Sunteți pe pagina 1din 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 28 hari. Kehidupan pada masa

neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar

bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari

tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3

kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan

dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan

biokimia dan faali. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak

dapat bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir

(Mansjoer, 2009).

Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui derajat vitalitas fungsi

tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat

essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut

jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek primitif seperti menghisap dan mencari

puting susu. Bila tidak ditangani secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi

akan menurun dengan cepat dan bahkan mungkin meninggal. Pada beberapa bayi

mungkin dapat pulih kembali dengan spontan dalam 10 30 menit sesudah lahir

namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk cacat

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan asfiksia neonatorium?

1
2. Bagaimana kriteria Asfiksia Neonatorum?

3. Bagaimana tanda dan Gejala Asfiksia Neonatorum?

4. Bagaimana cara pengobatan Asfiksia Neonatorum?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

asfiksia neonatorum.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu membuat pengkajian pada klien dengan masalah

asfiksia neonatorum.

b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan masalah

asfiksia neonatorum.

c. Mahasiswa mampu mengimplementasi pada klien dengan masalah

asfiksia neonatorum.

d. Mahasiswa mampu mengevaluasi pada klien dengan masalah asfiksia

neonatorum.

D. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya makalah yang membahas mengenai materi asfiksia

diharapkan kepada mahasiswa agar dapat mengetahui penyebab asfiksia dan

pencegahannya agar terhindar dari asfiksia baik untuk dirinya sendiri

maupun keluarga.

2
2. Bagi Masyarakat

Dengan adanya makalah ini kita sebagai mahasiswa dapat mengetahui mengenai

penyakit asfiksia dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar mampu

menjaga kesehatan anaknya.

3. Bagi Institusi

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi refrensi

untuk mendapat pengetahuan tentang bahayanya penyakit asfeksia yang dapat

menyebabkan kematian

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang
mengalami gagal bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir,
sehingga bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam orang dari tubuhnya.

Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh : (Amru Sofian, 2002)

a. Penyakit infeksi akut atau kronis, keracunan obat bius, uremia, toksemia
gravidarum, anemia berat, cacat bawaan atau trauma.

Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh :

a. Partus lama, ruptura uteri yang membakat, tekanan terlalu kuat kepala
anak paa plasenta, prolapsus, pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak
tepat pada waktunya, plasenta previa, solusia plasenta, placenta tua
(serotinus).
APGAR SCORE

Nilai
Tanda 0 1 2
A : Apperance Biru / pucat Tubuh kemerahan, Tubuh dan
(color), Warna kulit. ekstremitas biru. ekstremitas
kemerahan.
P : Pulse (heart rate), Tidak ada. < 100 x / menit. >100 x / menit.
Denyut nadi.
G : Grimance (reflek). Tidak ada. Gerakan sedikit. Menangis.
A : Activity (tonus Lumpuh. Fleksi lemah. Aktif.
otot).

4
R : Respiration (usaha Tidak ada. Lemah merintih. Tangisan kuat.
napas).

B. Pembagian serta Tanda dan Gejala Asfiksia Neonatorum

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Pada kasus asfiksi berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan
perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala yang muncul pada
asfiksia berat adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi jantung kecil, yaitu < 40 kali permenit.


b. Tidak ada usaha napas.
c. Tonus otot lenmah bahkan hampir tidak ada.
d. Byi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangasangan.
e. Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu.
f. Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
persalinan.

2. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai berikut :

a. Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.


b. Usaha napas lambat.
c. Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
d. Bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan.
e. Bayi tampak sianosis.
f. Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
persalinan.

3. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering mucul adalah sebagai
berikut :

5
a. Takipnea dengan napas > 60 x/menit.
b. Bayi tampak sianosis.
c. Adanya retraksi sela iga.
d. Bayi merintih.
e. Adanya pernapasan cuping hidung.
f. Bayi kurang aktivitas.
g. Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales wheezing
posititf.

