Sunteți pe pagina 1din 16

Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat

Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)

JURNAL KETAHANAN NASIONAL


ISSN: 0853-9340 (Print), ISSN: 2527-9688 (Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di: http://jurnal.ugm.ac.id/JKN
VOLUME 23 No. 1, 27 April 2017 Halaman 1-16

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan


Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)

Anak Agung Istri Andriyani


Akademi Militer Magelang
Email : yuarini@gmail.com

Edhi Martono
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada
Email: edhi.martono@ugm.ac.id

Muhamad
Fakultas Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Email: drmuhammad@ugm.ac.id

ABSTRACT
The objective of this research was to understood the process of community empowerment through the
development of tourism village in Penglipurans Tourism Village and its implications related to the villages socio-
cultural resilience. The research had led to the finding that the process of community empowerment consisted
of three stages.The stages were public awareness, giving capacity and empowerment. The form of community
empowerment involving public participation starting from planning, implementation and evaluation. Problems
of community empowerment relating to maintained culture and customs from modernitation influence,the attitude
of society, human resources, accomodation tourist availability and promotion activities.In result, empowerment
of communities through the development of tourism village in Penglipurans village was giving implemented in
socio-cultural resilience such as strengthening and some changes in the social and cultural values and environment.

Keywords: Community Empowerment, Development of Tourism Village, Regional Socio-Cultural Resilience

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami berlangsungnya proses pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan desa wisata di Desa Wisata Penglipuran dan implikasinya terhadap ketahanan sosial budaya wilayah.
Hasil penelitian diketahui bahwa proses pemberdayaan masyarakat di Desa Wisata Penglipuran berlangsung dalam
tiga tahap yaitu tahap penyadaran, pengkapasitasan dan pemberian daya. Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat
melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun kendala-kendala dalam
pemberdayaan masyarakat berkaitan dengan usaha mempertahankan budaya dan adat istiadat dari arus modernisasi,
sikap masyarakat, terbatasnya sumber daya manusia dan ketersediaan akomodasi wisata serta kurangnya kegiatan
promosi.Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan desa wisata memberikan implikasi terhadap ketahanan
sosial budaya wilayah berupa penguatan dan beberapa perubahan pada tata nilai sosial, budaya dan lingkungan.

Kata Kunci : Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Desa Wisata, Ketahanan Sosial Budaya Wilayah

1
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

PENGANTAR perkotaan, masyarakat pedesaan masih


Pulau Bali memiliki keragaman potensi menjalankan tradisi dan ritual-ritual budaya
wisata meliputi potensi wisata alam dan dan topografi yang cukup serasi. Kedua,
potensi wisata budaya disertai dengan wilayah pedesaan memiliki lingkungan
keramahtamahan masyarakatnya menjadikan fisik yang relatif masih asli atau belum
Bali sebagai daerah tujuan wisata utama banyak tercemar oleh ragam jenis polusi
di Indonesia. Arus kedatangan wisatawan dibandingankan dengan kawasan perkotaan.
baik dari dalam maupun luar negeri sangat Ketiga, dalam tingkat tertentu daerah pedesaan
lancar. Keberhasilan Bali dalam menarik menghadapi perkembangan ekonomi yang
wisatawan untuk berkunjung telah banyak relatif lambat, sehingga pemanfaatan potensi
memberi manfaat kepada masyarakat, melalui ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal
penciptaan lapangan kerja, mendorong ekspor secara optimal merupakan alasan rasional
hasil-hasil industri kerajinan serta sebagai dalam pengembangan pariwisata pedesaan
sumber devisa daerah bahkan dalam beberapa (Damanik, 2013:69).
dasa warsa sektor pariwisata telah mampu Salah satu kabupaten di Bali yang
menjadi generator penggerak (leading sector) mengembangkan serta memanfaatkan potensi
perekonomian daerah Bali (Pitana, 1999:45). wisata alam dan budaya masyarakat yang
Kejenuhan terhadap bentuk wisata modern dimiliki menjadi obyek dan daya tarik wisata
dan ingin kembali merasakan kehidupan di alam adalah Kabupaten Bangli melalui Desa
pedesaan serta berinteraksi dengan masyarakat Wisata Penglipuran. Desa Wisata Penglipuran
dan aktifitas sosial budayanya menyebabkan memiliki berbagai potensi wisata yang
berkembangnya pariwisata di daerah-daerah dijadikan daya tarik bagi wisatawan untuk
pedesaan yang dikemas dalam bentuk desa berkunjung. Daya tarik yang dimiliki adalah
wisata. Pariwisata Inti Rakyat (PIR) dalam pola tata ruang desa, arsitektur tradisional
Hadiwijoyo (2012:68) mendefinisikan desa rumah penduduk, hutan bambu dengan
wisata adalah suatu kawasan pedesaan yang beragam jenis pohon bambu di dalamnya,
menawarkan keseluruhan suasana yang adat istiadat masyarakat lokal, makanan dan
mencerminkan keaslian perdesaan baik dari minuman tradisional serta hasil kerajinan
kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, bambu khas desa tersebut.
adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur Pengembangan pariwisata di Desa
bangunan dan struktur tata ruang desa yang Wisata Penglipuran tidak terlepas dari peran
khas, atau kegiatan perekonomian yang aktif masyarakat sekaligus sebagai usaha
unik dan menarik serta mempunyai potensi pemberdayaan masyarakat setempat untuk
untuk dikembangkannya berbagai komponen meningkatkan kesejahteraan dan melestarikan
kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, seni budaya. Menurut Kartasasmita (1997:11-
makanan-minuman dan kebutuhan wisata 12) pemberdayaan masyarakat adalah upaya
lainnya. untuk meningkatkan harkat dan martabat
Pengembangan pariwisata pedesaan lapisan masyarakat yang dalam kondisi
didorong oleh tiga faktor. Pertama, wilayah sekarang tidak mampu melepaskan diri dari
pedesaan memiliki potensi alam dan budaya perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
yang relatif lebih otentik daripada wilayah Pemberdayaan masyarakat sendiri memerlukan

