Sunteți pe pagina 1din 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

C DENGAN DHF (Dengue hemorhagic fever) RUANGAN IGD

DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JITRA KOTA BENGKULU

TAHUN 2014

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai
pada anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi
diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,d engan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.
Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit
DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda.

Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang
menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi
antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah
berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya.
Keistimewaan lain dari nyamuk ini yaitu nyamuk betinanya cenderung menggigit manusia pada pagi
hari antara jam 09.00 10.00 dan sore hari antara jam 16.00 17.00, sehingga resiko mengalami
gigitan lebih banyak pada anak-anak. Karena pada saat itu anak-anak yang paling banyak tidur.
(Warta Posyandu, 1998/1999)

Kondisi penyakit DHF di Indonesia yang sering menimbulkan wabah dengan angka kesakitan yang
masih cukup tinggi, sangat membutuhkan penanganan yang serius. Pengetahuan dari individu,
keluarga dan masyarakat tentang penyakit DHF dan cara penanggulangannya sangat penting untuk
menurunkan angka kesakitan yang terjadi di masyarakat.

Oleh karena itu upaya penanggulangan penyakit ini tidak hanya bergantung pada sektor kesehatan
semata tetapi kerjasama lintas program, lintas sektoral dan peran serta masyarakat sangat penting
dilakukan secara terpadu (Nasrul, 2002). Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko terjangkitnya
penyakit DHF. Menurut data dari departemen kesehatan, penyakit ini bahkan telah endemis di 650
kecamatan dan 116 kota kabupaten. (Depkes RI, 1997).

Penyakit DHF merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus golongan albovirus yang
ditularkan dengan perantara nyamuk aedes aegypti dan sering menimbulkan wabah penyakit di
masyarakat. Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DHF sampai saat ini belum ditemukan, oleh
karena itu untuk menanggulangi masalah penyakit DHF diperlukan kerja sama dengan masyarakat.
(Depkes RI, 1997).

Menurut Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi lingkungan yang mempengaruhi dan
berakibat terhadap perkembangan perilaku seseorang. Dengan pemahaman tentang lingkungan
yang baik akan membantu masyarakat dalam mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitarnya.
(Nursalam, 2002).

Pengetahuan tentang kesehatan terutama dalam hal ini pemahaman dari individu, keluarga dan
masyarakat tentang penularan dan penanggulangan, terutama di daerah bengkulu khususnya di
rumah sakit Bayangkara dalam dua minggu terakhir kasus dengan DHF (Dengue Haemorraghic
Fever), banyak terjadi dan karna itulah saya mengambil seminar kasus tentang DHF (Dengue
heamorajic fiver) .

B. Rumusan masalah

Berdasarkan pernyataan pada latar belakang di atas DHF terjadi hampir disemua daerah di
indonesia. Apapun perumusan masalahnya adalah bagaimana asuhan keperawatan DHF pada Tn. D
di Ruang IGD Rumah sakit bayangkara kota Bengkulu.

C. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh informasi dan gambaran pelaksanan asuhan keperawatan pasin dengan kasus
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) di Ruang IGD Rumah sakit bayangkara kota Bengkulu.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa dapat menjelaskan :

1. Mampu menjelaskan konsep teori DHF (Dengue Haemorraghic Fever).

2. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan kasus DHF (Dengue Haemorraghic Fever).

3. Mampu menuntukan diagnosa keperawatan pada klien dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).

4. Mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan kasus DHF (Dengue Haemorraghic
Fever).

5. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).

6. Mampu melakukan evaluasi proses keperawatan pada paien dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).
7. Mampu menganalisa kesenjangan maupun kesamaan antara teori dengan aplikasi asuhan
keperawatan pada pasien dengan kasus DHF (Dengue Haemorraghic Fever).

Mampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus DHF
(Dengue Haemorraghic Fever).

D. Manfaat penulisan

1. Bagi Rumah Sakit Bayangkara kota Bengkulu.

Hasil studi kasus ini dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan DHF (Dengue
Haemorraghic Fever).

2. Institusi pendidikan / akademik

Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi lingkungan akademik khususnya prodi DIII
Keperawatan tentangan asuhan keperawatan pada kasus DHF (Dengue Haemorraghic Fever)

3. Peneliti selanjutnya

Informasi didapat dari penulusan ini berguna sebagai bahan literatur atau referensi dalam
melakukan studi kasus selanjutnya.

E. Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan seminar kasus ini adalah metode diskriftif dengan
pendekatan studi kasus.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep teori penyakit

1. Pengertian

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus
yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa
dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
aedes aegepty betina (Seoparman , 1990).

DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegepty dan
beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar
secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).

Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk aedes aegepty (Seoparman, 1996). DHF (Dengue Haemoragic Fever)
berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986):

1) Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet, trombositopenia dan
hemokonsentrasi.

2) Derajat II

Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.

3) Derajat III

Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi),
gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan).

4) Dejara IV

Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

2. Anatomi Fisiologi
Struktur nyamuk terdiri atas ; kepala, toraks yang setiap segmenya dilengkapi dengan sepasang kaki
yang beruas-ruas dan abdomen. Daerah kepala terdiri atas mata, antena berbentuk poliform yang
terdiri atas 15 segmen. Antena nyamuk betina disebut pilose dengan bulu-bulu yang lebih sedikit
sedangkan yang jantan memiliki banyak bulu disebut plumose. Seperti halnya dengan serangga lain
nyamuk memiliki sepasang mata majemuk oseli (mata tunggal). Di bagian dorsal toraks terdapat
bentuk bercak yang keras berupa dua garis sejajar pada bagian tengah dan dua garis lengkung di
bagian tepi. Vena sayap meliputi seluruh bagian sayap sampai ke ujung berukuran 2,5 3,0 mm. Di
bagian abdomen nyamuk betina berukuran kecil terdapat dua caudal cerci yang berukuran kecil,
sedangkan pada nyamuk jantan terdapat organ seksual yang disebut hypopygium.

