalah ekonomi dan
keuangan terkini. Untuk itu kami mengundang para profesional, akademisi dan ilmuwan dari
berbagai disiplin ilmu untuk menulis artikel pada jurnal BEP pada edisi-edisi mendatang.
Jurnal BEP ini mengalami beberapa perubahan, terutama penanggung jawab, editor dan
susunan redaksinya. Hal ini diharapkan untuk memberikan penyegaran dan menjadi tekad
kami bahwa Jurnal BEP ini bisa terbit secara rutin dan tepat waktu.
Salam,
M. Fadhil Hasan
Director
M. Fadhil Hasan
bahwa kemerosotan ekonomi dalam Mulyani akan sangat kental dengan pakem
setahun terakhir ini juga diakibatkan oleh dan warna Washington Consensus
besarnya tekanan eksternal seperti sebagaimana pernah diterapkan oleh
melonjaknya harga minyak dunia, kenaikan Boediono ketika menjadi Menteri
tingkat suku bunga the Fed, bencana tsunami Keuangan dalam kabinet Gotong Royong.
dan gempa bumi di NAD dan Nias, serta Pertanyaannya adalah apakah pengelolaan
ledakan Bom Bali II. Namun langkah dan kebijakan ekonomi seperti ini yang
kebijakan yang diambil pemerintah tidak pernah menjadi salah satu faktor yang
mampu mengurangi dampak negatif, menjadi sebab kekalahan Megawati
bahkan justru menambah persoalan yang Soekarnoputri dapat mengatasi berbagai
dihadapi menjadi lebih kompleks. Selama persoalan ekonomi Indonesia yakni
setahun pemerintahan KIB ekonomi mengembalikan stabilitas makro ekonomi
Indonesia ditandai dengan beberapa ciri sekaligus meng urangi pengangguran dan
sebagai berikut. Pertama, terjadinya kemiskinan dan meningkatkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi dilihat pertumbuhan ekonomi.
dari perkembangan triwulanan. Kedua,
Apalagi ke depan, tampaknya tantangan
merosotnya berbagai indikator makro
dan permasalahan ekonomi masih sangat
ekonomi seperti inflasi dan suku bunga
berat. Dari sisi eksternal setidaknya kita
serta defisit perdagangan dan neraca
menghadapi tiga hal yaitu peningkatan suku
pembayaran. Ketiga, meningkatnya jumlah
bunga internasional, kenaikan harga minyak
pengangguran dan tingkat kemiskinan.
dunia dan melambatnya pertumbuhan
Resuffle kabinet, terutama ekonomi dunia. Dari sisi internal,
menyangkut tim ekonomi KIB yang masalahnya lebih berat lagi yaitu
dilakukan oleh Presiden SBY pada tanggal 5 meningkatnya kemiskinan, pengangguran
Desember 2005 merupakan pengakuan yang semakin banyak, meningkatnya inflasi
lemah dan buruknya pengelolaan kebijakan dan suku bunga, dan kemungkinan
ekonomi selama ini sehingga gagal terjadinya perlambatan pertumbuhan
membawa ekonomi ke arah stabilitas yang ekonomi.
lebih baik dan pertumbuhan yang lebih
Imbas langsungnya dari kenaikan harga
tinggi. Namun, apakah dengan tim
BBM sangat dirasakan oleh masyarakat,
ekonomi baru dibawah Dr. Budiono
walaupun tim ekonomi pernah berjanji
sebagai Menko Perekonomian dan Dr. Sri
bahwa tahun depan tidak akan terjadi
Mulyani sebagai Mehteri Keuangan akan
kenaikan harga BBM lagi, tetapi indikasi
terjadi perubahan paradigma dalam
bahwa janji itu akan dilanggar semakin kuat.
pengelolaan kebijakan ekonomi kita.
Asumsi harga minyak dunia dalam RAPBN
Banyak pihak yang memperkirakan bahwa
2006 adalah USD 57 per barel, dan
pengelolaan kebijakan dan program
tampaknya tren harga minyak dunia
ekonomi di bawah duet Boediono-Sri
semakin menjauh dari asumsi tersebut.
Abstract
The paper evaluates monetary policy of the economic team during the fist year there has been some changes in
the institutional settings, policy mechanisms, targets and instruments. The policy on inflation targeting
framework (ITF) is among major changes, where monetary policy is directed to improve the economic capacity,
from the supply side. However this policy is not easily implemented in the situation of unfavorable external
factor such as the fed interest rate, world oil price, and regional foreign exchange. In addition, internal factors
such as money supply, liquidity of banking sectors, and disequilibrium the supply of and demand for foreign
exchange better coordination of monetary authority and fiscal authority is as a strong pre-requisite of proper
policy for economic recovery.
1 Peneliti INDEF
terpisahkan dalam penerapan ITF secara yaitu sebesar Rp.9.860 per Dollar AS. Nilai
khusus maupun stabilitas moneter secara ini bisa dikatakan nilai tukar terendah dalam
umum. Pada akhirnya antisipasi terhadap paling tidak 3 tahun terakhir. Namun
faktor-faktor eksternal dan konsolidasi demikian sejatinya indikasi akan adanya
kebijakan antar bidang menjadi prasyarat pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap
mutlak dalam penyusunan kerangka Dollar AS ini sudah terjadi sejak awal tahun
kebijakan moneter yang strategis dan efektif. 2004. Sejak Januari 2004 Rupiah terus
terdepresiasi hingga kisaran September
2004. Kemudian Rupiah sempat membaik
2. Krisis Nilai Tukar
sebagai respon positif pasar terhadap
Dalam beberapa bulan terakhir tekanan pelaksanaan pemilu 2004 dan ekspektasi
terhadap nilai tukar nilai tukar rupiah atas pemerintahan terpilih. Namun hal ini
terhadap Dollar AS semakin memburuk. kemudian tidak berlangsung lama, pada
Krisis nilai tukar ini terjadi sejak Februari akhir tahun 2004 Rupiah kembali
2005 ini dimana nilai tukar terdepresiasi terdepresiasi dan menunjukkan
rata-rata sepanjang bulan Februari sebesar kecenderungan untuk terus terdepresiasi.
6.35 basis point. Sejak itu kemudian Pada awalbulan Oktober 2005, nilai tukar
pelemahan nilai tukar rupiah terus berlanjut Rupiah terhadap Dollar AS sudah berkisar
hingga mencapai puncaknya pada 5/ 7/ 2005 Rp.10.232,- (Nilai Tengah Bank Indonesia).
Gambar 1.
Perkembangan Nilai Tukar Harian Rupiah Terhadap Dollar AS
8,300
8,600
8,900
9,200
9,500
9,800
10,100
? 18 Oktober 2004
10,400
Kabinet Indonesia Bersatu
10,700
11,000
02/08/04
02/09/04
02/10/04
02/11/04
02/12/04
02/01/05
02/02/05
02/03/05
02/04/05
02/05/05
02/06/05
02/07/05
02/08/05
02/09/05
02/10/05
Gambar 2.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
dan Tingkat Bunga The Fed
8,400 4.00
8,600
3.50
8,800
3.00
9,000
2.50
9,200
Persen
Rp/US$
9,400 2.00
9,600
1.50
9,800
1.00
10,000
0.50
10,200
Dec-04
Jul-05
Feb-05
Mar-05
Jan-05
Jun-05
Oct-04
Oct-05
Sep-04
Sep-05
Aug-04
Aug-05
Apr-05
RP/US$ IR_FED
Gambar 3.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar
dan Harga Minyak Mentah di Pasar Dunia
8,000 70.00
8,200 65.00
8,400
60.00
8,600
55.00
8,800
50.00
USD/Barrel
9,000
Rp./USD
9,200 45.00
9,400 40.00
9,600
35.00
9,800
30.00
10,000
10,200 25.00
10,400 20.00
Feb-05
Mar-05
Nov-04
Dec-04
May-05
Jan-05
Jun-05
Jul-05
Oct-04
Oct-05
Sep-04
Sep-05
Aug-04
Aug-05
Apr-05
KURS RP CRUDEOIL_PRICE
dengan Rupiah baru terjadi setelah Februari bahkan jika kemudian beberapa waktu
2005. Jadi selain terdepresiasi terhadap belakangan mata uang regional juga
Dolar AS, Rupiah juga secara persisten mengalami depresiasi. Dengan kata lain
berdeviasi dari pergerakan nilai tukar mata kalaupun ada dampak rembetan (contagion
uang regional. Dengan kata lain, dalam effect) depresiasi mata uang regional sangat
sudut pandang waktu, depresiasi nilai tukar mungkin tidak sebesar yang diakibatkan
Rupiah terhadap Dollar AS lebih dulu oleh peningkatan suku bunga The Fed atau
terjadi baru kemudian diikuti oleh mata harga minyak mentah di pasar regional.
uang regional lainnya. Masalahnya berbeda
Gambar 4.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
dan Beberapa Mata Uang Regional Terhadap Dollar AS
8,400 36.00
8,700
38.00
9,000
Bath/USD
Rp/USD
9,300
40.00
9,600
9,900
42.00
10,200
10,500 44.00
Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul- Aug- Sep- Oct-
04 04 04 04 04 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05
RP/USD BATH/USD
8,400 900
8,700
9,000
1,000
Won/USD
Rp/USD
9,300
9,600
1,100
9,900
10,200
10,500 1,200
Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul- Aug- Sep- Oct-
04 04 04 04 04 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05
RP/USD WON/USD
8,400 1.55
8,700
1.60
9,000
SGD/USD
Rp/USD
9,300
1.65
9,600
9,900
1.70
10,200
10,500 1.75
Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul- Aug- Sep- Oct-
04 04 04 04 04 05 05 05 05 05 05 05 05 05 05
RP/USD SGD/USD
Sementara itu dari sisi internal, kelebihan likuiditas. Kelebihan likuiditas ini
melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap kemudian menyebabkan pasokan Rupiah
Dollar AS didorong oleh beberapa hal, yang berlebih, sehingga menyebabkan nilai
pertama kelebihan likuiditas sektor tukar Rupiah terdepresiasi. Pada gambar 5
perbankan. Disintermediasi perbankan berikut tampak bahwa loan to deposit ratio
yang terjadi sejak krisis perbankan di Tahun (LDR) bank umum di Indonesia tidak
1998 turut memberikan tekanan terhadap pernah beranjak di atas 60%. Rendahnya
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. LDR yang mencerminkan intermediasi
Perbankan pasca krisis sedemikian rupa perbankan ini terjadi paling tidak sejak
berupaya untuk memulihkan kepercayaan tahun 1999. Sementara itu hingga Juli 2005,
masyarakat. Ini kemudian terealisasi dalam Capital Adequacy Ratio (CAR) masih berada
besarnya simpanan ataupun dana pihak pada kisaran 18,45%. Kedua indikator
ketiga sektor perbankan secara keseluruhan. terakhir menjadi bukti kuat bahwa bank-
Namun pulihnya kepercayaan masyakarakat bank di Indonesia pada umumnya masih
ini belum tercermin dari sisi penyaluran mengalami over liquid.
kredit. Perbankanpun kemudian mengalami
Gambar 5.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Dollar AS, CAR dan LDR
8,600 60.00
8,800 50.00
9,000 40.00
9,200 30.00
9,400 20.00
9,600 10.00
9,800 0.00
Aug- Sep- Oct- Nov- Dec- Jan- Feb- Mar- Apr- May- Jun- Jul-05
04 04 04 04 04 05 05 05 05 05 05
CAR LDR RP/USD
yang wajar jika kemudian terus inflasi di atas, terdapat beberapa hal penting
meningkatnya suku bunga The Fed, harga yang seharusnya menjadi perhatian
minyak mentah di pasar dunia dan kondisi pemerintah dan otoritas moneter.
perbankan yang over liquid menyebabkan
Pertama, inflasi ke depan akan sangat
spekulasi terhadap Rupiah meningkat.
dipengaruhi oleh faktor fundamental dan
Belum lagi terkait dengan kepercayaan
faktor non fundamental. Diantara faktor
masyarakat terhadap kebijakan pemerintah
fundamental yang ada, nilai tukar Rupiah
yang semakin penuh dengan pertanyaan.
terhadap Dollar AS akan berpengaruh
Hal ini kemudian mendorong terjadinya
cukup signifikan terhadap inflasi. Apabila
peningkatan pembelian valuta asing
Rupiah terus terdepresiasi maka hal ini akan
terutama Dollar AS.
berdampak cukup besar terhadap inflasi.