2
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
suatu proses, pengertian pemberdayaan dan hasil pemberdayaan serta mengidentifikasi
sebagai suatu proses menunjuk pada implikasi pemberdayaan masyarakat tersebut
serangkaian tindakan atau langkah-langkah terhadap ketahanan sosial budaya wilayah.
yang dilakukan secara kronologis sistematis Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
yang mencerminkan tahapan untuk mengubah pendekatan kualitatif. Data yang digunakan
pihak yang kurang atau belum berdaya menuju adalah data primer dan data sekunder. Data
keberdayaan (Sulistiyani, 2004:77). primer diperoleh dengan cara observasi dan
Tujuan pembangunan kepariwisataan wawancara. Observasi dilakukan terhadap (1)
melalui pemberdayaan masyarakat dapat aktivitas pengelola desa wisata dan masyarakat
terwujud apabila pembangunan tersebut bukan yang berkaitan dengan pengelolaan desa
hanya pembangunan yang bersifat ekonomik wisata; (2) aktivitas masyarakat sehari-hari di
semata, tetapi pembangunan yang bersifat lingkungan Desa Penglipuran dan (3) Kondisi
sosial dan budaya. Diharapkan kepariwisataan fisik (tempat) penelitian meliputi lingkungan,
yang berkembang melalui desa wisata tidak obyek wisata, sarana dan prasarana wisata.
saja akan memperkuat ketahanan sosial Bentuk wawancara yang dilakukan oleh
budaya masyarakat setempat namun lebih peneliti adalah wawancara semi terstruktur
luas lagi akan memperkuat ketahanan sosial yang bersifat terbuka dimana subyek tahu
budaya bangsa dan negara. bahwa mereka sedang diwawancarai dan
Lembaga Ketahanan Nasional mengetahui pula apa maksud dan tujuan
mendefinisikan ketahanan sosial budaya wawancara. Partisipan yang dipilih dalam
sebagai Keuletan dan ketangguhan bangsa pengumpulan data melalui wawancara
dalam mewujudkan nilai-nilai budaya nasional adalah orang yang dianggap tahu tentang
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa proses pemberdayaan masyarakat di Desa
dan bernegara guna memantapkan jati diri Wisata Penglipuran sehingga mereka dapat
dan integritas bangsa untuk menjamin memberikan masukan secara tepat tentang
kesinambungan pembangunan nasional potensi, kendala dan strategi pengembangan
dan kelangsungan hidup bangsa dan negara daya tarik wisata di desa tersebut. Partisipan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang yang dipilih sebanyak 18 orang sebagai
Dasar 1945 (Lemhannas, 1993:39). Parameter partisipan kunci meliputi unsur pemerintahan
Ketahanan Sosial Budaya menurut Sukaya sejumlah 6 orang terdiri dari unsur Dinas
(2002: 71-72) terdiri atas asas-asas yang Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah
meliputi asas kesejahteraan dan keamanan, Daerah Kabupaten Bangli, Kepala Desa
asas komprehensif integral/menyeluruh Kubu, Bendesa Adat Penglipuran, Ketua
terpadu, asas mawas ke dalam dan mawas Lingkungan Penglipuran, dan Wakil Ketua
keluar serta asas kekeluargaan. Lingkungan Penglipuran, Ketua pengelola
Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji Desa Wisata Penglipuran, unsur pemuda dan
berlangsungnya proses pemberdayaan tokoh masyarakat sejumlah 3 orang, warga
masyarakat melalui pengembangan desa Desa Penglipuran yang berprofesi sebagai
wisata di Desa Wisata Penglipuran meliputi pedagang, perajin dan penyedia homestay
bentuk pemberdayaan masyarakat, kendala sejumlah 5 orang dan wisatawan sejumlah 3
yang dihadapi selama proses pemberdayaan orang.

3
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

Data sekunder diperoleh dari studi kegiatan dan permasalahan adat dan seiring
kepustakaan yaitu pengumpulan data dari dengan meningkatnya jumlah kunjungan
sejumlah literatur berupa buku, jurnal, majalah, wisatawan serta permasalahan yang semakin
koran ataupun karya tulis lainnya yang kompleks maka dibentuklah organisasi khusus
relevan dengan topik penelitian, dokumentasi, untuk mengelola desa wisata.
memanfaatkan dokumen tertulis, gambar Organisasi ini diresmikan pada tanggal
maupun berbentuk karya yang berkaitan 1 Mei 2012 melalui Surat Keputusan Nomor:
dengan aspek-aspek yang diteliti dan data 556/557/DISBUDPAR/2012 oleh Dinas
dari internet. Metode analisis data meliputi Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah
pengumpulan data, reduksi data, penyajian Daerah Kabupaten Bangli. Organisasi
data dan pengambilan kesimpulan. pengelola desa wisata dibentuk dari kelompok
sadar wisata yang beranggotakan warga Desa
PEMBAHASAN Penglipuran dimana kelompok sadar wisata
Organisasi Desa Wisata Penglipuran ini keberadaannya sudah ada di desa wisata
Organisasi pengelola Desa Wisata tersebut sebelum terbentuknya organisasi
Penglipuran merupakan organisasi baru pengelola desa wisata. Peran organisasi
di bawah naungan prajuru adat dan dinas desa wisata adalah mengumpulkan ide-ide
yang bertanggung jawab penuh kepada desa dari masyarakat melalui rapat-rapat desa,
adat dan mempunyai kedudukan sejajar mulai dari perencanaan, pengelolaan dan
dengan lembaga adat lainnya. Pada awalnya mengatur segala sesuatu yang berkaitan
pengelolaan desa wisata dikelola langsung dengan pengembangan desa wisata. Struktur
oleh desa adat, mengingat beban prajuru organisasi Desa Wisata Penglipuran dapat
desa adat yang begitu berat berkaitan dengan dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1
Struktur Organisasi Desa Adat Penglipuran

Sumber :Sekretariat Desa Wisata Penglipuran, 2015

4
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
Proses Pemberdayaan Masyarakat ..oh ini kurang baik ini sudah rusak...kita
Konsep pemberdayaan masyarakat benahi, jadi dengan dijadikan obyek wisata
semakin kuatlah kita memiliki upaya untuk
di Desa Wisata Penglipuran berlandaskan
melestarikan itu (wawancara tanggal 1
falsafah agama Hindu yaitu Tri Hita Desember 2015).
Karana atau tiga penyebab keharmonisan,
kesejahteraan, kebahagiaan, kedamaian. Upaya pelestarian di Desa Wisata
Falsafah ini diimplementasikan menjadi tiga Penglipuran dari segi fisik sudah dimulai dari
aspek yaitu aspek Parahyangan, Pawongan awal tahun 1990, yaitu dengan mempertahankan
dan Palemahan, yaitu hubungan yang harmonis keaslian bahan dan bentuk bangunan rumah
antara manusia dengan Tuhan, antar sesama warga yang ramah lingkungan yaitu angkul-
manusia, dan manusia dengan lingkungannya. angkul (pintu masuk) yang berbahan tanah
Proses pemberdayaan masyarakat melalui dan beratap bambu, paon (dapur tradisional)
pengembangan desa wisata di Desa Wisata yang dindingnya terbuat dari gedeg (anyaman
Penglipuran melalui tiga tahapan, meliputi bambu) dan bale saka enem yang juga beratap
tahap penyadaran, tahap pengkapasitasan dan bambu. Untuk menjaga kenyamanan dan
terakhir tahap pemberian daya. keasrian lingkungan, masyarakat setempat
Tahap pertama adalah tahap penyadaran membuat taman di depan rumah mereka
dimana pada tahap ini dilakukan sosialisasi (telajakan) yang ditanami dengan aneka
pembentukan desa wisata kepada masyarakat ragam tanaman bunga serta adanya pelarangan
desa. Proses sosialisasi dilakukan oleh masuknya kendaraan bermotor di pekarangan
para tokoh desa melalui rapat-rapat desa induk pada jam-jam tertentu.
dengan memberikan pemahaman kepada Desa Wisata Penglipuran telah lama
masyarakat tentang pembentukan desa wisata dikenal memiliki potensi wisata alam dan
di lingkungan tempat tinggal mereka. Proses wisata budaya berupa arsitektur bangunan
ini sejak awal tidak menemukan kendala yang khas, seiring berjalannya waktu
yang berarti karena sebelum berstatus sebagai masyarakat Desa Wisata Penglipuran berusaha
desa wisata, Desa Penglipuran merupakan untuk mengembangkan potensi wisata lain
suatu desa konservasi, yaitu suatu desa yang yang dikembangkan dan digali dari aktivitas
berusaha untuk melestarikan budaya, adat kehidupan warga sehari-hari dan dikemas
istiadat, hukum adat (awig-awig), dan tata cara dalam bentuk atraksi wisata meliputi atraksi
kehidupan sehari-hari serta lingkungannya menganyam, membuat makanan tradisional,
untuk diwariskan kepada generasi penerus mengolah kopi, memanjat kelapa, meodong
agar tidak pudar seiring berjalannya waktu. (adu ayam), trancking Penglipuran-Cekeng,
Hal ini disampaikan oleh Bendesa Adat, I dan melihat pengolahan minuman tradisional
Wayan Supat sebagai berikut : loloh cemcem. Atraksi ini ditawarkan kepada
wisatawan dalam bentuk paket ataupun atraksi
Kalau hambatan berkaitan dengan
lainnya sesuai permintaan wisatawan.
penawaran konsep dijadikan obyek wisata
waktu itu tidak ada, berjalan begitu saja Pembangunan desa wisata tidak lepas
dan mulai dari tahun 90-an kita sudah dari peran serta masyarakat. Oleh sebab
menambah greget untuk upaya pelestarian itu diperlukan adanya situasi dan kondisi
lagi jadi ada pembenahan-pembenahan masyarakat yang memiliki pola berpikir