Nyamuk ini bersifat antropofilik ( senang sekali pada manusia), biasanya nyamuk betina menggit di
dalam rumah, kadang-kadang di luar rumah di tempat yang agak gelap. Pada malam hari nyamuk
beristirahat dalam rumah pada benda-benda yang digantung seperti pakaian, kelambu, pada dinding
dan tempat yang dekat dengan tempat peridukannya. Nyamuk A.aegypti memilliki kebiasaan
menggigit berulang-ulang (multiple biters) yakni menggit beberapa orang secara bergantian dalam
waktu singkat. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap peranannya sebagai vektor penyebab
penyakit DBD ke beberapa orang dalam sekali waktu. Nyamuk jantan juga tertarik terhadap manusia
pada saat melakukan perkawinan, tetapi tidak menggigit.

Dalam perkembangan hidupnya nyamuk ini mengalami metamorfosis sempurna (holometabola)


yaitu dari telur menetas menjadi larva (jentik), kemudian menjadi pupa dan selanjutnya menjadi
nyamuk dewasa. Dalam keadaan optimal, perkembangan telur sampai menjadi nyamuk dewasa
berlangsung sekurang-kurangnya selama 9 hari. Nyamuk dewasa baik jantan maupun betina
membutuhkan glukosa sebagai bahan makanan yang dapat diperoleh dari cairan tumbuhan,
sedangkan nyamuk betina membutuhkan protein-protein dari darah untuk pematangan sel telur
setelah perkawinan. yamuk betina dewasa mulai menghisap darah setelah berumur 3 hari, setelah
itu sanggup bertelur sebanyak 100 butir. Nyamuk betina mampu bertahan hidup 2 minggu lebih di
alam, sedangkan nyamuk jantan setelah proses kawin dalam waktu 1 minggu akan mati. Nyamuk
betina dapat terbang sejauh 20 meter, kemampuan normalnya adalah 40 meter.

3. Etiologi

Penyebab utama : Virus dengue tergolong albovirus

Vektor utama :

a. Aedes aegypti.

b. Aedes albopictus.

Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :

a. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.

b. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.

c. Penyediaan air bersih yang langka.

Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.


a. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak terbang aedes
aegypti 40-100 m.

b. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat, (Noer, 1999).

4. Patofisiologi

Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama
yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremiayang mengakibatkan
penderita demam, sakit kepala, mual, nyeri sendi, dan otot-otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
ruam atau bintik-bintik merah pada kulit ( petekie ), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang
mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati ( hepatomegali ) dan
pembesarab limpa ( splenomegali ).

Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya


hipotensi, hemokonsentrasi serta efusi dan renjatan ( syok ). Hemokosentrasi ( peningkatan
hemotokrit 20 % ) menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran ( pembesaran ) plasma (
plasma leakage ) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Oleh karena itu pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah
berkala untuk mengetahui berapa persen hemokonsentrasi terjadi.

Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunujukan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan. Gangguan hematosis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu :
perubahan vaskuler, trombositopenia, dan gangguan koagulasi.

Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir diseluruh alat tubuh, seperti
dikulit, paru, saluran pencernaan, dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau para sentral
lobilus hati.

Woc

Gigitan nyamuk

Virus dengue

Pengaktifan kompek imun antibodi


1. Anoreksia

2. muntah

Depresi sumsum tulang

Permebilitas kapiler meningkat

Hepatomegali

MK: Resiko kekeurangan volume cairan

Pendarahan

MK: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK: Perubahan perfusi jaringan perifer

MK: Resiko pendarahan

Efusi pleura acites

MK: Resiko syok hipovolenia

Virus mengeluarkan zat (bradikinin, sorobin trombin, histamin)

Merangsang PGE2 di Hipotalamus

Viremia
Syok

Termoregulasi instabil

Kematian

MK: Hipertermie

Sumber : smeltzer, 2001

5. Manifestasi klinik

a. Meningkatnya suhu tubuh

b. Nyeri pada otot seluruh tubuh

c. Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita

d. Suara serak

e. Batuk

f. Epistaksis

g. Disuria

h. Nafsu makan menurun

i. Muntah

j. Ptekie

k. Ekimosis

l. Perdarahan gusi

m. Muntah darah

n. Hematuria massif

o. Melena
Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti :

a. Demam chiku nguya.

Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan
infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.

b. Demam tyfoid

Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia,
limfositosis relatif.

c. Anemia aplastik

Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena
infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.

d. Purpura trombositopenia idiopati (ITP)

Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi
hemokonsentrasi.

6. Komplikasi

a. Perdarahan luas.

b. Shock atau renjatan.

c. Effuse pleura

d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi

a. Derajat I :

Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.

b. Derajat II :

Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita
gelisah.

d. Derajat IV :

Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang
berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut :

a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai
gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri.

b. Manifestasi perdarahan:

1. Uji tourniquet positif

2. Petekia, purpura, ekimosi.

3. Epistaksis, perdarahan gusi.

4. Hematemesis, melena.

c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus.

d. Dengan atau tanpa renjatan.

Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ). Renjatan yang
terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.

e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi

Laboratorium

Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan
meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit pada masa
konvalesen.

Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi
tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.

Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat
peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam limfosit pada saat
peningkatan suhu pertama kali.
8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut :

a. Tirah baring atau istirahat baring.

b. Diet makan lunak.

c. Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita
sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.

d. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling
sering digunakan.

e. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.

f. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.

g. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.

Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

a. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.

b. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital,
hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.

c. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.

Pencegahan

Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :

a. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan


pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.

b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat
rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan.

c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah


sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.

d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.


B. Proses keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Nama, umur, alamat, tanggal, masuk, tanggal pengkajaan, diagnosa medis, dll

b. Penanggung jawab

Nama, umur, agama, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

c. Keluhan Utama

Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.

d. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada
waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.

e. Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

p. Imunisasi
Biasanya anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak

f. Riwayat penyakit keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit
DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.

g. Riwayat tumbuh kembang Riwayat kelahiran dan kehamilan

1. Pre Natal

Biasanya ibu yang sedang hamil akan melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan kurang
lebih 6x dan mendapatkan imunisasi TT 2x. Dan biasanya ibu mandapatkan tablet penambah darah
dari bidan.

2. Natal

Biasaya di fase ini siapa penolong, berapa berat, berapa panjng bayi, lanung menanggis tidak.
3. Post Natal

Biasanya di fase ini fase setela dilahirkan apakah anak dirawat ibunya atau tdak dan diberi asi
tidak.

h. Riwayat pertumbuhan dan perkembanggan

1. Pertumbuhan

Biasanya anak lahir normal atau tidak dan bagimana kondisa anak saat di kaji

2. Perkembangan

Biasanya di fase ini lebih difokuskan ke kapn anak bsa merangkak, berdiri, berjalan, belajar berjalan
dll.

i. Pengkajian Per Sistem

1. Sistem Pernapasan

Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi
sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

2. Sistem Persyarafan

Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS

3. Sistem Cardiovaskuler

Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III
dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan
jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

4. Sistem Pencernaan

Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,
pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat hematemesis, melena.

5. Sistem perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing,
kencing berwarna merah.

6. Sistem Integumen.

Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet,
terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

2. Diagnosa keeperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue


b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke
ekstravaskuler

c. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler

d. Resiko kekuranagan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah (


trombositopeni )

3. Intervensi keperawatan

Tabel 1.1

No Diagnosa Tujuan /kreteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil

1 Hipertermi Tujuan : f. Beri komres air 1. Untuk membuka


berhubungan hangat pori-pori
dengan proses Setelah dilakukan
infeksi virus perawatan .. x 24 g. Berikan/anjurkan 2. Untuk
jam diharapkan pasien untuk banyak mengganti cairan
dengue
suhu tubuh pasien minum 1500-2000 tubuh yang hilang
dapat berkurang cc/hari. akibat evaporasi.
dengan kriteria
hasil: h. Anjurkan pasien 3. Memberikan
untuk menggunakan rasa nyaman dan
q. Pasien pakaian yang tipis dan pakaian yang tipis
mengatakan mudah menyerap mudah menyerap
kondisi tubuhnya keringat keringat dan tidak
nyaman. merangsang
peningkatan suhu
r. Suhu 36,8-37,50C tubuh.
s. Respirasi 16-24 4. Mendeteksi dini
i. Observasi intake
x/mnt kekurangan cairan
dan output, tanda vital (
t. Nadi 60-100 suhu, nadi, tekanan serta mengetahui
x/mnt darah ) tiap 3 jam sekali. keseimbangan cairan
dan elektrolit dalam
tubuh. Tanda vital
merupakan acuan
untuk mengetahui
keadaan umum
pasien.

5. Pemberian
cairan sangat penting
bagi pasien dengan
suhu tubuh yang
tinggi. Obat
khususnyauntuk
j. Kolaborasi menurunkan suhu
pemberian cairan tubuh pasien.
intravena dan
pemberian obat sesuai
program.

2 kekurangan Tujuan : a. Obsewasi vital 1. Vital sign


volume cairan sign tiap 3 jam/lebih membantu
berhubungan Setelah dilakukan sering. mengidentifikasi
dengan perawatan selama fluktuasi cairan
pindahnya cairan x 24 jam intravaskuler
diharapkan
intravaskuler ke
ekstravaskuler. kebutuhan cairan b. Observasi intake 2. Penurunan
terpenuhi dengan dan output. Catat warna haluaran urine pekat
kriteria hasil: urine /konsentrasi. dengan diduga

c. Turgor kulit c. Anjurkan untuk dehidrasi.


baik minum 1500-2000 ml 3. Untuk memenuhi
/hari. kabutuhan cairan
d. Haluaran tubuh peroral
urin tepat secara
individu d. Kolaborasi:
Pemberian cairan 4. Dapat
intravena meningkatkan jumlah
cairan tubuh, untuk
mencegah terjadinya
hipovolemic syok.

3 Resiko Syok Tujuan : 1. Monitor keadaan 1. Untuk memonitor


hypovolemik umum pasien kondisi.
berhubungan Setelah dilakukan
dengan perawatan selama 2. Observasi vital sign 2. Perawat perlu
perdarahan yang x 24 jam tidak setiap 3 jam atau lebih terus mengobaservasi
berlebihan, terjadi syok vital sign untuk
pindahnya cairan hipovolemik memastikan tidak
intravaskuler ke terjadi presyok / syok
Kriteria :
ekstravaskuler. 3. Dengan
Tanda-tanda Vital melibatkan pasien dan
dalam batas 3. Jelaskan pada keluarga maka tanda-
normal pasien dan keluarga tanda perdarahan
tanda perdarahan, dan dapat segera diketahui
segera laporkan jika dan tindakan yang
terjadi perdarahan cepat dan tepat dapat
segera diberikan.

