Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ASITES
PENYAJI : - Margareth Sitorus
- Meliani
- Ida Meita Sagala
- M. Kamal Hafiz
- Syed M. Kamal
LEMBAR PENGESAHAN
Telah dibacakan pada tanggal : 7 Mei 2015
Nilai :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini dengan judul ASITES
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS
pembimbing, dr. Ananda W. Ginting yang telah meluangkan waktunya dan
memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga
penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan. Sehingga, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi kebaikan penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan
kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar Belakang
Asites adalah akumulasi cairan di dalam rongga peritoneum. Kata asites
berasal dari bahasa yunani askites dan askos yang berarti kantong atau perut.
Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Penyebab asites dapat digolongkan
ke cirrhotic asites dan non-cirrhotic asites1.
1.2 Definisi
Asites adalah akumulasi cairan (biasanya cairan serosa yang merupakan
cairan berwarna kuning pucat dan jelas) dalam rongga (peritoneal) perut. Rongga
perut terletak di bawah rongga dada, dipisahkan oleh diafragma1. Penyebab utama
asites merupakan hipertensi portal yang berhubungan dengan sirosis hepar. Akan
tetapi, keganasan dan infeksi juga dapat menyebabkan asites12.
1.3 Epidemiologi
Pada kebanyakan kasus (kira-kira 75%), asites disebabkan oleh penyakit
sirosis hati, sedangkan 12% kasus disebabkan oleh keganasan peritoneal
("malignant asites"), 5% kasus disebabkan oleh gagal jantung, 2% kasus
2
1.4 Patofisiologi2,4
1.4.1 Hipertensi portal peningkatan tekanan vena porta merangsang pelepasan
sitokin vasodilator seperti NO, prostasiklin, adenosin, endotoksin) yang
selanjutnya mengakibatkan vasodilatasi perifer dan splanchnic. Vasodilatasi
ini mengakibatkan tubuh mendeteksi terjadinya penurunan volume plasma
melalui baroreseptor. Keadaan hipovolemik ini kemudian mengaktifkan
sistem renin-angiotensin-aldosteron, sistem saraf simpatis, dan
meningkatkan sekresi antidiuretik hormon yang selanjutnya mengakibatkan
vasokonstriksi renal dan retensi garam dan air.
Pre-hepatik : kompresi atau trombosis vena porta; schistosomiasis
Hepatik : sirosis hepatis; nekrosis hepatik akut; hepatitis viral
Post-hepatik : sindrom Budd-Chiari, myeloproliferative disorders,
perikarditis konstriktif; gagal jantung kanan, keadaan
hiperkoagulabilitas
a) Anamnesis :
b) Pemeriksaan fisik6,13
c) Pemeriksaan penunjang
d) Punksi asites
Ratio :
Protein cairan plasma < 0,5 > 0,5
LDH cairan plasma < 0,6 > 0,6
f) USG
USG adalah cara paling mudah dan sangat sensitif, karena dapat mendeteksi
asites walaupun dalam jumlah yang masih sedikit (kira kira 5-10ml). Apabila
jumlah asites sangat sedikit, maka umumnya akan terkumpul di Morison
Pouch,dan di sekitar hati tampak seperti pita yang sonolusen. Asites yang banyak
akan menimbulkan gambaran usus halus seperti lollipop. Pemeriksaan USG juga
dapat menemukan gambaran infeksi, keganasan dan/atau peradangan sebagai
penyebab asites. Asites yang tidak mengalami komplikasi gambaran USG
8
umumnya anekoik homogen, dan usus tampak bergerak bebas. 9 Asites yang
disertai keganasan atau infeksi akan memperlihatkan gambaran ekostruktur cairan
heterogen, dan tampak debris internal. Usus akan terlihat menempel sepanjang
dinding perut belakang; pada hati atau organ lain; atau dikelilingi cairan.. Namun
demikian, USG memiliki keterbatasan untuk mendeteksi asites pada pasien
obesitas, dan asites yang terlokalisir karena gelombang ultrasound dapat terhalang
oleh jaringan lemak dan gas di dalam lumen.
g) CT Scan
h) MRI
i) Abdominal Parasentesis6,13
Inspeksi
merah akibat trauma akan bersifat heterogen dan akan membeku, tetapi jika
penyebabnya non trauma akan bersifat homogen dan tidak membeku. Cairan
asites yang keruh menunjukan adanya infeksi.
