Sunteți pe pagina 1din 16

askep

Jumat, 16 Januari 2015


LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA

LAPORAN PENDAHULUAN

EFUSI PLEURA

1. PENGERTIAN

Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana penumpukan cairan

dalam pleura berupa transudat dan eksudat yang diakibatkan

terjadinya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi di

kapiler dan pleura viseralis. Efusi pleura bukanlah diagnosis

dari suatu penyakit, melainkan hanya merupakan gejala atau

komplikasi dari suatu penyakit (Muttaqin, 2008).

Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang

pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya

terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan

jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat

berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000).

Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang

pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal,

proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan

penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang


pleural mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai 20ml)

berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural

bergerak tanpa adanya friksi (Brunner&Suddarth, 2002).

2. PENYEBAB

Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura dibagi

lagi menjadi transudat, eksudat, dan hemoragi.

a. Transudat

Dapat disebabkan oleh kegagalan jantung kongestif (gagal jantung

kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh karena sirosis hepatis),

sindrom vena kava superior dan tumor.

b. Eksudat

Disebabkan oleh infeksi, TB, pneumonia, tumor, infark paru,

radiasi dan penyakit kolagen.

c. Efusi hemoragi

Dapat disebabkan adanya tumor, trauma, infark paru dan

tuberkulosis.

3. TANDA DAN GEJALA

Gejala yang paling sering ditemukan adalah sesak nafas dan

nyeri dada (biasanya bersifat tajam dan semakin memburuk jika

penderita batuk atau bernafas dalam).

1) Batuk

2) Dispnea
3) Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

4) Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

5) Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang

mengalami efusi.

6) Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil,

pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril

(tuberkulosisi), banyak keringat.

7) Perkusi meredup diatas efusi pleura.

8) Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

9) Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

10) Fremitus fokal dan raba berkurang.

11) Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma

bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.

4. PATOFISIOLOGI NURSING PATHWAY

- Terlampir
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa

cairan pleura agar dapat menunjang intervensi lanjutan. Analisis

cairan pleura dapat dinilai untuk mendeteksi kemungkinan

penyebab dari efusi pleura. Pemeriksaan cairan pleura hasil

thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan

hemoragi, eksudat, dan transudat.

2) Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada)

Pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila

cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan

melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.

3) Ultrasonografi

4) Thorakosentesis / pungsi pleura

Untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi,

berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan

posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin

serosa (serothorak), berdarah (hemothoraks), pus (piothoraks)


atau kilus (kilothoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa

transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).

5) Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram,

basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih,

pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase

(LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan

pH.

6) Biopsi pleura berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura

melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk

mengetahui adanya sel-sel ganaa atau kuman-kuman penyakit

(biasanya kasus pleurisy tuberculoca dan tumor pleur)

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk

mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan

ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan

pada penyebab dasar (gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis

hepatis).

2) Thorasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan

specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.

3) Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam

beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan

nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang

pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan


pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke

system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi

ruang pleura dan pengembangan paru.

4) Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin

dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang

pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.

5) Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi

dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretik.

7. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya

hipersekresi secret/mukus

2) Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya

ekspansi paru sekunder terhadap penumpukkan cairan dalam rongga

pleura

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai 02 yang kurang

4) Gangguan rasa nyaman/Nyeri dada berhubungan dengan proses

peradangan pada rongga pleura

5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

02 dengan kebutuhan atau kelemahan.

6) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh

7) Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada rongga

pleura
8) Resiko infeksi berhubungan dengan aspirasi cairan pleura melalui

jarum

8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya


secret/mukus
Tujuan :
Bersihan jalan nafas efektif
Kriteria hasil :
Secret bisa keluar, ronkhi (-), RR 16-20 x /menit
Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji fungsi paru, adanya