4. Cairan intravena
diperlukan untuk
mengatasi kehilangan
cairan tubuh secara
hebat.

4. Kolaborasi: 5. Untuk mengetahui


Pemberian cairan tingkat kebocoran
intravena pembuluh darah yang
dialami pasien dan
untuk acuan
melakukan tindakan
lebih lanjut.

5. Kolaborasi:
pemeriksaan : HB, PCV,
trombosit

4 Resiko Tujuan : a. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi


kekurangan nutrisi, termasuk menduga
pemenuhan Setelah dilakukan kemungkinan
makanan yang disukai.
kebutuhan nutrisi perawatan selama intervensi
kurang dari x 24 jam
kebutuhan tubuh diharapkan tidak 2. Mengawasi
terjadi gangguan b. Observasi dan masukan kalori,
berhubungan catat masukan makanan
dengan intake kebutuhan nutrisi konsumsi makanan
pasien
nutrisi yang tidak Kriteria : 3. Mengawasi
adekuat akibat c. Timbang BB tiap penurunan.
mual dan e. Tidak ada hari (bila
anoreksia tanda-tanda memungkinkan )
malnutrisi
d. Berikan makanan 4. Makanan sedikit
f. Menunjukkan sedikit namun sering dapat menurunkan
berat badan yang dan atau makan kelemahan dan
seimbang. diantara waktu makan meningkatkan
masukan juga
mencegah distensi
gaster.

e. Berikan dan Bantu 5. Meningkatkan


oral hygiene. nafsu makan dan
masukan peroral

6. Menurunkan
f. Hindari makanan distensi dan iritasi
yang merangsang dan gaster.
mengandung gas.

5 Resiko terjadi Tujuan : 1. Monitor tanda- 1. Penurunan


perdarahan tanda penurunan trombosit merupakan
berhubungan Setelah dilakukan trombosit yang disertai tanda adanya
dengan perawatan selama kebocoran pembuluh
tanda klinis.
penurunan x 24 jam tidak
darah.
factor-faktor terjadi perdarahan
pembekuan 2. Untuk
Kriteria : 2. Monitor trombosit mengetahui
darah ( setiap hari.
trombositopeni ) TD 100/60 mmHg kemungkinan
perdarahan yang
N: 80-100x/menit dialami pasien.
reguler,
3. Aktifitas pasien
pulsasi kuat 3. Anjurkan pasien yang tidak terkontrol
untuk banyak istirahat ( dapat menyebabkan
Tidak ada tanda
bedrest ). terjadinya perdarahan.
perdarahan lebih
lanjut, trombosit 4. Keterlibatan
meningkat pasien dan keluarga
dapat membantu
untuk penaganan dini
bila terjadi
4. Berikan perdarahan.
penjelasan kepada klien
dan keluarga untuk
melaporkan jika ada
tanda perdarahan
seperti: BAB hitam, gusi 5. Mencegah
berdarah dll. terjadinya perdarahan
lebih lanjut.
5. Antisipasi adanya
perdarahan : gunakan
sikat gigi yang lunak,
pelihara kebersihan
mulut, berikan tekanan
5-10 menit setiap
selesai ambil darah.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Nama : An. C
Umur : 6 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia

Alamat : Jln. Kalimantan, Rawa makmur


Tanggal masuk : 10 Oktober 2014

Tanggal pengkajian : 10 oktober 2014

Diangnosa medis : DHF ( Dengue heamoragic fever )

2. Penanggung jawab

Nama Ayah : Tn. A


Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Alamat : Jln. Kalimantan, Rawa makmur

3. Keluhan utama

Ibu mengatakan anaknya panas

a. Riwayat kesehatan sekarng

Kurang lebih 3 hari yang lalu anak panas tinggi, mendadak, timbul bintik - bintik dikulit seperti digigit
nyamuk, anak rewel, menanggis, muntah 2 kali dengan konsistensi cair seperti apa yang dimakan
dan diminum, batuk, tidak pilek dan oleh keluarga untuk dibawa berobat ke Rumah Sakit Bayangkara
jitra kota Bengkulu, untuk perawatan lebih lanjut.

b. Riwayat kesehatan dahulu.

1) Ibu mengatakan anaknya baru pertama kali ini dirawat dirumah sakit, sebelumnya belum
pernah dirawat di RS.
2) Tindakan operasi
An.C belum pernah dilakukan tindakan operasi.

3) Kecelakaan
An.C tidak pernah mengalami kecelakaan.

4) Imunisasi
An. C sudah lengkap mendapatkan imunisasi dasar
Usia 1 bulan : BCG
Usia 2-3 bulan : Hep. B I, II, III, Polio I, II dan DPT I, II
Usia 4 bulan : DPT III dan Polio III
Usia 9 bulan : Polio IV dan Campak

c. Riwayat kelahiran dan kehamilan

1) Pre Natal

Selama kehamilan Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan rutin kebidan kurang lebih 6x dan
mendapatkan imunisasi TT 2x. ibu pertama kali periksa kehamilan pasa saat usia 4 bulan kehamilan.
Ibu juga menyatakan tidak pernah menderita sakit selama hamil, obat yang diminum selama hamil
yaitu tablet penambah darah dari bidan.

2) Natal

An. C lahir ditolong oleh dukun, lahir spontan, langsung menangis, lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari).
BBL tidak ditimbang dan untuk panjang badan, LK, LLA, LD juga tidak diukur karena didukun tidak
ada alatnya.