Faktor fundamental lainnya adalah
ekspektasi masyarakat. Dengan kondisi nilai
3. Inflasi
tukar yang belum sepenuhnya stabil,
Tekanan terhadap nilai tukar ditambah dengan kebijakan di bidang fiskal
berdampak terhadap terjadi peningkatan yaitu kenaikan harga BBM maka espektasi
harga-harga. Pada akhir 2004, inflasi IHK masyarakat terhadap harga-harga akan terus
dapat dipertahankan di bawah 6%. Namun meningkat. Pada gilirannya hal ini akan
kemudian sejak Januari 2005, inflasi terus memberikan tekanan yang cukup besar
mengalami peningkatan. Bahkan lonjakan terhadap inflasi.
inflasi sempat mencapai angka 9%
Sementara itu, dari faktor non
bertepatan dengan kenaikan harga BBM
fundamental, harga barang -barang volatile
periode pertama oleh pemerintahan kabinet
foods dan administered prices akan memberikan
Indonesia Bersatu di bulan Maret 2005. 2
tekanan terhadap inflasi cukup besar hingga
bulan setelah pengumuman kenaikan harga
akhir tahun 2005. V olatile foods (seperti
BBM, inflasi dapat ditekan turun namun
beras, cabe merah dan kebutuhan rumah
kemudian kembali merangkak naik menuju tangga lainnya) akan mengalami
angka 9%. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan harga yang cukup besar selain
akumulasi dampak kenaikan harga BBM berkaitan dengan perayaan hari besar
tidak dapat diminimalisir secara optimal keagamaan baik Idul Fitri dan Natal, juga
oleh pemerintah. Selain itu dampak dari akibat kenaikan harga BBM di awal
kenaikan harga BBM periode pertama ini Oktober 2005. Sementara itu barang-barang
terhadap inflasi masih terus berjalan. administered prices utamanya BBM dipastikan
Pemerintah kemudian kembali menaikkan mengalami peningkatan rata-rata sebesar
harga BBM hingga rata-rata di atas 100% 100%.
menjelang akhir tahun 2005. tekanan
Kedua, tekanan yang sedemikian besar
terhadap inflasi diperkirakan semakin besar terhadap harga-harga menimbulkan
pada akhir tahun 2005. Dari perkembangan kekawatiran bahwa inflasi akan melampaui
2 digit pada akhir 2005. Jika hal ini terjadi, sulit tercapai. Bahkan, inflasi yang
maka hyper inflation tidak dapat dihindari dan sedemikian tinggi akan berdampak terhadap
akan berdampak lebih besar lagi terhadap pertumbuhan ekonomi sehingga target
perekonomian secara keseluruhan. Stabilitas pertumbuhan ekonomi sebesar 6% akan
moneter dan bahkan makro ekonomi akan sulit dicapai.
.
Gambar 6.
Perkembangan Nilai Tukar dan Inflasi
10,500 9.50
10,300 9.00
10,100
8.50
9,900
8.00
9,700
Rp/USD
Persen
9,500 7.50
9,300 7.00
9,100
6.50
8,900
6.00
8,700
8,500 5.50
8,300 5.00
jul-04
jul-05
jan-04
apr-04
jun-04
aug-04
jan-05
apr-05
jun-05
aug-05
sep-04
nov-04
dec-04
sep-05
mei-04
mei-05
mrt-04
mrt-05
okt-04
feb-04
feb-05
KURS INFL
menahan laju depresiasi juga secara lebih lebih besar lagi. Sementara pada periode
luas diarahkan memberikan efek kontraktif Agustus, otoritas moneter bisa jadi mulai
terhadap perekonomian. Atau dari sudut menyadari risiko yang lebih besar dari
pandang yang sedikit berbeda, pada periode tekanan-tekanan yang akan terjadi dan
Juli, kebijakan moneter masih berupaya dampaknya terhadap perekonomian secara
untuk mengatasi depresiasi nilai tukar yang keseluruhan.
terjadi dan mengantispasi tekanan yang
Tabel 1.
Kebijakan Bank Indonesia pada Periode Juli dan Agustus 2005
Namun dari kedua paket kebijakan perbankan dalam negeri bisa saja efektif
yang dilaksanakan, terdapat beberapa hal karena dengan demikian akan menambah
yang seyogyanya menjadi perhatian otoritas pasokan valuta asing di dalam negeri. Yang
moneter. Pertama, pada paket kebijakan menjadi pertanyaan kemudian seberapa
Juli 2005. Langkah mewajibkan BUMN besar penerimaan BUMN dari ekspor
untuk menyimpan devisa hasil ekspor di dibandingkan adanya outflow dana investasi
Gambar 7.
Perkembangan Pangsa Kredit Rupiah dan Valuta Asing
100.00
90.00
80.00
70.00
Pangsa
60.00
Kredit Rp
Persen
50.00
40.00
30.00
20.00
Pangsa
10.00
Kredit Valas
-
pada peningkatan suku bunga kredit dan aktifitas ekonomi baik dari sisi produksi
pada gilirannya berdampak pada aktifitas maupun konsumsi.
ekonomi di sektor riil.
Kelima, kebijakan yang tidak
Ketiga, pengendalian transaksi antisipatif. kecenderungan peningkatan
valuta asing. Selain beberapa kebijakan di harga minyak dunia dan peningkatan
atas, kebijakan pengendalian transaksi tingkat bunga The Fed sebenarnya sudah
valuta asing merupakan kebijakan yang mulai terjadi paling tidak menjelang akhir
mutlak diperlukan. Dengan pengendalian tahun 2004. Sementara itu, bukan hal yang
traksaksi valuta asing diharapkan dapat baru lagi bahwa harga minyak dunia dan
menekan laju permintaan valuta asing yang tingkat bunga The Fed mempunyai
terus meningkat. Kebijakan ini dapat pengaruh yang signifikan terhadap
dilakukan dengan pembenahan administrasi perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap
transaksi valuta asing dan bahkan Dollar AS. Selain itu juga faktor yang
pengawasan intens if terhadap transaksi- sebenarnya sudah dapat diantisipasi jauh-
transaksi valuta asing. Selain itu perlu jauh hari adalah peningkatan permintaan
dilakukan kebijakan seperti valuta asing di dalam negeri. Seyogyanya
pengadministrasian lalu lintas devisa, otoritas moneter dan pemerintah dapat
penyerapan likuiditas oleh Bank Indonesia mengambil langkah-langkah antisipatif
dan koordinasi intensif antara BUMN jauh-jauh hari sebelum nilai tukar terlanjur
khususnya Pertamina dengan Bank menyentuh nilai psikologisnya.
Indonesia. Dengan demikian tidak saja akan
Keenam, lemahnya koordinasi dan
mengatasi masalah over liquidity di sektor
konsolidasi antar bidang . Tidak dapat
perbankan, tetapi juga akan meningkatkan
dipungkiri bahwa sejak ditetapkannya UU
aliran masuk dana asing (capital inflow)
no.23 tahun 1999, Bank Indonesia sebagai
sehingga pasokan valuta asing di dalam
otoritas moneter menjalankan kewenangan
negeri dapat ditingkatkan.
dan tanggung jawabnya dalam kerangka
Keempat, perlambatan pemulihan independensi yang ditetapkan di luar
ekonomi. Diakui atau tidak, perkembangan mekanisme Kabinet Indonesia Bersatu.
nilai tukar dan inflasi yang terjadi hingga di Namun tidak lantas berarti bahwa apapun
penghujung tahun 2005 akan berdampak yang terjadi dalam konteks moneter
terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. kemudian diluar tanggung jawab sektor atau
Tekanan eksternal yang terakumulasi bidang lainnya yang ada dalam kabinet dan
dengan internal akan menciptakan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Bank
hambatan tersendiri bagi pertumbuhan Indonesia. Dari perkembangan nilai tukar
ekonomi. Belum lagi dampak ikutan dan dan inflasi yang telah dijabarkan di atas jelas
ekspetasi masyarakat terhadap kebijakan- bahwa kebijakan fiskal yang dilaksanakan
kebijakan pemerintah dan otoritas moneter pemerintah sangat berpengaruh terhadap
akan mengarah kepada perlambatan stabilitas moneter. Kebijakan untuk
mengurangi subsidi dan menaikkan harga berbagai gejolak baik yang berasal dari luar
BBM memberikan tekanan tersendiri maupun dalam negeri.
terhadap nilai tukar dan inflasi. Dengan
kata lain dari track record selama 1 tahun
Kabinet Indonesia Bersatu, beberapa kali 5. Penutup
Bank Indonesia sebagai otoritas moneter di Stabilitas moneter di tahun 2005 yang
Indonesia harus menghadapi tekanan nilai sekaligus menjadi tahun pertama
tukar dan inflasi akibat kenaikan harga pemerintahan kabinet Indonesia bersatu
BBM maupun dampak ikutannya. Jelas menghadapi sejumlah permasalah yang
bahwa dalam hal ini terdapat kelemahan sangat krusial baik yang ekternal maupun
koordinasi dan konsolidasi antar pengambil internal. Dari uraian di atas jelas bahwa
kebijakan sektor fiskal dengan sektor keberhasilan kebijakan moneter dalam
moneter, jika tidak mau dikatakan tidak ada mengupayakan stabilitas Rupiah tidak dapat
sama sekali. Demikian pula di bidang - terlepas dari kebijakan pemerintah di
bidang lainnya seperti perdagangan dan bidang fiskal, perdagangan dan industri
perindustrian. Ketersediaan pasokan barang maupun bidang-bidang lainnya. Di satu sisi,
yang memadai seyogyanya dapat Undang-Undang No.23 Thun 1999
mengurangi tekanan terhadap peningkatan mengamatkan kemandirian Bank Indonesia
harga-harga. Koordinasi dan konsolidasi dapat menjalankan tugas dan tanggung
yang intensif dan terintegrasi menjadi jawabnya sebagai otoritas moneter. Namun
prasyarat mutlak agar kebijakan moneter di sisi lain jelas bahwa kordinasi dan
benar-benar dapat dilaksanakan secara konsolidasi antar otoritas moneter dan
efektif. pemerintah di berbagai bidang menjadi
Ketujuh, perbaikan masalah prasyarat mutlak agar supaya stabilitas
fundamental. Masalah-masalah moneter dapat terjaga dan pada gilirannya
fundamental dalam perekonomian juga pemulihan ekonomi dapat terus
tidak kalah pentingnya untuk diupayakan berlangsung.
oleh pemerintah. Masalah-masalah Selain itu, pengalaman sepanjang tahun
ketenagakerjaan dan hubungan industrial, 2005 menunjukkan bahwa sebenarnya
masalah perpajakan termasuk diantara faktor-faktor yang menyebabkan tekanan
retribusi dan pengapusan pungutan liar, terhadap nilai tukar dan inflasi bukan
masalah iklim usaha yang kondusif serta merupakan faktor-faktor yang tidak terduga
masalah penguatan devisa negara melalui (unexpected factors) sehingga seyogyanya
peningkatan ekspor harus segera langkah-langkah antispatif dapat
diselesaikan dan diupayakan. Tanpa dirumuskan bersama antara otoritas
dibarengi perbaikan masalah-masalah moneter dan bidang -bidang pemerintah
fundamental ini, stabilitas moneter di terkait. Optimisme pemerintah di awal
Indonesia akan tetap rentan terhadap tahun seharusnya diikuti dengan langkah
kebijakan yang konsisten sehingga Bisnis Indonesia, 2005. The Fed Akan
perkembangan positif dari perekonomian Naikkan Suku Bunga Lagi, Edisi 21
yang diharapkan dapat benar-benar September 2005.
tercapai. Iriana, R. dan F. Sjholm.2002. Indonesia
Ke depan, berbagai tekanan terhadap Economic Crisis: Contagion and
stabilitas moneter baik yang bersifat Fundamentals, The Developing
eksternal maupun internal masih akan terus Economic, XL-2, Juni 2002.
berlangsung. Belajar beberapa uraian di Miskin, Frederic S. 1995. Symposium on The
atas, tidak saja instrumen kebijakan dan Monetary Transmission Mechanism, Journal
target-target dari kebijakan moneter itu of Economic Perspectives.
sendiri yang memegang peranan tetapi juga
Purwanto, Deniey A. 2005. Analisis
kerangka kebijakan yang antisipatif dan
Rigiditas Tingkat Bunga Kredit
responsif perlu diupayakan. Selain itu,
Perbankan Di Indonesia: Penerapan
koordinasi antara otoritas moneter dan para Marginal Cost Pricing Framework, Periode
petinggi di sejumlah bidang pemerintah Februari 2001-Desember 2004,
merupakan satu prasyarat yang tidak dapat Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi,
dibaikan agar supaya stabilitas moneter dan Universitas Indonesia.
pemulihan ekonomi dapat secara bersama-
Tjahjono, Endy Dwi, 1998. Fundamental
sama tercapai.
