Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TA. 2016/2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, dan temanteman semua yang telah berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur keperawatan gawat darurat I
Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
makalah ini.
Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini
agar menjadi lebih baik.
Kelompok II
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
A. Definisi pneumotorak.................................................................................3
B. Klasifikasi pneumotorak .............................................................................3
C. Etologi pneumotorak ...................................................................................6
D. Patofisiologi pneumotorak ..........................................................................6
E. Perhitungan luas pneumotorak ....................................................................9
F. Manifestasi klinis pneumotorak ................................................................10
G. komplikasi pneumotorak ...........................................................................10
H. Pemeriksaan penunjang pneumotorak ......................................................10
I. Penatalaksanaan pneumotorak ..................................................................12
A. Pengkajian .................................................................................................14
B. Diagnosa ...................................................................................................15
C. Intervensi...................................................................................................15
D. Evaluasi ....................................................................................................21
A. Kesimpulan ..............................................................................................22
B. Saran ........................................................................................................22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pneumotorak adalah keadaan terdapat udara atau gas dalam rongga pleura.
Pada keadaan normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru eluasa
mengembang terhadap rongga udara pneumotoraks dapat terjadi secara spontan
maupun traumatic. Pneumotoraks spontan dibagi menjadi primer dan sekunder,
pneumotorak traumatic dibagi menjadi iatrogenic dan bukan itrogenik. (Barmawy. H)
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum:
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas terstruktur
keperawatan gawat darurat I dan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa/i
tentang pneumotorak dan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
pneumotorak.
2. Tujuan khusus:
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Pneumotoraks spontan
Terjadi tanpa penyebab yang jelas. Pneumotoraks spontan primer terjadi jika
pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga
disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang
disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur
tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan
riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Pneumotoraks spontan sekunder
merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif
menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan). .(Elizabeth,
Patofisiologi EGC, 2009)
2. Pneumotoraks traumatik
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus
(luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor).
Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu
(misalnya torakosentesis)..(Elizabeth, Patofisiologi EGC, 2009)
1. Pneumotoraks terbuka.
2. Pneumotoraks tertutup.
Rongga pleura tertutup tidak ada hubungan dengan dunia luar. Udara yang
dulunya ada di rongga pleura kemungkinan positif oleh karena diresorbsi dan
tidak adanya hubungan lagi dengan dunia luar, maka tekanan udara di rongga
pleura menjadi negatif. Tetapi paru belum mau berkembang penuh. Sehingga
masih ada rongga pleura yang tampak meskipun tekanannya sudah negatif (- 4
ekspirasi dan 12 inspirasi).
3. Pneumotoraks ventil.
C. Etiologi
Pneumotorak terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi udara
melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan bronchus.
Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk suatu bula
yang disebut granulomatous fibrosisi. Granulomatous fibrosisi adalah salah satu
penyebab tersering terjadinya pneumotoraks., karena bula tersebut berhubungan
dengan adanya obstruksi empiema.
D. Patofisiologi
1. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk
kearah jaringan peribronkhovaskular. Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam
alveoli akan meningkat.
2. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor
presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan
3. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan
fibrosis di peribronkhovaskular ke arah hilus, masuk mediastinum, dan
menyebabkan pneumotoraks.
Patway
Trauma dada
Robekan pleura
Terbukanya dinding dada
Aliran udara ke rongga pleura meningkat
Tekanan di rongga pleura lebih tinggi dari pada di atmosfer
Terjadi kollaps paru
Kompensasi untuk memenuhi oksigen ke seluruh tubuh berkurang
Jantung bekerja lebih cepat
Takikardi
Napas menjadi pendek dan cepat
E. Menghitung luas pneumotorak
1. Rasio antara volume paru yang tersisa dengan volume hemitoraks, dimana
masing-masing volume paru dan hemitoraks diukur sebagai volume kubus.
Misalnya : diameter kubus rata-rata hemitoraks adalah 10cm dan diameter kubus
rata-rata paru-paru yang kolaps adalah 8cm, maka rasio diameter kubus adalah :
83 512
______ ________
= = 50 %
3
10 1000
2. Menjumlahkan jarak terjauh antara celah pleura pada garis vertikal, ditambah
dengan jarak terjauh antara celah pleura pada garis horizontal, ditambah dengan
jarak terdekat antara celah pleura pada garis horizontal, kemudian dibagi tiga, dan
dikalikan sepuluh.
% luas pneumotoraks
A + B + C (cm)
__________________
= x 10
3
3. Rasio antara selisih luas hemitoraks dan luas paru yang kolaps dengan luas
hemitoraks.
(AxB) - (axb)
_______________
x 100 %
AxB
F. Manifestasi klinis
1. Sesak napas, didapatkan pada hampir 80-100% pasien. Seringkali sesak dirasakan
mendadak dan makin lama makin berat. Penderita bernapas tersengal, pendek-
pendek, dengan mulut terbuka.
2. Nyeri dada, yang didapatkan pada 75-90% pasien. Nyeri dirasakan tajam pada sisi
yang sakit, terasa berat, tertekan dan terasa lebih nyeri pada gerak pernapasan.
3. Batuk-batuk, yang didapatkan pada 25-35% pasien.
4. Denyut jantung meningkat.
5. Kulit mungkin tampak sianosis karena kadar oksigen darah yang kurang.
6. Tidak menunjukkan gejala (silent) yang terdapat pada 5-10% pasien, biasanya
pada jenis pneumotoraks spontan primer.