3) Post Natal

An. C diasuh sendiri oleh kedua orang tuanya dan diberi ASI sejak lahir sampai usia 2 tahun. Sejak
usia 6 bulan An. C diberikan susu formula dan bubur tim dan diberi makan nasi biasa sampai
sekarang.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit seperti klien, ibu juga menyatakan
tidak ada tetangganya yang menderita penyakit yang sama dengan yang diderita An.C.

e. Riwayat tumbuh kembang

1) Pertumbuhan

Ibu menyatakan An. C lahir cukup bulan (9 bulan 4 hari), menurut ibu An. C tumbuh normal seperti
anak- anak yang lain. Ibu menyatakan BBL dan PB tidak diukur, BB Sekarang : 14,4 Kg, dengan TB :
102 cm.
2) Perkemnbangan

Menurut keterangan ibunya An. C saat usia 11 bln sudah bisa berjalan dengan dipegangi kedua
lengannya. Saat ini semenjak sakit An. C lebih banyak berada di tempat tidur karena badanya lemas
dan anak juga kurang gerak. Perkembangan bahasa An. C sudah mulai mengoceh sejak usia 6,5 bulan
dan sekang anak sudah bisa mengucapkan kata-kata dan menyusun kalimat serta menjawab
pertanyaan yang diberikan kepadanya.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : Baik


Keasadaran : composmentis
Vital sign :

N : 100 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 38,6o C

b. Sistem pernafasan
Nafas melalui hidung, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, RR 20 x/menit (reguler).
Paru-paru
Ins : Simetris statis dinamis (SSD)
Pal : taktil fremitus teraba sama kuan pada paru kanan-kiri
Pe : sanor di semua lapang paru.
Aus: Vesikuler

c. Sistem kardiovaskuler
Tidak ada cyanosis, kapiler refill 3 detik, akral hangat.
Jantung :
Ins : ictus cordis tak tampak
Pal : ictus cordis teraba di IC ke V
Pe : pekak
Aus: S1 dan S2 murni, tidak ada suara tambahan (s3)

d. Sistem Pencernaan
Ibu mengatakan sebelum dirawat anaknya BAB 1-2 x/hari, konsisitensi padat, warna coklat, saat ini
an. C BAB 1-2 x/hari, konsistensi lembek, warna hitam.
Ins : Perut datar
Aus : Bising Usus 20 x/menit
Per : Timpani
Pal : Hepar dan Lien tidak teraba
e. Sitem perkemihan
Ibu menyatakan sebelum dirawat anak BAK tidak mengalami keluhan sakit, dan BAK 6-8 x/hari,
selama dirawat anak BAK 6-7 x/hari, warna kuning, bau khas. Anak tidak mengelug saat berkemih.

f. Sistem Muskuloskletal
Anak tidak mengalami kelemahan otot, naka kurang gerak hanya tiduran ditempat tidur, ADL
sepenuhnya dibantu oleh orang tua, kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah 5. pada tangan
kanan terpasang infuse Z-A N 15 tpm. Dengan tonus otot baik.

g. Sistem reproduksi
Anak berjenis kelamin laki-laki, tidak ada pembesaran pada scrotum, tidsak ada hipospadia.

h. Sistem Integumen
Kulit anak berwarna coklat, turgor kulit cukup, tekstur kenyal, anak terpasang infus di tangan
kanan dan terdapat bintik-bintik warna merah dibawah kulit. (ptecie).

5. Pemeriksa penunjang

Hasil laboratorium tanggal 10 Oktober 2014

Tabel 1.2

Data Penunjang

No Pemeriksaan Nilai rujukan Satuan Hasil

1 Hemoglobin 12 16 Gr/dL 11,7

2 Hematokrit 40 53 % 35,3%

3 Leokosit 4.500 - 11.500 Mm2 6.100

4 Eritrosit 4,6 - 4,5 uL 4,2

5 Trombosit 150.000 450.000 Mm2 195.000

6 MCV 81 96 fL 83,8

7 MCH 27 36 pg 27,6

8 MCHC 31 37 g/L 33,1


6. Analisa Data

Tabel 1.3

Analisa data

No Data Fokos Etiologi Masalah

1 Ds : Gigitan nyamuk Peningkatan suhu


tubuh ( Hipertermi )
Ibu klien mengatakan An.C
badanya panas semakin tinggi
sudah tiga hari.
Virus dengue
Do :

Badan An.C teraba hangat.

TTV

S : 38,6 0 C Viromia
N : 100x/mnt
RR : 20x/menit

Leokosit : 6.100 jt/mm


Peningkatan suhu tubuh

2 Ds : Kekurangan volume
cairan
Ibu mengatakan An. C , malas Gigitan nyamuk
minum.
Do :

- Mukosa bibir kering. Virus dengue

- Mata terlihat cekung.

- Turgor kulit cukup.


Mual Dan Muntah

Kurngnya masukan cairan

3 Ds : Gigitan nyamuk Resiko kekurangan


pemenuhan
Ibu mengatakan An,C malas kebutuhan nutrisi
makan, karna takut muntah. kurang dari
kebutuhan tubuh
Do : Virus dengue

- Pasien tampak les.u

- Pasien tampak lemah.

Viemia

Mual muntah

Tidak mafsu makan

4 Ds : Gigitan nyamuk Resiko terjadi


perdarahan.
Ibu mengatakan anaknya
mengalami gusi berdarah.

Virus dengue

Do :

- Gusi pasien tampak merah


Verimia
- Di bawah kulit ada bintik-
bintik mereh.

- Trombosit 195.000 m
Permebelitas kapiler
meningkat

Resiko pendarahan
B. Prioritas Masalah

1. Hipertermi.

2. Gangguan keseimbangan cairan.

3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

4. Resiko terjadi perdarahan.

C. Diagnosa keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh ( Hipertermi ) b.d Proses penyakit

2. Ganguan keseimbangan cairan b.d peningkatan metabolisme dalam tubuh

3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia.

4. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (


trombositopeni )
D. Intervensi keperawatan

Tabel 1.4

Intervensi

No Diagnosa Tujuan/kreteria hasil Intervensi Rasional


keperawatan

1 Peningkatan suhu Tujuan : 1. Berikan 1. Memberikan


tubuh ( Hipertermi ) kompres air biasa pengeluaran panas
b.d Proses penyakit Setelah dilakukan dengan cara konduksi
tindakan
keperawatan 1x24 2. Untuk
jam diharapkan mengetahui keadaan
hipertermi teratasi 2. Monitor TTV umum pasien
dgn KH: terutama suhu 3. Mengganti
Suhu tubuh normal : cairan yang hilang
36 37 0 C akibat evaporasi

3. anjurkan
banyak minum air
putih kurang lebih 4. Memberikan
600-800 ml/hari. rasa nyaman
memperbesar
penguapan.
4. anjurkan
memakai pakaian 5. Menurunkan
yang tipis. panas

5. berikan
antibiotik/
antipiretik sesuai
program

2 Ganguan Tujuan : 1. Kaji tanda 1. Deteksi dini dapat


keseimbangan cairan tanda dehidrasi mencegah terjadi
b.d peningkatan Setelah dilakukan ketidakseimbangan
metabolisme dalam tindakan volume cairan dan
tubuh keperawatan 1x24 menentukan pilihan
jam diharapkan
intervensi
volume cairan
adekuat dgn 2. Mengetahui
perkembangan pasien
KH :
3. Mengganti cairan
- Mukosa bibir 2. Monitor TTV yang hilang.
lembab

- TTV dalam batas


normal
3. Motivasi klien
- Haluaran urine
normal untuk banyak
minum air putih 4. Kehilangan urine
kurang lebih 600- yang berlebihan dapat
menunjukkan terjadi
800 ml/hari.
dehidrasi.
4. Catat intake dan
5. Mengganti cairan
output dan hitung
balance cairan. yang hilang.

5. Berikan cairan
tambahan infuse RL
N 15 tetes/menit.

3 Resiko kekurangan Tujuan : a. Kaji riwayat 1. Mengidentifikasi


pemenuhan nutrisi, termasuk menduga
Setelah dilakukan
kebutuhan nutrisi makanan yang kemungkinan
kurang dari perawatan selama x disukai. intervensi
kebutuhan tubuh 24 jam diharapkan
berhubungan dengan tidak terjadi gangguan
intake nutrisi yang kebutuhan nutrisi
b. Observasi dan 2. Mengawasi
tidak adekuat akibat Kriteria : catat masukan masukan kalori,
mual dan anoreksia makanan pasien konsumsi makanan
g. Tidak ada tanda-
tanda malnutrisi

h. Menunjukkan 3. Mengawasi
berat badan yang penurunan.
seimbang. c. Timbang BB
tiap hari (bila
memungkinkan )

d. Berikan
4. Makanan sedikit
makanan sedikit
namun sering dan dapat menurunkan
atau makan kelemahan dan
diantara waktu meningkatkan
masukan juga
makan
mencegah distensi
gaster.

e. Berikan dan 5. Meningkatkan


Bantu oral hygiene. nafsu makan dan
masukan peroral.

f. Hindari
makanan yang 6. Menurunkan
merangsang dan distensi dan iritasi
mengandung gas. gaster.

4 Resiko terjadi Tujuan : 1. Monitor 1. Penurunan


perdarahan tanda-tanda trombosit merupakan
berhubungan dengan Setelah dilakukan penurunan tanda adanya
penurunan factor- perawatan selama x trombosit yang kebocoran pembuluh
faktor pembekuan 24 jam tidak terjadi
disertai tanda klinis. darah.
darah ( perdarahan
2. Monitor
trombositopeni ) Kriteria : trombosit setiap
hari. 2. Untuk
TD 100/60 mmHg mengetahui
N: 80-100x/menit kemungkinan
reguler, perdarahan yang
dialami pasien.
pulsasi kuat 3. Anjurkan
Tidak ada tanda pasien untuk banyak
perdarahan lebih istirahat ( bedrest ). 3. Aktifitas pasien
lanjut, trombosit yang tidak terkontrol
meningkat dapat menyebabkan
terjadinya
perdarahan.
4. Berikan
penjelasan kepada
klien dan keluarga 4. Keterlibatan
untuk melaporkan pasien dan keluarga
jika ada tanda dapat membantu
perdarahan seperti: untuk penaganan dini
BAB hitam, gusi bila terjadi
berdarah dll. perdarahan.
5. Antisipasi
adanya perdarahan :
gunakan sikat gigi
yang lunak, pelihara
kebersihan mulut,
berikan tekanan 5-
10 menit setiap
selesai ambil darah.

5. Mencegah
terjadinya perdarahan
lebih lanjut.
E. Implemantasi keperawatan

Tabel 1.5

Implentasi

No Tanggal No Implementasi Respon hasil Paraf


dan waktu DX

1 10 Oktobtr 1 1. Memberikan 1. Biasa Panas berkurang.


2014. kompres air

16:00 2. Memonitor TTV


terutama suhu 2. TTV :

S : 38OC
RR : 20x/mnt
N : 100x/mnt

3. Menganjurkan dan 3. Minum sedikit, Mukosa


16:20 memotivasi banyak bibir kering
minum air putih krg lbh
600 - 800ml/hr.