C. Etiologi Asfiksia Neonatorum

Asfiksia dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
b. Gangguan aliran darah fetus
a) Gangguan kontraksi uterus pada hipertoni, hipotoni, tetani uteri.
b) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
c) Hipertensi pada penyakit toksemia, ehlamsia, dll.
c. Primi tua, DM, anemia, riwayat lahir mati, ketuban pecah dini, infeksi.
2. Faktor Plasenta
Abruptio Plasenta, Solutio Plasenta.
3. Faktor Fetus
Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, meconium kental, prematuritas,
persalinan gannda.
4. Faktor Lama Persalinan
Persalinan lama, VE, kelainan letak, operasi caesar.
5. Faktor Neonatus
a. Anestesi / analgetik yang berlainan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan depresi pernapasan pada bayi.
b. Trauma lahir sehingga mengakibatkan perdarahan intracranial.
c. Kelainan kongenital seperti hernia diafragmatika, atresia / stenosis
saluran pernapasan, hipoplasia paru, dll.

6
D. Manifestasi Klinis Asfiksia Neonatorum

Ada 2 macam kriteria :

Perbedaan Asfiksia Pallida Asfiksia Livida


Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
Tonus otot Sudah kurang Masih baik
Reaksi rangsangan Negative Positif
Bunyi jantung Tak teratur Masih teratur
Prognosis Jelek Lebih baik

Klasifikasi klinik berdasarkan nilai APGAR :

1. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3).


2. Asfiksia ringan sedang (nilai APGAR 4-6).
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai APGAR 7-9).
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

7
E. Pathway Asfiksia Neonatorum

8
F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :

1. Hipoksia dan iskemia otak

Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut

sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan

menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak.

2. Anuria atau oliguria

Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan

ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai

dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan terganggu

sehingga darah yang seharusnya dialirkan keginjal menurun. Hal inilah yang

menyebabkan terjadinya pengeluaran urine sedikit.

3. Koma

Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

G. Pemeriksaan Penunjang pada Asfiksia Neonatorum


1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)

H. Penatalaksanaan pada Asfiksia Neonatorum


Tindakan yang dapat dilakukan pada bayi asfiksia neonatorum adalah sebagai
berikut :

1. Bersihkan jalan napas dengan penghisap lendir dan kasa steril.


2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.

9
3. Segera keringkan tubuh bayi dengan handuk / kain kering bersih dan hangat.
4. Nilai status pernapasan. Lakukan hal-hal berikut bila ditemukan tanda-tanda
asfiksia.
a. Segera baringkan dengan kepala bayi sedikit ekstensi dan penolong berdiri
disisi kepala bayi dari sisa air ketuban.
b. Miringkan kepala bayi.
c. Bersihkan mulut dengan kasa yang dibalut pada jari telunjuk.
d. Isap cairan dari mulut dan hidung.
5. Lanjutkan menilai status pernapasan
Nilai status pernapasan apabila masih ada tanda asfiksia, caranya dengan
menggosok punggung bayi (melakukan rangsangan taktil). Bila tidak ada
perubahan segera berikan napas buatan.

10
BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata
Terdiri dari nama, umur/tanggallahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan
pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.
b. Keluhan Utama
Pada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak napas.
c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi
belakang kaki atau sungsang.
d. Kebutuhan Dasar
a) Pola Nutrisi
Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ
tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan
untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia.
b) Pola Eliminasi
Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh
terutama pencernaan belum sempurna.
c) Kebersihan Diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat BAB dan BAK harus diganti popoknya.
d) Pola Tidur
Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak napas.
e. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Pada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak
napas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada
stadium pertama.
b) Tanda-tanda Vital
Pada umunya terjadi peningkatan respirasi.
c) Kulit
Pada kulit biasanya terdapat sianosis.
d) Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih
cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerak.
e) Mata
Pada pupil terjadi miosis saat diberikan cahaya.

11
f) Hidung
Yang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan
cuping hidung.
g) Dada
Pada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi
pernafasan yang cepat.
h) Neurology / reflek
Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam).
f. Gejala dan tanda
a) Aktifitas; pergerakan hyperaktif
b) Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosis.
c) Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda :
ketidakefektifan termoregulasi.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perfusi ventilasi.
3. Resiko kematian bayi mendadak d.d prematuritas organ.
4. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh.
5. Resiko cedera d.d hipoksia jaringan.