5
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

yang sadar wisata. Penerapan sikap sadar Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah
wisata diharapkan akan mengembangkan Daerah Kabupaten Bangli Bidang Bimbingan
pemahaman dan pengertian yang proporsional dan Penyuluhan tiap tahun mengadakan
di antara berbagai pihak, sehingga pada program pelatihan kepada kelompok-
gilirannya akan mendorong masyarakat untuk kelompok sadar wisata yang ada di Bangli,
berperan serta dalam pariwisata (Nursaid, selain itu pemerintah melalui dinas kesehatan
2016:224). Pengembangan desa wisata di dan dinas perindustrian dan perdagangan
Desa Wisata Penglipuran mendapat dukungan memberikan bantuan berupa bimbingan,
dari masyarakat setempat yang terlihat penyuluhan dan pelatihan kepada kelompok
dari keterlibatan mereka dalam menjaga perajin baik perajin bambu dan perajin
dan merawat kebersihan dan kenyamanan minuman tradisional untuk meningkatkan
lingkungan, melestarikan budaya baik secara kualitas hasil kerajinan mereka. Berikut ini
fisik maupun non fisik serta partisipasi mereka adalah tabel 1, daftar pelatihan/bimbingan
dalam mendukung berbagai kegiatan atraksi teknis yang pernah diikuti oleh kelompok
wisata. Partisipasi masyarakat lainnya nampak Sadar Wisata Penglipuran.
dalam menyediakan berbagai akomodasi
wisata yang dibutuhkan oleh wisatawan Tabel 1
Daftar Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Teknis
berupa tersedianya tempat penginapan atau Desa Wisata Penglipuran
homestay dan warung yang menyediakan No. Jenis Kegiatan Waktu Pelaksanaan
berbagai macam makanan dan minuman serta 1. Pembekalan Pelayanan Prima 22 Oktober 2012
aneka cinderamata. 2. Bimbingan Teknis Daya Pari- 1 Maret 2012
3. wisata Oktober 2013
Ta h a p k e d u a a d a l a h t a h a p 4. Seminar Pariwisata Agustus 2014
pengkapasitasan. Peran serta pemerintah Bimbingan Pemanfaatan TIK
5. dalam Pemasaran Pariwisata Mei 2015
sebagai salah satu stakeholder pariwisata Bimbingan Teknis Kapasitas
sangat dibutuhkan pada tahap ini. Pemerintah Sumber Daya Pariwisata
dan masyarakat sebenarnya memiliki tanggung Sumber : Disbudpar Kab. Bangli Bidang Bimbingan
dan Penyuluhan
jawab yang sama dalam pengembangan
pariwisata. Namun demikian, pemerintah
seharusnya lebih berperan dalam mengajak, Tahap ketiga yaitu tahap pemberian
menggugah, dan menggairahkan masyarakat. daya. Pemberdayaan masyarakat melalui
Tugas tersebut salah satunya diwujudkan dalam pengembangan desa wisata di Desa
bentuk kerja sama yang baik antara pemerintah Penglipuran pada tahap ini dapat dilihat dari
dan masyarakat (Saryani, 2013:51-52). Peranan peran pemerintah dalam memberikan bantuan
pemerintah di Desa wisata Penglipuran dalam baik berupa dana pinjaman kepada kelompok
hal ini adalah meningkatkan sumber daya masyarakat yang memiliki usaha maupun
manusia melalui bimbingan, penyuluhan dan bantuan secara fisik untuk meningkatkan
pelatihan di bidang kepariwisataan maupun sarana dan prasarana pariwisata. Bantuan
kepada kelompok masyarakat yang memiliki secara fisik berupa pembuatan lahan parkir
usaha kerajinan di area obyek wisata. Untuk yang representatif, pengaspalan jalan,
meningkatkan sumber daya manusia di bidang penataan kebun bambu, pembuatan toilet
kepariwisataan, pemerintah melalui Dinas umum dan pembangunan rumah contoh.