1. Penurunan bunyi napas mungkin

bunyi napoas tambahan, menandakan atelektasis,

perubahan irama dan ronchi, wheezing menunjukkan

kedalaman, penggunaan adanya akumulasi sekret, dan

otot-otot aksesori ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan napas

menyebabkan penggunaan otot

2. Atur posisi semi fowler aksesori dan peningkatan usaha

bernapas

2. Memaksimalkan ekspansi paru

dan menurunkan upaya

3. Menganjurkan pasien untuk pernafasan. Ventilasi maksimal

banyak minum terutama air dapat membuka area

hangat atelektasis, mempermudah

4. Mengajarkan nafas dalam pengaliran sekret keluar

3. Untuk mengencerkan secret


dan batuk efektif sehingga mudah dikeluarkan

5. Pertahankan intake cairan

2500 ml/hari 4. Memenuhi kebutuhan O2 dan

mobilisasi secret

4. Kolaborasi : 5. Intake cairan mengurangi

a. Pemberian oksigen lembab penimbunan sekret, memudahkan

pembersihan

b. Mucolytic agent

c. Bronchodilator

a. Mencegah mukosa membran

kering, mengurangi sekret

b. Menurunkan sekret pulmonal

dan memfasilitasi bersihan

d. Kortikosteroid c. Memperbesar ukuran lumen

pada perca-bangan

tracheobronchial dan

menurunkan pada percabangan

tracheobronchial dan

menurunkan pertahanan aliran.

d. Mengatasi respons inflamasi

sehingga tidak terjadi

hipoxemia.

2. Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan menurunnya ekspansi


paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Pasien mampu mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria hasil :
Irama, frekuensi dan kedalaman pernapasan dalam batas normal, pada
pemeriksaan sinar X dada tidak ditemukan
adanya akumulasi cairan, bunyi napas terdengar jelas.
Tindakan :
Intervensi Rasionalisasi

1. Mengidentifikasi faktor
1. Dengan mengidentifikasikan
penyebab penyebab, kita dapat
menentukan jenis efusi pleura
sehingga dapat mengambil
tindakan yang tepat
2. Dengan mengkaji kualitas,
frekuensi dan kedalaman
pernafasan, kita dapat
2. Mengkaji kualitas, frekuensi
mengetahui sejauh mana
dan kedalaman pernafasan,
perubahan kondisi pasien
laporkan setiap perubahan
3. Penurunan diafragma
yang terjadi.
memperluas daerah dada
sehingga ekspansi paru bisa
3. Membaringkan pasien dalam maksimal
posisi yang nyaman, dalam
posisi duduk, dengan kepala
tempat tidur ditinggikan 60
90 derajat
4. Peningkatan RR dan tachcardi
4. Mengobservasi tanda-tanda merupakan indikasi adanya
vital (suhu, nadi, tekanan penurunan fungsi paru
darah, RR dan respon pasien)
5. Auskultasi dapat menentukan
5. Melakukan auskultasi suara kelainan suara nafas pada
nafas tiap 2-4 jam bagian paru-paru

6. Menekan daerah yang nyeri


ketika batuk atau nafas
dalam. Penekanan otot-otot
dada serta abdomen membuat
6. Membantu dan mengajarkan batuk lebih efektif
pasien untuk batuk dan nafas
dalam yang efektif 7. Pemberian oksigen dapat
menurunkan beban pernafasan
dan mencegah terjadinya
sianosis akibat hiponia.
7. Melakukan kolaborasi dengan Dengan foto thorax dapat
tim medis lain untuk dimonitor kemajuan dari
pemberian O2 dan obat-obatan berkurangnya cairan dan
serta foto thorax kembalinya daya kembang paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai o2 yang kurang

Tujuan :

Pasien mampu menunjukkan perbaikan oksigenasi

Kriteria hasil :

Gas arteri dalam batas normal, warna kulit, perifer membaik,

bunyi nafas bersih, tidak batuk

Intervensi Rasionalisasi

1.Kaji adanya dyspnea,


1. Tuberkulosis pulmonal dapat

penuruna suara nafas, bunyi menyebabkan efek yang luas,

nafas tambahan, peningkatan termasuk penimbunan cairan

usaha untuk bernafas, di pleura sehingga

ekspansi dada yang menghasilkan gejala

terbatas, kelelahan distress pernafasan

2.Evaluasi perubahan
2. Akumulasi sekret yang

kesadaran, perhatikan berlebihan dapat mengganggu

adanya cyanosis, dan oksigenasi organ dan

perubahan warna kulit, jaringan vital

membran mukosa dan clubbing

finger

3.Ajarkan bernapas melalui


3. Menciptakan usaha untuk

mulut saat ekshalasi melawan outflow udara,

mencegah kolaps karena


jalan napas yang sempit,

membantu doistribusi udara

dan menurunkan napas yang

pendek

4.Tingkatkan 4. Mengurangi konsumsi oksigen


bedrest/

pengurangi aktifitas selama periode bernapas dan

menurunkan gejala sesak

napas

5.Monitor ABGs 5. Penurunan tekanan gas

oksigen (PaO2) dan saturasi

atau peningkatan PaCO2

menunjukkan kebutuhan untuk

perubahan terapetik

6.Kolaborasi suplemen oksigen6. Mengoreksi hypoxemia yang

meyebabkan terjadinya

penurunan sekunder

ventilasi dan berkurangnya

permukaan alveolar.

