Sunteți pe pagina 1din 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Nutrisi Anak Usia Sekolah

1. Pengertian Anak Usia Sekolah.

Rentang kehidupan yang dimulai dari usia enam sampai mendekati 12 tahun

memiliki berbagai label yang masing-masing menguraikan karakteristik penting dari

periode tersebut. Periode usia pertengahan ini sering sekali disebut masa sekolah

atau usia sekolah, pada periode ini dimulai dengan masuknya anak ke lingkungan

sekolah yang memiliki dampak signifikan dalam perkembangan dan hubungan anak

dengan orang lain..

Anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa

kanak-kanak dan menggabungkan diri ke dalam kelompok sebaya yang merupakan

hubungan dekat pertama di luar kelompok keluarga (Wong, 2009).

2. Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah

Secara fisiologis, masa kanak-kanak pertengahan dimulai dengan tanggalnya gigi

susu pertama dan diakhiri dengan memperoleh gigi permanen terakhir (kecuali gigi

geraham terakhir). Selama usia limasampai enam tahun sebelumnya, anak

mengalami kemajuan dari bayi dantidak berdaya menjadi individu yang kuat dan

kompleks dengan kemampuan berkomunikasi, membentuk konsep yang terbatas

dan mulai terlibat dalam perilaku sosial dan motorik yang kompleks. Anak

mengalami pertumbuhan fisik yang sama cepat. Sebaliknya periode masa kanak-

kanak pertengahan antara pertumbuhan yang cepat dimasa kanakkanak awal dan

ledakan pertumbuhan dimasa prapubertas adalah saat pertumbuhan dan


perkembangan terjadi secara bertahap dengan peningkatan yang lebih besar pada

aspek fisik dan emosional (Wong, 2009).

Selama masa kanak-kanak pertengahan, pertumbuhan tinggi dan berat badan

terjadi lebih lambat tetapi pasti jika dibandingkan dengan masa sebelumnya antara

usia enam tahun sampai dua tahun, anak-anak mengalami pertumbuhan sekitar lima

cm pertahun untuk mencapai untuk mencapai tinggi badan 30-60 cm dan berat

badannya dan berat badan akan bertambah dua kali lipat, dua sampai tiga kg per

tahun. Tinggi rata-rata anak usia enam tahun adalah 116 cm dan berat badannya

sekitar 21 kg. Tinggi rata-rata anak usia 12 tahun adalah sekitar 150 cm dan berat

badannya mendekati 40 kg (Wong, 2009). Perbedaaan ukuran anak lakilaki dan

perempuan periode ini sangat sedikit, walaupun anak laki-laki cenderung sedikit

lebih tinggi dan kadang-kadang lebih berat daripada anak perempuan. Menjelang

akhir usia sekolah ukuran tubuh anak laki-laki dan perempuan mulai meningkat

walaupun sebagian besar tinggi dan berat badan anak perempuan melebihi anak

laki-laki, menyebabkan ketidaknyamanan yang akut bagi anak perempuan dan anak

laki-laki tersebut. Perkembangan dianggap sebagai perubahan kualitatif yang

meliputi perkembangan kepribadian (psikososial dan psikoseksual), mental (kognitif,

bahasa, moral, spritual) dan konsep diri (citra tubuh dan harga diri) (Hockembery &

Wilson, 2009). Menurut Hockenberry dan Wilson (2009), perkembangan sosial

berperan dalam menentukan tumbuh kembang anak menjadi optimal. Anak mulai

mengembangkan hubungan sosial pada lingkungan rumah dan lingkungan sekolah.

Perkembangan kognitif menurut Piaget (1980 dalam Kozier, Berman & Snynder,

2010) merupakan fase operasi konkrit, pola pikir logis, mengetahui perbedaan

waktu, kemampuan membaca meningkat, senang berbicara dan berdebat.

B. Gizi Anak Usia sekolah

1. Pengertian Gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab Algizzai yang artinya makanan yang bermanfaat

untuk kesehatan (Depkes, 2002). Gizi adalah zat-zat makanan yang diproses melalui

pencernaan yang digunakan untu energi, mempertahankan fungsi tubuh dan

memperbaharui sel-sel organisme (Harkreader, Hogan & Thobaben, 2007).

Sedangkan menurut Sulistyoningsih (2011) gizi adalah suatu proses organisme

menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,

absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang

tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi

normal dari organ-organ serta menghasilkan energi. Menurut Grodner, Long dan

Walkingshaw (2007) gizi adalah makanan yang dikonsumsi, diproses, melalui sistem

pencernaan yang bermanfaat bagi kesehatan untuk energi, pertumbuhan dan

perbaikan fungsi tubuh dan makanan yang dikonsumsi untuk kebutuhan tubuh dan

kesehatan harus mengandung unsur-unsur zat gizi.

2. Unsur-unsur Gizi

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) menyebutkan bahwa untuk hidup dan

meningkatkan kualitas hidup, setiap orang memerlukan lima kelompok zat gizi yaitu

(karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak

berlebihan dan tidak juga kekurangan (Depkes, 2002). Disamping itu, manusia

memerlukan air dan serat untuk memperlancar berbagai proses metabolisme tubuh.

a. Karbohidrat

Karbohidrat terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana dan

komplek (Grodner, Long & Walkingshaw, 2007). Karbohidrat sederhana

adalah semua makanan yang manis termasuk gula dan madu, sedangkan

karbohidrat kompleks adalah makanan yang mengandung kanji atau banya

serat misalnya gandum, padi-padian. Sumer utama karbohidrat dalam pola

makan masyarakat di Indonesia adalah beras, jagung, umbi-umbian dan


pengganti beras lainnya. Sulistyoningsih (2011) menyatakan fungsi utama

karbohidrat adalah sebagai sumber energi. Fungsi karbohidrat lain menurut

(Grodner, Long & Walkingshaw, 2007) yaitu membantu mengeluarkan feses,

sebagai cadangan energi, pemberi rasa manis pada makanan, sebagai bagian

dari struktur sel dalam bentuk glikoprotein.