6
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
Desa Wisata Penglipuran tercatat menerima orang juga memberi masukan-masukan.
bantuan dana sebesar Rp. 100.000.000,00 Jadi kita, baik itu dari masyarakat, praktisi
pariwisata, juga dari pemerintah, kita sendiri
(seratus juta rupiah) pada tahun 2014 dan
pengelola, desa adat, kita sering sharing
Rp. 135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima (wawancara tanggal 14 Januari 2016).
juta rupiah) pada tahun 2015 dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Bangli melalui Dinas Bentuk pemberdayaan masyarakat
Kebudayaan dan Pariwisata dengan sasaran pada tahap pelaksanaan diwujudkan dengan
penataan parkir, sedangkan bantuan dari bentuk keterlibatan masyarakat dalam
pemerintah pusat Desa Wisata Penglipuran menyediakan berbagai fasilitas pendukung
telah dua kali menerima bantuan dari Program yang bisa memenuhi kebutuhan wisatawan
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) selama berada di destinasi wisata berupa
Mandiri Pariwisata pada tahun 2012 dan tahun atraksi wisata, warung yang menyediakan
2013. Bantuan ini digunakan untuk perbaikan makanan, minuman dan cinderamata,
sarana prasarana kesenian (gong/gamelan homestay serta penggunaan tenaga kerja dari
dan barong) senilai Rp. 100.000.000,00 masyarakat setempat. Potensi wisata budaya
(seratus juta rupiah) dan untuk fasilitasi yang dimiliki oleh Desa Wisata Penglipuran
sarana kesenian (kostum tari) senilai Rp. meliputi aktivitas kehidupan sehari-hari
70.000.000,00 (tujuh puluh juta rupiah). yang mengandung unsur kearifan lokal yang
dikemas sedemikian rupa sehingga dapat
Bentuk-Bentuk Pemberdayaan Masyarakat dijadikan sebagai atraksi wisata. Sumber
Bentuk-bentuk pemberdayaan daya budaya yang dikembangkan sebagai
masyarakat melalui pengembangan desa atraksi wisata di Desa Wisata Penglipuran
wisata di Desa Penglipuran dapat dilihat meliputi seni tari, kerajinan, kegiatan dan
dari keterlibatan masyarakat secara langsung cara hidup masyarakat lokal, mengunjungi
maupun tidak langsung dalam program tempat-tempat bersejarah, serta mencoba
pengembangan desa wisata mulai dari kuliner masyarakat setempat seperti terlihat
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada pada tabel 2 berikut.
tahap perencanaan masyarakat setempat selalu
dilibatkan dalam pembicaraan mengenai Tabel 2
Daftar Atraksi Wisata di Desa Wisata Penglipuran
program pengembangan desa wisata melalui
No. Nama Atraksi Harga Jual (Rp)
rapat-rapat desa secara musyawarah mufakat. 1. Tari Panyembrahma 1.750.000/paket
I Nengah Moneng selaku ketua organisasi 2. Tari Puspawresti 1.950.000/paket
3. Bebarongan 2.300.000/paket
pengelola desa wisata menyampaikan 4. Joged 2.300.000/paket
keterlibatan masyarakat dalam perencanaan 5. Prembon 2.500.000/paket
6. Wayang 5.000.000/paket
program pengembangan desa wisata sebagai 7. Pembawa Bunga dengan Bunga 300.000/paket
berikut : 8. Menganyam 200.000/paket
9. Membuat Jajan Bali 150.000/paket
10. Mengolah Kopi 100.000/paket
Pengelola membuat konsep-konsep, konsep-
11. Memanjat kelapa 200.000/paket
konsep ini kita cocokkan dengan travel 12. Meodong 200.000/paket
agent atau agen-agen pariwisata, kita 13. Tracking Penglipuran Cekeng 750.000/paket
sosialisasikan juga kepada masyarakat, Sumber : Sekretariat Desa Wisata 2015, diolah
masyarakat per individu juga sekelompok

7
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

Berdasarkan hasil observasi, diketahui Homestay dikelola langsung oleh pengelola


dari jumlah total rumah yang ada di karang desa wisata, nanti pembagiannya dipotong
dulu untuk biaya-biaya operasional, seperti
induk yaitu sebanyak 76 rumah 50 di antaranya
breaksfast, snack, kemudian dapat bersih,
mengembangkan usaha dengan membuka 80% ke pemilik, 15% ke pengelola dan 5% ke
warung atau kios yang menjual makanan, desa adat. Kenapa pengelola itu mengambil
minuman dan cinderamata khas Penglipuran 15% karena dia yang bertanggung jawab,
atau khas Bali lainnya. Hampir semua yang membuat administrasinya, siapa yang
menginap, dari tanggal berapa sampai
warung di Desa Penglipuran menyediakan
tanggal berapa, ada yang paspornya diminta
minuman tradisional khas Penglipuran yaitu dulu untuk membuat laporan (wawancara
loloh cemcem dan jajanan tradisional Bali tanggal 19 Nopember 2015).
seperti klepon. Loloh cemcem merupakan
minuman asli Desa Penglipuran yang proses Proses pengembangan Desa Wisata
pembuatannya hanya ada di desa ini. Penglipuran melibatkan masyarakat setempat
Warga juga menyediakan homestay sebagai tenaga kerja baik sebagai pengelola
sebagai sarana untuk menginap wisatawan. desa wisata, petugas kebersihan maupun
Terdapat empat tipe homestay dengan harga tenaga kerja untuk pembangunan infrastruktur
yang bervariasi. Tipe pertama disebut guest pendukung pariwisata. Dari hasil penjualan
house, guest house ini merupakan hibah tiket, sebesar 20% masuk ke kas pengelola
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli, desa wisata. Dana tersebut digunakan untuk
sebelum difungsikan sebagai homestay, guest biaya operasional termasuk di dalamnya
house ini dulu dijadikan sebagai rumah contoh. menggaji personel yang bertugas, seperti
Guest house terdiri dari tiga buah kamar yang misalnya penjaga front office, penjual tiket,
dikelola langsung oleh pengelola desa wisata petugas keamanan, tukang parkir, petugas
dengan harga sewa Rp. 500.000,00 (lima kebersihan dan lain sebagainya. Demikian pula
ratus ribu rupiah)/hari. Tiga tipe homestay pada saat pembangunan ataupun perbaikan
berikutnya dibedakan menjadi tipe A, B fasilitas akomodasi untuk mendukung sarana
dan C. Homestay ini merupakan bagian dari dan prasarana pariwisata yang dilakukan oleh
rumah warga yang khusus direnovasi dan pemerintah daerah, seperti pengaspalan jalan
dibuat dengan nuansa rumah tradisional khas ataupun pemasangan paving pada lapangan
Bali, bersih, nyaman dan ramah lingkungan. parkir dan pembangunan yang dilakukan oleh
Homestay tipe A dengan tarif Rp. 350.000,00 desa adat misalnya untuk perbaikan pura,
(tiga ratus lima puluh ribu rupiah)/hari, tipe renovasi balai banjar, dan lain sebagainya
B dengan tarif Rp. 250.000,00 (dua ratus lima dimana dalam pembangunan-pembangunan
puluh ribu rupiah)/hari dan tipe C dengan tarif tersebut desa ini lebih mengutamakan pekerja
Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)/hari. dari warga setempat terutama dari warga yang
Perbedaan tipe ini berdasarkan kesiapan dan kurang mampu yang dipekerjakan sebagai
fasilitas yang ada di dalam homestay. Adanya buruh dengan upah rata-rata Rp 100.000,00
homestay ini tentu saja akan menambah (seratus ribu rupiah)/hari.
penghasilan warga. Adapun pembagian hasil Evaluasi program pengembangan desa
dari penyewaan homestay dijelaskan oleh I wisata meliputi evaluasi kegiatan pelayanan
Nengah Moneng dalam wawancara berikut ini. wisata sehari-hari maupun kegiatan dalam

8
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
Tabel 3
Pemasukan per Tahun dari Retribusi Pengunjung Desa Wisata Penglipuran
No. Tahun Pendapatan Total (Rp) Pendapatan Desa (Rp)
1. 2007 46.632.500 18.653.000
2. 2008 56.912.000 22.764.800
3. 2009 59.944.000 23.977.600
4. 2010 113.471.500 45.388.600
5. 2011 305.613.500 122.245.400
6. 2012 305.054.000 122.021.600
7. 2013 383.072.500 153.229.000
8. 2014 575.031.500 230.012.600
Sumber : Disbudpar Kab. Bangli Bidang Usaha, Jasa dan Sarana Pariwisata