Ekonomi, Contagion Effect Dan Krisis
Asia, Buletin Ekonomi Moneter dan
Referensi Perbankan, Bank Indonesia, Vol.1
No.2, September 1998.
Alamsyah, Halim. et.al, 2001. Toward
Implementation of Inflation Targeting in
Indonesia, Bulletin of Indonesian
Economic Studies, Vol.37, No.3. 2001.
Bank Indonesia, 2005. Tinjauan Kebijakan
Moneter September 2005.
Aruman Widodo2
Abstract
This paper analyzes the controversial policy on once subsidy removal. Rising the price is necessary to control
the consumption level of non-renewable energy source, and to allow economic actors improving efficiency levels of
the business, and to reduce opportunity of firel smuggling to other countries. However, a high price of oil
would lead to social unrest, and possibly inflation and increasing unemployment and poverty level. The
government should anticipate these impacts should anticipate these impacts while at the same time broaden.
600 120
PDB Konstan '93 (Skala Kanan)
400 80
Triliun Rupiah
Juta TOE
300 60
200 40
100 20
0 0
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002
penggunaan energi listrik untuk Oleh karena itu perlu diketahui berapa
mendinginkan udara, menyalakan komputer. cadangan sumber energi mineral yang tak
Sumber energi terbagi menjadi 2 bagian terbarukan di Indonesia dan mengetahui
besar yaitu terbarukan (renewable) dan tak- produksi serta pemanfaatannya agar dapat
terbarukan (non-renewable). Yang menjadi digunakan/diatur secara tepat dan efisien.
perhatian khusus adalah sumber energi Di dalam tabel 1dapat dilihat cadangan
mineral yang tak terbarukan, dikarenakan terbukti dan produksi dari masing-masing
jumlahnya terbatas dan akan habis dengan bahan bakar tak terbarukan yang berada di
cepat bila digunakan secara terus-menerus. Indonesia, tahun 2003.
Tabel 1.
Cadangan dan Produksi sumber mineral tak terbarukan, 2003
Dari tabel 1 di atas dapat diketahui Tetapi bila melihat hasil konsumsi
bahwa bila masing-masing sumber energi domestik terhadap produk kilang, gas alam
mineral diproduksi dengan jumlah yang dan batubara dalam perioda 1990-2000
sama seperti di atas dan cadangan terbukti menunjukkan masing -masing peningkatan
tidak bertambah maka dalam waktu tidak pertumbuhan rata-rata 5,4 %, 4,9%, dan
lebih 11 tahun maka cadangan minyak bumi 13,1% per tahun. Dari hasil konsumsi
akan habis, sementara cadangan gas alam domestik dari sumber energi mineral yang
dan batubara masing-masing tidak lebih meningkat ini menunjukkan bahwa waktu
dari 30 tahun dan 47 tahun. yang dibutuhkan untuk menghabiskan
cadangan sumber energi mineral ini akan
lebih cepat lagi. Melihat kenyataan ini,
2Cadangan terbukti yang diambil angkanya karena alasan kepastian di mana secara geologi dan teknik, angka tersebut
merupakan jumlah yang dapat diambil di masa datang di samping karena alasan ekonomi dan kondisi operasinya.
Indonesia akan menjadi net oil importer digantikan sumber energinya dengan
dalam waktu yang tidak lama lagi, sumber energi lainnya secara cepat atau
sedangkan untuk menjadi net gas tidak, mengingat waktu untuk
importer dan net coal importer masih menghabiskan cadangan minyak terbukti
relatif agak lama. relatif tidak lama lagi.
Berkaitan dengan cadangan sumber Ada 4 sektor utama yang
energi mineral minyak bumi yang relatif mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM)
lebih cepat habis, maka perlu diketahui yaitu sektor transportasi, industri, listrik dan
sektor-sektor yang menggunakan bahan rumah tangga. Komposisi Energi Primer
bakar minyak, sehingga dapat diantisipasi dan konsumsi BBM dapat dilihat dalam
sektor-sektor manakah yang dapat grafik 2.
Grafik 2.
Konsumsi Energi Primer, 1980 2003
120
Konsumsi BBM Berdasarkan Sektor, 1999-2003
100000
Rumah tangga
80000 Listrik
Ribu Kiloliter
100 Industri
60000 Transportasi
40000
20000
80
0
1999 2000 2001 2002 2003
Juta TOE
60
40
Air
Batubara
20
Gas Alam
Minyak
0
1980 1990 2000 2003
karena kurang/tidak ada sumber bahan sumberdaya mineral yang ditujukan untuk
baker minyak tersebut. Sektor-sektor yang merespon meningkatnya permintaan
menggunakan BBM akan menanggung otonomi regional yang semakin kuat,
akibatnya yaitu masyarakat tersebut mau disamping tantangan pasar yang semakin
tidak mau harus membayar harga BBM terbuka. Hal ini membuat pemerintah
seperti harga impor ataukah maukah dari pusat, mendelegasikan kewenangan yang
saat ini masyarakat melepaskan lebih besar kepada pemerintahan daerah
ketergantungan mereka secara perlahan untuk mengatur kebutuhan energi
terhadap BBM? Meski tidak ada yang daerahnya masing-masing. Dengan kata
pernah tahu secara pasti, apa benar 11 lain, pasar terbuka akan mengurangi peran
tahun yang akan datang cadangan minyak pemerintah pusat dalam pengaturan pasar
terbukti habis atau ditemukan baru energi. 2). Manajemen dan bisnis komoditi
cadangan terbukti. Bukankah akan lebih energi, pasar terbuka menghendaki
baik bila mulai saat ini segala kemungkinan deregulasi dalam pasar energi, terutama
yang akan terjadi nanti diperhitungkan? minyak dan listrik, di mana peran
pemerintah melalui perusahaan yang
dimiliki negara sangatlah dominan.
3. Tindakan Pemerintah Menjawab Kesempatan ini akan memberikan peluang
Tantangan Sektor Energi kepada publik untuk berpartisipasi dalam
Ketika Indonesia menjadi negara pasar energi dan 3) Kebijakan harga energi,
pengimport minyak secara murni maka dalam mencapai situasi ini, salah satu
akan sulit untuk menerapkan kebijakan kondisi awal yang harus dilakukan adalah
subsidi terhadap bahan bakar minyak. melakukan deregulasi harga energi sehingga
Kebijakan subsidi bahan bakar minyak yang harga komoditi energi akan lebih tinggi
dilakukan pemerintah selama beberapa daripada nilai keekonomisannya.
dekade sebelumnya menghasilkan beberapa Dalam menjawab tantangan dalam
masalah yang harus dihadapi saat ini. sektor energi dan tingginya permintaan
Kebijakan subsidi ini menyebabkan akan otonomi regional maka pemerintah
ketergantungan terhadap bahan bakar melakukan 2 hal penting yaitu 1) program
minyak, selain itu menyebabkan peghapusan subsidi energi, 2) pembuatan
terhambatnya program energi yang lain undang-undang di sektor energi (Migas dan
seperti konservasidan diversifikasi energi (lihat Listrik).
grafik 2).
Untuk mengurangi dampak krisis dan
tantangan di masa datang pemerintah
melakukan restrukturisasi di sektor energi,
baik secara 1) Institusional, restrukturisasi
institusi dalam kementerian energi dan
Tabel 2.
Pengeluaran Pemerintah dan Subsidi Bahan Bakar
Program penghapusan subsidi terhadap adanya beda harga antara jual harga
energi ini akan dilakukan dengan cara domestik dengan harga impor (lihat tabel
menaikkan harga jual produk kilang secara 3). Hal ini disebabkan naiknya harga minyak
bertahap hingga mencapai harga pasar. mentah beberapa bulan terakhir ini hingga
Pada awalnya, program penghapusan mencapai harga di atas 50 dolar per barel,
subsidi energi akan berhenti pada tahun menyebabkan naiknya harga produk kilang
2004, tetapi hingga saat ini pemerintah yang dikonsumsi oleh masyarakat dalam
masih tetap melakukan subsidi, karena melakukan aktivitasnya.
Tabel 3.
Harga Bahan Bakar Minyak Domestik, April Agustus 2005
Rupiah/liter
Premium Minyak Solar Disel Minyak
Tanah Bakar
April 05 SPBU 2400 700 2100
Industri 2400 2200 2200 2300 2360
Internasional 2870 2790 2700 2660 2360
Mei 05 SPBU 2400 700 2100
Industri 2400 2200 2200 2300 2360
Internasional 2870 2790 2700 2660 2360
Juni 05 SPBU 2400 700 2100
Industri 2400 2200 2200 2300 2360
Internasional 2870 2790 2700 2660 2360
Juli 05 SPBU 2400 700 2100
Industri 2400 2200 2200 2300 2360
Internasional 4060 4940 4740 4560 2900
Agustus 05 SPBU 2400 700 2200
Industri 2400 2200 2200 2300 2600
Internasional 4640 5490 4533 5240 3150
Sumber: Pertamina
Akibatnya pihak PLN sebagai badan yang keberatan dengan harga yang berlaku, dan
ditunjuk oleh pemerintah untuk memenuhi mengajukan daftar tarif dasar listrik yang
kebutuhan listrik di Indonesia merasa baru.
Grafik 3.
Produk Kilang Yang Digunakan Pembangkit Listrik
10000
9000 Disel
Minyak Bakar
8000 Solar
7000
Ribu Kiloliter
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004
Tabel 4.
Konsumsi Berbagai Produk Kilang, 2000-2004
Ribu Kiloliter
karena kenaikkan harga BBM, yang jadi listrik masyarakat karena konsumsi
pertanyaan besar adalah mengapa hal ini masyarakat yang makin efisien. Tetapi
bisa terjadi? Banyak negara yang kenaikan progresif seyogyanya juga
memberlakukan harga pasar tetapi diberlakukan pada jam-jam beban puncak
perusahaan di negara tersebut masih bisa untuk mengurangi kapasitas pembangkit
bertahan, berkembang dan maju. Hal ini listrik yang tidak dipergunakan pada jam-
membuat timbulnya dugaan-dugaan bahwa jam diluar beban puncak. Sebagimana dapat
perusahaan di Indonesia masih belum dilihat pada grafik 4 yang meggambarkan
efektif dan efisien atau adanya pungutan load profile dari pemakaian listrik sehari-
liar yang tidak jelas sehingga menyebabkan hari, maka semakin besar beda antara beban
biaya tinggi pada perusahaan? Atau kualitas base load dan beban puncak maka
pada produk yang dijual tidak bagus, semakin besar pula kapasitas pembangkit
sehingga tidak mampu bersaing? Banyak hal listrik yang tidak digunakan pada jam-jam
yang harus dijawab dengan segera, selain beban puncak saja. Hal ini
meskipun penghapusan subsidi akhirnya sebenarnya sudah diketahui oleh pihak
ditunda. PLN, tetapi mngkin mekanisme atau
teknologi untuk hal tersebut belum
Ketika kenaikan harga pada produk
dipunyai oleh PLN. Semakin besar beda ini,
kilang terjadi maka kenaikan ini akan
maka semakin besar pula kapital yang harus
menyebabkan kenaikan pada tarif dasar
disediakan untuk membangun pembangkit
listrik, karena masih ada sebagian besar
listrik yang hanya untk memenuhi beban
pembangkit yang menggunakan bahan
puncak ini. Hal tersebut semakin membuat
bakar minyak ini sebagai bahan bakar
harga dasar listrik semakin tinggi, karena
pembngkit listrik di Indonesia. Kenaikan
ketidakefektifan ini, maka seharusnya
tarif dasar listrik ini dibedakan berdasarkan
pengguna listrik pada jam-jam beban
pada pengguna akhir yaitu rumah tangga,
puncak harus bersedia membayar lebih
industri, komersial dan sosial serta multi
untuk menanggung pembangunan
guna. Di tariff dasar listrik juga mengalami
pembangkit listrik yang digunakan pada
kenaikan progresif berdasarkan beban yang
beban puncak ini.
digunakan. Kenaikan progresif ini memang
akan memperlambat tingkat permintaan
Grafik 4.
