Sunteți pe pagina 1din 17

Jurnal IPTEKS PSP, Vol.

1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

PERALATAN KESELAMATAN KERJA PADA PERAHU SLEREK DI PPN


PENGAMBENGAN, KABUPATEN JEMBRANA, BALI

Safety Equipment on Slerek in Pengambengan Nusantara Fishing Port,


Jembrana, Regency, Bali

Adi Guna Santara1), Fis Purwangka1), dan Budhi Hascaryo Iskandar1)


1)
Departemen PSP Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB

Diterima: 9 Oktober 2013; Disetujui: 14 Maret 2014

ABSTRACT

Fishing is one of the most challenging activities in the world. It is about 80% of ship accidents
due to human error. The availability and proper use of safety equipment can minimize the risk. This
study aims to identify the suitability of safety equipment used on Slerek boat in PPN Pengambengan, Bali
in accordance with international and national standards, and describes the role of relevant institutions to
increase the fishermen safety. In this study, we used a survey method, in which focussed on three main
aspects including the types of safety equipment, numbers of safety equipment, and the suitability of
equipment which must be taken. The lack of equipment and awareness about safety, and do not comply
with the national standards for boat less than 24 meters length will directly affect the fishermen safety.
The lack of regulations on the small boat safety showed that the fishermen safety in fishing activities in
Indonesia have not been considered and there is no clear policy from local and central government.

Key words: PPN pengambengan, safety equipment, safety work

Contact person : Adi Guna Santara


Email : adi.gunasantara@gmail.com

Santara dkk. 53
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

PENDAHULUAN (FAO, 2000). Ketiga karakteristik pekerjaan


tersebut ditambah faktor ukuran kapal
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang umumnya relatif kecil, pada kondisi
Pengambengan merupakan pusat kegiatan
cuaca dan gelombang laut besar yang tidak
perikanan rakyat terbesar di Bali dan
menentu akibat adanya pemanasan global
merupakan salah satu outerring fishing port
yang tidak hanya dimanfaatkan oleh nelayan maka tingkat kecelakaan kapal penangkap
asal Bali tetapi juga oleh nelayan asal Jawa ikan semakin lebih tinggi. Menurut
Timur. Diharapkan PPN Pengambengan dapat International Maritime Organization (IMO)
dimanfaatkan juga oleh nelayan lain di (2006) 80% kecelakan kapal terjadi karena
Indonesia yang beroperasi di Selat Bali. kesalahan manusia dan untuk industri
PPN Pengambengan terletak di Desa perikanan tangkap terjadi 7% kecelakaan
Pengambengan, Kecamatan Negara, kerja dari total kecelakaan yang terdata.
Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. PPN Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-
Pengambengan berjarak 9 km dari Kota
kapal baik dalam pelayaran berlabuh atau
Negara dan 105 km dari Kota Denpasar.
Waterfront PPN Pengambengan sedang melakukan kegiatan bongkar muat di
menghadap ke Wilayah Pengelolaan pelabuhan meskipun sudah dilakukan usaha
Perikanan RI (WPP- RI) 573 Samudera Hindia untuk menghindarinya. Hal ini memunculkan
dan Selat Bali dengan posisi 08o 23 46 perhatian dunia melalui organisasi
Lintang Selatan dan 114o 34 47 Bujur Timur. internasional antara lain ILO (International
Nelayan PPN Pengambengan termasuk dalam Labour Organization), IMO (International
nelayan tradisional dengan hasil tangkapan Maritime Organization) dan FAO (Food and
utama berupa ikan lemuru yang Agriculture Organization). Dalam konferensi
terkonsentrasi di Selat Bali. STCW-F (Standards of Training, Certification
Armada kapal penangkapan ikan yang and Watchkeeping for Fishing Vessel
dipakai oleh nelayan pengambengan Personnel) (1995) yang membahas mengenai
merupakan perahu tradisional asli Madura hal keselamatan dan kesehatan kerja pada
dan mempunyai bentuk konstruksi double kapal perikanan berukuran kecil (panjang
pointed (lambung kiri dan lambung kanan kapal < 24 m), untuk menyelaraskan
bertemu pada satu titik masing-masing di peraturan bahwa keselamatan dan kesehatan
haluan dan buritan kapal). Jenis alat tangkap kerja pada kapal perikanan merupakan
dominan yang dipakai oleh nelayan kesatuan yang tidak bisa terpisahkan dari
Pengambengan adalah jaring pukat cincin pengelolaan perikanan. Kecelakaan kerja
dengan nama lokal slerek dimana operasi yang terjadi di kapal meliputi Penyakit Akibat
penangkapan ikan dilakukan dengan metode Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja
two boat system dan pola kerja harian (one (KAK) di kalangan awak belum terekam
day trip). Jumlah Anak Buah Kapal (ABK) dengan baik.
perahu slerek mencapai 20-40 orang dan Kurangnya kesadaran dan kurang
menimbulkan banyak risiko kecelakaan kerja. memadainya kualitas serta keterampilan
Penangkapan ikan di laut merupakan pekerja sehingga banyak awak kapal yang
salah satu kegiatan yang paling berbahaya di meremehkan tentang risiko bekerja, seperti
dunia. Profesi nelayan memiliki karakteristik tidak menggunakan alat-alat pengaman
pekerjaan 3d yaitu: membahayakan walaupun sudah tersedia atau terlatih
(dangerous), kotor (dirty), dan sulit (difficult) untuk itu (misalnya, sertifikasi basic safety