3. Perencanaan Keperawatan
DP 1 : Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan kapasitas vital.

NOC :

1. Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
napas, frekuensi pernapasan dalam rentang normal, tidak ada suara napas
abnormal).
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

NIC :

No NIC Rasionalisasi
1. Buka jalan napas, gunakan teknik 1. Untuk mempermudah klien
chin lift atau jaw thrust bila perlu. bernapas.
2. Posisikan pasien untuk 2. Tindakan ini meningkatkan
memaksimalkan ventilasi pernapasan yang maksimal,
membuat mudah bernapas yang
meningkatkan kenyamanan
fisiologi/psikologi.
3. Identifikasi pasien perlunya 3. Untuk mengetahui perkembangan
pemasangan alat jalan napas buatan. jalan napas pada pasien.

12
4. Monitor frekuensi dan irama 4. Menetapkan
pernapasan. kemampuan/kebutuhan pasien
dan memudahkan pilihan
intervensi.
5. Monitor suhu, warna, dan 5. Indikator langsung keadekuatan
kelembaban kulit volume cairan.

DP 2 : Gangguan pertukaran gas b.d perfusi ventilasi.

NOC :

1. Peningkatan ventilasi dan oksigenisasi yang adekuat.


2. Kebersihan paru-paru bebas dari tanda-tanda distress.
3. Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu.
4. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

NIC :

No NIC Rasionalisasi
1. Auskultasi suara napas, catat area 1. Beberapa derajat spasme bronkus
penurunan / tidak adanya ventilasi terjai dengan obstruksi jalan
dan suara tambahan. napas dan dapat/ tidak
dimanifestasikanadanya bunyi
napas, bunyi napas mungkin
redup karena penurunan aliran
udara atau area konsolidasi.
Berguna dalam evaluasi derajat
distress penapasan dan/ atau
kronisnya proses penyakit.
2. Catat pergerakan dada, amati 2. Mengetahui perkembangan
kesimetrisan, penggunaan otot pernapasan otot dada.
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
3. Tentukan kebutuhan suction dengan 3. Untuk mengetahui banyaknya
mengauskultasi crakles dan ronkhi sekret yang ada pada alat
pada jalan napas utama. pernapasan klien.
4. Auskultasi suara paru setelah 4. Meningkatkan pemahaman
tindakan untuk mengetahui hasilnya. situasi yang ada dan penting
menghubungkannya dengan
progra pengobatan.
5. Monitor pola napas. 5. Untuk mengetahui keefektifan
pola napas.

13
DP 3 : Resiko kematian bayi mendadak d.d prematuritas organ.

NOC :

1. RR 30-60x/menit
2. Saturasi oksigen lebih dari 85 %
3. Warna kulit bayi normal.
4. Tidak terjadi termoregulasi.

NIC :

No NIC Rasionalisasi
1. Ajarkan keluarga untuk tidak 1. Untuk mengurangi terjadinya
merokok didekat bayi. resiko infeksi pernapasan pada
bayi.
2. Ajarkan untuk mengubah posisi bayi 2. Meningkatkan keefektifan
telentang saat tidur. obstruksi jalan napas pola
pernapasan dan gangguan
pertukaran gas.
3. Instruksikan orang tua dan pengasuh 3. Untuk menghindari
untuk mengecek temperature air ketidakseimbangan suhu tubuh
sebelum memandikan bayi. pasien.
4. Beri materi pendidikan kesehatan 4. Kebutuhan pengetahuan tentang
yang berhubungandengan strategi mencegah terjadinya sindrom
dan tindakan untuk mencegah kematian bayi mendadak
sindrom kematian bayi mendadak terpenuhi dan menambah
dan dengan tindakan resusitasi untuk wawasan keluarga dengan
mengatasinya. penyakit yang dialami klien.

DP 4 : Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh d.d suplai oksigen dalam


darah menurun.

NOC :

1. Suhu badan normal.


2. TTV dalam batas normal.
3. Hidrasi adekuat.
4. Keseimbangan asam basa DBN.
5. Bilirubin DBN.

NIC :

No NIC Rasionalisasi
1. Pantau dan laporkan tanda dan 1. Mengetahui ketidakseimbangan
gejala hipotermi dan hipertermi. suhu tubuh.
2. Tempatkan bayi baru lahir pada 2. Menghindari penurunan suhu
ruangan isolasi atau bawah pemanas. tubuh pasien secara drastis.