Pola Beban Listrik
akan menjadi sebesar 6,62 sen USD per swasta serta pemerintah yang bertindak
kWh (= 0,85/0,70 x 5,45). sebagai pengatur pelaksanaan kebijakan
(regulator). Hal ini perlu untuk melindungi
Perlu dicatat pada tahun 2000 PLN
kepentingan masyarakat dan diperhatikan
mengalami kerugian sebesar 4,659 trilyun
investor. Keberhasilan Malaysia dan
rupiah karena pembelian tenaga listrik
Vietnam mencapai kesepakatan harga jual-
swasta yang amat mahal 12,22 sen
beli yang jauh lebih murah dari yang terjadi
USD/kWh akibat pemakaian listrik yang
di Indonesia patut dicatat sebagai suatu
jauh dibawah take or pay clause (CF) 83%
peringatan bagi kita untuk lebih berusaha
/tahun. Padahal bila harga beli tidak lebih
meningkatkan upaya menurunkan harga
dari 4 sen maka PLN tidak mengalami
jual-beli listrik swasta.
kerugian pada tahun 2000.
Sementara itu berita mengenai langkah
Sementara beberapa rujukan di
Kejaksaan Agung California untuk
beberapa negara tetangga menunjukkan
melindungi konsumen terhadap harga listrik
bahwa : pada tahun 2000 TNB Malaysia
yang tidak wajar patut ditiru oleh Kejaksaan
berhasil mencapai kesepakatan harga jual-
Agung Indonesia.
beli listrik sebesar 3,2 sen USD per kWh
dengan SKS Ventures Sdn. Bhd untuk
PLTU Batubara Bunting dengan daya
Mencari Bahan Bakar Alternatif
terpasang 2100 MW. Pada akhir Juni 2001
TNB telah mengumumkan Penghapusan subsidi bahan bakar
penandatanganan dengan Malakoff minyak pasti akan menambah kesengsaraan
kesepakatan harga jaual-beli 3,19 USD per masyarakat Indonesia yang dalam beberapa
kWh, suatu penurunan harga 20 persen tahun ini masih dalam taraf pemulihan
lebih murah daripada persetujuan ekonomi karena krisis ekonomi tahun 1997.
sebelumnya pada tahun 1993. Sedangkan Penghapusan subsidi ini meskipun
Vietnam Corporation membeli listrik membawa dampak yang berat kepada
dengan harga VND 620 per kWh ( 4,2 sen masyarakat, tetapi juga akan membawa
USD per kWh) dari perusahaan swasta dampak yang positif. Dengan tercapainya
(joint investors of the Vietnam Coal harga jual bahan bakar minyak sama dengan
Corporation, the Japanese contractor harga impor maka penyelundupan secara
Marubeni and the Viet Nam Machinery otomatis akan berhenti/hilang dengan
Installation Corporation) untuk PLTU sendiri (meskipun sebenarnya tugas
Batubara 100 MW di Na Duong , Propinsi pemerintah melalui aparatnya untuk
Lang Son. memberantas penyelundupan, dihapus
ataupun tidak dihapusnya subsidi). Pelaku
Sebenarnya berita kesepakatan yang
ekonomi dituntut untuk bertindak efektif
dicapai oleh Malaysia dan Vietnam bisa
dan efisien dalam menjalankan usahanya
dijadikan rujukan oleh pihak PLN, pihak
agar mampu bersaing dalam pasar domestik tukar rupiah sebesar Rp 9000/US$ maka
maupun internasional. didap atkan nilai gas netback perusahaan
baru dan konversi pada saat sekarang
Dengan penghapusan subsidi ini,
dalam berbagai harga minyak mentah. Hasil
pengeluaran pemerintah akan berkurang
perhitungan dari beberapa perusahaan ada
tetapi masyarakat masih dalam keadaan
pada tabel 5 (nilai gas netback perusahaan
menderita karena harga beli bahan bakar
baru) dan tabel 6 (nilai gas netback untuk
minyak masih tinggi dan dikarenakan
perusahaan lama yang dikonversi). Asumsi
masyarakat tidak mempunyai pilihan bahan
yang digunakan dalam perhitungan ini
bakar alternatif yang murah. Berdasarkan
adalah sebagai berikut: depresiasi selama 10
penelitian yang dilakukan oleh universitas
tahun dan diskon faktor untuk perusahaan
Tilburg, Belanda tahun 1988 (Gasunie)
baru sebesar 10% dan konversi sebesar
terhadap beberapa jenis perusahaan di
33%.
Indonesia, maka dengan mengubah nilai
tukar rupiah pada tahun 1988 dengan nilai
Tabel 5.
Nilai Gas Netback Perusahaan Baru
Tabel 6.
Nilai Gas Netback Perusahaan Yang Dikonversi
Abstract
This articles examines investment policy and business recovery, particularly in the era of high expectation
during the administration of Susilo Bambang Yudhoyono. Several factors believed to shape the investment
climate and business recovery include economic, social, political, environment, geographic and others. The
degree and magnitude of thesefactor varies considerably by economic activities and location, but have similar
tendency to depend on policy consistency and bureaucratic coordination among government agencies credible
monetary policy in stabilizing exchange rate, interest rate, and inflation rate world play important roles in
supporting investment policy and business recovery.
produk yang kebetulan adalah produk yang sumber daya manusia (SDM) di Indonesia
menarik bagi calon-calon investor. Atau, semakin buruk relatif dibandingkan di
contoh lainnya, walaupun banyak insentif negara-negara tetangga. Dengan kemajuan
yang diberikan oleh pemerintah kepada teknologi dan dalam era perdagangan
investor, investasi tidak akan meningkat bebas, faktor-faktor keunggulan kompetitif
atau PMA, khusunya industri-industri yang menjadi lebih penting daripada faktor-
bersifat footloose seperti elektronik dan faktor keunggulan komparatif dalam
tekstil, tidak akan memilih Indonesia mempengaruhi mobilisasi investasi lintas
sebagai tempat kegiatannya selama kondisi negara/wilayah.
infrastruktur belum baik atau tingkat
Gambar 2:
Faktor-faktor Penghambat Bisnis
dalam The Global Competitiveness Report 2004-2005.
Regulasi valas
Infrastruktur buruk
Kriminalitas
Regulasi perpajakan
Korupsi
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
% dari responden
Tabel 1.
Kebijakan dan Perilaku Pemerintah yang memperngaruhi keputusan investasi.
Tiga hal penting yang Faktor-faktor yang membentuk kesempatan dan insentif
mempe-ngaruhi untuk melakukan investasi
keputusan investasi
Pemerintah berpengaruh kuat Pemerintah kurang
berpengaruh
Biaya Korupsi, Harga bahan yang
ditentukan oleh pasar,
Tarif pajak dan sistem
perpajakan, Jarak terhadap pasar input &
output,
Bea masuk & tarif ekspor
Skala & bidang ekonomi
Subsidi
yang dikaitkan dengan
Beban Peraturan & birokrasi, teknologi tertentu.
Infrastruktur,
Jasa-jasa publik
Kinerja sektor keuangan,
Suku bunga
Peraturan pasar tenaga kerja,
Risiko Arah kebijakan yang dapat Tanggapan konsumen &
diantisipasi & kredibilitasnya, pesaing,
Stabilitas ekonomi makro, Kejutan eksternal,
Hak-hak atas properti, Bencana alam,
Pemaksaan kepatuhan atas Keandalan pemasok,
perjanjian/ kesepakatan,
Penarikan hak atas properti
untuk kepentingan umum.
Pembatasan bagi Pembatasan peraturan untuk Ukuran pasar & jarak
persainagn masuk & keluar, terhadap pasar input &
output,
Hukum & kebijakan
persaingan, Skala & bidang ekonomi
dalam kegiatan-kegiatan
Memfungsikan pasar sektor
tertentu.
keuangan,
Infrastruktur.
Sumber: dari Tabel 1.1 di World Bank (2005a) dengan sedikit modifikasi
Tabel 2.
Kinerja Infrastruktur di ASEAN
Salah satu masalah yang sering respons yang tidak pasti dari konsumen dan
dikeluhkan oleh pengusaha-pengusaha di pesaing, hingga ketidakpastian politik. Jelas
Indonesia adalah sifat peraturan yang sulit kebijakan atau sepak terjang pemerintah
diprediksi. Bahkan di media-media masa hal sangat penting untuk meminimalisasikan
ini sering dianggap sebagai rintangan utama, resiko yang dimaksud. Dalam hal ini,
selain ketidakpastian hukum, bagi tindakan-tindakan pemerintah yang
masuknya PMA ke Indonesia. Hasil survei diperlukan terutama adalah menyangkut
dari Bank Dunia (World Bank, 2005a) keamanan, stabilitas sosial, ekonomi dan
mengenai iklim investasi menunjukkan politik, kepastian hukum, penjagaan secara
bahwa persentase dari perusahaan di ketat terhadap hak-hak properti, dan
Indonesia yang masuk di dalam sampel peraturan-peraturan yang jelas (tidak
penelitian yang menganggap interpretasi arbitrase).
atas peraturan-peraturan pemerintah tidak
Salah satu masalah serius yang muncul
dapat diprediksi mencapai di atas 50 persen.
pada periode pasca-krisis ekonomi 1997/98
Dalam hal risiko, karena investasi adalah mengenai hak-hak atas tanah dan
adalah suatu kegiatan usaha jangka panjang, bentuk properti lainnya. Sejak tahun 1999
maka jelas besarnya risiko yang terkandung hingga saat ini sudah banyak kasus-kasus
menjadi suatu pertimbangan yang sangat yang menimpa sejumla perusahaan,
penting dalam mengambil keputusan termasuk PMA, yakni munculnya secara
berinvestasi. Berbagai macam risiko tiba-tiba sekelompok masyarakat meminta
investasi yang dihadapi perusahaan, mulai kembali tanah yang telah dibeli dan
dari ketidakpastian pasar atau respons- ditempati oleh perusahaan - perusahaan
Tabel 3.
Posisi Relatif dari Indonesia untuk Kualitas Infrastruktur
dalam the Global Competitiveness Report 2004-2005.
tersebut dengan mengaku bahwa pada era negara Eropa Timur dan bukas Uni Soviet
Soeharto mereka tidak mendapatkan dari Johnson dkk. (2002) menunjukkan
kompensasi yang sesuai dalam penjualan bahwa perusahaan-perusahaan yang
tanah mereka tersebut. Hal ini tentu sangat menganggap bahwa hak-hak properti
mengganggu perusahaan-perusahaan mereka berada dalam keadaan aman
tersebut, dan bahkan bisa mengamcam menginvestasi kembali keuntungannya
bukan saja kelangsungan kegiatan produksi sebesar 14 hingga 40 persen lebih banyak
tetapi juga keamanan properti mereka. Oleh dibandingkan perusahaan-perusahaan yang
karena itu, memberikan lebih banyak masih ragu mengenai keamanan properti
kepastian terhadap hak-hak atas tanah dan mereka. Suatu studi lintas negara dari
bentuk properti lainnya sangat penting, Kaufmann, dkk. (2003) menunjukkan
karena hal ini akan membantu usaha bahwa hak milik atas properti yang aman
pemerintah mendorong investasi di dalam merupakan salah satu titik berat bagi
negeri, bukan saja karena akan memberi pertumbuhan ekonomi, yang berarti sangat
rasa aman bagi si investor namun juga akan penting sebagai salah satu determinan dari
mempermudah akses terhadap pendanaan. pertumbuhan investasi.