event besar lainnya seperti Festival Village. Bagaimana masyarakat itu nantinya
Hasil evaluasi ini kemudian disampaikan di komitmennya terjaga terutama pada anak-
anak muda. Sering saya berbicara kalau
rapat-rapat desa yang dihadiri oleh pengelola
arsitektur itu rusak yang punya duit itu yang
desa wisata, prajuru desa adat dan masyarakat. merusak, karena biasanya yang punya duit
Selain hasil evaluasi kegiatan, pengelola desa itu yang aneh-aneh cari perhatian, buat
wisata juga mengumumkan dana hasil penjualan rumah yang aneh-aneh, Yang di Penglipuran
tiket selama sebulan kepada masyarakat. saya bilang tolong mengerti sederhana tapi
bermakn. Yang kita buat itu kita jaga, wajib
Menurut Peraturan Bupati Kabupaten
ada angkul-angkul, bale saka nem, bale
Bangli, pembagian hasil penjualan tiket antara dapur tradisional adat, ada tempat sucinya,
pemerintah daerah dengan desa adalah 60% walaupun belum mencapai 100%, untuk
ke Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli stylenya angkul-angkul sudah 100%. Kita
dan 40% diserahkan ke desa. Kemudian dari buat semacam kesepakatan itu, masih sytle
Bali dalam arti sesuai dengan kebutuhan,
40% yang masuk ke kas desa, 20% masuk ada unsur-unsur modernnya (wawancara
ke kas desa adat dan 20% lagi ke pengelola tanggal 22 Nopember 2015).
desa wisata untuk dana operasional. Tabel 3
di atas juga menunjukkan peningkatan jumlah Kendala lainnya berkaitan dengan
wisatawan yang berkunjung ke desa wisata sikap masyarakat terhadap usaha dagang
tersebut setiap tahunnya. dan penataan lingkungan. Masih adanya
masyarakat yang menjajakan dagangan
Kendala-Kendala Pemberdayaan dengan cara mengacung atau menawarkan
Masyarakat dagangan dengan mendatangi wisatawan
Proses pemberdayaan masyarakat dalam secara langsung, hal ini akan mengurangi
pengembangan desa wisata di Desa Wisata kenyamanan wisatawan. Untuk mengatasi
Penglipuran menghadapi beberapa kendala. hal tersebut warga yang ketahuan masih
Kendala tersebut nampak dari sikap beberapa menjajakan dagangan dengan cara mengacung
warga terutama dari kalangan generasi muda akan dikenai sanksi adat yaitu dengan memberi
yang berusaha untuk memodifikasi bentuk sesajen untuk pembersih Pura. Demikian pula
rumahnya ke arah modern, hal ini tentu saja dengan kondisi beberapa bangunan rumah
akan mengubah image/citra desa tradisional tradisional di Desa Wisata Penglipuran yang
seperti yang disampaikan oleh I Nengah terlihat sudah mengalami kerusakan dan
Moneng sebagai berikut : beberapa rumah tidak berpenghuni terlihat

9
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

tidak terawat. Peneliti mengamati beberapa Promosi untuk meningkatkan jumlah


atap angkul-angkul dan paon di beberapa kunjungan wisatawan harus lebih ditingkatkan
rumah warga mengalami penurunan kualitas. hal ini disebabkan jalur wisata ke Desa Wisata
Atap angkul-angkul dan paon ini terbuat Penglipuran bukan merupakan jalur basah
dari bambu, daya tahan bambu berkisar sehingga kurang begitu diminati oleh guide
antara 10 sampai dengan 20 tahun, lebih atau pemandu wisatawan. Kurangnya promosi
dari itu akan mengalami pelapukan sehingga juga menyebabkan banyak wisatawan tidak
memelukan renovasi atau penggantian. mengetahui adanya atraksi wisata lain selain
Tentu saja penggantian bagian dari bangunan melihat view desa yang ada di desa wisata
tersebut membutuhkan sejumlah dana, hal tersebut.
inilah yang mungkin menjadi kendala terutama
bagi masyarakat yang kurang mampu secara Hasil Pemberdayaan Masyarakat
ekonomi. Selain itu peneliti juga melihat Ada beberapa parameter yang dapat
sebagian atap-atap berbahan bambu tersebut digunakan sebagai ukuran kesuksesan
ditumbuhi tanaman liar, sehingga mengurangi ketahanan sosial budaya. Menurut Lestari
keindahan dan kerapihan bangunan. (2016:153) dalam penelitiannya mengatakan
Kendala pada sumber daya manusia bahwa parameter kesuksesan ketahanan
dimana bimbingan dan penyuluhan sehubungan sosial budaya di Desa Wisata Pentingsari
dengan pengembangan pariwisata yang dapat diamati dari terbentuknya kesejahteraan
dilakukan oleh Dinas Kebudayaan dan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat ini
Pariwisata Kabupaten Bangli selama ini masih diukur dari meningkatnya keberdayaan
sangat kurang, baik dari segi kualitas maupun ekonomi dan keterampilan sebagai kualitas
kuantitas. Tidak adanya pelatihan khusus kepada hidup masyarakat. Parameter lain dari
pemilik homestay serta kurangnya pemandu meningkatnya ketahanan sosial budaya yaitu
wisata dari masyarakat lokal. Demikian pula keberdayaan masyarakat. Pemberdayaan
dengan kurangnya kualitas maupun kuantitas masyarakat di Desa Wisata Penglipuran
akomodasi wisata yang ada di Desa Wisata sendiri menghasilkan beberapa hal sebagai
Penglipuran masih menjadi kendala bagi berikut.
pengembangan desa wisata tersebut terutama Pertama, kemampuan promosi. Desa
tersedianya lapangan parkir, tersedianya toilet Wisata Penglipuran memiliki website
umum yang bersih dan nyaman serta berstandar yaitu www.penglipuran.net sebagai media
internasional mengingat banyaknya wisatawan untuk mempromosikan desa wisata mereka
asing yang datang berkunjung serta belum secara online, selain itu desa wisata ini
adanya klinik kesehatan. juga mempromosikan desanya melalui
Kendala berkaitan dengan kegiatan brosur yang dibagikan kepada wisatawan
promosi. Berkaitan dengan promosi I Nengah yang datang ataupun melalui agen travel.
Moneng mengakui kelemahan yang ada, yang Promosi lainnya yaitu dengan aktif mengikuti
disampaikan sebagai berikut. pameran pariwisata yang diadakan di kota-
kota besar di Indonesia, mengikuti seminar
Promosi dari kita sendiri kurang greget, pariwisata dan budaya yang sering diadakan
perlu menambah aktivitas untuk promosi
(wawancara tanggal 14 Januari 2016).
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