Santara dkk. 53
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

training for fisheries), sehingga perangkat pada kapal perikanan di PPN Pengambengan,
keselamatan merupakan salah satu penyebab Kabupaten Jembrana, Bali. Aspek-aspek yang
kecelakaan kerja di kapal. Perangkat diteliti adalah jenisjenis peralatan
keselamatan adalah peralatan yang keselamatan kerja, jumlah perlengkapan
mempunyai konstruksi atau bahan yang keselamatan, dan kesesuaian perlengkapan
mempunyai spesifikasi dapat membantu keselamatan yang harus dibawa menurut
melindungi, mencegah dan menghentikan peraturan nasional dan internasional.
kecelakaan kerja di atas kapal. Keberadaan Data yang dikumpulkan terdiri dari data
perangkat keselamatan pada kapal perikanan primer dan sekunder. Metode pengumpulan
didasarkan ukuran kapal terutama berkaitan data primer yang digunakan dalam penelitian
dengan jumlah, ukuran, dan kesesuaian ini adalah metode survei melalui wawancara,
perangkat tersebut. Keberadaan dan kuesioner dan pengamatan langsung di
penggunaan perlengkapan keselamatan kerja lapangan mengenai ketersedian dan
yang sesuai dengan standar dapat kesesuaian peralatan keselamatan kerja untuk
memperkecil risiko kecelakaan dini maupun kapal berukuran < 24 m. Metode survei
kecelakaan yang telah terjadi, sehingga dapat merupakan metode untuk menggali data dan
terhindar dari akibat fatal yang tidak informasi yang diperlukan dari responden
diinginkan. contoh atau orang-orang yang
Penelitian ini bertujuan untuk berpengalaman (pejabat berkepentingan atau
mengidentifikasi kesesuaian peralatan key person) dalam bidang keselamatan dan
keselamatan yang digunakan pada perahu penangkapan di wilayah lokasi studi.
slerek di PPN Pengambengan, Kabupaten Responden dalam penelitian ini terdiri
Jembrana, Bali dengan standar Internasional dari 30 nelayan slerek dan 30 perahu slerek.
dan Nasional dan mengetahui keberadaan Target responden yang digunakan adalah:
alat keselamatan minimal yang harus
Nakhoda/Nelayan perahu slerek pada
dibawa untuk perahu berukuran < 24 m.
ukuran 1224 m (30 nelayan dari 30
perahu slerek),
DATA DAN METODE
Pegawai Pelabuhan Perikanan
/Syahbandar perikanan PPN,
Penelitian dan pengambilan data
HNSI di PPN Pengambengan,
dilakukan pada bulan Januari hingga April
Penyuluh/pengawas perikanan tangkap
2013 bertempat di Pelabuhan Perikanan
yang ada di PPN Pengambengan,
Nusantara (PPN) Pengambengan, Kabupaten
Dinas Kelautan, Perikanan dan
Jembrana, Provinsi Bali. Proses pengolahan
Kehutanan Kabupaten Jembrana, Bali,
dan analisis data dilakukan di Laboratorium
Polairud, dan Syahbandar PPN
Keselamatan Kerja dan Observasi Bawah Air,
Pengambengan.
Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Analisis deskriptif digunakan untuk
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
mengidentifikasi kesesuaian peralatan
Kelautan Institut Pertanian Bogor.
keselamatan yang digunakan pada perahu
Metode penelitian yang digunakan
slerek di PPN Pengambengan, Kabupaten
dalam penelitian ini adalah metode survei
Jembrana, Bali sesuai dengan standar
dengan melihat serta mengikuti proses
internasional dan nasional serta
operasi penangkapan ikan secara langsung

Santara dkk. 54
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

menggambarkan peranan institusi terkait dalam (D) secara berurutan yaitu : 19,31 m,
dalam upaya peningkatan keselamatan 5,14 m, dan 1,72 m. Mesin penggerak perahu
nelayan. slerek yang digunakan adalah mesin merk
Yanmar dan terdapat 4-6 buah mesin pada
satu perahu. Mesin ini berdaya 26-30 PK yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebenarnya diperuntukan untuk inboard
engine. Akan tetapi mesin tersebut
Perikanan Slerek Perahu Slerek dimodifikasi menjadi outboard engine.