Sudah banyak bukti yang mendukung Hal lain yang juga masih sangat buruk
bahwa kepastian akan hak-hak properti di Indonesia namun termasuk salah satu
sangat berpengaruh terhadap kegiatan faktor penting dalam memperngaruhi risiko
investasi. Misalnya, studi kasus di sejumlah investasi/berusaha adalah sistem
pengadilan. Hasil survei mengenai iklim memberikan insentif fiskal yang dikenal
investasi dari Bank Dunia (2005) dengan sebutan tax holiday.
menunjukkan bahwa ini merupakan Permasalahannya di sini adalah bahwa
masalah serius di banyak negara-negara belum ada bukti empiris kuat di negara
sedang berkembang (NSB), di mana manapun juga bahwa insentif fiskal tersebut
perusahaan-perusahaan, khususnya asing memang merupakan determinan utama
(PMA), tidak memiliki kepercayaan pertumbuhan investasi. Dalam kata lain,
terhadap pengadilan dalam menangani instrumen kebijakan investasi ini hanya
berbagai masalah yang terkait dengan dunia berfungsi sebagai faktor komplementer
usaha, termasuk dalam menegakkan hak- terhadap banyak faktor lainnya yang telah
hak atas properti yang mereka miliki. Oleh disebut di atas.
karena itu, salah satu usaha yang harus
dilakukan pemerintah Indonesia dalam
usaha meningkatkan investasi dan 5. Lingkungan Kelembagaan dan
pemulihan usaha adalah memperbaiki Kebijakan
sistem pengadilan. Usaha ini harus memiliki Pada bagian pertama dari tulisan ini
prioritas yang tinggi. telah dijelaskan bahwa kegiatan bisnis
Pembatasan bagi persaingan atau termasuk investasi dipengaruhi oleh dua
membiarkan pasar dikuasai tidak secara macam linkungan yakni linkungan langsung
alamiah oleh satu atau segelintir perusahaan dan lingkungan yang lebih luas. Pemerintah
juga akan menghilangkan kesempatan bagi mempunyai peran yang sangat penting
munculnya usaha-usaha baru atau sebagai agen utama yang membentuk
pertumbuhan usaha-usaha yang ada yang lingkungan yang lebih luas (terkecuali
bukan termasuk di dalam kelompok faktor-faktor eksternal, sosial dan kultur,
perusahaan-perusahaan yang memonopoli serta iklim dan lingkungan alam) sebagai
pasar, yang selanjutnya berarti menghambat kondisi-kondisi dasar untuk pembangunan
pertumbuhan investasi. secara keseluruhan, yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat sehari-hari, termasuk
Dari uraian di atas, jelas bahwa
kegiatan bisnis.
kebijakan investasi tidak berdiri sendiri;
efeknya jelas tidak akan berarti jika tidak Melihat lingkungan usaha yang sangat
ada dukungan dari kebijakan-kebijakan kompleks seperti yang telah digambarkan
lainnya yang secara keseluruhan sebelumnya, maka untuk meningkatkan
menciptakan iklim investasi yang kondusif. investasi atau memulihkan kegiatan usaha di
Masalahnya sekarang di Indonesia adalah dalam negeri, pemerintah tidak bisa hanya
seringnya terjadi ketidak harmonisan antar mengandalkan satu macam kebijakan, atau
department dalam mengeluarkan suatu suatu kebijakan yang terisolasi dari
kebijakan. Pada era 90-an sempat muncul kebijakan-kebijakan lainnya. Seperti telah
perdebatan soal perlunya pemerintah dijelaskan beberapa kali sebelumnya,
diperlukan campuran dari berbagai macam kelembagaan dan kebijakan. Salah satunya
kebijakan yang sangat kompleks dan sangat adalah kualitas SDM yang erat kaitannya
terkait satu sama lainnya. Namun demikian, dengan sistem pendidikan yang berlaku.
secara garis besar, kebijakan-kebijakan Walaupun diakui bahwa pendidikan
tersebut harus menciptakan tiga hal, yakni merupakan suatu faktor yang sangat kritis
kondisi ekonomi makro, sistem-sistem bagi pembangunan, sistem pendidikan di
politik dan hukum, dan pelayanan- Indonesia hingga saat ini masih sangat tidak
pelayanan pemerintah dasar yang baik. mendukung peningkatan kualitas SDM.
Semua ini sangat dibutuhkan untuk Data dari Biro Pusat Statistik (BPS)
menciptakan fondasi ekonomi atau aturan menunjukkan bahwa hingga saat ini
bermain bagi kegiatan bisnis. sebagian besar dari angkatan atau tenaga
kerja Indonesia masih berpendidikan
Dari penjelasan di atas, tidak diragukan
sekolah dasar (SD); bahkan masih banyak
bahwa lingkungan kelembagaan dan
dari golongan tersebut yang tidak
kebijakan berpengaruh sangat besar bagi
menamatkan pendidikan dasar. Indonesia
terciptanya tiga hal tersebut, atau suatu
juga merupakan negara yang sangat kecil
lingkungan usaha yang kondusif. Dalam
dibandingkan banyak negara lain dengan
kata lain, suatu lingkungan usaha yang
jumlah penduduk jauh lebih sedikit
kondusif hanya bisa tercapai jika lingkungan
daripada di Indonesia dalam hal
kelembagaan dan kebijakan juga
pengeluaran pemerintah untuk pendidikan
kondusif. Bahkan suatu lingkungan yang
6
dan kegiatan penelitian dan pengembangan
kondusif lebih penting, sebagai suatu
(R&D) baik sebagai bagian dari PDB
keharusan, bagi perkembangan bisnis,
maupun APBN (anggaran pendapatan dan
daripada interbensi-intervensi langsung dari
belanja negara).
pemerintah.
Laporan dari WEF (2004) menunjukkan
Walaupun sejak reformasi ekonomi dan
bahwa dari 104 negara yang masuk di dalam
politik setelah krisis ekonomi 1997/98
survei, peringkat Indonesia mengenai
pemerintah telah menunjukkan suatu usaha
pembangunan pendidikan dan teknologi
yang serius untuk memperbaiki lingkungan
sangat rendah. Seperti dapat dilihat di Tabel
kelembagaan dan kebijakan di dalam negeri,
4, Indonesia berada pada posisi ke 35 untuk
namun hasilnya masih jauh dari optimal
kualitas dari sistem pendidikan (yakni
bagi kelancaran pertumbuhan bisnis.
apakah sistem pendidikan yang berlaku
Banyak indikator yang dapat digunakan
memenuhi kebutuhan dari suatu negara)
untuk mengukur kondisi lingkungan
dan berada pada peringkat ke 48 untuk
kualitas dari sekolah public (yakni apakah
6 Pembahasan lebih dalam dapat dilihat di,
antara lain, Acemoglu dan Johnson (2003), kualitas di suatu negara sama seperti
Acemoglu dkk. (2002), Rodrik dkk. (2002), kualitas terbaik di dunia). Hal yang paling
Levine (1997), Knack dan Keefer (1995), menarik dari laporan ini adalah yang
Kaufmann dkk. (2003), Glaeser dan Shleifer
(2002), dan Glaeser dkk. (2004). berkaitan dengan jumlah anak yang sedang
Tabel 4:
Posisi Relatif dari Indonesia untuk Pengembangan Pendidikan dan Teknologi
dalam the Global Competitiveness Report 2004-2005.
sesuai kebutuhan pembangunan usaha atau (input dan output) yang tidak terdistorsi
pertumbuhan investasi di Indonesia secara bersama sangat menentukan
terhambat oleh lingkungan ekonomi makro lingkungan berusaha di dan daya saing dari
atau pasar yang terdistorsi dan keterbatasan suatu negera. Dari laporan yang sama,
infrastruktur yang baik, bukan hanya dalam Tabel 5 menunjukkan peringkat dari
fisik tetapi juga non-fisik seperti sistem Indonesia dalam sejumlah indikator
perbankan. Sedangkan, sudah merupakan lingkungan ekonomi makro yang sangat
kesepakatan umum, seperti juga tercantum krusial bagi pertumbuhan bisnis/investasi,
di dalam model diamond yang terkenal seperti pembangunan sektor keuangan,
dari Porter (1998a,b), bahwa kualitas SDM soundness dari perbankan, akses ke kredit,
dan infrastruktur yang baik dan kerja pasar ketersediaan modal ventura, dan seterusnya.
Tabel 5.
Posisi Relatif dari Indonesia untuk Lingkungan Ekonomi makro
dalam the Global Competitiveness Report 2004-2005.
Indikator Peringkat
(total 104 negara)
Kecanggihan pasar keuangan 40
Kondisi perbankan 83
Ketersediaan modal ventura 20
Akses ke kredit 64
Akses ke pasar saham lokal 65
Peraturan perdagangan sekuritas 70
Efektivitas dari undang -undang kebangkrutan 53
Rintangan-rintangan perdagangan terselubung 65
Biaya impor peralatan/mesin dari luar negeri 52
Dampak bisnis dari rintangan-rintangan perdagangan
domestic 69
Dampak bisnis dari rintangan-rintangan perdagangan
luar negeri 20
Dampak bisnis dari prosedur-prosedur pabean 51
Dampak bisnis dari peraturan-peraturan mengenai
PMA 86
Beban pajak 7
Efisiensi dari prosedur-prosedur pabean 37
Keterbukaan dari regim pabean 44
Usaha-usaha terorganisasi untuk memperbaiki daya
saing 27
Sumber: WEF (2004).
Selanjutnya, masih berdasarkan laporan dari WEF (2004), Tabel 6 menyajikan posisi
relatif dari Indonesia dalam beberapa legal bagi pelaku usaha untuk menangani
indikator dari kelembagaan publik yang perselisihan-perselisihan bsinis dan
sangat relevan bagi pertumbuhan kegiatan menolak legalitas dari tindakan-tindakan
usaha atau investasi. Seperti dapat dilihat, atau peraturan-peraturan pemerintah,
dalam hal kemandirian judicial dari Indonesia berada pada posisi ke 51. Untuk
pengaruh-pengaruh politik dari anggota- dua indikator berikut yang merupakan salah
anggota pemerintah (misalnya menteri dan satu penentu krusial bagi pertumbuhan
presiden), politikus, masyarakat, dan investasi, Indonesia juga masih buruk
perusahaan, Indonesia berada pada kinerjanya, yakni hak-hak property dan
peringkat ke 58. Dalam hal kerangka kerja perlindungan kekayaan intelektual.
Tabel 6:
Posisi relatif Indonesia untuk kelembagaan publik dalam the Global
Competitiveness Report 2004-2005.
Perihal pemborosan atau efisiensi dalam Dalam hal pembayaran ekstra tidak
pengeluaran pemerintah, yakni apakah terdokumentasi atau penyuapan yang
pemerintah menyediakan barang -barang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan ekspor
dan jasa-jasa kebutuhan pokok bagi dunia dan impor, dan pemakaian utilitas publik,
usaha yang tidak disediakan oleh pasar, peringkat Indonesia juga sangat rendah, dan
termasuk infrastruktur dasar, posisi hal ini bisa merupakan salah satu masalah
Indonesia juga tidak baik, tetapi juga terlalu yang harus dihilangkan untuk mencapai
buruk, dalam arti posisinya masih masuk efektivitas dari kebijakan-kebijakan
dalam 50% pertama dari 104 negara yang bertujuan memulihkan usaha dan
masuk dalam sampel penelitian. Sementara, meningkatkan investasi di Indonesia.
dalam hal beban yang harus ditanggung
oleh pelaku bisnis dari regulasi-regulasi
pemerintah pusat, yakni dalam memenuhi 6. Kesimpulan
persyaratan-persyaratan administrasi Dari pembahasan di atas jelas bahwa
berkaitan dengan perizinan, pelaporan, pemulihan usaha atau pertumbuhan
dsb.nya, Indonesia berada pada posisi lebih investasi adalah suatu permasalahan yang
baik dibandingkan beban berkaitan dengan sangat kompleks, karena kegiatan usaha
peraturan-peraturan pemerintah daerahha, juga berada di dalam suatu linkungan yang
paling tidak menurut pengusaha-pengusaha sangat kompleks. Sulit sekali memastikan
Indonesia yang masuk di dalam sampel bahwa lambatnya pertumbuhan investasi di
survei. Perbedaan ini mengindikasikan Indonesia selama ini sejak krisis ekonomi
bahwa distorsi pasar domestik lebih 1997/ 98 hanya semata-mata karena tidak
disebabkan oleh regulasi-regulasi dari adanya kepastian hukum, atau lebih
pemerintah daerah daripada pemerintah disebabkan oleh infrastruktur yang buruk.
pusat. Dalam kata lain, pemulihan usaha atau
Untuk tingkat birokrasi, peringkat peningkatan investasi di Indonesia
Indonesia sangat rendah, yang memberi ditentukan oleh suatu kombinasi yang
kesan bahwa tingkat efisiensi dari birokrasi sangat kompleks dari sekian banyak factor,
di Indonesia sangat rendah dan ini tidak hanya ekonomi tetapi juga social,
merupakan salah satu sumber penting dari politik, lingkungan alam, geografi,
iklim bisnis yang distortif in Indonesia. demografi dll, dan sebagian dari factor-
Faktor lainnya yang juga sangat faktor tersebut saling terkait satu sama
berpengaruh dalam arti bisa merupakan lainnya. Tentu, banyaknya faktor-faktor
insentif atau disinsentif bagi keinginan tersebut, intensitas pengaruh dari masing -
untuk melakukan bisnis atau investasi masing faktor secara individu dan interaksi
adalah pajak, dan untuk ini Indonesia antar faktor berbeda menurut kegiatan
berada pada posisi ke 27, yang artinya ekonomi dan lokasi.
secara relatif dibandingkan banyak negara Implikasinya terhadap kebijakan
lain di dalam sampel, pajak di Indonesia investasi adalah bahwa kebijakan investasi
bukan merupakan sumber distortif yang
saja tidak akan membuat investasi
besar terhadap iklim bisnis.
