Sunteți pe pagina 1din 19

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis B adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus B
(Wening Sari, 2008). Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002) Hepatitis
B adalah radang atau cidera pada hati yang disebabkan oleh virus B. Hepatitis
B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B, yaitu
suatu virus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang
dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.

Berdasarkan pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa


hepatitis B adalah radang hati yang disebabkan oleh virus B, suatu virus yang
dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat berlanjut
menjadi sirosis hati atau kanker hati.

B. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi
hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah
diafragma dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata
sekitar 1500 gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi
menjadi 4 lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3 / 10 hati,
sisanya 1/10 ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati
terbungkus oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam

6
lobus itu sendiri dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan
unit-unit kecil itu disebut lobulus (Pearce, 2006).

Gambar 2.1
Anatomi hepar
Sumber: www. Gambar anatomi hepar.com

Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan
vena porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada
hati, darah ini mempunyai kejenuhan 95100% masuk ke hati akan
akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk
dari lienalis dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya
ke hati darah ini mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat
makanan kehati yang telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang
vena porta arteri hepatica dan saluran membentuk saluran porta
(Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen
dan jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke
dalam parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan
duktus biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang

7
disusun di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke
dalamnya sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli
terhadap tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang
mengandung cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris.
Cabang dari vena porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya
langsung ke dalam sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan
mengeluarkan isinya ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu
yang lebih besar, air keluar dari saluran empedu menuju kandung empedu
(FKUI, 2006).

2. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi vena
porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting
dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang
terbentuk dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan
4/5 darahnya kehati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70%
sebab beberapa oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini
membawa kepada hati zat makanan yang telah di absorbsi oleh mukosa
usus halus. Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava
inferior. Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi
keseluruh hati, dua yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan
dua yang keluar yaitu vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia
mengosongkan isinya kedalam venulel yang berada pada bagian tengah
masing-masing lobulus hepatik dan dinamakan vena sentralis, vena
sentralis bersatu membentuk vena hepatika yang merupakan drainase vena
dari hati dan akan mengalirkan isinya kedalam vena kava inferior didekat
diafragma jadi terdapat dua sumber yang mengalirkan darah masuk
kedalam hati dan hanya terdapat satu lintasan keluar ( FKUI, 2006).

8
Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati
juga sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap
metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai
berikut:

1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.


Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena
porta kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi
mengalir kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450
ml/menit.

2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem


metabolisme tubuh.

Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat,


mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis
membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara
metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.

3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang


mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.

4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.


5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.

6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral


(termasuk zat besi).

7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.


8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan
dan menyerap zat gizi penting.

9. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun ( detoksikasi )


serta memetabolisme alkohol.
10. Membantu menghambat infeksi.

9
C. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:
1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut.

2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.


3. Infeksi virus.
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm, Ditularkan melalui darah atau produk darah,
saliva, semen, sekresi vagina. Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B
bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan, Masa
inkubasi 40 180 hari dengan rata- rata 75 hari, Faktor resiko bagi para
dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan terapis
respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis, para pemakai obat
yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau diantara mitra
seksual baik heteroseksual maupun pria homoseksual.

D. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal ( Baraderu, 2008).

10
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun
jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati, selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena
terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli,
empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul
disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi
dan eksresi bilirubin (Smeltzer dan Bare, 2002).

Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah


dan terbawa sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan
peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan
penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi
hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau
tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri
dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral
racun ( Syaifuddin, 2006).

Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat


menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan
alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada
alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas
sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba
atau palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai
nampak (Syaifuddin, 2006).

11
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya
perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.

pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Smeltzer dan Bare, 2002).

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan
meliputi:

1. Fase Pre Ikterik


Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali
timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh
badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek
terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama
2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada
hepatitis virus B.

2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan
suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang
terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang
setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan,
rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3. Fase penyembuhan

12
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari
setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita
mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

F. Komplikasi
Komplikasi hepatitis menurut FKUI (2006) adalah:
1. Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik.

2. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis


hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.

3. Komplikasi yang sering adalah sesosis, pada serosis kerusakan sel hati
akan diganti oleh jaringan parut (sikatrik) semakin parah kerusakan,
semakin beras jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang
jumlah sel hati yang sehat.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak
pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali
diberikan pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang
buruk.

2. Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana
ada reaksi imun yang berlebihan.

13
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat,
Becompion, kortikosteroid.

c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.


d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan
lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan
dan air bersih dan aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari
pasien yang terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan
spuit sekali pakai akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah
perlu disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi
panel donor.

H. Pengkajian
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau
gangguan hati (Doengoes, 2002).

1. Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, dan malaise.
2. Sirkulasi
Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.
3. Eliminasi urine gelap dan diare feses warna tanah liat.

4. Makanan dan cairan


Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedem
dan asietas.

5. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
6. Nyeri atau kenyamanan

14
Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala dan gatal.
7. Keamanan
Demam, urtikaria, eritema, splenomegali dan pembesaran nodul
servikal posterior.

8. Seksualitas
Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan.
9. Pemeriksaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut
Doengoes (2002):

a. Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan


hepatitis virus dari non virus.

b. SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu


sebelum ikterik kemudian tampak menurun.

c. Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan


masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).

d. Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.


e. Alkali fostatase: Agak meningkat.
f. Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
g. Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi
hati).

h. Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.


i. HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
j. Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).
k. Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan
nekrosis seluler).