Armada kapal perikanan dominan


yang dipakai oleh nelayan Pengambengan

Gambar 1. Perahu slerek PPN Pengambengan, Bali.

adalah perahu tradisional asli madura dengan Mesin perahu slerek diletakan di
nama lokal slerek. Perahu slerek di PPN atas lantai dek perahu, serta dilengkapi oleh
Pengambengan berbahan dasar kayu dan poros propeller yang panjang. Mesin tersebut
memiliki penampang melintang berbentuk termasuk mesin diesel dengan menggunakan
double pointed. Dimensi utama perahu solar sebagai bahan bakarnya. Gambar
slerek di Pengambengan memiliki ukuran perahu slerek di PPN Pengambengan Bali
rata-rata panjang (LOA), lebar (B) dan disajikan pada Gambar 1.

Santara dkk. 55
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Jenis alat tangkap dominan yang yang disajikan pada Gambar 2.


digunakan nelayan Pengambengan adalah Perahu slerek memiliki keunikan yaitu
jaring pukat cincin dengan nama lokal memiliki hiasan yang berbeda pada setiap
slerek. Pukat cincin dilengkapi dengan
kapal dan memiliki bambu besar yang
cincin untuk dilalui tali cincin atau tali kolor.
Pukat cincin adalah jaring yang umumnya terdapat pada bagian atas perahu dan
berbentuk empat persegi panjang, tanpa menjadikannya sebagai ciri khas perahu di
kantong dan digunakan untuk menangkap Selat Bali. Bambu besar yang terdapat pada
gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). perahu slerek juga tidak hanya dimanfaatkan
Fungsi cincin dan tali kolor sangat sebagai hiasan saja, akan tetapi dimanfaatkan
penting terutama pada waktu pengoperasian juga sebagai tempat meletakan lampu operasi
pukat cincin, oleh karena itu dengan adanya penangkapan. Selain itu perahu slerek di Selat
tali kolor tersebut jaring yang tadinya tidak Bali ini tidak dilengkapi dengan alat-alat
berkantong akan membentuk kantong pada keselamatan standar, seperti kotak P3K, life
akhir penangkapan. Perahu slerek termasuk jacket dan life ring. Kondisi ini dapat
kelompok kapal dengan metode membahayakan keselamatan nelayan, apabila
pengoperasian berdasarkan alat tangkap terjadi kecelakaan atau keadaan darurat
yaitu encircling gear. Menurut Iskandar dan lainnya.
Pujiati (1995), kelompok kapal yang Alat-alat bantu dan lampu navigasi juga
mengoperasikan alat tangkap dengan cara tidak terdapat di atas kapal, apalagi radio
dilingkarkan, seperti kapal purse seine, komunikasi. Perlengkapan navigasi tersebut,
payang dan dogol merupakan kelompok selain berguna untuk menginformasikan
encircling gear. Alat tangkap pukat cincin posisi kapal, menginformasikan pula jenis
diletakan diatas lantai dek, pada sisi kiri kegiatan yang sedang dilakukan. Penggunaan
lambung perahu slerek. lampu-lampu dan peralatan navigasi tersebut
Sesuai dengan SKB (Surat Keputusan merupakan bagian yang penting dalam
Bersama) Gubernur Jawa Timur dan keamanan dan keselamatan pelayaran.
Gubernur Bali, No. 238 Tahun 1992 dan No. Peraturan pelayaran lainnya juga harus ditaati
674 Tahun 1992 tanggal 14 November 1992, oleh nelayan untuk menjamin keselamatan
tentang Pengaturan/Pengendalian Pukat pelayaran perahu slerek. Perahu slerek
cincin (purse seine) di Selat Bali. Ukuran jaring dengan muatan penuh dapat dilihat pada
pukat cincin maksimal memiliki panjang jaring Gambar 3 dan perahu slerek tanpa muatan
300 meter, lebar jaring/kedalaman maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.
60 meter dan ukuran mata jaring kantong
pukat cincin dengan mesh size 1 inchi (2,54 Metode Penangkapan Ikan
cm). Akan tetapi terdapat penyimpangan
Pengoperasian pukat cincin dilakukan
ukuran alat tangkap dengan peraturan SKB dengan melingkari gerombolan ikan sehingga
Gubernur Jawa Timur dan Bali, yakni membentuk sebuah dinding besar yang
perbedaan ukuran mata jaring pukat cincin. selanjutnya jaring akan ditarik dari bagian
Pada perahu slerek ukuran mata jaring rata- bawah dan membentuk seperti sebuah kolam
rata memakai mesh size 0,5 inchi (1,27 cm) (Sainsbury, 1996). Kegiatan penangkapan ikan
untuk alat tangkap pukat cincin. Desain alat nelayan Pengambengan dilakukan dengan
tangkap pukat cincin di PPN Pengambengan pola memburu ikan (gadangan) dan
pencahayaan dimana operasi penangkapan