Cairan asites yang normal biasanya mengandung <500 cc/mm3 dan <250
PMN leukosit/mm3. Apabila jumlah PMN >250/mm3 ,bisa diperkirakan
kemungkinan terjadinya SBP. Selain peningkatan PMN, diagnosa SBP ditegakkan
bila jumlah leukosit >500 sel/mm3 dan konsentrasi protein 50.000/mm3 ), dan
30%nya disebabkan oleh karsinoma hepatoseluler.
j) SAAG
Sensitivitas kultur mencapai 92% dalam mendeteksi bakteri pada cairan asites.
Hasil kultur yang positif harus dilanjutkan dengan pemeriksaan hitung neutrofil.
Jika hasil hitung neutrofil dalam batas normal dan pasien tidak bergejala maka
hasil kultur dapat diabaikan. Tetapi jika hitung neutrofil >250 sel/mm3 maka
pasien diterapi sesuai SBP. Di lain pihak, sensitivitas pewarnaan gram hanya
10% untuk deteksi dini kemungkinan SBP
k) Staging Asites9
Stage
1 Hanya dapat dideteksi dengan Ultrasound
2 Asites moderate, distensi abdomen ringan
3 Asites masif, distensi abdomen berat
Reafrakter Tidak atau kurang respon terhadap diuretik; efek samping dari
diuretik
Cirrhosis
Hepatitis, Viral
Hepatocellular Adenoma
Hepatorenal Syndrome
Mediterranean Fever, Familial
Nephrotic Syndrome
Portal Hypertension
Primary Biliary Cirrhosis
Protein-Losing Enteropathy
1.7 Tatalaksana
1.7.1. Tatalaksana Non Farmakologis
A. Tirah Baring
Posisi tegak pada pasien dengan sirosis dan asites akan menyebabkan
aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron dan sistem saraf simpatis, penurunan
laju filtrasi glomerulus, ekskresi natrium, dan penurunan respon terhadap loop
diuretik. Posisi tirah baring dapat memperbaiki proses pembersihan dari ginjal,
sehingga tirah baring sering direkomendasikan pada pasien asites7. Akan tetapi,
tirah baring juga memiliki efek negatif yaitu dapat menyebabkan atrofi otot dan
memperpanjang masa rawatan di rumah sakit8,14.
B. Diet
Salah satu modifikasi diet yang dapat dilakukan pada pasien asites adalah
membatasi konsumsi natrium. Konsumsi natrium perlu dibatasi sekitar 800 1000
mg (2 gr NaCl) untuk mencapai keseimbangan natrium negatif dan menyebabkan
terjadinya proses diuresis7. Pada pasien dengan asites ringan-sedang, konsumsi
natrium harus dibatasi sekitar 60 90 mmol/hari. Pembatasan konsumsi natrium
khususnya diberikan pada pasien yang tidak respon atau hanya memiliki respon
yang kecil pada terapi dengan obat diuretik9,14.
12
F. Transplantasi Hepar
Asites yang terjadi pada pasien dengan penyakit sirosis hati
mengindikasikan suatu tahap akhir dari penyakit dan harus selalu mendapatkan
pertimbangan terapi yang khusus. Salah satu terapi yang dapat diberikan adalah
transplantasi hepar. Untuk pasien dengan asites refrakter, transplantasi hepar akan
mengontrol keadaan penyakit dengan efektif9.
B. Aquaretic Agent
Aquaretik agent adalah antagonis spesifik vasopressin reseptor (V2).
Aquaretik agent bekerja pada tubulus kolektivus ginjal dan menginduksi ekskresi
cairan tanpa mempengaruhi keseimbangan elektrolit. Salah satu contoh aquaretik
agent adalah satavaptan8.
albumin tinggi seperti putih telur dan tidak mengkonsumsi zat yang bersifat
merusak hati seperti alkohol15.
Hal lain yang harus diedukasikan kepada pasien adalah ketika terapi
mengalami kegagalan dan menjelaskan kepada pasien untuk segera menemui
dokter. Pada kebanyakan kasus gagal fungsi hati memiliki prognosis yang buruk.