b. Protein

Protein berdasarkan sumber dibedakan menjadi dua yaitu protein

hewani dan protein nabati. Bahan makanan sumber protein hewani antara

lain daging, ikan, telur, kerang dan udang, sedangkan sumber protein nabati

antara lain kedelai dan olahannya seperti tahu dan tempe serta kacang-

kacangan lain (Sulistyoningsih, 2011). Protein mempunyai beberapa fungsi

yang dibutuhkan tubuh antara lain, penambahan otot, pertumbuhan dan

pemeliharaan jaringan tubuh. Selain itu, protein juga berperan dalam

pembentukan struktur tulang, enzim, hormon, darah (Grodner, Long &

Walkingshaw, 2007).

c. Lemak

Sumber utama lemak terdapat pada minyak tumbuh-tumbuhan

(minyak kelapa, kelapa sawit), mentega/margarin, serta lemak hewan pada

daging atau ayam. Lemak juga sebagai sumber energi, bahkan energi

tertinggi (9kkal pergram). Lemak dalam makanan berfungsi sebagai pelezat

makanan sehingga orang cenderung lebih menyukai makanan berlemak

(Kurniasih, Hilmansyah, Astuti & Imam, 2010). Fungsi lemak antara lain

menghasilkan asam linolenat dan linoleat yang dibutuhkan untuk

pertumbuhan dan fungsi normal jaringan, membantu transportasi dan

absorbsi vitamin A, D, E dan K, sebagai bantalan organ tubuh tertentu dan


membantu memelihara suhu tubuh serta mencegah kehilangan panas tubuh

secara tepat (Sulistyoningsih, 2011).

d. Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah bahan oganik kompleks yang umumnya dibutuhkan

dalam jumlah sedikit dan tidak bisa dibentuk di dalam tubuh sehingga harus

dipenuhi dari makanan (Sulistyoningsih, 2011). Mineral merupakan bagian

tubh yang memegang peranan dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada

tingkal sel, jaringan, organ, maupun fungsi organ secara keseluruhan.

Vitamin dan mineral terutma banyak terdapat dalam sayur dan buah,

khususya yang berwarna kuning dan hijau tua, sebaikna dihidangkan dalam

bentuk mentah setelah dicuci atau setengah matang sebagai salad atau

lalapan.

e. Air

Air adalah sebagain besar terdalam dalam jaringan tubuh. Air

berfungsi untuk transporrasi zat-zat gizi dalam sel. Kebutuhan untuk air lebih

urgen daripada zat-zat gizi lain (Sulistyoningsih, 2011).air juga berfungsi

sebagai pengatur suhu tubh, cairan otak dan sumsum tulang belakang serta

diperlukan dalam proses metabolisme dan pencernaan (Kolasa, Lackey &

Grandjean, 2009).

Secara alami, kompisisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki

keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi

karbohidrat, tetapi kurang vitamin dan mineral, sedangkan beberapa

makanan lain kayak vitamin C tetapi kurang vitamin A. Apabila konsumsi

makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul

ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan

untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan yang satu
akan dilengkapi oleh keunggulan sususan zat gizi jenis makanan lain

sehingga diperoleh masukan gizi yang seimbang.

3. Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makan dan

penggunaan zat-zat gizi, dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih

(Almatsier, 2004). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat

gizi yang digunakan secara efisien, sehingga meningkatkan pertumbuhan fiik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat

setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu

atau lebih zat-zat gizi esensial (Almatsier, 2004). UNICEF: WHO (1996) mendifisinikan

undernutrition atau gizi kurang yang meliputi kurangnya berat badan seseorang

berdasarkan usia, tinggi badan dibawah standar (tidak sesuai umur) sangat kurus

dan gizi kurang adalah akibat ketidakcukupan masukan makanan dan penyakit

infeksi yang berulang, vitamin serta mineral. Penyebab gizi kurang adalah

perekonomian yang kurang, pemberian makan anak, penyakit infeksi dan kronis,

pemilihan, pengolahan bahan makanan dan penyimpanan makanan yang salah,

komposisi makanan tidak seimbang ketidaktersediaan air minum yang memadai,

kondisi lingkungan, gizi ibu saat hamil, pola asuh keluarga (Almatsier, 2004). Tanda

dan gejala gizi kurang adalah

a. badan kurus (berat badan tidak sesuai dengan seharurnya), rambut tipis dan

mudah rontok, anak tampak lmah atau tidak linch, kaki dan tangan.

b. bengkak, berat badan anak dibawah standar deviasi

c. Akibat gizi kurang mengakibatkan meningkatnya angka kesakitan dan

menurunnya produktivitas kerja anak, menurunnya kualitas kecerdasan

dan menurunnya daya tahan untuk beraktivitas.


Penilaian status gizi terbagi atas pernilaian langsung dan penilaian secara tidak

langsung. Adapun penilaian secara langsunng dibagi menjadi empat penilaian yaitu

antropometri, klinis, biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian status gizi secar

tidak langsung terbagi atas tiga yaitu survei konsumsi makannan, statistik vital dan

faktor ekologi. Parameter antropologi merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa

indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U),

tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Berbagai indeks antropometri untuk menginterpretasinya dibutuhkan ambang

batas. Penentuan ambang batas yang paling umu digunakan saat ini adalah dengan

memakai standar standar deviasi uni (SD) atau disebut juga Z-Skor (Kepmenkes,

2010). Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Zscore)Indeks masa tubuh

menurut umur (IMT/U)Anak umur 5-12 tahunSangat kurus -3SDKurus -3 SD sampai

dengan -2 SDNormal -2 SD sampai dengan 1 SDGemuk > 1 sd samapi dengan 2

SDObesitas >2SD

C. Penanganan Masalah Gizi Kurang

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) gizi seimbang sama seperti piramida