Santara dkk. 56
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

ikan dilakukan dengan metode two boat Menurut data tahun 2012 dari Dinas
system dan pola kerja harian (one day trip). Pertanian Kehutanan dan Kelautan Kabupaten
Purse seine Two boat system Jembrana (DKPK), di Kabupaten Jembrana
pengoperasiannya menggunakan dua kapal sebanyak 9,462 jiwa penduduk yang bermata
dan memiliki jaring berbentuk empat persegi
pencaharian sebagai nelayan. Sebanyak 46%
panjang dengan letak kantong pada
dari jumlah tersebut merupakan nelayan PPN
bagian tepi. Kapal yang pertama berfungsi
sebagai tempat jaring sedangkan kapal yang Pengambengan, tetapi juga banyak nelayan
kedua berfungsi sebagai penarik tali pendatang yang berasal dari Jawa Timur dan
kolor/purse line. Di dalam satu kali trip Madura. Jumlah kelompok nelayan yang telah
penangkapan ikan dapat dilakukan 2 memanfaatkan TPI Pengambengan sebanyak
sampai 4 kali pengoperasian alat tangkap. lebih kurang 85 kelompok, dimana setiap unit
Aktivitas pukat cincin dengan metode kelompok perahu/kapal penangkap ikan
pencahayaan one day fishing pada saat beranggotakan 20-40 orang nelayan
penelitian, secara urut dapat dilihat pada tradisional dengan hasil tangkapan utama
Tabel 1.
berupa ikan lemuru yang terkonsentrasi di
Pembagian tugas saat pengoperasian
Selat Bali. Tingkat pendidikan nelayan slerek
alat tangkap pukat cincin, diantaranya;
(1) tekong/fishing master bertugas masih relatif rendah, kebanyakan nelayan
mengawasi untuk melihat tanda-tanda mengenyam pendidikan sekolah sampai
adanya gerombolan ikan dengan tingkat SD, bahkan tidak sekolah sama sekali.
memanfaatkan informasi, dari kondisi alam Usia nelayan slerek berkisar antara 19 tahun
dan ada pula dengan menggunakan sampai 50 tahun, mayoritas berusia antara 30
kepercayaan; (2) Tukang renang, yaitu tahun sampai 40 tahun. Gambar 5
nelayan yang tugasnya melihat/mengamati menampilkan salah satu nelayan slerek yang
jaring di dalam perairan apabila jaring sedang melakukan pengecekan mesin
tersangkut; (3) Juru bantu, bertugas menguras
sebelum pergi untuk melaut.
air di kapal selama melaut dan
Urutan langkah kerja dalam setiap
mempersiapkan segala kelengkapan melaut;
(4) Tukang pelang, adalah nelayan yang aktivitas operasi penangkapan ikan dengan
bertugas untuk mengumpulkan ikan dengan jaring pukat cincin di PPN Pengambengan,
alat bantu lampu di atas sekoci; (5) Juru mudi, Bali sebagai berikut:
bertugas mengemudikan mesin pada kapal
slerek lalu mengarahkan kapal, dan (6) ABK
lainnya bertugas mempersiapkan alat
tangkap, menabur jaring atau melakukan
setting dan hauling. Daerah penangkapan
ikan yang sering disinggahi adalah sekitar
laut Bali/Tanah Lot. Proses penentuan daerah
penangkapan umumnya berdasarkan
pengalaman nelayan.

Santara dkk. 57
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Gambar 2. Desain jaring pukat cincin PPN Pengambengan.

Gambar 3. Perahu slerek dengan muatan Gambar 4. Perahu slerek dengan muatan
penuh. kosong.

Santara dkk. 58
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

1) Persiapan di darat 4) Persiapan alat tangkap

Aktivitas penangkapan ikan dengan Setelah sampai di fishing ground,


jaring pukat cincin yang pertama adalah ABK mulai menurunkan jangkar dan
persiapan di darat, dimana pemilik kapal menghidupkan lampu-lampu operasi
beserta ABK mempersiapkan kebutuhan penangkapan ikan yang bertujuan agar
melaut. Kebutuhan yang diperlukan adalah ikan berkumpul di sekeliling perahu slerek
jumlah ABK minimal untuk melaut (35-40 (metode pencahayaan).
orang ABK), persiapan es, ransum,
pemeriksaan mesin, alat tangkap, bahan 5) Pengoperasian alat tangkap, penurunan
bakar dan genset. Pada umumnya persiapan jaring (setting)
darat dilaksanakan pada pukul 16.00 WITA.
Kegiatan yang dilakukan selanjutnya
2) Pemuatan (loading) ke atas kapal adalah menunggu datangnya gerombolan
ikan yang menjadi target tangkapan. Ketika
Proses pemuatan (loading) kebutuhan
ikan sudah berkumpul di sekeliling kapal,
melaut ke atas perahu slerek pada barulah ABK lainnya menurunkan sekoci
aktivitas pukat cincin di PPN Pengambengan yang disertai lampu dan genset.
masih tradisional yaitu dengan proses gotong
Fungsi sekoci yang disertai lampu dan
royong. Pada umumnya kegiatan loading
genset adalah sebagai alat bantu dalam
dilakukan pada pukul 17.00 WITA. Alat bantu
metode penangkapan ikan dengan
yang digunakan oleh nelayan slerek adalah
cahaya. Tukang pelang bertugas
sarung tangan dan gancu yang
mengumpulkan ikan, naik di atas sekoci dan
berfungsi untukmembantu memindahkan
menyalakan mesin genset untuk
es ke dalam palka agar tidak licin saat
menghidupkan lampu pada sekoci. Saat
memindahkan es.
lampu sekoci dihidupkan, lampu operasi
penangkapan pada perahu slerek mulai
3) Berlayar menuju daerah penangkapan diredupkan dan dipadamkan, yang
ikan (fishing ground) tujuannya agar ikan hanya berkumpul
pada satu titik yaitu lampu sekoci. Pada saat
Perahu slerek berangkat dari ikan berkumpul, perahu slerek mulai
pelabuhan perikanan menuju fishing ground menjauhi sekoci untuk menghidupkan
ketika semua kebutuhan melaut sudah mesin dan memulai melingkari gerombolan
dipersiapkan. Kegiatan yang dilakukan adalah ikan yang sudah terkumpul di sekitar sekoci.
melepaskan tali tambat (jangkar), menyalakan Proses melingkari ikan dengan jaring
mesin, dan juru mudi mengeluarkan perahu pukat cincin ini disebut tawuran. Kegiatan
untuk keluar dari pelabuhan. Kegiatan ini yang dilakukan selanjutnya adalah
dilakukan pada pukul 17.30 WITA. Waktu penurunan pelampung utama yang
perjalanan dari pelabuhan menuju fishing terletak pada sisi kiri buritan perahu
ground membutuhkan waktu sekitar 120 slerek. Penurunan jaring pukat cincin dengan
menit. cara melingkari gerombolan ikan yang
terkumpul.