Sehingga pasien harus di edukasi mengenai seluruh komplikasi yang berpotensi
fatal dan tanda serta gejala yang dapat dikenali pada tahap awal.
1.9 Prognosis
Prognosis pasien dengan asites akibat penyakit pada hati tergantung pada
penyakit yang mendasari, seperti tingkat kesembuhan dari suatu penyakit dan
respon terhadap pengobatan10. Hal ini disebabkan oleh proses perjalanan penyakit
yang kronis dan progresif. Pada pasien dengan asites sekunder pada gagal hati,
memiliki tingkat mortalitas hingga 2 tahun apabila tidak dilakukan pengobatan15.
Terapi parasentesis bersifat aman dan efektif dalam mengurangi jumlah
cairan mulai dari kecil hingga sedang. Tetapi, prosedur ini beresiko menyebabkan
infeksi pada abdomen dan bisa menyebabkan penurunan tekanan darah atau shock
sehingga tidak sesuai dilakukan pada pasien dengan asites berat. Peritoneo-venous
shunt efektif dalam mengurangi asites tetapi dengan resiko mortalitas hingga 30%
pada saat operasi10.
16
BAB 2
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESIS
Autoanamnese Alloanamnese
ANAMNESIS PENYAKIT
Keluhan utama : Perut membesar
Deskripsi :
- Hal ini dialami os sejak 4 bulan yang lalu, semakin lama perut semakin
membesar. Perut membesar dirasakan semakin menyesak. Riwayat
bengkak seluruh tubuh (-), riwayat kaki bengkak (+) pada os, hal ini
dialami os 1 kali ketika os dalam perjalanan jauh
- BAK (+) normal, riwayat BAK keruh (-), BAK seperti teh pekat (-), BAK
seperti cucian daging (-), sakit saat BAK (-), BAB (+) normal, BAB
kehitaman (-), mual (+), muntah (-), muntah bercampur darah (-), muntah
berwarna kehitaman (-), nafsu makan menurun.
- Riwayat demam (-), batuk (-), keringat malam (-), penurunan BB (-), nyeri
perut (-), haid (+) normal, riwayat perdarahan dari kemaluan diluar haid
disangkal os, riwayat keluar cairan berbau pada kemaluan disangkal oleh
os
17
- Riwayat sesak nafas pada waktu beraktivitas (-), terbangun tengah malam
karena sesak (-), mengambil posisi setengah duduk untuk mengurangi
sesak (-).
- Os sudah pernah berobat ke rumah sakit luar dan didiagnosa dengan sakit
kuning.
- Os juga telah memeriksakan dirinya ke ahli kandungan dan dinyatakan
tidak ada tanda-tanda keganasan ataupun kelainan pada organ reproduksi
- Os menderita hipertensi sejak 9 tahun yang lalu. Tekanan darah tertinggi
sebesar 200 mmHg. Os tidak teratur minum obat hipertensi. Riwayat
diabetes melitus (-)
RPT : Hipertensi
RPO :-
Polifagi :- Lain-lain :-
Saraf Pusat Sakit Kepala :- Hoyong :-
Lain-lain :-
Darah dan Pembuluh darah Pucat :- Perdarahan :-
Petechiae :- Purpura :-
Lain-lain :-
Sirkulasi Perifer Claudicatio Intermitten :- Lain-lain :-
ANAMNESIS FAMILI : -
TB-100 BB : 61,6 kg
BW = 106,2 %
IMT = 24,67 kg/m2 (overweight)
KEPALA :
Mata : konjunctiva palp. inf. pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-),
pupil isokor, ki=ka, reflex cahaya direk (+)/indirek(+), kesan = normal
19
LEHER :
Struma tidak membesar, pembesaran kelenjar limfa (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain: (-)
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Simetris, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi
Nyeri tekan :-