4. Anjurkan untuk
memakai pakaian yang 4. Klien menggunakan kaos
tipis. yang tipis.
5. Memberikan
antibiotic/antipiretik
(sanmol 1 sth, amoxsan 5. Obat masuk dan tidak
250 mg dan kalmetason terdapat tanda-tanda alergi.
16:25 ampul IV

2 10 Oktobtr 1. Mengkaji tanda 1. Bibir tampak kering


2014 tanda dehidrasi

16:00
2. TTV :
2. Memonitor TTV
- N : 100 X/ menit

- P : 20 x/menit

- S : 38oC
16:20 3. Memotivasi klien
untuk banyak minum air 3. Pasien minum air sedikit
putih kurang lebih 600-
800 ml/hari.

4. Mencatat intake dan


output dan hitung
balance cairan 4. BC : - 354 cc

5. Memberiken cairan
tambahan infuse RL N
15 tetes/menit.
16:25 5. tpm infus RL N masuk
15 tpm

3 10 Oktobtr 3 1. Mengkaji riwayat 1. Pasien menyukai


2014 nutrisi, termasuk makanan nasi goreng.
makanan yang disukai.
17:00
2. Mengobservasi dan
catat masukan makanan
pasien.

3. Menimbang BB tiap
hari (bila memungkinkan
) 2. Pasien makan porsi
dari makanan yang di
4. Memberikan sediakan.
makanan sedikit namun
sering dan atau makan
diantara waktu makan

5. Memberikaa dan
Bantu oral hygiene.
17:00 3. BB 14, 5 kg
6. Menghindari
makanan yang
merangsang dan
mengandung gas.

4. Pasien makan 4 x/ hari


17:30

5. Pasien sikat gigi 2 x /hari

6. Pasien tidak ada makan-


makanan ber gas.

4 10 Oktobtr 4 1. Memonitor tanda- 1. Tidak ada tanda klinis


2014 tanda penurunan yang menunjukan penurunan
trombosit yang disertai trombosit.
18:00 tanda klinis.

2. Memonitor
trombosit setiap hari.

3. Menganjurkan
pasien untuk banyak 2. Trombasit pasien tetap.
istirahat ( bedrest ).

4. Memberikan
penjelasan kepada klien
dan keluarga untuk
3. Pasien tidur malam 10
melaporkan jika ada
jam dan tidur siang 4 jam.
tanda perdarahan
seperti: BAB hitam, gusi
berdarah dll.

5. Mengantisipasi
adanya perdarahan :
gunakan sikat gigi yang
4. Keluarga dan pasien
lunak, pelihara
18:20 tidak ada menunjukan
kebersihan mulut,
pendarahan.
berikan tekanan 5-10
menit setiap selesai ambil
darah.
5. Pasien menggunakan
sikat gigi yang lembut.
18:25

F. Evaluasi keperawatan

Tabel 1.6

Evaluasi

No Diagnosa Tanggal Evaluasi Paraf


keperawatan

1 Peningkatan suhu 10 Oktober 2014 S:


tubuh ( Hipertermi )
Ny.A mengatakan An.C
b.d Proses penyakit
panasnya sudah turun
sedikt

O:

An.C masih panas

TTV :
Suhu : 37,7 oC,

Nadi : 88 x/menit,

RR : 22 x/menit.
KU : composmentis

A:

Masalah belum teratasi

P:

Pasien dipindahkan
keruangan rawat inap

2 Ganguan 10 Oktober 2014 S:


keseimbangan cairan
berhubungan Ny. A anaknya sudah
dengan peningkatan mulai meningkat dan
metabolisme dalam banyak minum
tubuh
O:

Minum kurang lebih 4-5


gelas/hr

A:

Masalah belum teratas


P:

Pasien dipindahkan
keruangan rawat inap.

3 Resiko kekurangan 10 Oktober 2014 S:


pemenuhan
kebutuhan nutrisi Ny.A mengatakan an.C
kurang dari masih malas makan.
kebutuhan tubuh O:
berhubungan
dengan intake nutrisi BB : 14,5 kg
yang tidak adekuat
A:
akibat mual dan
anoreksia.

Masalah belum teratasi

P:

Pasien dipindahkan
keruang rawat inap.

4 Resiko terjadi 10 Oktober 2014 S:


perdarahan
Ny.A mengatakan an.C
berhubungan
dengan penurunan tidak ada tanda-tanda
factor-faktor pendarahan.
pembekuan darah (
trombositopeni )
O:

Feses kuning, gusi tdak


berdarah.

A:
Masalah belum teratasi

P:

Pasien dipindahkan
keruangan
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada An. C dengan kasus DHF ( Dengue haemoragic
fever ) di Ruang IGD Rumah sakit Bayangkara jitra kota Bengkulu pada tahun 2014 yang dimulai dari
tangal 10 Oktober Sampai 10 Oktober ditemukan beberapa persamaan/ kesenjangan antar teori
yang ada dengan data yang didapatkan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan data ditemukan
beberapa kesenjangan dan persamaan. Pada pengkajian yang penulis lakukan selama studi kasus ini
tidak banyak perbedaan antara teori dan hasil pengkajian. Menurut Smeltzer (2002), pasien dengan
DHF akibat dari gigitan nyamuk Aedes Aegyti (Betina) dengan manifetasi klinis panas tinggi, timbul
bintik-bintik seperti gigitan nyamuk dan pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada An.C
ditemukan adanya panas tinggi, timbul bintik-bintik seperti gigitan nyamuk.

Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari dan kondisi lingkungan dan biasanya penyakit ini terjadi
lebih rentang pada anak-anak karna nyamuk Aedes menggigit pada pagi hari sesuai saat anak sedang
tidur.