14
3. Gunakan matras panas dan selimut 3. Meningkatkan kenyamanan pada
hangat yang disesuaikan dengan pasien dan menjaga suhu tubuh
kebutuhan. tetap stabil.
4. Monitor warna dan suhu kulit. 4. Kulit harus berwarna merah
muda atau mirip dengan warna
kulit sekitarnya, lebaran tanduk
kulit merah muda atau hangat dan
memutih (bila ditekan dengan
jari) dengan kembainya warna
dalam beberapa detik. Sianosis
dan pengisian lambat dapat
menunjukkan kongesti vena,
yang dapat menimbulkan
iskemia/ nekrosis jaringan.
5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan 5. Indikator langsung proses
hipotermi. perkembangan penyakit.

DP 5 : Resiko cedera d.d hipoksia jaringan.

NOC :

1. Klien terbebas dari cedera.


2. Keluarga mampu mengenali perubahan status kesehatan.

NIC :

No NIC Rasionalisasi
1. Sediakan lingkungan yang aman 1. Memberikan kenyaman pada
untuk pasien. pasien.
2. Memasang side rail tempat tidur. 2. Agar pasien terhindar dari jatuh.
3. Membatasi pengunjung. 3. Menciptakan suasana yang
tenang dan nyaman.
4. Menganjurkan keluarga untuk 4. Pelaporan cepat dalam proses
menemani pasien. perkembangan penyakit pasien.
5. Berikan penjelasan pada pasien dan 5. Kebutuhan pengetahuan tentang
keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan
perubahan status kesehatan dan pasien dan menambah wawasan
penyebab penyakit. tentang penyakit yang dialami
pasien.

15
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR

A. Pengkajian
Tanggal dan waktu pengkajian.
Hari : Selasa
Tanggal : 14 Maret 2017
Pukul : 10:00 WIB

Pengumpulan data dengan observasi secara langsung dan medical report bayi
Identitas Bayi
Nama : By. Ny. A
Tanggal lahir/jam lahir : 14 Maret 2017 / 10:00 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 115314

Identitas Orang Tua :


Nama Ibu : Ny. A
Umur : 18 tahun
Pendidikan : SMA
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam

Nama Ayah : Tn. A


Umur : 19 tahun
Alamat : Jl. Amula Rahayu
Pendidikan : SMA
Kebangsaan : Indonesia

16
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Islam

Riwayat kehamilan dan kelahiran


a) Prenatal
Jumlah pemeriksaan 3x melakukan imunisasi TT.....2x............,
HPMT:..........................................., HPL..................................... kenaikan BB
selama hamil.........6................kg
b) Intranatal
Bayi Ny.........A............. Lahir tanggal.......14 Maret 2017............
jam.....10:00WIB, masa gestasi................ minggu, status gestasi G1 P1 A0 .
Bayi dilahirkan secara spontan dibantu oleh ....Bidan............, Tempat
melahirkan di Rumah Sakit.
c) Post natal
APGAR Score.............................., Jenis kelamin.........Perempuan............... BB
=.........2000.......... gr, PB =................. cm, LK..........................cm, LD =
...................... cm, air ketuban..................................., tali
pusat........................................

NILAI APGAR
Angka Penilaian 1 Menit 5 Menit 10 Menit
0 1 2
Bunyi Tidak Lambat Diatas 100
Jantung ada (<100)
Pernafasan Tidak Tidak teratur Menangis
ada
Tonus Lemas Sedikit fleksi Pergerakan
Otot aktif
Reflek Tidak Menyeringai Menangis
ada kuat
Warna Biru Badan merah Seluruh
pucat Ekstremitas badan

17
Biru merah
Jumlah

Interpretasi APGAR
Jumlah skor Interpretasi Catatan
7-10 Bayi normal
4-6 Agak rendah Memerlukan tindakan medis segera seperti
penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau
pemberian oksigen untuk membantu bernapas.
0-3 Sangat rendah Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Tidak bergerak dengan aktif.
Keadaan Umum : Koma.