makanan, namun dikelompokkan lagi berdasarkan fungsi utama gizi yang sering disebut

dengan istilah Tri Guna Makanan (Depkes, 2002). Tri Guna Makanan terdiri dari tiga

pengelompokan makanan yaitu: sumber zat tenaga yaitu padi-padian, dan umbi-umbian

serta tepungtepungan yang digambarkan didasar kerucut, sumber zat pengatur yaitu

sayur-sayuran digambarkan pada bagian tengah kerucut dan sumber zat pembangun

yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil olahan digambarkan pada bagian atas

kerucut. Keseimbangan gizi dapat diperoleh jika hidangan sehari-hari terdiri dari

sekaligus tiga kelompok bahan makanan. Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
(Depkes, 2002) bertujuan untuk mengatur pola makan sehari-hari dengan gizi seimbang

yang tertuang dalam bentuk 13 pesan dasar yaitu:

a. konsumsi makanan yang beraneka ragam.

b. Konsumsi makanan untuk memenuhi kecukupan enegi.

c. Makan-makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhn energi.

d. Gunakan garam beryodium;

e. Makan-makanan sumber zat besi; e.

f. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan.

g. Biasakan makan pagi.

h. Minum air bersih yang aman dan cukup jumlahnya.

i. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.

j. Hindari minum-minuman beralkohol.

k. Makan-makanan yang aman bagi kesehatan.

D. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Teori Model Family Centre Nursing Friedman Keluarga merupakan sekumpulan

orang yang dihubungkan karena perkawinan, adopsi dan kelahiran yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan social individu yang

didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk

mencapai tujuan bersama (Friedman, Bowden & Jones, 2003).Berdasarkan

model tersebut, data yang terkumpul dilakukan analisis menggunakan diagram

masalah untuk menyusun diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan lima

tugas perawatan keluarga seperti potensial, risiko dan aktual. Tahap awal

perencanaan adalah penyusunan tujuan baik tujuan jangka panjang maupun

tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang ditujukan untuk mengatasi masalah

sedangkan tujuan jangka pendek ditujukan untuk mengatasi eteiologi/penyebab


masalah sedangkan tujuan intervensi dirancang berdasarkan tujuan khusus

dengan menggunakan media informasi kesehatan seperti leaflet, buku panduan

booklet, lembar balik untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan keluarga

terhadap masalah kesehatan yang dialami keluarga. Implementasi keluarga

dilakukan untuk membantu memandirikan keluarga sedangkan evaluasi

menggambarkan keberhasilan dalam proses keperawatan keluarga dan dapat

digunakan untuk perencanaan berikutnya (Achjar, 2010). Pengkajian merupakan

tindakan yang digunakan perawat untuk mengukur keadaan klien ( keluarga)

dengan menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial. Pengkajian

asuhan keperawatan keluarga menurut teori atau model familiy centre nursing

friedman meliputi tujuh komponen pengkajian (Friedman, Bowden & Jones,

2003) yaitu :

a. data umum.

b. riwayat dan perkembangan tahap perkembangan keluarga.

c. Lingkungan.

d. struktur keluarga.

e. fungsi keluarga.

f. Stres dan koping keluarga dan .

g. pemeriksaan fisik. Pengkajian dilakukan dapat dengan wawancara, observasi,

maupun studi dokumentasi.

Setelah dilakukan pengkajian, selanjutnya data dianalisis untuk dapat dilakukan

perumusan diagnosis keperawatan. Analisis data dibuat dalam bentuk tabel yang terdiri

dari data (subjektif dan objektif) serta diagnosa keperawatannya.

a. Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang

menggambarkan kondisi pasien yang diobservasi di lapangan (Nanda, 2009).


Kondisi ini dapat berupa masalah-masalah aktual atau potensial atau

wellness (sejahtera). Ada beberapa diagnosis terkait dengan nutrisi yaitu

ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan, ketidakseimbangan nutrisi

lebih dari kebutuhan dan risiko ketidakseimbangan nutrisi lebih dari

kebutuhan, kerusakan gigi, kegagalam tumbuh kembang, ketidakefektifan

penatalaksanaan program terapeutik, mual, defisit perawatan diri: makan,

dan gangguan menelan (Nanda, 2009). Setelah data dianalisis dan

ditetapkan diagnosis keperawatan, selanjutnya masalah kesehatan keluarga

yang ada perlu diprioritaskan bersama keluarga dengan memperhatikan

sumber daya dan sumber dana yang dimiliki keluarga. Prioritas masalah

kesehatan dan keperawata keluarga harus didasarkan pada kriteria sifat

masalah (aktua, risiko dan potensial), kemungkinan masalah dapat di ubah,

potensi masalah untuk di cegah, dan menonjolnya masalah.

b. Intervensi

Tahap berikutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan

keluarga adalah melakukan perencanaan. Perencaaan diawali dengan

merumuskan tujuan untuk mengatasi atau meminimalkan stresesor

(Anderson & Mc Farlane, 2000). Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang

dan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjag (tujuan umum)

mengacu pada bagaimana cara mengatasi problem/masalah dikeluarga,

sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khsusus) mengacu pada

bagaimana mengatasi etiologi.

Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi

khususnya untuk mengatasi masalah nutrisi yaitu menggali tingkat

pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah, mendiskusikan

dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan


mengenai intervensi/interpretasi yang salah, memberikan penyuluhan atau

menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan

gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan fasilitas

kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur, memotivasi keluarga

untuk melakukan hal-hal yang positif untuk kesehatan dan memberikan

pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketau dan apa

yang telah dilaksanakan (Anderson & Mc Farlane, 2000).

c. implementasi.

Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah

perencanaan program. Program yang dibuat untuk menciptakan keinginan

berubah dari keluarga dan memandirikan keluarga. Implementasi

dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga yaitu sumber daya keluarga, tingkat pendidikan keluarga, ada

istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga dan sarana serta

prasarana yang ada pada keluarga. Implementasi dilakukan pada asuhan

keperawatan keluarga dapat digunakan dengan memanfaatkan lima tugas

kesehatan keluarga (Achjar, 2010). Selain itu, ada dua implementasi yang

dilakukan dan dirasakan cukup efektif untuk mengatasi masalah

ketidakseimbangan nutrisi yaitu pendidikan kesehatan mengenai Triguna

Makanan dan Menyusun Jadwal Kegiatan Harian.

d. Evaluasi.

Evaluasi merupakan taha akhir dari proses keperawatan. Evaluasi

merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan

program kerja dan serangkaian program yang digunakan terkait program

kegiatan, karakteristik dan hasil yang telah dicapai. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah

intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga setempat dengan kondisi

dan situasi keluarga, apakah sesuai dengan rencana atau apakah dapat

mengatasi masalah (Achjar, 2010). Evaluasi juga bertujuan untuk

mengidentifikasi masalah dalam perkembangan program dan

penyelesaiannya.

E. Konsep Keluarga dengan Anak Usia Sekolah dengan Masalah Nutrisi

Keluarga merupakan unit dasar dalam masyarakat dan merupakan lembaga sosial

yang memiliki pengaruh paling besar terhadap anggotanya. Menurut Friedman, Bowden dan

Jones (2003), keluarga berpengaruh terhadap perkembangan anggota keluarga yang dapat

menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan dari anggota keluarga. Hal tersebut terjadi

karena keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang saling ketergantungan antara satu

dengan yang lain melalui dukungan emosional, fisik, dan ekonomi (Kaakinen, Duff, Coehlo &

Hanson, 2010).Depkes (2006) menyebutkan bahwa terdapat lima kemampuan tugas

keluarga di bidang kesehatan yaitu kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan, merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan

memanfaatkan fasilitas kesehatan. Lima tugas keluarga tersebut disesuaikan dengan

kemampuan keluarga terhadap prinsip gizi seimbang.

Salah satu tugas keluarga dalam praktik keperawatan adalah praktik diet keluarga.

Praktik diet keluarga yang buruk dapat menyebabkan gangguan gizi akibat gaya hidup yang

tidak sehat. Tugas keluarga dalam praktik diet yaitu menyediakan jenis dan jumlah makanan

bagi anggota keluarga, mendorong anggota keluarga untuk menyimpan catatan makanan

tiga hari yang bermanfaat dalam mengkaji kualitas dan kebutuhan gizi keluarga (Saifah,

2011). Makanan yang disediakan di Amerika Sendiri mengikuti piramida makanan sebagai

pendoman makanan seimbang (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Sedangkan pedoman

gizi yang digunakan di Indonesia adalah Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Depkes,
2002). Praktik diet keluarga berperan dalam perkembangan pola makan anak. Keluarga yang

sering mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, produk susu dan makanan bergizi lain m

embuat anak juga sering mengokonsumsi makanan bergizi tersebut. Penelitian yang telah

dilakukan oleh Stepherd, et al (2001) menyebutkan bahwa meskipun keluarga makan-

makanan yang bergizi dirumah, tetapi anak tidak selalu menyukainya. Hal ini berarti

makanan dalam keluarga tidak selalu menunjukkan kualitas pola makan anak. Lowe, Horne,

Tapper, Bowdery, dan Egerton (2004) menyatakan bahwa perilaku makan anak ditentukan

oleh rasa makanan, paparan, model dan penghargaan. Wardle, Cooke, Gibson, Sapochonik,

Sheiham dan Lawson (2003) menyatakan bahwa rasa makanan yang sesuai dengan selera

rasa yang bervariasi dapat meningkatkan pilihan atau mengkonsumsi makanan tersebut.

Cara lain yang dapat dilakukan keluarga untuk meningkatkan perilaku anak dalam

mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran adalah dengan memberikan penghargaan ataupun

pujian. Penghargaan merupakan salah satu cara efektif untuk merubah perilaku anak

termasuk perilaku makan (Cameron, Banko & Peirce, 2001). Selain itu, hal yang masih terkait

dengan pola makan anak dengan makanan keluarga adalah paparan dan keterserdiaan

makanan. Selain pola makan anak, orang tua juga menetapkan aturan untuk makan

bersama-sama jika semua anggota keluarga memungkinkan minimal satu kali dalam sehari.

Aturan tersebut bukan hanya untuk interaksi keluarga tetapi lebih memudahkan untuk

mengontrol jumlah makanan yang dimakan antara anggota keluarga (Moore, 2009).

Kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan yang bergizi dapat dipengaruhi

oleh status ekonomi dan pendidikan keluarga. Keluarga yang memiliki pendapatan rendah

berisiko mempunyai gizi yang kurang, kemiskinan, konstribusi yang kurang dalam

mengkonsumsi makanan yang bergizi dan keluarga yang memilliki tingkat pendidikan lebih

rendah kurang mengetahui gizi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak,

cenderung apatis terhadap makanan yang dikonsumsi anak (Stanhope & Lancaster, 2004).

Peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi anak usia sekolah dapat disimpulkan
sebagai promosi kesehatan tentang gizi seimbang, menyediakan makanan bergizi sesuai

dengan kemampuan keluarga atau penghasilan, tingkat pengetahuan keluarga tentang gizi,

tingkat pendidikan.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KETIDAKSEIMBANGAN

NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH DUSUN BORO

DESA TOMPOBULU KEC. RUMBIA

KABUPATEN JENEPONTO

A. Data Fokus Pengkajian Keluarga

Keluarga Bapak. S (39 tahun) merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami Bapak. S,

istri Ibu N (33 tahun), Anak. A (15 tahun) dan Anak. R (7 tahun). Tahap perkembangan

keluarga Bapak S merupakan tahap keluarga dengan anak usia remaja. Bapak. S bekerja

sebagai pembuat tempe sedangkan Ibu. N sebagai ibu rumah tangga dan membantu Bapak.

memproduksi tempe dirumah.