B. Diagnosa keperawatan

Pada konsep dasar teori yang dikemukakan oleh doengoes (2000), akan muncul lima diagnosa
keperawatan yahitu:

1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke


ekstravaskuler

3. Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler

4. Resiko kekuranagan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.

5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah (


trombositopeni )

Sedangkan diangnosa keperawatan yang muncul pada An. C pada pengkajian yang dilakaukan pada
tanggal 10 Oktober 2014 tersusun diagnosa keperawatan sebagai berikut:

1. Peningkatan suhu tubuh ( Hipertermi ) b.d Proses penyakit.

2. Ganguan keseimbangan cairan b.d peningkatan metabolisme dalam tubuh.


3. Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan anoreksia.

4. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (


trombositopeni )

Dari hasil pengkajian ditemukan data yang mendukung untuk menegakan diagnosa tersebut
Hipertermi yang dirasakan pada pasien. Hal ini dikarnakan adanya virus dengue yang masuk
menyebabkan viremia. diagnosa ini ditegakan sebagai diagnosa actual karna memiliki data yang
mendukung sesuai dengan teori yakni. Ibu klien mengatakan An.C badanya panas semakin tinggi
sudah tiga hari.Badan An.C teraba hangat,muka tampak memerah TTV: S : 38,6 0 C, N :
100x/mnt, RR : 20x/menit, Leokosit : 6.100 jt/mm

Gangguan keseimbangan cairan terjadi karna hipertermi yang dialami pasien menyebabkan
penguapan, dan akibat muntah yang dialami pasen. Mukosa bibir kering, Mata terlihat cekung,
Turgor kulit cukup. Sesuai dengan manifestasi klinis menutut Lewis (2006)

Resiko kekurangan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh terjadi karana: Ibu
mengatakan An,C malas makan, karna takut muntah, Pasien tampak lesu, Pasien tampak lemah.

Resiko terjadi perdarahan terjadi karna pasien mengalamidengan manifestasi klinis: Ibu mengatakan
anaknya tidak mengalami gusi berdarah, Gusi pasien tamapak merah, Di bawah kulit ada bintik-
bintik mereh, Trombosit 195.000 m

C. Intervensi Keperawatan

Dalam tahap intervensi keperawatan harus lebih speseifik pada penderita DHF ( Dengue haemoragic
fever ) penulis susun sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yang dirumuskan tetap mengacu
pada asuhan keperawatan teori dan sesuai dengan perencanaan pada kasus.

D. Implementasi keperawatan

Pada tahap implementasi keperawatan nyata terhadap pasien dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan, pemenuhan kebutuhan klien harus disesuaikan dengan masing-masing diagnose
keperawatan yang ditemukan pada kasus. Perencanaan dapat penulis susun dan laksanakan
berdasarkan acuan tindakan seperti yang tertuang dalam konsep teori, namun demikian tidak semua
rencana keperawatan dapat diwujudkan dalam bentuk nyata, tetapi harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan keadaan klien.

Implimentasi dapat dilakukan selama sehari pada tanggal 10 oktober 2014 dan dilakukan sesuai
dengan kondisi klien. Pada diagnosa Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan
Proses penyakit. Implementasi yang dilakukan antara lain: Memberikan kompres air, Memonitor
TTV terutama suhu, Menganjurkan dan memotivasi banyak minum air putih krg lbh 600 - 800ml/hr,
menganjurkan untuk memakai pakaian yang tipis, Memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1
sth, amoxsan 250 mg dan kalmetason ampul IV.

Implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 10 oktober 2014 pada diagnosa Peningkatan suhu
tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan Proses penyakit yahitu menkaji penurunaan suhu klien
dan memberikan antibiotic/antipiretik (sanmol 1 sth, amoxsan 250 mg dan kalmetason ampul
IV, sesuai dengan indikasi.

E. Evaluasi

Dari dua diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan masalah utama klien saat melakukan
studi kasus ini dalam perawatan dari tanggal 10 Oktober sampai tanggal 10 Oktober Dikatakan baru
berhasil sebagian. Dari diagnosa keperawatan tersebut belum ada yang di katakan berhasil karna
pasien pindah ke ruangan rawat, Karna penulis berdinas diruang IGD.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. DHF ( Dengue haemoragic fever ) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti (betina).

2. Dari pengkajian yang dilakukan ditemukan pasien mengeluh panas tinggi. Dari analisa data
yang telah dilakukan, ditemukan masalah keperawatan bagian kekebalan tubuh sehingga diagnosa
keperawatan yang ditegakkan adalah Proses penyakit, peningkatan metabolisme dalam tubuh, nyeri
pada bagian persendihan

3. Dari diagnosa keperawatan yang telah ditemukan, maka intervensi keperawatan yang dibuat
adalah etiologi dan masalah

4. Dari intervensi keperawatan yang telah dibuat, maka implementasi yang dilakukan adalah
tujuan dan kreteria hasil
5. Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan studi kasus ini dalam beberapa hari tanggal 10 Oktober
sampai 10 Oktober dikatakan belum berhasil. Karna pasien dipindahkan ke ruang rawat inap, karna
saya berdinas dirungan IGD.

6. Dari hasil pembahasan, ditemukan adanya kesenjangan antara masalah kasus denghan
riwayat kesehatan pasien.

7. Dari proses keperawatan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pada An.C

B. Saran

1. Pihak lahan/ tempat penelitian

Hasil study kasus ini dapat memberikan masukan bagi para tenaga kesehatan khususnya perawat
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan asuha keperawatan pada pasien.

2. Pihak akademik

Dapat memberikan sumbangan pikiran bagi lingkungan akademik khususnya prodi DIII keperawatan
tentang asuhan keperawatan pada kasus DHF (Dengue Haemoragic Fever)

3. Peneliti selanjutnya

Informasi yang didapat dari penulusan ini berguna sebagai bahan literature atau referensi dalam
melakukan study kasus selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.

Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.

Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.

Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ;
Jakarta.

S-ar putea să vă placă și