Berat ringannya keadaan penderita tergantung pada tipe pneumotoraks
tersebut:
1. Pneumotoraks tertutup atau terbuka, sering tidak berat
2. Pneumotoraks ventil dengan tekanan positif tinggi, sering dirasakan lebih berat
3. Berat ringannya pneumotoraks tergantung juga pada keadaan paru yang lain serta
ada tidaknya jalan napas.
4. Nadi cepat dan pengisian masih cukup baik bila sesak masih ringan, tetapi bila
penderita mengalami sesak napas berat, nadi menjadi cepat dan kecil disebabkan
pengisian yang kurang.
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan penunjang
1. Foto rontgen
a) Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru. Kadang-kadang paru yang kolaps
tidak membentuk garis, akan tetapi berbentuk lobuler sesuai dengan lobus
paru.
b) Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massaradio opaque yang
berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukkan kolaps paru yang luas sekali.
Besar kolaps paru tidak selalu berkaitan dengan berat ringan sesak napas yang
dikeluhkan.
c) Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals
melebar, diafragma mendatar dan tertekan ke bawah. Apabila ada
pendorongan jantung atau trakea ke arah paru yang sehat, kemungkinan besar
telahterjadi pneumotoraks ventil dengan tekanan intra pleura yangtinggi.
d) Pada pneumotoraks perlu diperhatikan kemungkinan terjadi keadaan sebagai
berikut
Pneumomediastinum, terdapat ruang atau celah hitam pada tepi
jantung, mulai dari basis sampai keapeks. Hal ini terjadi apabila
pecahnya fistel mengarah mendekati hilus, sehingga udara yang
dihasilkan akan terjebak di mediastinum.
Emfisema subkutan, dapat diketahui bila ada rongga hitam dibawah
kulit. Hal ini biasanya merupakan kelanjutan dari
pneumomediastinum. Udara yang tadinya terjebak di mediastinum
lambat laun akan bergerak menuju daerah yang lebih tinggi, yaitu
daerah leher. Di sekitar leher terdapat banyak jaringan ikat yang
mudah ditembus oleh udara, sehingga bila jumlah udara yang terjebak
cukup banyak maka dapat mendesak jaringan ikat tersebut, bahkan
sampai ke daerah dada depan dan belakang
Bila disertai adanya cairan di dalam rongga pleura,maka akan tampak
permukaan cairan sebagai garis datar di atas diafragma.
I. Penatalaksanaan
1. Tindakan medis
2. Tindakan dekompresi
a. Menusukan jarum melalui dinding dada terus masuk ke rongga pleura dengan
demikian tekanan udara yang positif dirongga pleura akan berubah menjadi
negatif kerena udara yang positif dorongga pleura akan berubah menjadi
negatif karena udara yang keluar melalui jarum tersebut.
3. Tindakan bedah
Dengan pembukaan dinding thoraks melalui operasi, dan dicari lubang yang
menyebabkan pneumothoraks dan dijahit.Pada pembedahan, apabila dijumpai
adanya penebalan pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka
dilakukan pengelupasan atau dekortisasi.Dilakukan reseksi bila ada bagian paru
yang mengalami robekan atau ada fistel dari paru yang rusak, sehingga paru
tersebut tidak berfungsi dan tidak dapat dipertahankan kembali.Pilihan terakhir
dilakukan pleurodesis dan perlekatan antara kedua pleura ditempat fistel.
BAB III
1. Identitas
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah, nomor
register, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
3. Pemeriksaan fisik
a. Sistem Pernapasan :
Sesak napas. Nyeri, batuk-batuk. Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengambangan paru tidak simetris. Fremitus menurun dibandingkan dengan
sisi yang lain. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani
, hematotraks (redup). Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang
berkurang/menghilang. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat. Gerakan dada tidak sama waktu
bernapas. Takhipnea, pergeseran mediastinum. Adanya ronchi atau rales, suara
nafas yang menurun.
b. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk. Takhikardia,
lemah. Pucat, Hb turun / normal. Hipotensi.
c. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
d. Sistem Perkemihan:
Tidak ada kelainan.
e. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
g. Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme. Kelemahan.
i. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
B. Diagnosa keperawatan
1. DX 1: Gangguan pola napas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru (akumulasi
udara), gangguan muskuloskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi
2. DX 2: Ganggun rasa nyeri dada b/d faktor biologis (trauma jaringan) dan faktor
fisik pemasangan selang dada
3. DX 3: Resiko truma / penghentisn napas b/d penyakit / proses cedera, sistem
drainase dada, kurang pendidikan, keamanan, pencegahan
4. DX 4: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan b/d kurang
terpajan pada informasi.
C. Perencanaan keperawatan
D. Evaluasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan
pneumotorak diharapkan sebagai berikut:
1. pola pernapsan efektif / normal .
2. nyeri dapat hilang atau terkontrol.
3. trauma/penghentian jalan napas tidak terjadi
4. klien mengetahui mengenai kondisi aturan pengobatan.
BAB IV
PENUTUP
A. Keimpulan
B. Saran
1. Bagi petugas kesehata atau instansi kesehatan agar lebih meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama pada pneumotorak untuk pencapaian kualitas keperawatan
secara optimal dan sebaiknya proses keperawatan selalu dilaksanakan secara
berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan
karena bagaimanapun teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna
maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai, oleh sebab itu perlu adanya
penjelasan pada klien dan keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.