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa selama 4 kali

kunjungan ke rumah Bapak. S, diperoleh data utama merujuk pada masalah nutrisi/gizi yang

di alami oleh An kedua dari Bapak. S yaitu Anak. R (7 tahun). Menurut hasil wawancara

dengan Ibu N (33 tahun), Anak. R mendapatkan imunisasi lengkap sejak kecil dan

mendapatkan ASI selama 2 tahun. Selain itu, Ibu N mengatakan, Anak. R pernah mengalami

flek paru saat usia 4 tahun dan sekarang sudah sembuh. Ibu N juga mengatakan bahwa

Anak. R memiliki riwayat kejang-kejang, stip, gejala tipes.Hasil skrining yang telah dilakukan

sebelumnya yaitu pada tanggal 10 Mei 2013 diperoleh data BB Anak. R 18 kg, dan TB 113

cm. Namun saat mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik kerumah keluarga Bapak. S

didapatkan BB. Anak. R 18 kg dan TB 117 cm. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut,

diperoleh bahwa menurut Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak berdasarkan

Kemenkes yaitu Anak. R termasuk pada ketegori status gizi kurus (IMT 13,1 SD), sedangkan

berdasarkan standar WHO Anak. R berada dibawah garis merah. Berdasarkan hasil
observasi, Anak. R terlihat kurus, rambut lurus tipis. Hasil pemeriksaan fisik lainya, tidak

didapatkan adanya masalah kesehatan lain yang terjadi pada Anak. R. Hasil wawancara

lainnya yang telah dilakukan mahasiswa selama kunjungan ke rumah Bapak. S, Ibu N

mengatakan bahwa penyediaan makanan seharihari dikeluarga masak sendiri, namun jika

lagi sibuk, Ibu N membeli makanan di warung. Ibu N mengatakan, sehari-hari masak sayur,

lauk ikan ataupun ayam, menyediakan buah-buahan namun anak-anak kurang menyukai

sayuran. Ibu N mengatakan tidak pernah menyiapkan bekal untuk anak saat pergi ke

Sekolah. Pada saat Anak. R pergi sekolah, Ibu N mengatakan kadang-kadang menyiapkan

makanan untuk sarapan, dan memberi uang saku kepada Anak. R p.4000,- saat pergi sekolah

untuk memberli makanan ataupun jajanan disekolah.

Saat berbincang-bincang dengan Anak. R, Anak. R mengatakan uangnya habis untuk

jajan. Ibu. N juga mengatakan, setelah pulang sekolah, Anak. R meminta uang tambahan

untuk jajan dan bermain bersama teman-teman dilingkungan sekitar rumah. Ibu. N

mengatakan Anak.R dapat jajan hingga Rp. 10.000,-/hari. Selain itu, Ibu. N mengatakan suka

menyiapkan cemilan yang lebih banyak di beli diluar daripada dibuat sendiri oleh Ibu. N. Ibu

N mengatakan, memasak makanan sesuai dengan makanan sesuai dengan keinginan anak.

Ibu. S juga mengatakan, selalu mengingatkan anak-anak untuk makan dan kadang-kadang

menyuapkan Anak. R jika sedang tidak nafsu makan. Ibu N mengatakan tidak pernah

memeriksakan BB dan TB setiap 3 bulan sekali, hanya terkadang saat sedang ke dokter

sekalian periksa BB dan TB. Pola makan anak kadang 2-3 x/hari dan hanya 3-4 sendok/sekali

makan. Ibu N mengatakan anak tidak pernah menghabiskan makanan yang telah disediakan

oleh Ibu S. Anak. R menyukai ayam goreng dan ditambah dengan kecap. Ibu S mengatakan,

saat sedang lagi sibuk, Anak. R hanya dimasakan telor goreng dan ditambah kecap di

nasinya.

A. Diagnosa Keperawatan
Data-data yang sudah didapatkan pada saat pengkajian kemudian dianalisis untuk

menegakkan masalah keperawatan dan bersama keluarga menghitung skoring untuk

menetapkan prioritas masalah yang ingin diatasi. Berdasarkan hasil skoring tersebut didapat

bahwa diagnosis prioritas yang ingin diatasi yaitu diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Nanda, 2011).

B. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

pada Anak. R. Tujuan umum yaitu setelah dilakukan intervensi, keluarga mampu memenuhi

kebutuhan nutrisi anak usia sekolah yang ditandai dengan peningkatan status gizi.

Sedangkan tujuan khusus terdiri dari lima fungsi kesehatan keluarga yaitu:

1. Tujuan Khusus I

Setelah dilakukan intervensi 1x45 menit, diharapkan keluarga mampu mengenal

masalah gizi kurang ditandai dengan:

a. Keluarga mampu menyebutkan definisi gizi seimbang yaitu suatu zat makanan yang

diperlukan tubuh sesuai dengan usia anak.

b. Keluarga mampu menyebutkan empat dari dari delapan penyebab timbulnya

masalah gizi kurang yang terdiri dari perekonomian yang kurang, pemberian makan

anak dan pola asuh keluarga, penyakit infeksi atau kronis, pemilihan, pengolahan

dan penyimpanan makanan, komposisi makanan tidak seimbang ketersediaan air

minum yang memadai, kondisi lingkungan, gizi ibu saat hamil.

c. Keluarga mampu menyebutkan tiga dari lima tanda dan gejala masalah gizi kurang

yaitu badan kurus, rambut tipis berwarna kemerahan dan mudah rontok, lemah dan

pucat, kulit kering dan kusam, pusing.


d. Keluarga mampu menyebutkan dua dari tiga pentingnya gizi seimbang yaitu untuk

pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan potensi kecerdaan anak

meningkatkan daya tahan tubuh anak.

2. Tujuan Khusus 2

Setelah dilakukan intervensi 1x45 menit, diharapkan keluarga mampu

mengenal masalah gizi kurang ditandai dengan :

a. Keluarga mampu menyebutkan dua dari tiga akibat gizi kurang diantaranya

pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu, anak mudah sakit, kecerdasan

anak kurang/lambat.

b. Akan merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang dengan mengatakan

mau merawat anggota keluarga dengan masalah gizi kurang.