1. TTV
DJA : 90 x/mnt
Suhu :................ C
Respirasi : 18 x/mnt

2. Kepala
Cepal hematoma tidak ada/ada
Cepal Succedenium(edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan
dari jalan lahir) : tidak ada/ada
Sutura : belum menutup/menutup
Rambut : hitam halus/coklat

3. Mata
Kesimetrisan : Simetris/tidak simetris
Sklera : Putih/ikterus
Konjungtiva : Merah muda tak anemis

18
4. Hidung
Lubang hidung : ada/tidak ada
Cuping hidung : ada/tidak ada

5. Mulut dan Lidah


Palatum : normal/tidak normal
Warna palatum : Merah muda/kebiru-biruan
Warna lidah : Merah muda/kebiru-biruan

Refleks hisap dan menelan :


- Moro : reflek kejutan di bagian extremitas atas atau bawah
(ada/tidak ada respon)
- Graspy : ada reflek genggam ekstremitas atas dan bawah (ada/tidak
ada reflek)
- Stepping : menunjukkan reflek seperti berjalan (belum/tidak ada
reflek berjalan)
- Rooting : menunjukkan reflek seperti mencari putting susu (Ibu
belum/sudah menyusui bayi)
- Sucking : menunjukkan reflek hisap yang kuat (ada/tidak ada,
namun masih belum kuat, belum terlatih)

6. Telinga
Kesimetrisan : simetris/tidak simetris antara kiri dan kanan
Warna : sama/tidak sama dengan kulit wajah
Daun telinga : ada/tidak ada
Lekuk telinga : ada/tidak ada
Cairan yang keluar : tidak/ada lesi

7. Leher
Kelenjar Thyroid : tidak/ada pembesaran
JVP : tidak/ ada peninggian

19
8. Dada
DJA : 90 x/menit
Gerakan : dapat/ tidak dapat mengembang dan mengempis

9. Mamae
Putting : ada/tidak ada
Areola : menyebar/tidak menyebar di sekitar putting

10. Abdomen
Bentuk : bulat/ tidak bulat lonjong
Bising usus : ada/ tidak ada
Tali pusat : masih basah/kering

11. Punggung, pinggul dan bokong


Tonjolan punggung : tidak ada/ada
Lipatan bokong : simetris/tidak simetris
Warna kulit bokong : merah/ merah muda

12. Genetalia
Kondisi : Labia mayora menutupi/ tidak menutupi labia
minora
Keluar cairan : tidak/ada

13. Tangan
Pergerakan : baik/ tidak baik
Jari tangan kanan/kiri : lengkap/tidak lengkap
Reflek menggenggam : ada/tidak ada
Warna : merah/ sedikit kebiru-biruan

14. Kaki
Pergerakan : normal/ tidak normal
Jari kaki kanan/kiri : lengkap/tidak lengkap

20
Refleks babinski : belum

15. Badan
Aktivitas : tidak baik
Warna kulit : Sedikit kebiruan
Lanugo : ada/tidak ada
Cyanosis : ada, pada daerah ekstremitas
Tekstur : Halus

16. Anus : +/-

DATA FOKUS
NO Data Objektif Data Subjektif
1. DO : DS : -
a. Klien menggunakan otot
pernapasan.
b. Pola napas bradipnea.
c. Pernapasan cuping hidung.
d. Kapasital vital menurun.
2. DO : DS : -
a. PO2 menurun.
b. Bradikardi.
c. Sianosis.
d. Pola napas lambat.
e. Warna kulit kebiruan.
f. Kesadaran menurun.
3. DO : DS : -
a. Kurang mobilitas fisik.
b. PO2 menurun.
c. Hipoksia.
d. Ventilasi menurun.

21
e. Pengisian kapiler >3 detik.

B. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DO : Janin kekurangan O2 Ketidakefektifan pola
a. Klien menggunakan dan kadar CO2 napas b.d penurunan
otot pernapasan. menurun kapasitas vital.
b. Pola napas bradipnea.
c. Pernapasan cuping Apneu
hidung.
d. Kapasital vital Pola napas tak efektif
menurun.
DS : -
2. DO : Paralisis pusat Gangguan pertukaran
a. PO2 menurun. pernapasan gas b.d perfusi
b. Bradikardi. ventilasi.
c. Sianosis. Janin kekurangan O2
d. Pola napas lambat. dan kadar CO2
e. Warna kulit kebiruan. menurun
f. Kesadaran menurun.
DS : - Apneu

Gangguan pertukaran
gas
3. DO : Janin kekurangan O2 Resiko
a. Kurang mobilitas dan kadar CO2 ketidakseimbangan
fisik. menurun suhu tubuh d.d suplai
b. PO2 menurun. oksigen dalam darah
c. Hipoksia. Suplai O2 dalam menurun.
d. Ventilasi menurun. darah menurun
e. Pengisian kapiler >3

22
detik. Resiko
DS : - ketidakseimbangan
suhu tubuh

Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan kapasitas vital.
2. Gangguan pertukaran gas b.d perfusi ventilasi.
3. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh d.d suplai oksigen dalam darah
menurun.