Santara dkk. 59
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Gambar 5. Nelayan slerek PPN Pengambangan, Bali.

Tabel 1. Aktivitas pukat cincin di PPN Pengambengan, Bali.

No. Aktivitas
1. Persiapan di darat
2. Pemuatan (loading) ke atas kapal
3. Berlayar menuju daerah penangkapan ikan (fishing ground)
4. Persiapan alat penangkapan ikan
5. Pengoperasian alat penangkapan ikan; penurunan jaring (setting) pertama
6. Pengangkatan jaring (hauling) alat penangkapan ikan pertama
7. Penanganan hasil tangkapan pertama
8. Persiapan alat penangkapan ikan dan seterusnya
9. Pengoperasian alat penangkapan ikan, setting ke dua dan seterusnya
10. Hauling ke dua dan seterusnya
11. Penanganan hasil tangkapan kedua, dan seterusnya
12. Berlayar menuju pelabuhan asal (fishing base)
13. Proses bongkar hasil tangkapan

Santara dkk. 60
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

6) Pengangkatan jaring (hauling) alat melakukan kegiatan seperti merapikan alat


tangkap tangkap, istirahat dan memisahkan hasil
tangkapan untuk dibawa pulang.
Pada proses pengangkatan jaring
(hauling), aktivitas yang dilakukan adalah 9) Proses bongkar hasil tangkapan
menarik tali pelampung utama, kemudian Proses bongkar hasil tangkapan dari
dilakukan proses penarikan tali kolor/tali atas perahu slerek dengan memakai alat
cincin yang tujuannya agar jaring bantu berupa wadah penampung (basket).
membentuk kantong dan mencegah ikan Basket yang telah terisi kemudian di angkut
untuk meloloskan diri. Pada proses oleh sekoci transportasi untuk di bawa ke
penarikan tali kolor dibantu dengan mesin tempat pelelangan ikan yang terletak di
gardan. Jaring yang telah membentuk area PPN Pengambengan. Proses bongkar
kantong kemudian ditarik oleh semua ABK hasiltangkapan pada perahu slerek disajikan
slerek dengan berada pada sisi kiri pada Gambar 6.
lambung perahu. Tugas ABK dalam Kecelakaan kerja yang dapat terjadi
penarikan jaring terbagi-bagi seperti penarik pada kegiatan penangkapan dengan perahu
tali pelampung, penarik tali ris, penarik tali slerek diantaranya:
kolor, merapikan tali, memberikan air pada
Terjatuhnya tukang pelang dan terbaliknya
mesin gardan agar tidak panas saat proses
sekoci pada saat mengumpulkan ikan
penarikan tali dan penarik jaring.
dikarenakan besarnya gelombang laut,
7) Penanganan hasil hangkapan Terbelitnya ABK oleh tali temali pada
saat proses penarikan tali ris dan tali
Hasil tangkapan yang diperoleh kolor,
oleh alat tangkap pukat cincin ini langsung Terjatuhnya ABK dari perahu karena
dimasukan kedalam palka yang telah berisi seluruh ABK hanya berada di satu sisi
es. Proses penyortiran ikan dilakukan lambung perahu pada proses penarikan
apabila hasil tangkapan yang didapatkan jaring,
berjumlah sedikit. Tenggelamnya ABK karena banyak
yang tidak mempunyai kemampuan
8) Berlayar menuju pelabuhan asal (fishing bertahan di air dan minimnya
base) peralatan keselamatan yang tersedia,
Tubrukan di laut, karena proses
Operasi penangkapan ikan pukat penangkapan dilakukan dengan pola
cincin (one day fishing) di PPN memburu ikan,
Pengambengan berakhir pada pagi hari Terbaliknya kapal, karena muatan yang
pukul 07.30 WITA. Jumlah hasil tangkapan berlebihan,
yang didapatkan tidak mempengaruhi jam Ledakan mesin perahu slerek karena
operasi perikanan slerek. Aktivitas diletakan pada tempat yang tidak
dilanjutkan dengan juru mudi terlindungi dari air.
mengarahkan perahu menuju pelabuhan
asal (fishing base). Pada saat berlayar
menuju fishing base seluruh ABK