Abstract
This article evaluates the performance of The Economic Team of Kabinet Indonesia Bersatu. Poor
performance of the Indonesian economy is primarily a result of shifting in vision and mission of The Economic
Team, for away from the original platform of SBY JK. During the election campaign, the pair strongly
emphasized on generating new employment and alleviating poverty. The president is now urged to restore the
confidence, reshape the direction of economic development policy and improve the policy management
particularly those who do not perform well during this fist year
Grafik 1.
Pertumbuhan Investasi (YoY)
19.7%
20%
18.3%
15% 14.1%
13.2%
13.1%
11.5%
10%
5%
0%
Q1-04 Q2 Q3 Q4 Q1-05 Q2
Sumber: BPS
Grafik 2.
Pertumbuhan Investasi (YoY
19.7%
20%
18.3%
15% 14.1%
13.2%
13.1%
11.5%
10%
5%
0%
Q1-04 Q2 Q3 Q4 Q1-05 Q2
Sumber: BPS
Grafik. 3.
Laju Inflasi (YoY)
Inflasi YoY
10%
9.1%
8.8%
9%
8.3%
8%
7.3%
7%
6% 6.2%
5%
Oct-04 Nov Dec Jan-05 Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep
Sumber: BPS
Grafik 4.
Pertumbuhan Ekspor (YoY) (%)
25
12
20
10
15
8
10
6 Ekspor Barang & Jasa
(dalam PDB) 5
4
0
2 -5
0 -10
-2 -15
Q1-04 Q2 Q3 Q4 Q1-05 Q2
Sumber: BPS
Grafik 5.
Perbandingan Rupiah dengan Mata Uang Asia Lainya
Terhadap US dolar (Perubahan selama satu tahun terkhir)
10% 9.3%
5%
0.9% 1.1%
0%
-5%
-10%
-11.1%
-15%
Rupiah Peso Baht Won
2.8
Transaksi Berjalan Transaksi Modal
2
1.4
1.1
1 0.9
0.3
0.1
0
-0.5
-1
-1.1
-2
Q3-04 Q4 Q1-05 Q2
Sumber: Bank Indonesia
dilaksanakan selama pemerintahan SBY-JK. rendah sangat besar. Akan sangat sulit
Sayangnya disain pembangunan yang akan berharap investasi swasta akan mampu
dilakukan pemerintah yang tersusun dalam menyerap penganggur kelompok ini.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Apalagi investasi baru yang akan masuk
(RPJM 2004-2009), mempunyai sangat dapat dipastikan akan menggunakan tingkat
banyak kelemahan. Padahal RPJM teknologi yang lebih tinggi dari yang telah
merupakan dokumen politik penting digunakan saat ini. Oleh karenanya sangat
tentang strategi dan prioritas pembangunan diperlukan program -program konkrit
yang akan dilakukan oleh Presiden SBY-JK pemerintah untuk mempekerjakan mereka.
selama masa pemerintahan. RPJM juga Sayangnya, hal-hal tersebut tidak dapat
mempunyai nilai yang sangat strategis ditemukan dalam perencaan pembangunan
karena akan menjadi penentu arah tim ekonomi SBY -JK. Dengan
pembangunan serta tolok ukur keberhasilan penyimpangan ini, tidak heran bila
pemerintah dalam pembangunan. Ternyata kemudian arah kebijakan ekonomi tidak
RPJM yang diharapkan mampu menjadi berubah, hanya fokus pada kebijakan
pedoman Tim Ekonomi dalam mengambil pemantapan stabilitas ekonomi makro,
kebijakan ternyata hanya disusun seadanya pertumbuhan dan lingkungan usaha yang
dan bahkan cenderung menyimpang dari sehat, yang berarti sama sekali tidak
visi-misi SBY-JK. berbeda dibanding masa pemerintahan
Megawati.
Dalam visi dan misinya, Presiden SBY-
JK menyebutkan formulasi APBN akan Disamping itu, hampir seluruh program
berprioritas pada penciptaan lapangan kerja dalam RPJM bersifat normatif dan
melalui pertumbuhan ekonomi cenderung bersifat sloganistik serta tidak
berkelanjutan dan menerapkan kebijakan ada performance indicators (indikator
APBN dengan target penciptaan lapangan keberhasilan) secara kuantitatif. Hal ini
kerja, pengurangan pengangguran & terjadi karena penyusunannya tetap lebih
kemiskinan. Ternyata dalam RPJM agenda bersifat sectoral approach. Akibat dari
tersebut telah disederhanakan menjadi pendekatan penyusunan yang salah ini,
hanya kebijakan mendorong investasi, RPJM tidak memiliki konsistensi sebuah
penciptaan iklim usaha yang sehat dan rencana pembangunan karena selain tidak
stabilitas makro. Artinya, pemerintah akan ada kejelasan tolok ukur keberhasilan, juga
menyerahkan program penciptaan lapangan tidak jelas kaitannya dengan sumber-
kerja kepada swasta dan tidak ada rencana sumber pembiayaannya. Untuk program
pemerintah untuk menciptakan lapangan pengentasan kemiskinan misalnya tidak
untuk mengurangi jumlah pengangguran digambarkan secara garis besar tentang
yang semakin besar. jenis-jenis program yang akan dilakukan,
siapa yang akan bertanggung jawab untuk
Saat ini jumlah penganggur yang tidak
melaksanakan program tersebut, kapan dan
memiliki skill dan hanya berpendidikan
juga dari mana sumber-sumber pembiayaan ad-hoc, tanpa visi yang jelas, dan seringkali
akan diperoleh serta apa indikator justru merugikan masyarakat dan industri
keberhasilannya. dalam negeri. Visi dan misi Presiden SBY-
JK untuk mengurangi kemiskinan dan
Enam bulan setelah pemerintahan
pengangguran akhirnya terabaikan akibat
SBY-JK, janji pertumbuhan ekonomi yang
berbagai kebijakan yang justru kontra
didukung penciptaan lapangan kerja
produktif terhadap tujuan tersebut.
ternyata tidak menunjukkan bukti.
Kenaikan harga BBM tetap dilakukan
Meskipun tim ekonomi SBY-JK mengklaim
bahkan dengan angka kenaikan yang sangat
pemerintah telah berhasil menciptakan
tinggi meskipun kondisi ekonomi sedang
perbaikan ekonomi dengan pertumbuhan
mengalami kemerosotan cukup serius.
kuartal I 2005 sebesar 6,35%, akan tetapi
Sebagai konsekwensinya kebijakan ini telah
dibarengi dengan bertambahnya jumlah
menambah angka kemiskinan dan
pengangguran sebanyak sebanyak 600.000
pengangguran secara signifian.
orang. Tim ekonomi SBY-JK berusaha
untuk mencari justifikasi mengapa kinerja Fakta-fakta yang ditunjukkan dari
ekonomi yang diklaim telah tumbuh tinggi kelemahan RPJM, prioritas kebijakan serta
justru menambah jumlah penganggur. pandangan dan sikap tim ekonomi SBY -JK
Berbagai penjelasan pun diberikan mulai dalam mengelola kebijakan, memberikan
dari kedua indikator tersebut diperoleh dari gambaran bahwa telah terjadi pergeseran
survei yang berbeda sehingga tidak dapat pada visi dan misi pembangunan ekonomi.
dikaitkan langsung sampai dengan Concern untuk memprioritaskan penciptaan
penjelasan bahwa peningkatan jam kerja lapangan kerja dan penghapusan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kemiskinan semakin rendah.
yang tinggi telah dapat dipenuhi oleh
penambahan jam kerja (lembur), sehingga
tidak terjadi penambahan jumlah karyawan. Perencanaan kebijakan: Sequence yang
Intinya, tim ekonomi dan para keliru
pendukungnya tidak merasa ada yang Kinerja ekonomi yang menurun
mengkhawatirkan dengan fenomena diakibatkan pula oleh perencanaan dan
penambahan jumlah pengangguran. pengambilan keputusan yang seringkali
Dengan kata lain pertumbuhan tinggi tidak tidak memiliki urutan (sequence) yang benar
harus selalu berdampak pada pengurangan dan pertimbangan yang kurang tepat.
jumlah penganggur. Padahal langkah-langkah dalam
Dengan berbagai kelemahan pengambilan kebijakan memiliki arti yang
perencanaan di atas, sangat wajar jika sangat penting terhadap efektifitas sebuah
akhirnya sejumlah anggota kabinet ekonomi kebijakan tersebut. Selama satu tahun,
yang memang memiliki kapabilitas rendah, ternyata tim ekonomi SBY-JK teramat
kerap mengambil kebijakan yang sifatnya sering mengabaikan pentingnya urutan dan
kebangkrutan industri mebel rotan dalam kebijakan juga merupakan faktor penting
negeri. Disamping itu, keputusan untuk yang mengakibatkan gejolak dan dampak
memperpanjang pola tata niaga gula tanpa negatif pada indikator-indikator
sebelumnya dilakukan evaluasi kebijakan makroekonomi. Akibatnya, seringkali
justru merupakan bukti lain pola berbagai indikator mengalami kemerosotan
pengambilan kebijakan yang kurang tepat melebihi yang seharusnya karena
dan menimbulkan kerugian secara nasional. pemahaman masalah yang kurang
Saat ini kondisi industri gula tidak mendalam dan kesalahan dalam memilih
kompetitif. Sehingga diperlukan investasi kebijakan yang tepat.
besar untuk melakukan revitalisasi industri
Akhirnya, evaluasi hanya akan
gula. Semestinya rente ekonomi yang
memberikan makna apabila diikuti dengan
selama ini hanya dinikmati oleh raja-raja
langkah tegas untuk melakukan perbaikan.
gula dapat dialihkan untuk kepentingan
Sudah terlampau banyak rekomendasi dari
pembangunan industri gula nasional.
hasil evaluasi. Hanya tinggal satu hal yang
ditunggu masyarakat yakni langkah tegas
untuk mengembalikan arah pembangunan
Penutup
ekonomi dan memperbaiki manajemen
Evaluasi merupakan elemen penting kebijakan serta para pengambil kebijakan
dalam upaya meningkatkan kinerja yang berkinerja buruk.
pemerintahan kedepan, termasuk dalam
memperbaiki kinerja pemerintah SBY-JK di
bidang ekonomi. Meskipun demikian, dari
diskusi di atas dapat disimpulkan bahwa
merosotnya kinerja ekonomi Kabinet
Indonesia Bersatu a.l. diakibatkan oleh
pergeseran visi dan misi sehingga arah
kebijakan ekonomi tidak lagi sesuai dengan
janji bapak SBY-JK yang memprioritaskan
penciptaan lapangan kerja dan penghapusan
kemiskinan. Sangat dikhawatirkan,
pergeseran ini terjadi bukan hanya akibat
ketidak mampuan tim ekonomi untuk
menterjemahkan visi dan misi Presiden dan
Wakil Presiden akan tetapi justru
diakibatkan oleh paradigma yang berbeda
dari garis yang diberikan Presiden.
Lemahnya kemampuan dan koordinasi
anggota tim ekonomi dalam mengelola
Abstract
This article examines international trade policy, emphasizing on the challenge of agricultural commodities in
the global market. Indonesia continues to purpose bower strategic commodities in trade negotiations to be
protected namely rice, sugar, soybean and corn. However, Indonesia does not have a luxury to allocate heavy
subsidy on these commodities, such as commonly practiced by developed countries. Differences in market access
and information, availability of capital and political commitments have been identified as the sources of
market asymmetry in the global trade. It is suggested that the government should increase the budget allocated
for strengthing productive capacity of such strategic commodities, improving farmers welfare, and agribusiness
system in the comely
apa karena perbedaan pandangan yang Sebaliknya, negara berkembang tidak terlalu
sangat tajam antara kutub negara maju dan percaya pada argumen di atas, apalagi telah
negara-negara berkembang. Sebenarnya terdapat skeptisme amat besar terhadap
pada bulan Juli 2004, WTO telah faham neo-liberal negara maju, yang secara
menghasilkan beberapa kesepakatan baru langsung dan tidak langsung bermaksud
tentang sektor pertanian, jasa, akses pasar, menguasai dunia melalui konglomerasi dan
dan lain-lain. Negara maju setuju untuk perusahaan raksasa multinasional. Suatu
mengurangi subsidi bagi petani faham yang sebenarnya memperoleh
domestiknya sebesar 20 persen, momentum pasca Konsensus Washington
memperlonggar beberapa peraturan di era 1980an tersebut dianggap
sektor jasa dan memperbaiki akses pasar menyengsarakan negara negara berkembang
bagi negara-negara berkembang atau karena dunia saat ini berada pada tingkat
mengurangi hambatan tariff dan non-tarif asimetris yang cukup besar. Kemampuan
yang selama ini sering menjadi hambatan. akses informasi pasar dan perbedaan
Skema kesepakatan tersebut sebenarnya hegemoni kekuatan modal ekonomi dan
tidaklah terlalu istimewa karena merupakan politik yang tidak seimbang antara negara
amanat Deklarasi Doha 2001 yang maju diperkirakan dapat mempengaruhi
mengagendakan seluruh negara anggota skema dan iklim perdagang an dunia.