3. Tujuan Khusus 3

Setelah dilakukan intervensi 1x45 menit, diharapkan keluarga mampu mengenal

masalah gizi kurang ditandai dengan:

a. Keluarga mampu menyebutkan menyebutkan triguna makanan yang terdiri dari zat

tenaga sebagai zat tenaga, sebagai sumber tenaga untuk beraktivitas dan sumber

makanan pokok (karbohidrat) seperti, nasi, roti, gula, singkong, ubi, dll. zat pengatur,

sebagai pengatur meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit, terdapat

dalam buah dan sayur (vitamin dan mineral) seperti, wortel, jeruk, nanas, bayam,

kangkung, dll. Zat pembangun, sebagai pupuk untuk proses berpikir, untuk

pertumbuhan bertambah besar dan tinggi terdapat dalam lauk pauk (protein dan

lemak), seperti ikan, telur, tempe, daging, susu, dll

b. Keluarga mampu menyebutkan empat dari sembilan cara mengatasi masalah gizi

kurang yang meliputi memberi jenis makanan yang seimbang (triguna makanan)

pada saat anak sakit maupun sehat.


c. Keluarga mampu menyebutkan dua dari empat cara memilih makanan yaitu harga

terjangkau, nilai gizi baik atau seimbang, masih segar, tidak layu dan tidak berbau

busuk, serta mudah didapat.

d. Keluarga mampu menyebutkan tiga dari enam cara mengolah makanan meliputi

sayuran dan buah dicuci air yang mengalih terlebih dahulu baru di potong-potong,

sayuran dimasak jangan terlalu lama, alat-alat masak dan makan dicuci bersih, cuci

tangan sebelum masak dan makan, beras di cuci tidak sampai bening airnya, dan

lauk juga di cuci dan dibuang kotorannya sebelum di potong.

e. Keluarga mampu menyusun menu sesuai dengan kebutuhan anak usia sekolah yaitu

nasi 2-3 piring, lauk 2-4 potong, sayur 1-1 mangkok, dan buah-buahan, susu 1-2

gelas .

f. Keluarga dan anak mampu menyusun dan mengontrol jadwal kegiatan harian anak

mulai dari bangun tidur hingga kembali tidur dimalam hari

4. Tujuan Khusus 4

Setelah dilakukan intervensi 1x45 menit, diharapkan keluarga mampu mengenal

masalah gizi kurang ditandai dengan:

a. Keluarga mampu menyebutkan tiga dari lima cara menyajikan makanan yaitu jenis

makanan bervariasi setiap hari, Jenis makanan bervariasi setiap harinya, kombinasi

jenis makanan hewani dan nabati, disajikan dalam bentuk hangat, perhatikan jadwal

menu makanan, jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan.

b. Keluarga mampu menyebutkan tiga dari lima prinsip cara mengatasi anak yang tidak

bersedia makan yaitu jangan dipaksa tapi, ikuti keinginan anak misalnya, sambil

bermain, beri makan sesuai selera anak dan tidak membosankan, jangan memberi

makanan yang manis sebelum makan, sajikan makanan dalam bentuk menarik,

berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.


c. Keluarga mampu menyebutkan tiga dari lima lingkungan yang mendukung untuk

menimbulkan nafsu makan anak yaitu makan bersama anggota keluarga yang lain,

makanan yang dihidangkan dalam keadaan hangat, menggunakan alat makan yang

menarik, makan sambil bercerita, jenis makanan bervariasi dan menarik.

5. Tujuan Khusus 5

Setelah dilakukan intervensi 1x45 menit, diharapkan keluarga mampu mengenal

masalah gizi kurang ditandai dengan:

a. Keluarga mampu menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat dikunjungi yaitu

puskesmas, rumah sakit, dan klinik dokter

b. Keluarga mampu menyebutkan manfaat kunjungan yaitu mendapatkan pemeriksaan

kesehatan anak, mendapatkan penyuluhan atau pendidikan kesehatan dan

menangani masalah gizi kurang.

c. Keluarga juga diharapkan rutin mengunjungi pelayanan kesehatan untuk

memeriksakan kesehatan anak.

C. Implementasi

Implementasi yang dilakukan oleh perawat kepada keluarga berdasarkan perencanaan

mengenai diagnosis yang telah dibuah sebelumnya yaitu asuhan keperawatan keluarga.

Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada Anak. R yaitu memberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi

seimbang sesuai dengan lima tugas kesehatan keluarga. Implementasi dilakukan pertama kali

pada hari selasa, tanggal 28 Mei 2013 yaitu pada kunjungan ke lima. Implementasi yang

dilakukan yaitu memberikan pendidikan kesehatan pada tujuan khusus pertama hingga ke

tiga. Pada tujuan khusus pertama, yaitu mengenalkan masalah kesehatan yang terjadi pada

salah satu anggota keluarga dimulai dari penjelasan mengenai definisi dari gizi seimbang dan

gizi kurang. Setelah keluarga mengerti dan paham mengenai defisini gizi seimbang dan gizi

kurang, kemudian dilanjutkan dengan memberikan pendidikan kesehatan mengenai contoh


dari setiap gizi seimbang melalui kartu bergambar makanan dan food models. Setelah

keluarga paham, maka intervensi dilanjutkan dengan menjelaskan penyebab gizi kurang,

pentingnya gizi seimbang serta tanda dan gejala gizi kurang hingga keluarga mampu

mengidentifikasi tanda dan gejala yang status gizi kurang yang terjadi pada Anak. R.

Berdasarkan respon yang diberikan oleh keluarga, maka dapat di simpulkan bahwa keluarga

dianggap telah mengenal masalah gizi kurang dan akan dilanjutkan pada tujuan khusus kedua.