10
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
serta kegiatan promosi lain yaitu melalui ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang
kegiatan festival yang diberi nama Festival kondusif bagi wisatawan maupun bagi warga
Village yang diadakan setiap tahun sekali dan Penglipuran sendiri.
sudah berlangsung sebanyak tiga kali sejak Ketujuh, adanya program dari pemerintah
tahun 2013. Festival ini merupakan bentuk berkaitan dengan sektor pariwisata seperti
kemandirian Desa Wisata Penglipuran dalam perbaikan sarana dan prasarana pariwisata
mengadakan promosi karena tanpa bantuan meliputi pemavingan lapangan parkir,
dari pemerintah daerah. pengaspalan jalan, pembuatan toilet umum,
Kedua, kemampuan untuk pembuatan rumah contoh dan penataan
mengembangkan potensi wisata berupa atraksi hutan bambu dari dinas pariwisata dan dinas
wisata. pekerjaan umum, peningkatan sumber daya
Ketiga, penyediaan akomodasi untuk manusia melalui bimbingan dan penyuluhan.
wisatawan berupa warung makanan, minuman Kedelapan, meningkatnya pelestarian
dan cinderamata serta homestay. hutan bambu, selain sebagai obyek wisata
Keempat, pengembangan desa wisata hutan bambu juga merupakan aset desa untuk
memberikan manfaat ekonomi baik secara memelihara keseimbangan lingkungan.
langsung maupun tidak langsung kepada
masyarakat setempat. Manfaat langsung yaitu Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial
berupa tambahan penghasilan yang diperoleh Budaya Wilayah
dari penyewaan homestay, penjualan makanan, Implikasi pemberdayaan masyarakat
minuman, tanaman hias dan cinderamata, melalui pengembangan desa wisata di Desa
keterlibatan warga dalam atraksi wisata Wisata Penglipuran terhadap ketahanan
maupun sebagai perajin bambu dan perajin sosial budaya wilayah berupa hal-hal sebagai
makanan dan minuman tradisional. Manfaat berikut.
ekonomi secara tidak langsung diperoleh Pertama, pelestarian terhadap budaya dan
melalui desa, dimana sebagian penghasilan adat istiadat. Dengan ditetapkannya sebagai
dari penjualan tiket masuk ke kas desa, dana desa wisata, arus kunjungan wisatawan baik
yang diperoleh dari hasil penjualan tiket lokal maupun manca negara cukup besar, hal
ini digunakan untuk pembangunan desa, ini tentu membawa perubahan dalam nilai-
seperti misalnya untuk perbaikan sarana nilai sosial budaya masyarakat setempat.
ibadah, kegiatan-kegiatan upacara dan lain Menghadapi hal tersebut berbagai macam
sebagainya. upaya dilakukan masyarakat untuk menjaga
Kelima, adanya perubahan mata kelestarian budaya dan adat istiadatnya. Wujud
pencaharian penduduk, banyak warga yang dari upaya pelestarian yang mereka lakukan
beralih menjadi perajin makanan, minuman yaitu dengan mempertahankan bentuk tata
tradisional dan perajin bambu, membuka ruang dan bangunan-bangunan tradisional
usaha warung untuk memenuhi kebutuhan khas desa khususnya bangunan di pekarangan
wisatawan, dan pekerjaan lainnya untuk induk, pelestarian terhadap seni budaya melalui
mendukung pengembangan desa wisata. seni tari, makanan dan minuman tradisional,
Keenam, kebersihan, kenyamanan dan seni kerajinan bambu, serta pelestarian hutan
keamanan lingkungan semakin terlihat hal ini bambu. Upaya menjaga kelestarian budaya

11
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

dan adat istiadat selain dengan adanya sanksi Karena sudah mapan secara ekonomi
adat yang keras juga tidak terlepas dari peranan tentu tidak sulit bagi pemerintahan desa dalam
tokoh-tokoh desa baik tokoh adat maupun hal ini desa adat untuk meminta sumbangan
dinas yang selalu memberi pengertian kepada atau iuran untuk mengisi kas desa yang
masyarakat, selain itu adanya permintaan dari digunakan untuk pembangunan-pembangunan
wisatawan untuk menyaksikan atau belajar desa.
seni Bali khususnya seni tari serta latihan seni Perubahan lain yang nampak adalah
dan tabuh yang rutin dilaksanakan warga desa transformasi struktur mata pencaharian
khususnya oleh Sekaa Teruna Teruni turut penduduk. Ada beberapa penyebab beralihnya
menjaga kelestarian budaya mereka. mata pencaharian penduduk yang dulu
Kedua, perubahan cara hidup dan mayoritas sebagai petani antara lain yaitu
tata nilai. Perubahan cara hidup dan tata alih fungsi lahan yang sebelumnya ladang
nilai yang bisa diamati yaitu meningkatnya tempat untuk bercocok tanam sekarang
partisipasi warga dalam kegiatan sosial. Hal digunakan sebagai tempat pemukiman akibat
ini merupakan dampak tidak langsung dari perkembangan jumlah penduduk. Disamping
pariwisata. Dengan adanya pariwisata taraf itu profesi petani bagi generasi muda dianggap
hidup masyarakat semakin meningkat, banyak kurang menjanjikan dari segi pendapatan,
warga mengalami peningkatan pendapatan banyak generasi muda di Penglipuran yang
dengan cara berdagang ataupun usaha lain bekerja sebagai awak kapal pesiar di luar negeri.
yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata. Warga yang memiliki pendidikan rendah lebih
Salah satu bentuk partisipasi warga dalam memilih untuk menjadi buruh bangunan
kegiatan sosial adalah memberi sumbangan didukung banyaknya proyek pembangunan
(iuran) kepada desa adat untuk pembangunan di desa mereka. Faktor lain terbukanya
desa, seperti disampaikan oleh Bendesa Desa, peluang bekerja di sektor pariwisata dengan
I wayan Supat sebagai berikut: memberikan jasa bagi wisatawan menciptakan
lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
Jadi tanah di masyarakat adat kami ini Hal ini ditambah dengan naiknya permintaan
ikatan wilayahnya sangat kuat, sehingga
pemerintah adat bisa minta iuran karena
konsumen akan produk minuman tradisional
dulu mungkin senada dengan pasal 33 maupun kerajinan bambu yang semakin
UUD 45, tanah, bumi, air dan kekayaan terkenal luas, menyebabkan minat masyarakat
lainnya yang menguasai hajat hidup orang beralih profesi menjadi perajin minuman
banyak itu dikuasai oleh negara, negara tradisional ataupun perajin bambu semakin
dalam hal ini desa adat sebagai republik
kecil.....misalkan punya aset seperti pura meningkat.
kalau tidak punya uang kan harus minta Berkaitan dengan ketahanan pangan,
iuran pada warga, karena desa adat ketika untuk saat ini sektor pertanian masih
dia kekurangan dana bukan ke pemerintah merupakan salah satu tumpuan hidup bagi
minta dananya tapi ke masyarakat, karena
sebagian masyarakat Penglipuran baik
sumber dana keuangan masyarakat itu dari
iuran-iuran, dari tanah-tanah milik desa sebagai petani di ladang maupun peternak.
dan dari sumbangan pihak ketiga dengan Karena kondisi geografis, Desa Penglipuran
catatan tidak mengikat (wawancara tanggal tidak memiliki areal persawahan. Hasil
1 Desember 2015). utama produk pertanian adalah pisang, ubi-