WTO untuk secara progresif menyelesaikan Gagasan untuk mengedepankan
negosiasi perdagangan yang diperlukan perdagangan adil (fair trade) telah semakin
sebelum 1 Januari 2005. mudah diterima oleh anggota-anggota
WTO dibandingkan dengan sekedar
Sebagai organisasi, WTO jelas amat
perdagangan bebas (free trade) yang kadang
trauma terhadap kegagalan pertemuan di
terlalu naif.
Cancun (Meksiko) atau kekacauan plus
keributan di Seattle (Amerika Serikat) Indonesia masih mempertahankan
beberapa waktu lalu. Polarisasi kepentingan kebijakan perdagangan yang telah
antara negara maju dan negara berkembang dihasilkan pada masa Presiden Megawati
yang amat tinggi menjelang dan sepanjang Soekarnoputri, yaitu memperjuangkan
perundingan Genewa (Swiss) bulan lalu itu komoditas strategis seperti beras, gula,
terasa begitu kuat. Basis argumen yang kedelai dan jagung. Bentuk konkrit
digunakan oleh kedua kutub pun juga perjuangan tersebut tentu masih cukup
cukup kontras, sekedar tidak mengatakan abstrak dan agak berat karena keterbatasan
terdapat perbedaan ideologi yang yang dihadapi di dalam negeri sendiri,
mencolok. Negara maju seperti amat yakin terutama buruknya kualitas pemihakan,
bahwa perdagangan dan liberalisasi mampu ditambah penyakit pengacuhan (ignorance)
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dari para elit politik dan ekonomi di
sekaligus tingkat kesejahteraan warganya Indonesia. Di pihak lain, negara-negara
dan kemakmuran dunia umumnya. maju dan kaya seakan terus berlomba untuk
manfaat jika harga relatif komoditas yang dunia (without support). PSE menunjukkan
dimiliki setiap negara berbeda, terutama tingkat proteksi yang diberikan kepada
apabila tidak ada perdagangan. produsen pertanian relatif terhadap nilai
aktual produksi di tingkat usahatani. PSE
Akan tetapi, basis argumen neoklasik
digunakan secara meluas sebagai indikator
seperti di atas jelas tidak sepenuhnya benar
komparasi proteksi antar negara,
karena fenomena perdagangan internasional
komoditas, dan intertemporal. Gambaran
tentu saja tidak dapat didekati hanya dari
lengkap tentang ukuran-ukuran ini dapat
konteks keuntungan komparatif semata.
dilihat dalam beberapa Tabel Lampiran.
Untuk keperluan didaktik-akademik atau
model simplifikasi dunia nyata di bangku
kuliah, pendekatan mekanistik seperti itu
3. Fenomena Asimetri Pasar Dunia
memang amat dibutuhkan, bukan untuk
Pertanian
perumusan kebijakan pembang unan
multidimensi. Perdagangan internasional Untuk komoditas pertanian, gejala
telah melibatkan faktor non-ekonomi, struktur pasar yang sangat asimetris antara
seperti politik, pertahanan, keamanan dan pasar internasional dan pasar domestik
faktor strategis lain, yang tentu saja tidak telah terjadi sedemikan parah. Misalnya,
memadai apabila dijelaskan hanya dari dalam 25 tahun terakhir, harga kopi di pasar
aspek ekonomi semata. dunia turun 18 persen per tahun, tetapi
harga di tingkat konsumen di Amerika
Oleh karena itu, para ekonomi telah Serikat justru naik sampai 240 persen.
mengembangkan beberapa ukuran untuk Demikian pula, harga rata-rata minyak
menganalisis tingkat proteksi dan subsidi, kelapa sawit di pasar internasional
yang umumnya diterapkan oleh negara- mengalami penurunan 10 persen per tahun,
negara maju, yang tergolong dalam tetapi harga produk hilir di pasar domestik
Kelompok-8 (Group of 8). Ukuran-ukuran mengalami kenaikan 40 persen (Arifin,
itu antara lain: koefisien proteksi nominal 2004). Studi yang dilakukan Morisset
produsen (NPCp/ Producer Nominal Protection (1998), Bank Dunia, terhadap sedikitnya
Coefficient); koefisien bantuan nominal tujuh komoditi penting dalam perdagangan
produsen (NACp/ Producer Nominal dunia: daging sap i, kopi, beras, gula dan
Assistance Coefficient); dan tingkat proteksi gandum juga menghasilkan kesimpulan
produsen (PSE/Producer Support Estimate). pelebaran spread harga dunia dan harga
NPCp merupakan rasio antara harga aktual konsumen pasar domestik. Negara-negara
yang diterima produsen (farm gate price) maju yang dijadikan fokus observasinya
dengan harga paritas (border price) yang adalalah Kanada, Perancis, Jeman, Italia,
diperhitungkan di tingkat usahatani. NACp Jepang, Amerika Serikat. Menurut Morisset,
merupakan rasio antara nilai output aktual spread harga pasar internasional dan pasar
yang diterima petani (including support) domestik makin lebar sampai dua kali lipat
dengan nilai output pada tingkat harga dari harga asal.
Selain persoalan fluktuasi harga di mencapai 500 persen ini, tentu saja negara-
tingkat dunia yang amat berisiko tinggi, negara berkembang seperti Indonesia perlu
pasar dunia saat ini banyak ditandai gejala berpikir ekstra keras untuk melakukan
pelebaran (spread) harga antara kedua pasar reformulasi kebijakan pangan, seperti beras
internasional dan pasar domestik. dan bahan pangan strategis lainnya.
Ketidakmampuan mengelola fluktuasi dan Rincian lebih lengkap tentang hal ini dapat
pelebaran harga ini dapat menjadi dilihat dalam Tabel Lampiran.
penghambat serius dalam pencapaian
Dalam hal subsidi ekspor, negara-
kondisi perdagangan internasional yang adil
negara maju (OECD) telah mennyebabkan
yang dapat saling me-nguntungkan antara
struktur proteksi yang distortif dan
negara-negara produsen dan negara-negara
berpotensi menyebabkan terjadinya
konsumen. Bagi negara-negara berkembang
peningkatan inefisiensi. Sebagai ilustrasi, di
yang lebih banyak mengandalkan ekspor
negara-negara Uni Eropa yang mencapai
komoditas pertanian dan agroindustri,
rata-rata subsidi ekspor selama periode
struktur pasar yang asimetris jelas
1995-1997 berkisar dari 15 persen untuk
merupakan ancaman sangat serius bagi
gandum dan telur sampai dengan 173%
pening -katan produksi, produktivitas dan
untuk daging. Pada periode yang sama,
ekspor komoditas tersebut. Dengan
subsidi ekspor beras, gula, dan susu di Uni
argumen inilah, seluruh pemerintahan di
Eropa adalah 145, 154, dan 39 persen.
negara-negara berkembang masih harus
(Lihat Tabel 7 Lampiran). Besaran subsidi
bekerja keras, berjuang melalui diplomasi
ekspor yang diberlakukan di negara maju
ekonomi internasional dan pemberdayaan
untuk tersebut sudah pasti akan sangat
seluruh sumberdaya ekonomi domestik
menyulitkan bagi Indonesia untuk
untuk mengurangi ketidakadilan
mengembangkan daya saingnya di pasar
perdagangan dunia.
dalam negeri, apabila tanpa kebijakan
Lebih khusus lagi, pertanian Indonesia pengaturan impor dan kebijakan
harus berhadapan dengan suatu tingkat perdagangan internasional lain yang lebih
pasar dunia yang cukup jauh dari tingkat komprehensif.
simetris, sebagaimana disyaratkan dalam
Sejak tahun 2002, Amerika Serikat (AS)
teori perdagangan internasional. Suatu
memberikan subsidi sebesar US $ 19 miliar
laporan resmi Organisasi Kerja Sama
per tahun kepada petaninya, atau sekitar
Ekonomi untuk Pembangunan alias negara-
dua kali dari dana yang dicadangkan untuk
negara maju tersebut (OECD, 2001)
bantuan internasional (foreign aid), yang
bahkan menyebutkan bahwa nilai proteksi
tentu saja sering menjadi bulan-bulanan dan
yang diberikan kepada petani di sana
topik alot dalam setiap perundingan
mencapai 29 milyar dollar pada tahun 2000
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
atau 15 kali lipat dari total nilai beras yang
Bayangkan, bagaimana dampaknya pada
diperdagang kan di pasar global. Dengan
masa depan perdagangan dunia yang adil
level proteksi efektif di negara maju yang
(fair trade) atau tepatnya pada tingkat
kesetaraan dan kebersaingan negara pasti amat terpukul. Tahun 2001/ 2002 lalu
berkembang dalam peta perdagangan dunia kerugian di Brazil ditaksir mencapai US$
apabila subsidi besar-besaran dalam 600 juta, suatu jumlah yang tidak sedikit,
Undang-Undang Pertanian (farm bill) AS sehingga mendorong para aktivis, juru
tersebut direncanakan dalam waktu 10 runding dan politisi negara sepak bola
tahun mendatang. Dalam hal beras, tersebut untuk mengajukan gugatan resmi
misalnya, AS telah mencadangkan sekitar kepada WTO September 2002. Namun,
US$ 100 ribu subsidi per petani yang sampai sekarang belum ada keputusan yang
diberikan kepada kepada siapa pun yang telah dihasilkan. Hal yang menarik dari
mau mengganti tanamannya dengan padi. kasus di atas adalah mengapa hanya Brazil
Negara Bagian di pantai barat seperti yang merasa mempunya nyali dan berani
California dan Washington; dan Negara maju menuntut AS di meja hijau
Bagian di Tenggara (Southeast) seperti perundingan WTO.
Louisiana, South dan North Carolina
memang sedang antusias mengembangkan
agribisnis padi sawah. Target besar untuk 4. Reforma Kebijakan dan
menjadi produsen nomor dua beras dunia, Benchmarking di Indonesia
dapat menjadi kenyataan, terutama ketika Indonesia sebenarnya telah melakukan
perundingan dan persaingan tingkat dunia reforma kebijakan perdagangan, walau
dengan negara-negara Eropa Barat dalam sering belum terstruktur rapi kadang
hal gandum sering mengalami kendala terlalu liberal karena memperoleh tekanan
besar, walaupun kadang terlalu politis. dari pihak asing atau lembaga internasional,
Betul, bahwa selama ini sebagian besar dari tapi kadang terlalu protektif dan mengarah
beras dunia masih disuplai oleh negara- tidak rasional karena memperoleh tekanan
negara Asia seperti Thailand, Burma, dari kelompok kepentingan di tanah air.
Vietnam, Cina, India, dan lain-lain, yang Forum kerjasama regional di tingkat Asia
juga sekaligus berfungsi sebagai konsumen Tenggara telah membentuk AFTA
beras terbesar. (ASEAN Free Trade Area), dan forum
Kasus yang menimpa komoditas kapas kerjasama ekonomi Asia dan Pasifik
mungkin layak menjadi perhatian serius. (APEC) telah menetapkan garis-garis
Subsidi besar-besaran sekitar US$ 3,9 miliar kebijakan liberalisasi perdagangan yang
yang diberikan kepada petani kapas di AS akan lebih efektif pada tahun 2010. Suka
telah berkontribusi terhadap kelebihan atau tidak suka, kinerja produksi pangan
keseimbangan penawaran (over supply), yang dan pertanian di dalam negeri dipengarui
tentu saja menyebabkan anjloknya harga oleh keputusan kebijakan yang mengarah
kapas dunia. Negara produsen kapas, yang liberalisasi tersebut di atas.
kebetulan berada pada belahan negara
Walaupun Indonesia agak sulit meniru
berkembang seperti Chad dan Mali di langkah subsidi yang dilakukan negara-
Afrika Barat dan Brazil di Amerika Selatan
negara maju, akan tetapi untuk keperluan
Tabel 1.
karena laju konsumsi jagung yang juga rasanya agak mustahil dapat terkejar dalam
tumbuh lebih cepat, Indonesia pun masih sisa waktu ke depan, mengingat terlalu
harus mengandalkan jagung impor dalam banyak masalah yang harus diselesaikan.
jumlah yang cukup signifikan. Impor Hal yang cukup berat untuk ditangani
jagung Indonesia diperkirakan mencapai 1.1 adalah bahwa basis usahatani tebu semakin
juta ton per tahun atau setara dengan tergeser oleh komoditas lain, terutama padi,
kehilangan devisa negara US$ 130 juta atau palawija dan hortikultura yang
sekitar Rp 1,1 triliun, sesuatu yang perlu menghasilkan pendapatan ekonomi tinggi
diperhatikan. berlipat. Di lain pihak, upaya menangkal
serbuan gula impor dengan solusi kebijakan
Kinerja produksi gula tebu pun tidak
tataniaga gula nyaris mandul karena
jauh berbeda, walaupun telah menunjukkan
berbagai entry barriers yang justru
sedikit perbaikan pasca krisis ekonomi,
menimbulkan jalan pintas para pemburu
namun tidak akan cukup untuk mencapai
rente dan dikhawatirkan mengacaukan
target pencapaian swasembada gula pada
skenario swasembada gula di dalam negeri
tahun 2007-2008. Produksi gula domestik
pada tahun 2007-2008 nanti.
hanya mencapai 1,9 juta ton, sedangkan
tingkat konsumsi rumah tangga dan
konsumsi industri makanan telah mencapai
3,5 juta ton dengan laju yang semakin cepat.