15
l. Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
m.Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
n. Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.

I. Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.

16
I. Pathways keperawatan

Alkohol virus obat - obatan

Hipertermi
Inflamasi pada hepar peregangan kapsula hati

hematomegali hepatitis nyeri


Resiko trasmisi
gangguan suplai darah pada infeksi
gangguan metabolismeperasaan tidak nyaman di karbohidrat dan protein sel sel hepar
kuadran atas

kerusakan sel parenkim, anoreksia


glikogenesis glukoneogenesis sel hati duktuli
menurun menurun empedu hepatika Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan

fungsi hepar menurun


glikogen dalam hepar hiperbilirubin
berkurang pigmen empedu meningkat
glikogenesis menurun prunitus
glukosa dalam darah
berkurang

cepatlelah

keletihan
Resiko integritas kulit

(Doengoes, 2003)
6
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis menurut (Doengoes, 2003):

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,


perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami


inflamasi hati dan bendungan vena porta.

3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder


terhadap hepatitis.

4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah


sekunder terhadap inflamasi hepar.

5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan


dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.

6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat


menular dari agent virus.

L. Fokus intervensi dan Rasional


Fokus intervensi dan rasional menurut Doengoes (2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.

Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.

6
Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi adekuat, tidak ada tanda malnutrisi,
mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi
yang diberikan atau dibutuhkan.
Intervensi :
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering.

Rasional : pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro


intestinal dan menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan.

Rasional : akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru


dan rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.

d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.


Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
Rasional : glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk
pemenuhan energi, sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan membebani
hepar.

2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami


inflamasi hati dan bendungan vena porta.

Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.


Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan
keerawatan nyeri berkurang, skala nyeri

7
menurun. Tekanan darah :100/80, Suhu :36, 5
cc Nadi : 80 x / menit, Respiratori Rate: 20 x/ menit.
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.

Rasional : nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak


nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula
hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri.

b. Memonitoring perkembangan nyeri.


Rasional :mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan.
c. Memonitoring tanda tanda vital darah dan nadi.
Tekanan darah : 100 / 80 mmHg
Suhu : 36 ,5C
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
d. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
Rasional : mengurangi rasa nyeri untuk pasien.
e. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.
Rasional : menigkatkan relaksasi dan membantu pasien
memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri atau
ketidak nyamanan.

f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai advis dokter Rasional :


untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.

3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap


hepatitis.

a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.

8
Rasional : dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan
klien cenderung lebih tenang.
b. Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : tirah baring akan meminimalkanenergi yang
dikeluarkan sehingga metabolisme dapat digunakan
untuk penyembuhan penyakit.

c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,


kemampuan-kemampuan dan minat-minat.

Rasional : memungkinkan klien dapat memprioritaskan


kegiatankegiatan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang
kurang penting.

d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu


puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan.

Rasional : keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi


kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.

e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif


(bersikap asertif, teknik relaksasi).
Rasional : untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun
psikologis.
4. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.

Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu.


Intervensi :
a. Monitor tanda vital : suhu badan.
Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi.

9
b. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.

Rasional : dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang


memicu timbulnya dehidrasi.
c. Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahan linen tempat tidur sesuai
indikasi.

Rasional : suhu ruangan harus diubah untuk mempertahan kan sushu


mendekati normal

d. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur.


Rasional : menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga
terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar
keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui
penguapan.

e. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat.


Rasional : kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan
klien, mencegah timbulnya ruam kulit.

f. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik.


Rasional : gunakan untuk mengurangi demam atau panas.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu.

Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.


Intervensi :
a. Mengkaji kemampuan klien dalam beraktifitas.
Rasional : untuk mengetahui tingkat kemampuan klien dalam
beraktifitas.

10
b. Batasi klien dalam beraktifitas.
Rasional : Agar pasien tidak cepat lelah.
c. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering , Sering mandi
dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan ( kadtril, lanolin),
Keringkan kulit, jaringan digosok.

Rasional : kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan


merangsang ujung syaraf.
d. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal.

Rasional : penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan


meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi.
e. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk.

Rasional : penggantian merangsang pelepasan


hidtamin,
menghasilkan lebih banyak pruritus.
f. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin.
Rasional : pendinginan akan menurunkan vasodilatasi
dan
kelembaban kekeringan.
6. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus.

Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.


Intervensi :
a. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh.

1). Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau
spesimen.

11
2). Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh.

3). Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada


wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi
jarum dengan cara apapun.

Rasional : pencegahan tersebut dapat memutuskan


metode
transmisi virus hepatitis.
b. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan
yang terkontaminasi.
Rasional : teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak
dengan materi infeksius dan mencegah transmisi
penyakit.

c. Dorong dan pertahankan masukan TKTP.


Rasional : kurangi kerentanan individu terhadap infeksi.
d. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga
dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.

Rasional : mencuci tangan menghilangkan


organisme yang
merusak rantai transmisi infeksi.
e. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat.

Rasional : rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber


pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi.

f. Beri therapy antibiotik sesuai program dokter.


Rasional : mencegah segera terhadap infeksi.

12

S-ar putea să vă placă și