Pada tujuan khusus kedua, yaitu membantu keluarga untuk mengambil keputusan dalam merawat

anggta keluarga yang mengalami gizi kurang dengan memberikan penjelasan mengenai akibat dari

gizi seimbang sampai keluarga mampu untuk memutuskan bahwa masalah gizi seimbang yang

pada keluarga khususnya yang dialami oleh Anak. R memang harus diatasi demi meningkatkan

status gizi Anak. R agar tidak mempengaruhi tumbuh kembang pada saat remaja hingga dewasa.

Tujuan khusus ketiga yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah

gizi kurang. Implementasi pertama pada tujuan khusus ketiga ini yaitu pendidikan kesehatan

mengenai triguna makanan yang terdiri dari zat tenaga, pengatur, dan pembangun serta zat

mineral sebagai zat pelengkap gizi seimbang. Setelah keluarga mampu menyusun triguna makanan.

Menyusun triguna makanan untuk mengetahui respon kognitif, verbal dan psikomotor dari

keluarga. Media yang digunakan dalam menyusun triguna makana ini yaitu kartu model makanan

yang terdiri dari berbagai jenis gambar yang mengandung zat tenaga, pengatur, dan pembangun,

serta sumber zat mineral seperti gula dan garam. Setelah keluarga mampu menyusun triguna

makanan, dilanjutkan penjelasan mengenai porsi makanan yang sesuai dengan usia anak sekolah

dan menyusun contoh menu makanan seimbang untuk hari berikutnya.

Implementasi kedua dilakukan pada hari Jumat, 31 Mei 2013 yaitu mengevaluasi tujuan

khusus pertama dan tujuan khusus ke tiga yaitu menyusun menu seimbang untuk makanan sehari-

hari Anak.R. Implementasi ke tiga dilakukan pada hari Senin, 10 Juni 2013 yaitu mengevaluasi

melanjutkan tujuan khusus ketiga yaitu mengevaluasi menu yang telah dibuat oleh Ibu N dan

melanjutkan tujuan khusus ketiga selanjutnya yaitu membuat jadwal kegiatan harian Anak. R.
Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan kepada keluarga mengenai berbagai cara untuk merawat

anggota keluarga yang mengalami gizi kurang yang terdiri dari memberi jenis makan yang

seimbang sesuai dengan triguna makanan, memberikan makanan sesuai dengan kebutuhan anak,

makan yang teratur, jangan memberikan jajanan saat ingin atau sedang makan, memberikan

makanan dalam porsi kecil tapi sering, memberi makan bersama anak, memberikan makan anak

sambil bermain dan bercerita, dan tata cara makanan yang menarik, misalnya warna piring dan

gelas yang menarik. Setelah menjelaskan dan mengevaluasi pengetahuan keluarga mengenai cara

mengatasi gizi kurang, dilanjutkan dengan cara memilih makanan yang baik yang meliputi harga

yang terjangkau, nilai gizinya baik, masih segar, tidak layu dan tidak berbau busuk serta mudah

didapat. Intervensi yang dilakukan selanjutnya yaitu cara mengolah makanan.

Keluarga diberikan pengetahuanmengenai cara mengolah makanan yang benar diantaranya

sayuran dan buahbuahan di cuci dengan air yang mengalir terlebih dahulu baru di potong, sayuran

dimasak jangan terlalu lama, alat-alat masak dan makan di cuci bersih, cuci tangan sebelum makan

dan masak dan lauk juga di cuci dan dibuang kotorannya sebelum di potong. Setelah penjelasan

mengenai cara merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang, maka dilanjutkan kontrak

untuk pertemuan ke empat selanjutnya yaitu memodifikasi makanan/cemilan sehat nugget tempe

pada implementasi kelompok yang dilaksanakan pada hari Rabu, 12 Juni 2013.

Implementasi ke lima dilakukan pada hari Senin 15 Juni 2013 yaitu melakukan tujuan khusus ke

empat dan ke lima. Pada tujuan khusus ke empat, implementasi yang diberikan yaitu memberikan

pendidikan kesehatan mengenai cara memodifikasi lingkungan yaitu dengan menjelaskan cara

penyajian makanan yang meliputi jenis makanan bervariasi setiap harinya, kombinasi jenis

makanan hewani dan nabati, disajikan dalam bentuk hangat, perhatikan jadwal menu makanan,

jumlah makanan sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan selanjutnya yaitu menjelaskan cara mengatasi anak yang susah makan yaitu jangan

dipaksa, tapi ikuti keinginan anak misalnya makan sambil bermain, beri makanan sesuai dengan

selera anak dan tidak membosankan, jangan memberikan makanan yang manis sebelum makan,
sajikan makanan dalam bentuk menarik, berikan makan dalam porsi kecil namun sering. Setelah

itu, kegiatan dilanjutkan dengan Lingkungan yang mendukung untuk menimbulkan nafsu makan:

makan bersama anggota keluarga yang lain, makanan yang dihidangkan dalam keadaan hangat,

menggunakan alat makan yang menarik, makan sambil bercerita, jenis makanan bervariasi dan

menarik. Setelah penjelasan mengenai tujuan khusus ke empat selesai, maka dilanjutkan pada

tujuan khusus ke lima.

Tujuan khusus kelima yang dilakukan pada keluarga Bapak. S yaitu pemanfaatn fasilitas

kesehatan. Tujuan khusus ke lima diberikan dengan menjelaskan mengenai fasilitas kesehatan yang

dapat digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dialami keluarga yaitu puskesmas,

rumah sakit dan klinik dokter. Selain itu, pada tujuan khusus ke lima, keluarga juga diberikan

penjelasan tentang manfaat dari kujungan ke fasilitas kesehatan yaitu mendapatkan pemeriksaan

kesehatan anak, mendapatkan penyuluhan dan informasi kesehatan dan untuk mengatasi masalah

gizi kurang. Setelah keluarga mengetahui tujuan khusus ke lima ini, diharapkan keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk meningkatkan status kesehatan anggoata keluarga Bapak.