23
C. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA NOC NIC RASIONALISASI


KEPERAWATAN
1. Ketidakefektif Setelah 1. Buka jalan napas, 1. Untuk
gunakan teknik mempermudah
an pola napas dilakukan
chin lift atau jaw klien bernapas.
b.d penurunan tindakan thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien 2. Tindakan ini
kapasitas vital. keperawatan
untuk meningkatkan
selama 30 menit memaksimalkan pernapasan yang
ventilasi. maksimal,
diharapkan
membuat mudah
ketidakefektifan bernapas yang
meningkatkan
pola napas
kenyamanan
teratasi dengan fisiologi/psikologi
3. Identifikasi pasien 3. Untuk mengetahui
kriteria hasil :
perlunya perkembangan
1. Menunjukka pemasangan alat jalan napas pada
n jalan napas jalan napas buatan. pasien.
yang paten 4. Monitor frekuensi 4. Menetapkan
(klien tidak dan irama kemampuan/kebut
merasa pernapasan. uhan pasien dan
tercekik, memudahkan
irama napas, pilihan intervensi.
frekuensi 5. Monitor suhu, 5. Indikator
pernapasan warna, dan langsung
dalam kelembaban kulit keadekuatan
rentang volume cairan.
normal, tidak
ada suara
napas
abnormal).
2. Tanda-tanda
vital dalam
rentang
normal.
2. Gangguan Setelah 1. Auskultasi suara 1. Beberapa derajat
pertukaran gas dilakukan napas, catat area spasme bronkus
b.d perfusi tindakan penurunan / tidak terjai dengan
ventilasi. keperawatan adanya ventilasi obstruksi jalan

24
selama 30 menit dan suara napas dan dapat/
diharapkan tambahan. tidak
masalah dimanifestasikanad
gangguan anya bunyi napas,
pertukaran gas bunyi napas
teratasi dengan mungkin redup
kriteria hasil : karena penurunan
1. Peningkatan aliran udara atau
ventilasi dan
area konsolidasi.
oksigenisasi
yang Berguna dalam
adekuat.
evaluasi derajat
2. Kebersihan
paru-paru distress penapasan
bebas dari
dan/ atau
tanda-tanda
distress. kronisnya proses
3. Suara napas
penyakit.
yang bersih,
tidak ada 2. Catat pergerakan 2. Mengetahui
sianosis dan
dada, amati perkembangan
dyspneu.
4. Tanda-tanda kesimetrisan, pernapasan otot
vital dalam
penggunaan otot dada.
rentang
normal. tambahan, retraksi
otot
supraclavicular
dan intercostal.
3. Tentukan 3. Untuk mengetahui
kebutuhan suction banyaknya sekret
dengan yang ada pada alat
mengauskultasi pernapasan klien.
crakles dan ronkhi
pada jalan napas
utama.
4. Auskultasi suara 4. Meningkatkan
paru setelah pemahaman situasi