12
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
ubian dan coklat. Memanfaatkan produk menurut peraturan Desa Penglipuran, tidak
utama pertanian lokal, masyarakat Desa diperkenankan membangun warung yang
Penglipuran mencoba mengembangkan langsung terlihat oleh wisatawan dari luar
makanan tradisional berbahan dasar ubi-ubian pekarangan karena akan mengganggu
yang banyak dijumpai di warung-warung pemandangan rumah-rumah tradisional,
makanan baik untuk konsumsi sendiri maupun mereka diperkenankan membuka warung
dijual kepada wisatawan. Dalam usaha untuk tetapi di dalam pekarangan rumah dan dibatasi
mengenalkan makanan ini ke masyarakat lebih dengan tembok. Mengenai hal ini, I Nengah
luas, ibu-ibu warga Desa Penglipuran yang Moneng menjelaskan sebagai berikut.
tergabung dalam Kelompok Wanita Tani sering
menampilkan makanan tradisional berbahan Sebenarnya warung itu tidak boleh
mengganggu bangunan-bangunan
dasar ubi-ubian pada saat ada pameran di desa tradisional, boleh di dalam tapi bagaimana,
mereka. Dengan demikian adanya pariwisata nah ini kita perlu ada semacam kesepakatan
mendorong munculnya usaha pengolahan seperti apa misalnya tidak boleh menaruh
makanan untuk meningkatkan nilai tambah barang dagangan itu di bale saka nem,
bagi produk pertanian lokal. Namun demikian kalau buka jangan sampai menutup view
rumah-rumah adat, yang kedua tidak boleh
ketergantungan bahan baku dari luar tampak seolah-olah lebih menonjolkan dagangan
dalam usaha pengolahan minuman tradisional daripada rumah tradisionalnya.kalau
yang dialami oleh produsen loloh cemcem. warung minuman, makanan itu sebatas
Dampak dari pariwisata menyebabkan penataannya tidak menganggu keaslian,
kenyamanan, seni-seni dari bangunan
meningkatnya permintaan akan minuman
tradisional itu, masih ada toleransi sedikit
tradisional ini. Bahan baku utama minuman (wawancara tanggal 22 Nopember 2015).
loloh cemcem adalah daun cemcem, saat ini
mereka mendatangkan daun cemcem dari luar Dari hasil observasi beberapa rumah
daerah Penglipuran karena daun cemcem yang terlihat menjajakan dagangannya secara
ditanam masyarakat setempat sudah tidak terbuka sehingga menutupi view rumah
mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhan tradisional dari depan serta menaruh barang
pasar. dagangan di bale saka enem. Adapun fungsi
Perubahan tata nilai budaya. dari bale saka enem adalah sebagai tempat
Kepariwisataan di Desa Penglipuran dilihat sakral untuk melangsungkan upacara-
dari sisi positif, merupakan salah satu cara upacara Yadnya, seperti upacara pawiwahan
untuk melestarikan budaya dan adat istiadat (pernikahan), upacara matatah (potong gigi),
masyarakat setempat. Di sisi lain pariwisata otonan, tempat meletakkan mayat sebelum
secara langsung maupun tidak langsung juga dikubur dan upacara Yadnya lainnya.
memberikan kontribusi untuk meningkatkan Ketiga, dampak terhadap kehidupan
kesejahteraan masyarakat. Berkaitan sehari-hari dan lingkungan, yaitu (1) dampak
dengan hal tersebut dampak negatif nampak dari kunjungan wisatawan pada saat-saat
dari adanya warga yang memanfaatkan tertentu menimbulkan kepadatan pengunjung
kedatangan wisatawan untuk meningkatkan yang berdampak pada kurangnya lahan parkir
pendapatan dengan jalan membuka warung/ sehingga terjadi kemacetan di beberapa titik
kios di pekarangan rumah mereka, dimana akibat banyaknya kendaraan yang memasuki

13
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

area obyek wisata. Dampak bagi lingkungan budaya masyarakat setempat dari pengaruh
dengan adanya kepadatan pengunjung terlihat budaya asing.
banyaknya sampah berserakan di sembarangan Salah satu upaya untuk menjaga
tempat akibat kurangnya kesadaran kelestarian alam lingkungan, masyarakat Desa
pengunjung akan kebersihan lingkungan Penglipuran berusaha menggunakan pupuk
serta rusaknya beberapa tanaman bunga di organik untuk menyuburkan tanaman. Selain
telajakan akibat digunakan sebagai latar foto pupuk organik dari kotoran hewan ternak,
bagi para pengunjung. Untuk mengantisipasi akhir-akhir ini masyarakat memanfaatkan
masalah tersebut desa ini telah menyediakan daun-daun bambu yang sudah kering dari
beberapa tempat sampah di tempat-tempat hutan bambu dan diolah untuk digunakan
strategis, pemasangan papan peringatan sebagai pupuk tanaman. Menurut penuturan I
yang bertuliskan Dilarang Buang Sampah Nengah Moneng pupuk yang berasal dari daun
Sembarangan, dan juga menambah tenaga bambu ini sangat bagus karena mengandung
pembersih untuk membersihkan fasilitas zat anti jamur. Usaha pengolahan pupuk
umum. (2) penggunaan lahan. Dampak ini dilakukan masyarakat setempat yang
kegiatan pariwisata terhadap lingkungan berlokasi di sebelah selatan desa di belakang
lainnya adalah alih fungsi lahan. Selain karena karang memadu. Di samping itu warga juga
berkembangnya jumlah penduduk, alih fungsi memanfaatkan hasil limbah pengolahan loloh
lahan lainnya terjadi karena peningkatan cemcem untuk menyuburkan tanaman.
jumlah pengunjung tiap tahun yang berdampak Keempat, penguatan kehidupan
pada ketidakmampuan daerah tersebut untuk beragama. Masyarakat Desa Penglipuran
menampung jumlah kendaraan, solusi dari sehari-hari tetap melakukan aktivitas
masalah ini ada pembukaan lahan parkir baru. keagamaan seperti biasa tidak terpengaruh
Lahan parkir di Desa Wisata Penglipuran yang dengan adanya aktivitas pariwisata.
digunakan sekarang ini sebelumnya adalah Dalam sebulan minimal empat kali warga
tempat pemukiman warga dan sebagian lagi melakukan persembahyangan ke pura. Pada
adalah ladang/tegalan milik desa adat dan milik saat melaksanakan upacara keagamaan,
warga. Pemindahan rumah warga ataupun warga sibuk menyiapkan segala keperluan
pembukaan ladang yang lahannya kemudian untuk kepentingan upacara seperti banten
digunakan sebagai tempat parkir kendaraan atau menyiapkan sesaji khusus yang akan
tentu berdampak pada berkurangnya lahan dibawa ke pura, pada saat tersebut banyak
bercocok tanam bagi masyarakat setempat. Hal warga yang menghentikan aktivitas sehari-
positif yang bisa dijumpai di Desa Penglipuran hari seperti misalnya berjualan dengan
berkaitan dengan lahan adalah tanah milik menutup warung. Dalam pelaksanaan upacara
adat maupun warga tidak diperkenankan keagamaan biasanya ada pengarahan dari
untuk diperjualbelikan dengan warga di luar Bendesa Adat kepada warga. Di sela-sela
Lingkungan Penglipuran kecuali antara warga pengarahan diselipkan juga pesan kepada
Penglipuran itu sendiri. Hal ini sudah diatur warga kaitannya dengan pariwisata dimana
di dalam hukum adat atau awig-awig. Aturan warga dihimbau untuk selalu menjaga nilai
tersebut secara tidak langsung merupakan moral, budaya dan adat istiadat dalam bentuk
bentuk perlindungan terhadap nilai-nilai sosial sikap perilaku sehari-hari. Selain itu warga