S Implementasi ke enam dilakukan pada hari Senin, 17 Juni 2013 yaitu mengevaluasi tujuan khusus

pertama hingga ke lima dan kunjungan terakhir dimanfaatkan untuk terminasi kepada keluarga

Bapak S.

Implementasi unggulan yang dilakukan yaitu lebih menekankan pada psikomotor orangtua

maupun anak yaitu pendidikan kesehatan mengenai gizi seimbang triguna makanan, menyusun

menu harian gizi seimbang dan pengaturan aktivitas harian anak dengan membuat jadwal kegiatan

harian. Selain implementasi yang telah disebutkan diatas, keluarga juga di ikutkan dalam

implementasi kelompok untuk mengatasi diagnosa peningkatan angka kejadian gizi kurang pada

anak usia sekolah di RW 03 Kelurahan Cisalak Pasar yaitu pada hari Sabtu, 01 Juni 2013 mengenai

jajan sehat anak sekolah yang melibatkan anak usia sekolah disekitar RW dan implementasi lainya

pada hari Rabu, 12 Juni 2013 mengenai gizi sehat dan memodifikasi makanan/ cemilan sehat

nugget tempe.
D. Evaluasi

Asuhan keperawatan keluarga kelolaan dilakukan selama lima minggu sebanyak 11 kali

pertemuan, terdiri dari pengkajian selama empat kali pertemuan dan enam kali implementasi

dan 1 kali pertemuan untuk terminasi. Evaluasi yang ingin dijabarkan oleh penulis terdiri dari

rangkungan dari semua implementasi yang telah dilakukan kepada keluarga Bapak. S. Evaluasi

yang didapatkan selama lima minggu kunjungan ke keluarga kelolaan yaitu pada minggu

pertama dan kedua dilakukan untuk mengkaji keadaan keluarga dan menemukan masalah

kesehatan yang terdapat pada keluarga Bapak. S. dan melakukan intervensi here and now.

Pada minggu ketiga, dilakukan implementasi untuk tujuan khusus pertama hingga ketiga yaitu

mengenalkan keluarga pada masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota

keluarga, membantu keluarga untuk memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah gizi kurang, dan bersama keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami

masala gizi kurang hingga keluarga mampu menyusun menu harian gizi seimbang. Pada

minggu ketiga tersebut, evaluasi yang didapatkan yaitu keluarga sudah mampu mengenal

masalah, memutuskan merawat anggota keluarga yang mengalami gizi kurang yaitu Anak. R

dan merawat anggota keluarga dengan memahami triguna makanan dan cara menyusun

menu harian gizi seimbang.

Pada minggu ke empat, dimanfaatkan untuk memberikan implementasi untuk tujuan

khusus ke tiga mengevaluasi menu harian gizi seimbang, membuat jadwal kegiatan harian

anak, cara pemilihan makanan, dan cara pengolahan makan makanan yang benar. Selain itu,

pada minggu ke empat ini juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan implementasi untuk tujuan

khusus ke empat dan lima yaitu memodifikasi lingkungan dan pemanfaatan fasilitas

kesehatan. Tugas kesehatan keluarga kelima sebenarnya sudah mampu dilaksanakan keluarga

sebelum dilakukan kunjungan oleh mahasiswa, karena dalam keluarga sudah menerapkan

bahwa jika ada salah satu anggota keluarga yang mengalami sakit, misalnya demam dan tidak

kunjung mengalami perbaikan atau malah bertambah buruk dengan perawatan sederhana
seperti kompres dan minum obat penurun panas, maka keluarga akan langsung membawa

anggota keluarga tersebut ke pelayanan kesehatan. Dalam mengatasi masalah gizi kurang ini,

belum terlihat adanya pemanfaatan fasilitas kesehatan karena kondisi anak masih dalam batas

risiko gizi kurang dan fisik anak yang masih dalam keadaan baik dan tidak mengalami keluhan

yang serius.

Selain itu, pada minggu kelima ini dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi

implementasi tujuan khusus pertama sampai tujuan khusus ke lima. Pada minggu ke lima ini,

diperoleh bahwa keluarga telah mencapai lima tugas kesehatan keluarga yang meliputi

mampu mengenal masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga khsususnya pada Anak R,

keluarga Bapak. S juga mampu memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang

mengalami masalah kesehatan gizi kurang. Selain itu, keluarga mampu merawat anggota

keluarga yang mengalami masalah gizi kurang, serta memodifikasi lingkungan untuk merawat

anggota keluarga yang mengalami masalah gizi kurang pemanfaatan kesehatan untuk

mengatasi masalah kesehatan yang tidak hanya untuk mengatasi masalah gizi kurang namun

juga untuk mengatasi masalah kesehatan lainnya. Selama kunjungan dan intervensi yang

telah dilakukan selama lima minggu, keluarga dalam membina hubungan kerjasama yang baik

dengan mahasiswa untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditemukan didalam keluarga

yaitu yang terjadi pada Anak. R yang memgalami risiko gizi kurang. Selama kunjungan rutin

dan pembinaan di keluarga baik keluarga maupun mahasiswa sama-sama memperoleh

informasi secara langsung mengenai masalah gizi kurang. Selama lima minggu tersebut,

keluarga yang awalnya memliliki Tingkat Kemandirian I yang meliputi: menerima petugas

puskesmas (mahasiswa), menerima yankes sesuai rencana dan sekarang tingkat kemandirian

keluarga telah meningkat pada Tingkat Kemandirian III yaitu: menerima petugas

puskesmas/mahasiswa, menerima yankes sesuai rencana, menyatakan masalah kesehatan

secara benar, memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran, melaksanakan perawatan

sederhana sesuai anjuran, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA KETIDAKSEIMBANGAN

NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH DUSUN BORO

DESA TOMPOBULU KEC. RUMBIA

KABUPATEN JENEPONTO

S-ar putea să vă placă și