25
tindakan untuk yang ada dan
mengetahui penting
hasilnya. menghubungkanny
a dengan progra
pengobatan.
5. Monitor pola 5. Untuk mengetahui
napas. keefektifan pola
napas.
3. Resiko Setelah 1. Pantau dan 1. Mengetahui
ketidakseimba dilakukan laporkan tanda dan ketidakseimbangan
ngan suhu tindakan gejala hipotermi suhu tubuh.
tubuh d.d keperawatan dan hipertermi.
suplai oksigen selama 1x24 jam 2. Tempatkan bayi 2. Menghindari
dalam darah diharapkan tidak baru lahir pada penurunan suhu
menurun. terjadi resiko ruangan isolasi tubuh pasien
ketidakseimbang atau bawah secara drastis.
an suhu tubuh, pemanas.
dengan kriteria 3. Gunakan matras 3. Meningkatkan
hasil : panas dan selimut kenyamanan pada
1. Suhu badan hangat yang pasien dan
normal.
disesuaikan dengan menjaga suhu
2. TTV dalam
batas normal. kebutuhan. tubuh tetap stabil.
3. Hidrasi
4. Monitor warna dan 4. Kulit harus
adekuat.
4. Keseimbanga suhu kulit. berwarna merah
n asam basa
muda atau mirip
DBN.
5. Bilirubin dengan warna kulit
DBN.
sekitarnya, lebaran
tanduk kulit merah
muda atau hangat
dan memutih (bila
ditekan dengan
jari) dengan

26
kembainya warna
dalam beberapa
detik. Sianosis dan
pengisian lambat
dapat
menunjukkan
kongesti vena,
yang dapat
menimbulkan
iskemia/ nekrosis
jaringan.
5. Monitor tanda- 5. Indikator langsung
tanda hipertermi proses
dan hipotermi. perkembangan
penyakit.

27
D. Catatan Perkembangan

Tanggal/hari Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan
Selasa, 14 Ketidakefektifan Jam 10:00 WIB Jam 11:00 WIB
Maret 2017 pola napas b.d 1. Buka jalan napas, S: -
penurunan menggunakan teknik O:
kapasitas vital. chin lift atau jaw Klien masih
DO: thrust. menggunakan
a. Klien 2. memposisikan otot pernapasan
menggunakan pasien untuk saat bernapas.
otot pernapasan memaksimalkan Pola napas
saat bernapas. ventilasi. belum normal.
b. Pola napas 3. memasang alat jalan (24x/menit)
bradipnea. napas buatan nasal Pernapasan
(18x/menit) canul pediatric 2l. cuping hidung.
c. Pernapasan 4. Kaji frekuensi dan A: Masalah
cuping hidung. irama pernapasan. ketidakefektifan
d. Kapasital vital Frekuensi napas : pola napas belum
menurun. 24x/menit. teratasi.
0
e. T : 35,6 C Irama : P : Intervensi 2-5
DS: - Belum Teratur. dilanjutkan.
5. Kaji suhu, warna,
dan kelembaban
kulit.
T : 36oC
Warna : Sianosis
pada daerah
ekstremitas, kulit
lembab.

28
Gangguan Jam 10:10 WIB Jam 11:00 WIB
pertukaran gas b.d 1. Mengauskultasi S:-
perfusi ventilasi. suara napas, catat O :
DO : area penurunan / Sianosis
a. PO2 menurun. tidak adanya Pola napas
b. Bradikardi ventilasi dan suara belum normal
(80x/menit). tambahan. (24x/ menit).
c. Sianosis. 2. Mencatat pergerakan Kesadaran
d. Pola napas dada, mengamati masih menurun
lambat. (18x/ kesimetrisan, (koma).
menit) penggunaan otot Masih
e. Warna kulit tambahan, retraksi menggunakan
kebiruan. otot supraclavicular otot dada saat
f. Kesadaran dan intercostal. bernapas.
menurun. 3. Memberikan Tidak ada lagi
DS : - tindakan suction sekret yang
4. Mengauskultasi mengganggu
suara paru setelah jalan napas.
tindakan untuk A : Masalah gangguan
mengetahui pertukaran gas
hasilnya. belum teratasi.
5. Monitor pola napas. P : Intervensi 1, 2, 4,
dan 5 dilanjutkan,
dan berkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
obat.
Resiko Jam 10:45 WIB Jam 11:00 WIB
ketidakseimbangan 1. Kaji tanda dan S : -
suhu tubuh d.d gejala hipotermi dan O :
suplai oksigen hipertermi. Bayi masih
dalam darah 2. Tempatkan bayi belum bisa

29
menurun. baru lahir pada alat bergerak aktif.
DO : inkubator. PO2 nya belum
a. Kurang 3. Gunakan matras normal.
mobilitas fisik. panas dan selimut Bayi terlihat
b. PO2 menurun. hangat yang nyaman saat
c. Hipoksia. disesuaikan dengan diletakkan di
d. Ventilasi kebutuhan. dalam
menurun. 4. Kaji warna dan suhu inkubator.
e. Pengisian kulit. T : 36oC
kapiler >3 detik. 5. Kaji tanda-tanda RR : 24x/ menit
DS : - hipertermi dan Warna kulit
hipotermi. sianosis pada
daerah
ekstremitas.
Tidak ada
tanda-tanda
hipotermi dan
hipertermi.
A : Masalah resiko
ketidakseimban
gan suhu tubuh
belum teratasi.
P : Intervensi 1-5
dilanjutkan.