Fremitus suara : suara fremitus kanan = kiri, kesan melemah pada kedua
lapangan bawah paru
Iktus : Iktus kordis tidak terlihat, pelebaran (-)
Perkusi
Paru
Sonor memendek pada lapangan bawah kedua paru
Batas paru-hati R/A : ICR V/VI dextra
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICR III
Batas kiri jantung : 1 cm medial Linea Mid Clavicularis Sinistra
Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra
20
Auskultasi
Paru
Suara Pernapasan : vesikular melemah pada lapangan bawah kedua
paru
Suara tambahan :-
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, T1 > T2, A2 > A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-)
HR : 87 x/i, reguler, intensitas cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis, tidak ada ketinggalan bernapas
Palpasi : Suara fremitus kanan = kiri, melemah pada kedua lapangan bawah
paru
Perkusi : Sonor memendek pada kedua lapangan bawah paru
Auskultasi : Suara pernapasan : vesikular melemah pada kedua lapangan
bawah paru
Suara tambahan : (-)
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris membesar
Gerakan lambung/usus : tidak terlihat
Vena kolateral : (-)
Caput medusae : (-)
Hernia Umbilikal : (-)
Palpasi
Dinding Abdomen : soepel
Undulasi : (+)
21
HATI
Pembesaran : sulit dinilai
Permukaan : sulit dinilai
Pinggir : sulit dinilai
Nyeri tekan : (-)
LIMFA
Pembesaran : sdn, Schuffner : sdn, Haecket : sdn
GINJAL
Ballotement : (-), Kiri/Kanan, lain-lain : (-)
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Pekak hati : (-)
Pekak beralih : (+)
Auskultasi
Peristaltik usus : normoperistaltik
Lain-lain : double sound (+)
PINGGANG
Nyeri ketuk sudut kosto vertebra (-), Kiri/kanan (-)
INGUINAL : tdp
GENITALIA LUAR : edema labia mayor (-)
PEMERIKSAAN COLOK DUBUR (RT)
Perineum : tdp
Spincter Ani : tdp
Lumen : tdp
Mukosa : tdp
Sarung tangan : tdp
22
Abdomen:
Inspeksi : Simetris, Perut membesar
Palpasi : Hepar tidak teraba undulasi (+)
Perkusi : Shifting dullness (+)
Auskultasi : double sound (+)
Darah : Kemih :
Leukosit: 11,95x103/mm3 Warna : kuning jernih
Eritrosit : 3,80x106/mm3 Protein : (-)
Hematokrit : 35,80 Reduksi : (-)
Monosit : 11,9% Bilirubin : (-)
LABORATORIUM
Albumin:1,8 g/dL Urobilinogen : (-)
RUTIN
Natrium : 123 mEq/L Sedimen
K : 4,6 mEq/L Eritrosit : 1-2 /lpb
Cl : 96 mEq/L Leukosit : 1-2 /lpb
Silinder : (-)
Epitel : 0-1 /lpb
1. Asites non sirotik ec Meigh Syndrome, DD TB
Peritoneal, Hipoalbumin, Sindroma Nefrotik,
Malignancy
DIAGNOSA BANDING
2. Efusi pleura bilateral ec Meigh Syndrome DD
Tuberculosis, Hipoalbumin,
3. Hipertensi terkontrol
Asites non sirotik ec Meigh Syndrome, DD TB
DIAGNOSA
Peritoneal, Hipoalbumin, Sindroma Nefrotik,
SEMENTARA
Malignancy
Aktivitas : tirah baring, aktivitas ringan-sedang
Diet : MB TKTP ekstra putih telur
Tindakan suportif : IVFD
Medicamentosa :
PENATALAKSANAAN IVFD NaCl 0,9 % 10 gtt/I mikro
Inj. Furosemide 1 amp/8jam
Substitusi albumin
Pantau UOP
Balance cairan 500cc
25
BAB 3
FOLLOW UP HARIAN DI RUANGAN
RENCANA AWAL
NO. RM 6 3 9 5 4 8
Nama Penderita: Kosto Maria Gultom
Rencana yang akan dilakukan masing-masing (meliputi rencana untuk diagnosis,
penatalaksanaan dan edukasi)
No. Masalah Rencana Rencana terapi Rencana Rencana
Diagnosa Monitoring Edukasi
