Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat serta hidayah-NYA kami dapat menyelesaikan makalah mengenai tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi silang tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
September 2017
Mataram
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Infeksi ....................................................................................................... 3
2.2 Infeksi Nosokomial ................................................................................... 3
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang ........................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ................................................................................................... 12
3.2 Saran ......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian infeksi.
1.3.2 Untuk mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.3.3 Untuk mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi.
1.4.2 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian infeksi nosokomial.
1.4.3 Mahasiswa dapat mengetahui tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
silang.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry.
Fundamental Keperawatan Edisi 4.hal : 933 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi intra selular, atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran
Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
Infeksi terjadi jika mikroorganisme bertumbuh dan mengalahkan mekaisme
pertahanan tubuh. Jika mikroorganisme ini merusak tubuh maka disebut patogen. Suatu
patogen harus berkembang biak dalam tubuh untuk dapat menimbulkan infeksi.
Mikroorganisme dapat tumbuh pada seluruh tubuh (infeksi sistemik) atau terbatas pada
area tertentu.
4
pengerasan (tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam
kecuali infeksi rumah sakit yang terjadi bukan pada tempat luka.
Faktor Penyebab Infeksi Nosokomial
Penularan kuman penyebab infeksi rumah sakit dapat terjadi melalui :
1. Infeksi sendiri (self infection), yaitu infeksi rumah sakit berasal dari pasien sendiri
(flora endogen) yang berpindah ke tempat atau bagian tubuh lain, seperti
kuman Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, kuman tersebut dapat berpindah
melalui benda yang dipakai, seperti linen atau gesekan sendiri.
2. Infeksi silang (cross infection), yaitu infeksi rumah sakit terjadi akibat penularan dari
pasien/orang lain di rumah sakit.
3. Infeksi lingkungan (environmental infection), yaitu infeksi yang disebabkan kuman
yang didapat di lingkungan rumah sakit.
Riwayat Alamiah
Masa Inkubasi dan Klinis Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam
sejak mulai pasien dirawat
Masa Laten dan Periode Infeksi Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini
tergantung dari imunitas pasien sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat
terhadap factor eksogen (kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang
tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika
imunitasnya tidak cukup kuat, maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari,
berminggu-minggu dan lebih parahnya berbulan-bulan
6
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
Peran penting perawat adalah mengetahui prosedur dan praktik yang mungkin
menyebabkan infeksi nosokomial, misalnya teknik-teknik invasif, jalur tindakan dan
menyadari faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi seperti
kebersihan yang kurang, status gizi kurang, dan imunosupresi. Mungkin faktor
pencegahan terpenting adalah memastikan dilaksanakannya prosedur pengontrolan
infeksi, yang dilaksanakan di setiap rumah sakit. Perawatan terpisah merupakan usaha
mencegah penyebaran infeksi dengan isolasi protektif atau mencegah infeksi dari pasien
yang terinfeksi (isolasi sumber).
2.3.1 Mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur
pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi
mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara
signifikan menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan. Kulit
yang rusak pada tangan mengandung pathogen yang lebih banyak, yang banyak
menyebabkan infeksi nosokomial.
Hampir semua bakteri bakteri transien dapat diilangkan dengan sabun dan air,
tetapi bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya
Hibiscrub , Povidone-iodine, membuat prosedur ini lebih efektif karena
menghilangkan bakteri residen. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci adalah
area tempat berkumpulnya mikroorganisme, seperti di sela-sela jari.
8
Memilih kateter yang tepat untuk pasien, misalnya kateter berlubang
tunggal yang diberi zat antimokroba
Tempat insersi terbaik, misalnya daerah subklavia (bahu) lebih
disarankan daripada daerah jungular (leher) atau femoral (paha)
Menggunakan teknik aseptic saat pemasangan kateter vena sentral, seperti
baju, sarung tangan, dan duk steril
Persiapan daerah insersi yang tepat, misalnya membersihkan kuit dengan
larutan alcohol klorheksidin glukonat dan dibiarkan mongering sebelum
insersi.
Perawatan kateter dan daerah yang efektif, misalnya disinfeksi
permukaan eksternal kateter dan bagian sambungan, ditutup dengan
menggunakan kasa steril atau balutan transparan
Menjalankan strategi penggaantian kateter vena sentral dengan
memperhatikan metode dan frekuensi penggantian
Tidak menggunakan antibiotik untuk menurunkan risiko infeksi
Hanya menggunakan kateter urin ketika tidak ada prosedur alternatif lain
Memilih kateter terkecil yang memungkinkan alran urin dengan baik
Menggunakan peralatan steril tertutup dan teknik aseptic saat pemasangan
Menggunakan system steril tertutup dan mencegah aliran baik urin dari
kantung urin dengan meletakkan kantung urin di bawah kandung kemih
dan penjepitan (clamping) selang kantung jika pasien bergerak.
Peralatan medis harus dibersihkan dan /atau didisinfeksi sebelum digunakan dari
pasien ke pasien lain. Secara umum setiap alat harus dibersihkan, tetapi peralatan
medis yang kontak dengan darah atau cairan tubuh atau digunakan pada pasien
yang menderita infeksi, seperti infeksi Staphylococcus aureus resisten metisilin
(MRSA), diare, maka peralatan medis ini harus didisinfeksi.
Setiap alat harus selalu dicuci dan dibersihkan sebelum disinfeksi karena alat
yang kotor akan melindungi mikroorganisme. Disinfeksi zat pembunuh bakteri,
kadang disebut juga bakterisida, sedangkan zat yang hanya menghambat
pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik. Disinfektan bakterisida dapat bersifat
bakterostatik jika diencerkan. Sehingga penting untuk menggunakan disinfektan
dengan konsentrasi yang tepat. Begitu pula, disinfektan harus digunakan dalam
durasi waktu yang tepat dan dipastikan bahwa larutan disinfektan masih baru agar
prosedur disinfeksi efektif.
Disinfektan yang paling efektif adalah senyawa aldehida, peroksida, dan halogen
tetapi tidak selalu tepat digunakan setiap saat karena efek sampingnya. Semua zat
tersebut adalah agen pengoksidasi kuat.
2.3.5 Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk
endospore dan virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak bertekanan
tinggi, presto) dapat digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan untuk sterilisasi instrument
bedah umum dan masker anestesi. Temperatur tinggi dicapai ketika uap berada
dalam tekanan tinggi, seperti 121 0C pada 108 kPa (15 psi) yang akan
membunuh mikroorganisme dalam jangkan pendek dibandingkan menggunakan
10
panas pada tekanan atmosfer biasa. Di pabrik, produk steril seperti syringe
disposable disterilisasi sebelum dikemas dengan menggunakan radiasi sinar
gamma untuk menghancurkan mikroorganisme.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Tindakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.