Kekurangan pasokan gula yang harus
dipenuhi dari impor sebesar 1,6 juta ton
Produksi Padi
60,000
50,000
40,000
ribu ton
30,000
20,000
10,000
0
1974
1976
1978
1980
1996
1998
2000
2002
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
Produksi Jagung
12,000
10,000
8,000
ribu ton
6,000
4,000
2,000
0
1974
1976
1978
1980
1996
1998
2000
2002
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
Produksi Gula
3000
2500
2000
ribu ton
1500
1000
500
0
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002 Produksi Kedelai
2,000
1,600
Ribu ton
1,200
800
400
0
1974
1976
1978
1980
1996
1998
2000
2002
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
Pangan yang berada di Kantor Departemen karena iklim keterbukaan yang mulai
Pertanian. Lembaga pemerintah ini tidak membaik. Lembaga STE ini juga menjaga
memiliki mandat khusus melakukan untuk stok penyanggah komoditas strategis dan
stabilisasi harga panga, tetapi selama ini bahkan membukakan jalan bagi ekspor
melakukan pembelian produksi pangan di komoditas pangan yang telah mengalami
daerah-daerah terpencil, atau pada daerah di surplus. Di Malawi, lembaga STE negara
mana para pedagang dan sektor swasta hanya berfungsi sebagai regulator dan
lainnya tidak aktif berdagang dan sesekali melakukan pengelolaan stok
melaksanakan fungsinya. penyanggah bagi jagung, dengan prinsip
buyer of last resort. Apabila sektor atau
Badan Biji-Bijian (The Grain Board)
perdagangan oleh swasta semakin
di Tunisia juga telah berbenah dalam
berkembang, maka fungsi sebagai pembeli
mengantisipasi keterbukaan perdagangan
penyelamat tersebut mungkin dapat
dunia, walaupun masih memegang hak
dikurangi.
monopoli dalam impor gandum dan barley.
STE seperti Grain Board ini juga Dalam konteks komoditas
melakukan pembelian gandum dari petani pertanian non-pangan, lembaga STE yang
domestik dengan harga yang ditetapkan dimiliki Mali yang bernama CMDT
Pemerintah dan melakukan penjualan pada (Compagnie Malienne pour le Developpement des
konsumen domestik dengan harga yang Textiles) dianggap sangat berjasa memajukan
disubsidi. Pedagang swasta telah sektor usaha kapas. CMDT mengontrol
diperkenankan melakukan impor pangan produksi kapas dan mengelola seluruh
penting tersebut atas nama Grain Board suplai input seperti benih, pupuk, pestisidan
dengan harga impor yang ditentukan dan jasa penyuluh lapang. Kunci
melalui negosiasi secara komersial. Akan keberhasilan CMDT adalah hubungannya
tetapi, nilai jual kembali (resale value) dari dengan pemilik saham para konglomerat
sereal impor ini sama dengan harga asal Prancis yang tidak hanya menjamin
penjualan yang berasal dari produksi lokal. pembelian, tetapi juga melakukan bantuan
studi secara mendalam dalam produksi dan
Lembaga STE yang melekat
pemasaran serta strategi yang dibutuhkan.
dengan lembaga negara juga dijumpai di
Ketika sektor swasta diperkenankan
Ethiopia dan Malawi. Di Ehtiopia, lembaga
bermitra dengan pemerintah sejak tahun
negara masih dominan dalam pemasaran
1988, beberapa prasyarat yang harus
produk pangan dan stabilisasi harga pangan
dipenuhi swasta adalah tentang kuota
di dalam negeri, untuk mengatasi tragedi
produksi dan pemasaran untuk
kelaparan yang melanda denga dahsyat di
memanfaatkan kapasitas terpasang dari
sana pada dekade 1970 dan 1980an.
pabrik pengolahan yang dimiliki CMDT,
Lembaga negara ini sering kali berasing
insentif harga di tingkat petani, serta
dengan pedagang swasta, walaupun
pengendalian biaya orgaisasi termasuk
manipulasi pasar telah mulai berkurang
Soybeans ($/mt)
450
375
300
225
150
Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05
25
20
15
10
Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05
M a i z e ( $ /m t)
140
120
100
80
60
Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05
R i c e , T h a i 5 % ( $ /m t )
350
275
200
125
50
Jan-00 Jan-01 Jan-02 Jan-03 Jan-04 Jan-05
13,000
12,000
11,000
10,000
9,000
8,000
7,000
Jan-04
Jan-05
May
May
Sept
Sept
Juli
Juli
Mar
Mar
Nov
% m-t-m % y-o-y
10.00 20.00
9.00 18.00
8.00
16.00
7.00
14.00
6.00
12.00
5.00
10.00
4.00
8.00
3.00
6.00
2.00
4.00
1.00
0.00 2.00
May
May
Apr
Apr
Mar
Mar
Okt
Okt
Ags.
Agust
Sept
Sept
Feb
Feb
Jun
Jun
Juli
Juli
Jan-04
Jan-05
Des
Nov
-1.00 -
Bulan
Gambar 3.
Pertumbuhan Uang Beredar, Januari 2004 September 2005
M1
1,200,000 M2
1,000,000
M1 dan M2 (Miliar Rp)
800,000
600,000
400,000
200,000
-
Jan- Mar May Juli Sept Nov Jan- Mar May Juli Sept
04 05
Gambar 4.
Pergerakan Suku Bunga, Januari 2004 September 2005
18.00
16.00
14.00
12.00
Suku Bunga (%)
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
-
Jan-04
Jan-05
Nov
Juli
Juli
Jun
Jun
Des
Feb
Mar
Feb
Mar
Apr
Okt
Apr
Ags.
Ags.
May
May
Sept
Sept
SBI (3bln) (%) Bulan Simpanan Berjangka (3 bln) (%)
Tabungan (%) Kredit KMK (%)
Kredit Investasi (%)
Tabel 5.
Indikator Kinerja Perbankan
Namun demikian, walaupun secara untuk kredit investasi justru turun sekitar
umum kinerja perbankan masih relatif 19 persen. Kondisi makro-ekonomi yang
aman, namun fungsi intermediasi kurang stabil menyebabkan risiko investasi
perbankan belum berjalan sempurna. di Indonesia lumayan ting gi sehingga kredit
Pertumbuhan kredit perbankan sampai investasi menurun. Disamping itu perlu
triwulan III 2005, masih jauh lebih kecil diwaspadai bahwa pertumbuhan kredit yang
dari DPK yag dihimpun bank. cukup cepat biasanya juga diikuti dengan
Pertumbuhan kredit perbankan lebih kenaikan kredit bermasalah. Total kredit
banyak pada kredit konsumsi. Hingga akhir perbankan naik dari sekitar 27 persen akhir
September 2005 kredit konsumsi tahun 2004 menjadi 29,3 persen pada
meningkat sampai 46,3 persen September 2005. Dengan komposisi ini,
dibandingkan dengan periode yang sama maka pertumbuhan kredit masih tinggi, tapi
tahun 2004. Sedangkan kredit modal kerja indikasi kenaikan kredit bermasalah (NPL)
hanya naik sekitar 28,4 persen. Bahkan juga akan terjadi.
Gambar 6.
Perkembangan Dana dan Kredit Perbankan , Januari 2004 September 2005
1,200,000
1,000,000
800,000
Dana - Kredit
600,000
400,000
200,000
0
Juli
Juli
Okt
Feb
Feb
Des
Jan-04
Jan-05
May
May
Jun
Jun
Mar
Mar
Ags.
Ags.
Sept
Sept
Apr
Apr
Nov
Dana Perbankan (Miliar Rp) Kredit Perbankan (Miliar Rp)
Tabel 7.
Perkembangan Neraca Perdaganagan Indonesia
Total Impor, Cif 4,815.7 5,401.1 4,896.7 15,113.5 33,499.9 43,746.7 -30.59
Migas 1,488.6 2,030.9 1,772.8 5,292.3 8,243.7 13,276.3 -61.05
Minyak Mentah 472.7 715.2 400.4 1,588.3 4,381.0 5,436.6 -24.09
Hasil Minyak 1,015.9 1,315.7 1,372.4 3,704.0 3,856.7 7,835.8 -103.17
Gas 0.0 0.0 0.0 0.0 6.0 3.9 35.00
Non Migas 3,327.1 3,370.2 3,123.9 9,821.2 25,256.2 30,470.4 -20.65
Sementara itu dari sisi kinerja neraca pinjaman LN swasta, hanya FDI dan
modal, aliran dana keluar untuk Portfolio Investment yang masih mencatat
pembayaran utang dan impor masih net inflows masing -masing sebesar 247 juta
semakin meningkat sementara aliran dana dolar dan 524 juta dolar. Dengan
masuk masih terbatas. Aliran masuk modal perkembangan tersebut, peran investasi
neto pemerintah lebih kecil dari perkiraan yang bersifat likuid (portofolio) masih
akibat rendahnya realisasi pencairan dominan dalam mendukung aliran modal
komitmen pinjaman luar negeri. Masih masuk. Guna menjaga ketahanan sektor
terbatasnya realisasi aliran masuk modal eksternal ke depan, diperlukan percepatan
akibat belum kondusifnya perbaikan iklim realisasi upaya peningkatan arus masuk
investasi. Dari sisi struktur aliran modal, modal asing yang sustainable dan bersifat
modal asing swasta yang masuk masih non-debt creating, serta peningkatan devisa
dalam berbentuk pinjaman (40%), serta hasil ekspor. Jika tidak, memburuknya
FDI dan FPI masing -masing sekitar 30% kinerja neraca pembayaran ini secara
dari total aliran modal masuk. Dengan fundamental telah memberikan tekanan
masih tingginya beban pembayaran yang besar terhadap nilai tukar rupiah.
Gambar 8.
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral , Triwulan III 2004 Triwulan III 2005
12
10
0
Triw III-04 IV Triw I-05 II III
-2
-4
-6
Pertanian Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan Bangunan
Perdagangan, Hotel, & Restoran Keuangan, Persewaan & Jasa
Sementara dari sisi permintaan juga disposable riil masyarakat dapat dipahami
menunjukkan kecenderungan yang sama, sebagai akibat dari tingginya inflasi.
baik pengeluaran rumah tangga maupun
Sementara itu, keterbatasan anggaran
pemerintah. Konsumsi swasta pada
Pemerintah berakibat menekan
triwulan III-2005 hanya tumbuh sebesar
pengeluaran, konsumsi dan investasi
4,43 (y-o-y). Perlambatan terutama terjadi
pemerintah sehingga peran kebijakan fiskal
pada konsumsi non-makanan, seperti
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
listrik rumah tangga, penjualan motor dan
sangat terbatas. Hal itu disebabkan oleh
mobil serta tercermin pada pertumbuhan
pencairan Daftar Isian Pelaksanaan
uang kartal riil. Perlambatan konsumsi ini
Anggaran (DIPA) yang terlambat sehingga
dikonfirmasi oleh hasil survei konsumen
sebagian besar baru terlaksana pada
yang menununjukan bahwa telah terjadi
triwulan III. Kinerja fiskal sampai triwulan
penurunan penghasilan riil masyarakat yang
III tahun 2005 masih sangat terbatas dalam
cukup drastis. Menurunnya pendapatan
mendorong pertumbuhan ekonomi baik
Gambar 9.
Pertumbuhan Ekonomi Sektoral , Triwulan III 2004 Triwulan III 2005
35
30
25
20
15
10
0
Triw III-04 IV Triw I-05 II III