1. Asites non Urinalisis, Feses Non - Lab - Batasi
sirotik ec rutin, USG farmakologis : - Klinis konsumsi
Meigh Abdomen, CT- - Tirah baring cairan
Syndrome, DD Scan Abdomen, - Diet MB - Batasi
TB Peritoneal, Foto thoraks, TKTP konsumsi
Hipoalbumin, Viral Marker garam
Sindroma (HbSAg, Anti Farmakologis : - Perbanyak
Nefrotik, HCV), LFT - IVFD NaCl makan
Malignancy lengkap, RFT, 09% 10 gtt/I makanan
2. Efusi pleura Elektrolit, micro yang
bilateral ec Analisa, - Inj. mengandung
Meigh Sitologi, dan Furosemide banyak
Syndrome DD Kultur Cairan 1 amp/8 jam albumin
Tuberculosis, Asites, SAAG, - Substitusi seperti putih
Hipoalbumin Tumor Marker albumin 5 telur
3. Hipertensi (CA 19-9, CA fls - Memantau
terkontrol 125), ADA, berat badan
Albumin post dan lingkar
substitusi perut setiap
hari
27
28
P
Tanggal S O A
Terapi Diagnostik
28 04 Perut Sens : CM Asites non sirotik - Ti - Foto Thorax
2015 membesar TD : 100/70 Hasil foto thorax :
sd dialami os 4 HR : 112 rah baring - tampak perselubungan di
30 4 bulan ini. RR : 22 - Diet MB TKTP rongga abdomen
2015 Riwayat kaki T : 37,0 - IVFD NaCl 0,9% 10gtt/i - Diafragma kanan letak
bengkak (+), UOP : 2400 cc micro tinggi dibanding kiri
Riwayat - Inj. Furosemide 1 amp/8
hipertensi (+) Pemeriksaan Fisik : jam - Konsul obgyn
Mata : conj.palpebra pucat - Subs. Albumin : Ginekologi tidak ada
(-/-), ikterus (-/-) (3-1,8)x60x0,8 = 59,6; 2 fls kelainan. Sampai saat ini
Leher : TVJ R-2 cmH2O, - Diet MB E = 2100 kal, P tidak dijumpai kelainan di
KGB (-) = 77,05 gr, L = 68 gr, KH = bagian obgyn
Thorax : Sp : vesikuler, St 290 gr Anjuran : CT-Scan
- - CT-Scan whole abdomen
Abdomen : simetris - Dilakukan punksi cairan dengan kontras
membesar, H/L/R sulit asites sebanyak 2 liter dan - USG Abdomen
dinilai diperiksa sebanyak 3 spuit
Ekstremitas : oedem (+/+) untuk pemeriksaan analisa, Hasil USG Abdomen :
sitologi, kultur cairan asites. Hati
Lab : Warna cairan kuning (+) - Permukaan: irreguler
Hematologi : - pinggir : tumpul
Hb 12,60 g%, RBC - ukuran : mengecil
3,80x106/mm3, WBC - parenkim : homogen
11,95x103/mm3, Ht kasar
35,80%, PLT - ascites : (+)
29
Kimia Klinik
Albumin 1,8 g/dL, ureum
25,00 mg/dL, kreatinin
0,51 mg/dL, Na 123
mEq/L, K 4,6 mEq/L, Cl
96 mEq/L
1 05 Perut Sens : CM Ascites ec SH - Tirah baring Hasil CT-Scan :
2015 membesar (+) TD : 100/60 - Diet MB TKTP Kesimpulan :
sd HR : 92 - IVFD D 5% 10gtt/i - Asites massif dengan
5 05 RR : 21 threeway floating bowel dan organ
2015 T : 36,3 - Inj. Furosemide 1 amp/8 intraabdomen
UOP : 3000 cc jam - Organ organ
Pemeriksaan Fisik : - Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam intraabdomen lainnya
Mata : conj.palpebra pucat - Spironolakton 4 x 100 mg dalam batas normal
(-/-), ikterus (-/-) - Propanolol 2 x 10 mg
Leher : TVJ R-2 cmH2O, - Lactulac Syr 30 cc/12 jam
KGB (-) - Inj. Vit K/hari selama 3
Thorax : Sp : vesikuler, St hari
30
- - Aminoleban 1 fls/hari
Abdomen : simetris - Subs Albumin
membesar, H/L/R sulit - Punksi cairan asites
dinilai
Ekstremitas : oedem (+/+)
Lab :
Hematologi :
Hb 10,30 g%, RBC
3,24x106/mm3, WBC
7,42x103/mm3, Ht 3050%,
PLT 149x103/mm3, MCV
94,10 fL, MCH 31,80 pg,
MCHC 33,80 g%, RDW
14,90%, MPV 9,40 fL,