14
Anak Agung Istri Andriyani, Edhi Martono, Muhamad -- Pemberdayaan Masyarakat
Melalui Pengembangan Desa Wisata Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Sosial Budaya Wilayah
(Studi Di Desa Wisata Penglipuran Bali)
juga dipesan untuk tidak cepat terpengaruh pengembangan desa wisata di Penglipuran
oleh budaya asing yang masuk melalui melalui tiga tahapan yaitu tahap penyadaran,
pariwisata. tahap pengkapasitasan dan tahap pemberian
Kelima, terjaganya nilai-nilai daya. Kegiatan penyadaran kepada masyarakat
kekeluargaan. Sikap kekeluargaan yang tinggi mengenai pentingnya menjaga budaya dan
di antara warga Desa wisata Penglipuran adat istiadat dengan adanya pariwisata harus
diwujudkan dalam aktivitas sehari-hari terus-menerus dilakukan oleh tokoh-tokoh
dalam bentuk gotong-royong dan partisipasi masyarakat. Hal ini untuk menjaga kelestarian
aktif lainnya di berbagai kegiatan sosial. budaya, adat istiadat, dan nilai-nilai moral
Sikap kekeluargaan ini dapat dilihat dengan yang diwariskan oleh para leluhur sehingga
dibangunnya berbagai fasilitas umum dengan dapat diturunkan kepada generasi mendatang
menggunakan tenaga kerja dari masyarakat dan menjadi benteng bagi masuknya pengaruh
setempat. Partisipasi aktif masyarakat yang budaya asing terutama yang tidak sesuai
menunjukkan kebersamaan selain untuk dengan kepribadian lokal.
pembangunan fisik juga ditujukan untuk Kedua, pemerintah sebagai salah satu
pembangunan non fisik hal ini nampak dari stakeholder pariwisata diharapkan untuk lebih
kehadiran warga pada saat hari-hari penting meningkatkan peranannya terutama dalam
umat agama Hindu seperti upacara ngaben meningkatkan kualitas sumber daya manusia
masal, kegiatan olahraga, rapat-rapat desa, berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat
dan pembinaan kepada Sekaa Teruna Teruni. melalui pelatihan dan pembinaan teknis tentang
Unsur kekeluargaan antar warga yang tinggi pengelolaan obyek wisata dan pembinaan
nampak juga dari segi penataan rumah dengan terhadap usaha-usaha kerajinan yang dilakukan
adanya betelan atau jalan tembus antar masyarakat setempat. Peranan pemerintah
rumah warga dari ujung utara hingga selatan, juga sangat dibutuhkan untuk peningkatan
mencerminkan bahwa masyarakat Penglipuran kualitas dan kuantitas sarana akomodasi obyek
merupakan masyarakat sosial yang selalu hidup wisata, khususnya rehabilitasi sarana dan
berdampingan dengan masyarakat lainnya. prasarana utama yang kondisinya sudah rusak
serta pembangunan sarana-sarana baru untuk
SIMPULAN melengkapi kebutuhan wisatawan seperti
Berdasar penjelasan tersebut di atas misalnya klinik kesehatan. Selain itu pihak
dapat ditarik simpulan sebagai berikut. pengelola desa wisata dan desa adat untuk
Pertama, Desa Wisata Penglipuran lebih membuka diri dengan mengembangkan
merupakan salah satu desa wisata di Bali kerjasama dengan pihak ketiga dalam hal ini
dengan daya tarik berupa pola tata ruang swasta untuk meningkatkan potensi obyek
desa dan arsitektur bangunan tradisional wisata serta kualitas akomodasi wisata dengan
yang khas, adat istiadat yang cukup tetap mematuhi hukum adat yang berlaku.
unik dan kekayaan alam berupa hutan Ketiga, masyarakat setempat diharapkan
bambu. Pelibatan masyarakat lokal dalam selalu menjaga kebersihan, kerapihan, keasrian,
pengelolaan desa wisata merupakan salah kenyamanan, dan keamanan lingkungan.
satu upaya pemberdayaan masyarakat. Usaha-usaha yang dapat dilakukan yaitu
Proses pemberdayaan masyarakat melalui merawat bangunan-bangunan tradisional yang

15
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 23, No 1, April 2017: 1-16

dimiliki dengan memperhatikan kebersihan Jurnal Ketahanan Nasional, Volume 22,


bangunan rumah dan lingkungan sekitarnya, No. 2, Hal. 137-157.
memperbaiki bangunan-bangunan rumah yang Nursaid, A., 2016, Peran Kelompok Batik
sudah mengalami kerusakan dan tidak terlalu Tulis Giriloyo Dalam Mendukung
menonjolkan barang dagangan sehingga Ketahanan Ekonomi Keluarga (Studi
menutupi view bangunan rumah tradisional Di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari,
mereka. Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,
Keempat, dalam hal kegiatan promosi Daerah Istimewa Yogyakarta), Jurnal
yang dilakukan oleh pengelola desa wisata Ketahanan Nasional, Volume 22, No. 2,
baik melalui internet maupun brosur agar Hal. 217-236.
dicantumkan lebih detail tentang kegiatan Pitana, I G., 1999, Pelangi Pariwisata
atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Bali,Denpasar, Bali Post.
Penglipuran dan meningkatkan lagi kegiatan- Saryani, 2013, Pariwisata Dan Ketahanan
kegiatan promosi seperti menempatkan brosur Sosial Budaya, Jurnal Ketahanan
ditempat-tempat strategis seperti bandara, Nasional, Volume 19, No. 1, Hal.47-55.
hotel, pusat perbelanjaan dan restoran serta Sukaya, E.Z, Kaelan (M.S.), Zubaidi,
meningkatkan kerjasama dengan agen travel Ahmad, Kaelan, 2002, Pendidikan
baik dalam maupun luar negeri. Kewarganegaraan untuk Perguruan
Tinggi, Yogyakarta: Paradigma.
DAFTAR PUSTAKA Sulistiyani, A.T., 2004, Kemitraan dan Model-
Damanik, J., 2013, Pariwisata Indonesia Model Pemberdayaan, Yogyakarta: Gava
A n t a r a P e l u a n g d a n Ta n t a n g a n , Media.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Hadiwijoyo, S.S., 2012, Perencanaan Dokumen
P a r i w i s a t a P e rd e s a a n B e r b a s i s Disbudpar, 2007-2014, Pemasukan per Tahun
Masyarakat, Yogyakarta : Graha Ilmu. dari Retribusi Pengunjung Desa Wisata
Kartasasmita, G., 1997, Pemberdayaan Penglipuran, Kabupaten Bangli.
Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Disbudpar, 2011-2015, Program Kegiatan
Berakar pada Masyarakat, Jakarta : Badan Bidang Bina Obyek, Kabupaten Bangli.
Perencanaan Pembangunan Nasional. Disbudpar, 2014-2015, Penerima Bantuan
Lemhannas, 1993, Wawasan Nusantara dan PNPM Mandiri Pariwisata, Kabupaten
Ketahanan Nasional, Pendukung GBHN Bangli.
1993, Jakarta. Disbudpar, 2012-2015, Daftar Kegiatan
Lestari, G., 2016, Partisipasi Pemuda Dalam Pelatihan dan Bimbingan Teknis Desa
Mengembangkan Pariwisata Berbasis Wisata Penglipuran, Kabupaten Bangli.
Masyarakat Untuk Meningkatkan
Ketahanan Sosial Budaya Wilayah (Studi Wawancara
di Desa Wisata Pentingsari, Umbulharjo, 1. I Wayan Supat
Cangkringan, Sleman, D.I. Yogyakarta), 2. I Nengah Moneng

16

S-ar putea să vă placă și