Santara dkk. 61
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Alat Keselamatan nelayan dalam kegiatan penangkapan di


Indonesia sampai saat ini belum diperhatikan
Alat pelindung diri selanjutnya dan belum ada kebijakan yang jelas dari
disingkat APD adalah suatu alat yang pemerintah daerah dan pusat. Belum
mempunyai kemampuan untuk melindungi diterapkannya pengaturan tentang
seseorang yang fungsinya mengisolasi kepelautan kapal perikanan, serta belum
sebagian atau seluruh tubuh dari potensi tersedianya standar kapal penangkap ikan,
bahaya di tempat kerja (Permenaker, 2010). standar alat keselamatan, standar operasi,
Peraturanperaturan yang berlaku bertujuan standar pengawakan kapal dan standar
untuk melindungi seseorang dari keterampilan awak kapal menjadi masalah
bahaya, tetapi masyarakat nelayan tidak utama dalam pengembangan perikanan di
terlalu mengkhawatirkannya. Hal ini Indonesia.
dikarenakan kurangnya pendidikan tentang Dari studi lapang didapatkan informasi
keselamatan kerja sehingga mereka merasa belum adanya bantuan untuk pengadaan
bahwa keselamatan tidak menjadi prioritas perlengkapan keselamatan, sosialisasi
utama dalam pekerjaan di laut. tentang keselamatan serta peraturan
Berdasarkan Undang-undang Keselamatan tentang standar alat keselamatan yang harus
Kerja N0.1. Tahun 1970, pasal 12b dan pasal di bawa untuk kapal penangkapan ikan
12c, bahwa tenaga kerja diwajibkan: dengan ukuran < 24 m di PPN
Pengambengan saat akan melakukan
Memakai alat-alat perlindungan diri yang operasipenangkapan ikan.
diwajibkan; Standar kapal penangkap ikan
Memenuhi atau mentaati semua syarat- berukuran kecil pada prinsipnya didasarkan
syarat keselamatan kerja dan kesehatan pada aspek keselamatan yang mencakup
yang diwajibkan. konstruksi, stabilitas, perlengkapan navigasi,
perlengkapan keselamatan, peralatan
Pada tingkat Internasional
komunikasi, mesin dan pompapompa
IMO/ILO/FAO telah mengatur standar
termasuk pompa darurat dan pompa got,
keselamatan kapal yang berukuran 24
serta pintu-pintu kedap air. Peralatan
m, sedangkan untuk pengaturan kapal-kapal
keselamatan kapal penangkap ikan berukuran
berukuran < 24 m diberikan sepenuhnya
kecil seharusnya dilengkapi sebagaimana
kepada pemerintah setempat. Menurut data
pada Tabel 2 menurut (Danielson 2004).
yang didapatkan, armada kapal perikanan
Menurut hasil survei dari 30 perahu
berukuran kecil (panjang kapal < 24 m )
slerek di PPN Pengambengan, keberadaan
belum banyak diatur oleh
alat keselamatan pada perahu slerek sesuai
pemerintah sementara jumlah kapal
dengan syarat perahu berukuran kecil dengan
berukuran kecil mendominasi armada
nilai Basic (Danielson 2004). Alat keselamatan
industri perikanan tangkap nasional, yakni
(life bouy ) digunakan alat keselamatan
mencapai 94% dari total armada kapal
alternatif yang memiliki fungsi serupa
penangkap ikan (DKP, 2009). Belum
sebagai alat apung berupa ban dalam mobil
adanya peraturan khusus tentang
bekas dengan persentase 63,33%. Jaket
keselamatan kapal-kapal kecil
penolong (life jacket) digantikan oleh jerigen
menunjukan bahwa keselamatan
minyak bekas sebesar 20%, senter 100%, Tali

Santara dkk. 62
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

pengikat 100%, dayung 100%, kompas untuk Dari hasil yang diperoleh, dapat
menentukan arah tujuan sebesar 43,33% dan disimpulkan bahwa masih minimnya
keberadaan ember dengan tali sebesar kesadaran nelayan tentang keberadaan alat
100%. keselamatan terutama pada jaket penolong
disajikan pada Gambar 7.

Tabel 2. Daftar alat keselamatan untuk perahu berukuran kecil.