30
Tanggal/hari Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
Rabu, 15 Ketidakefektifan Jam 10:00 WIB Jam 12:00 WIB
Maret 2017 pola napas b.d 1. memposisikan S: -
penurunan pasien untuk O:
kapasitas vital. memaksimalkan Klien masih
DO: ventilasi. menggunakan
a. Klien 2. memasang alat jalan otot pernapasan
menggunakan napas buatan nasal saat bernapas.
otot kanul pediatric 2l. Pola napas
pernapasan 3. Kaji frekuensi dan belum normal.
saat bernapas. irama pernapasan. (26x/menit)
b. Pola napas 4. Kaji suhu, warna, Pernapasan
bradipnea dan kelembaban cuping hidung.
(24x/menit). kulit. A: Masalah
0
c. Pernapasan T : 36 C, Sianosis ketidakefektifan
cuping hidung. pada daerah pola napas belum
DS: - ekstremitas. teratasi.
5. Berkolaborasi P : Intervensi 1-5
dengan tim medis dilanjutkan.
dalam pemberian
obat.
Gangguan Jam 10:15 WIB Jam 11:00 WIB
pertukaran gas b.d 1. Mengauskultasi S:-
perfusi ventilasi. suara napas, catat O :
DO : area penurunan / Sianosis mulai
a. PO2 menurun. tidak adanya berkurang.
b. Bradikardi ventilasi dan suara Pola napas
(90x/menit) . tambahan. belum normal
c. Sianosis. 2. Mencatat pergerakan (26x/ menit).
d. Pola napas dada, mengamati Kesadaran
lambat. (24x/ kesimetrisan, masih menurun

31
menit) penggunaan otot (koma).
e. Warna kulit tambahan, retraksi Masih
kebiruan. otot supraclavicular menggunakan
f. Kesadaran dan intercostal. otot dada saat
koma. 3. Mengauskultasi bernapas.
DS : - suara paru setelah A : Masalah gangguan
tindakan untuk pertukaran gas
mengetahui belum teratasi.
hasilnya. P : Intervensi 1-4
4. Monitor pola napas. dilanjutkan, dan
berkolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
obat.
Resiko Jam 10:15 WIB Jam 11:00 WIB
ketidakseimbangan 1. Kaji tanda dan S : -
suhu tubuh d.d gejala hipotermi dan O :
suplai oksigen hipertermi. Bayi masih
dalam darah 2. Gunakan matras belum bisa
menurun. panas dan selimut bergerak aktif.
DO : hangat yang PO2 nya belum
a. Kurang disesuaikan dengan normal.
mobilitas fisik. kebutuhan. Tidak ada
b. PO2 menurun. 3. Kaji warna dan suhu tanda-tanda
c. Hipoksia. kulit. hipotermi dan
0
d. Ventilasi T : 36 C hipertermi.
menurun. 4. Kaji tanda-tanda A : Masalah resiko
e. Pengisian hipertermi dan ketidakseimban
kapiler >2 detik. hipotermi. gan suhu tubuh
DS : - belum teratasi.
P : Intervensi 1-4
dilanjutkan.

32
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

B. Saran
Saya menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat saya harapkan untuk
lebih menyempurnakan makalah ini, agar makalah ini lebih sempurna dan
menjadi pedoman untuk kita semua.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, V. N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Dra. Jumiarni, Mulyati Sri, Nurlina S. (2012). Asuhan Keperawatan Perinatal.


Jakarta: EGC.

Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. (2015). Nanda NIC-NOC Jilid I. Jogjakarta:
MediAction.

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan


Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1. (2017). Jakarta: Dewan


Pengurus Pusat PPNI.

https://www.scribd.com/upload

34

S-ar putea să vă placă și