4. Gangguan rasa nyaman/ Nyeri dada berhubungan dengan proses

peradangan pada rongga pleura

Tujuan :

Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol, pasien

tampak tenang

Intervensi Rasionalisasi

1. Mengkaji terhadap adanya1. Untuk mengetahui nyeri

nyeri, skala dan yang dialami pasien

intensitas nyeri sehingga dapat mengambil

intervensi yang cepat dan

tepat

2. Mengajarkan pada klien2. Tehnik distraksi dan

tentang manajemen nyeri relaksasi efektif untuk

dengan distraksi dan mengurangi rasa nyeri

relaksasi

3. Mengamankan selang dada3. Memberikan kenyamanan pada

untuk membatasi gerakan pasien dan mencegah

dan menghindari iritasi infeksi akibat timbulnya

iritasi

4. Memberikan analgetik
4. Mengurangi rasa nyeri
sesuai indikasi

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai

O2 dengan kebutuhan

Tujuan :

Pasien mampu melaksanakan aktivitas seoptimal mungkin


Kriteria hasil :

Terpenuhinya aktivitas secara optimal, pasien kelihatan segar

dan bersemangat, personel hygiene pasien cukup.

Intervensi Rasionalisasi

1. Mengevaluasi respon pasien 1. Mengetahui sejauh mana


saat beraktivitas, catat kemampuan pasien dalam
keluhan dan tingkat aktivitas melakukan aktivitas
serta adanya perubahan tanda-
tanda vital
2. Membantu Pasien memenuhi
kebutuhannya 2. Memacu pasien untuk berlatih
secara aktif dan mandiri
3. Melibatkan keluarga dalam 3. Kelemahan suatu tanda pasien
perawatan pasien belum mampu beraktivitas
secara penuh
4. Aktivitas yang teratur dan
bertahap akan membantu
4. Memotivasi dan awasi pasien mengembalikan pasien pada
untuk melakukan aktivitas kondisi normal
secara bertahan

9) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh

Tujuan :

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

Konsumsi lebih 40% jumlah makanan, berat badan normal dan hasil

laboratorium dalam batas normal

Intervensi Rasionalisasi

1. Memberi motivasi tentang


1. Kebiasaan makan seseorang

pentingnya nutrisi dipengaruhi oleh

kesukaannya, kebiasaannya,
agama, ekonomi dan

pengetahuannya tentang

pentingnya nutrisi bagi

tubuh

2. Bising
2. Mengauskultasi suara bising usus yang menurun

usus atau meningkat menunjukkan

adanya gangguan pada

fungsi pencernaan

3. Melakukan oral 3.
hygiene Bau mulut yang kurang

setiap hari sedap dapat mengurangi

nafsu makan

4. Memberi makanan dalam porsi

kecil tapi sering 4. Makanan dalam porsi kecil

tidak membutuhkan energi,

banyak selingan memudahkan

reflek
DAFTAR PUSTAKA

ner&Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, edisi: Volume 1.

Jakarta: EGC.

hman C Diane,.2000. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC.

joer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi: 3. Jakarta: Media

Aesculapius.

t Martha, Smith Kelly. 2012. Nanda Diagnosa Keperawatan. Yogyakarta: Digna

Pustaka.

lyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi: 3. Jakarta: EGC.

aqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Diposting oleh safrin leka di 20.52


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)

Mengenai Saya

safrin leka
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2015 (13)
o Januari (13)
LAPORAN PENDAHULUAN (FRAKTUR CRURIS)
LAPORAN PENDAHULUAN OSTEOSARKOMA
LAPORAN PENDAHULUANS GASTRITIS
LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA
LAPORAN PENDAHULUAN EFUSI PLEURA
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
KATARAK
laporan pendahuluan PNEUMONIA
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI (T...
LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS
LAPORAN PENDAHULUAN BATU SALURAN KEMIH
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
(DIAB...

Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

S-ar putea să vă placă și