Daftar alat keselamatan perahu Basic 1 2 3


Pelampung penolong/life bouy
Jaket Penolong/Life Jacket
Lampu cerlang/Flashlight
Bucket with rope
Tali ikat ke kapal/Rope connected to the vessel
Dayung/Paddle
Kompas/Compass
Peta laut/Sea, chart/Navigation chart
FM Radio
Pemadam kebakaran/Fire extinguisher
Global Positioning System (GPS)
Radio VHF/VHF Radio
Mobile Phone

Untuk perahu bermesin (tambahan)


Layar dan tiang layar/ sail and a mast
Suku cadang mesin/Spare part of the engine
Bahan bakar cadangan/Extra fuel of the engine

Gambar 7. Keberadaan peralatan keselamatan.

Santara dkk. 63
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Berdasarkan Gambar 7 didapatkan menghadapi bahaya menjadi salah satu faktor


komposisi alat keselamatan yang berbeda, hal yang mempengaruhi keselamatan kerja.
tersebut dikarenakan (1) rendahnya tingkat Hal ini sesuai dengan Sumamur (1996) yang
pendidikan dan keterampilan nelayan menjelaskan penyebab kecelakaan kerja
mengakibatkan rendahnya kesadaran dikelompokan menjadi dua, yaitu:
terhadap pentingnya alat-alat keselamatan di
a. Kondisi yang berbahaya (unsafe
kapal nelayan PPN Pengambengan (2)
condition), yaitu : kondisi yang tidak
harga dari alat keselamatan yang relatif
aman dari mesin, pesawat, lingkungan,
mahal, sehingga tidak semua nelayan mampu
proses, sifat pekerjaan dan cara kerja.
membelinya terutama untuk alat life buoy
b. Perbuatan manusia (unsafe action),
dan kompas (3) prioritas kebutuhan dari
yaitu : perbuatan berbahaya dari manusia
masing-masing alat keselamatan yang
(human error) yang dalam beberapa hal
berbeda menurut nelayan, sehingga tidak
dapat dilatar belakangi oleh sikap dan
semua alat keselamatan tersebut perlu
tingkah laku yang tidak aman,
dipenuhi. Peralatan keselamatan yang
kurangnya pengetahuan dan keterampilan
terdapat pada perahu slerek disajikan pada
(lack and knowledge skill), cacat tubuh
Gambar 8.
yang tidak terlihat keletihan dan
Peralatan alternatif tersebut tidak
kelesuhan (fatigue and boredom).
sesuai dengan peraturan nasional yang
mengacu kepada peraturan internasional
Menurut hasil kuisioner dari 30 nelayan
SOLAS (Safety of Life At Sea) 1978 yang
slerek tentang pelatihan keselamatan yang
mensyaratkan alat apung untuk kapal
pernah didapatkan, sebanyak 13,33% nelayan
penangkap ikan yang memiliki panjang < 24
PPN pernah mendapatkan pelatihan
meter sebagaimana pada Tabel 3.
keselamatan dan nelayan yang belum
Sampai saat ini peralatan alternatif
mengikuti pelatihan sebesar 86,67%.
seperti ban dalam mobil bekas dan jerigen
Rendahnya persentase nelayan yang
bekas minyak yang dipakai oleh nelayan PPN
mengikuti pelatihan keselamatan
Pengambengan belum ada uji
dikarenakan masih rendahnya pengetahuan
ketahanan untuk diketahui tingkat
dan pemikiran tentang pentingnya
ketahanannya. Minimnya perlengkapan dan
keselamatan yang merupakan hal terpenting
pemikiran mengenai alat keselamatan yang
dalam pekerjaan di laut sehingga
ada dan tidak sesuai dengan standar nasional
keselamatan tidak menjadi prioritas yang
untuk kapal berukuran panjang < 24 m pada
utama. Gambar 9 menyajikan persentase
kapal penangkapan ikan di PPN
keikutsertaan nelayan dalam pelatihan
Pengambengan otomatis akan
keselamatan. Pelatihan keselamatan di atas
mempengaruhi risiko keselamatan nelayan
kapal harus diadakan secara periodik.
yang sedang melakukan operasi
Nakhoda dan awak kapal harus memiliki
penangkapan ikan di kapal tersebut ketika
kemampuan atau kompetensi tentang
terjadi kecelakaan kapal di laut seperti pada
keselamatan kapal. Perawatan
saat kapal terbalik, tenggelam, terbawa arus,
dan perbaikan, penempatan, kesiapan
tabrakan, kebakaran serta kecelakaan kerja.
alat untuk diluncurkan ke air, sertifikat alat,
Kemampuan yang dimiliki oleh
seorang anak buah kapal (ABK) dalam

Santara dkk. 64
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Tabel 3. Syarat alat apung menurut SOLAS 1978.

No. Nama Alat Fungsi Syarat


1. Pelampung Pelampung yang Diameter luar 800 mm dan
penolong/ life menyelamatkan diameter dalam 400 mm,
bouy nyawa dirancang untuk dibuat dari bahan apung
dilempar kepada yang menyatu, dapat
seseorang di dalam air, mengapung 24 jam di air
untuk memberikan daya tawar dengan beban besi
apung dan untuk 14.5 kg, diberi warna yang
mencegah tenggelam mencolok, dilengkapi
dengan alat pemantul
cahaya, diberi nama kapal,
satu setiap perahu disimpan
pada sisi kanan dek kapal.

2. Jaket Melindungi pengguna Tahan dari lompatan pada


Penolong/ Life yang bekerja di atas air ketinggian minimal 4.5 m,
Jacket atau dipermukaan air harus mempunyai daya

agar terhindar dari apung dan stabilitas tinggi,

bahaya tenggelam dan daya apung tidak boleh

atau mengatur daya berkurang lebih dari 5 %

apung (buoyancy) setelah terendam dalam air

pengguna agar dapat tawar selama 24 jam, harus


berada pada posisi dilengkapi dengan peluit,

tenggelam (negative harus mampu mengangkat

buoyancy) atau melayang muka orang dari dalam air dan

(neutral buoyant) di menahan diatas air dengan

dalam air. badan terlentang dalam suatu


sudut miring, harus berwarna
yang mencolok/orange,
nyaman pada saat pemakaian,
dan satu life jacket untuk
tiap orang diatas kapal.

Santara dkk. 65
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

Gambar 8. Alat keselamatan pada perahu slerek.

Gambar 9. Keterampilan nelayan.

Santara dkk. 66
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

cara penggunaan peralatan keselamatan DAFTAR PUSTAKA


merupakan bagian penting dalam upaya
penurunan angka kecelakaan pada kapal Departemen Kelautan dan Perikanan dan
penangkap ikan. Pihak lain yang memiliki (JICA) Japan International Cooperation
peran penting adalah pemilik atau pengelola Agency. 2009. Indonesian Fisheries
armada kapal. Pemilik kapal harus Statistics Index.
memperhatikan usulan dan saran dari awak Dinas Kelautan, Perikanan dan Kehutanan
kapal dan pihak berwenang untuk Kabupaten Jembrana 2012. Rencana
melengkapi dan memperbaiki peraturan atau strategis pembangunan perikanan
ketetapan pemerintah dalam hal pemenuhan Kabupaten Jembrana. Bali.
atas peraturan kelautan kapal seperti: alat Food and Agriculture Organization2000. The
keselamatan, konstruksi kapal, sertifikat awak State of World Fisheries and
kapal, jumlah awak kapal, asuransi, surat ijin Aquaculture.
berlayar dan dokumen-dokumen kapal. International Labour Organization. 2000. Safety
Beberapa penelitian menunjukkan and Health in the Fishing Industry, Safety
penyebab paling besar kecelakaan kapal and Health Issues in the Fishing Industry.
adalah faktor internal yakni SDM akibat Geneva.
kurang kompetennya awak kapal. Faktor International Labour Organization. 2001.
internal lainnya adalah seperti desain dan Document for Guidance on Training and
konstruksi kapal serta kondisi kapal yang Certification of Fishing Vessel
Personnel.
sudah tua, dan peralatan keselamatan yang
tidak memadai, sedangkan faktor eksternal
FAO of United Nations, ILO and IMO,
meliputi cuaca, gelombang laut dan
International Labor Organization, and
manajemen sumberdaya perikanan. Food Agriculture Organization. 2005.
Code of Safety for Fishermen and
KESIMPULAN Fishing Vessels.
International Maritime Organization,
1) Keberadaan peralatan keselamatan International Labor Organization, Food
pada kapal perikanan di PPN Agriculture Organization. 2005. Code of
Pengambengan, masih belum Safety for Fishermen and Fishing
memenuhi standar nasional maupun Vessels 2005. Part A. Safety and Health
internasional. Practice. London.

2) Peralatan yang difungsikan sebagai alat International Maritime Organization. 2006. Code
of Safety for Fishermen and Fishing
keselamatan di perahu slerek adalah ban
Vessels 2005. Part B. Safety and Health
dalam mobil bekas dan jerigen minyak Requirements for The Construction
bekas. and Equipment of Fishing Vessel.
London.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik
Indonesia. 2010. Permen Nomor 7 tahun
2010 tentang Alat Pelindungan diri.

Santara dkk. 67
Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (1) April 2014: 53 - 68 ISSN: 2355-7298

SOLAS. 1978. International Convention the


Safety of Life at Sea.
Danielson Per. 2004. Small Vessel Safety
Review. SSPA Report 2002 2798. SSPA
Sweden AB.
Iskandar, B.H dan Sri Pujiati. 1995. Keragaan
Teknis Kapal Perikanan di Beberapa
Wilayah Indonesia. Institut Pertanian
Bogor. 54 hal.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia. 2000. Peraturan
Pemerintah (PP) Tahun 2000 Pasal 4
tentang Keselamatan Kerja Perikanan.
Sainsbury, J.C. 1996. Commercial Fishing
Methods. Fishing News (Book). The White
Friars Press Ltd. London, Tombridge.
Suherman, A. 2008. Dampak Sosial Ekonomi
Pembangunan dan Pengembangan
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Pengambengan Jembrana Bali.
Universitas Diponegoro. Semarang.
Sumamur. 1996. Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan. CV. Haji
Masagung. Jakarta.

Santara dkk. 68

S-ar putea să vă placă și