PCT 0,22%, PDW 9,6 fL,
Neutrofil 36,00%,
Limfosit 36,40%, Monosit
14,70%, Eosinofil 12,10%,
Basofil 0,80%
Kimia Klinik
Albumin 1,4 g/dL, ureum
34,60 mg/dL, kreatinin
1,10 mg/dL, Na 130
mEq/L, K 3,3 mEq/L, Cl
104 mEq/L
31
BAB 4
DISKUSI
TEORI KASUS
Asites yang ditandai dengan perut membesar karena rongga yang Pada kasus didapati pasien dengan penurunan nafsu makan
berisi cairan lama kelamaan akan menyebabkan penekanan pada dan mual sering muncul
traktus gastrointestinal sehingga menyebabkan anoreksia
Pada penyakit hati kronis/sirosis hepatis ditandai dengan hipertensi Pada kasus tidak didapati tanda tanda penyakit hati
portal dengan adanya splenomegali, bendungan vena-vena dinding kronis/sirosis hepatis
perut, hernia umbilikal, adanya ikterus, spider nevi, eritema Palmaris,
muka abu-abu, atrofi testis atau ginekomasti pada laki-laki, dll
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan berupa pemeriksaan Pada kasus sudah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
radiologis (foto rontgen dada dan abdomen, USG, CT Scan) dan membantu menegakkan dignosis. Pemeriksaan yang sudah
laboratorium (hematologi rutin, fungsi ginjal dan urinalisis) dilakukan berupa hematologi rutin, fungsi ginjal, urinalisis,
foto rontgen dada dan abdomen, USG abdomen dan CT
Scan abdomen.
Penatalaksanaan non farmakologis : tirah baring, restriksi garam, Pada kasus didapati tatalaksana non farmakologis yang
Large Volume Paracentesis, Transjugular Intrahepatic Portosystemic diberikan adalah tirah baring, diet tinggi kalori tinggi
Shunt, Peritoneovenosus Shunt, Trasplantasi Hepar protein, dan paracentesis
Penatalaksanaan Farmakologis : Spirnolakton, Furosemide, terapi Pada kasus didapati tatalaksana farmakologis yang diberikan
kombinasi spironolakton dan furosemide adalah terapi kombinasi spironlakton dan furosemide,
propanolol, lactulac, vitamin K, aminoleban, cefotaxim
32
BAB 5
KESIMPULAN
Ibu Kosto Maria Gultom, usia 49 tahun, menderita asites ec sirosis hepatis
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Feldman, M., 2010. Ascites and spontaneous bacterial peritonitis, 9th Edition ofGastrointestinal and Liver Disease. Sounders
& Elsevier, pp: 1517-1578
2. Krige J.E.J., Beckingham I.J., 2011. Portal hypertension - 2. Ascites, encephalopathy, and other conditions. BMJ 322 : 416
3. Park F., Kravetz, D., 2010. Ascites. Available from :
http://gastro.ucsd.edu/fellowship/Documents/Ascites-Park022310.pdf
4. Hou W., Sanyal A.J., 2010. Ascites : Diagnosis and Management. Med Clin N Am 93 : 801-817
5. Sood, R., 2009. Ascites : Diagnosis and Management. Journal of Indian Academy of Clinical Medicine 5 (1) : 81-89.
6. Rodes J. Pathogenesis and treatment of ascites. J Intern Med 1996; 240: 111-4.
7. Sood, R, 2010. Ascites : Diagnosis and Management. Journal of Indian Acaemy of Clinical Medicine. 5(1) : 81 83
8. Kin-Kong LI, M., 2009. Management of Ascites. The Hongkong Medical Buletin. 4(1) : 27 29
9. Kuiper, J.J., DeMan, R.A., Van Buuren, H.R., 2007. Review Article : Management of Ascites and Associated Complications
In Patients With Cirrhosis. Aliment Pharmacol Ther. 26(2) : 183 193
10. Shah, R., 2014. Ascites. Available from : emedicine.medscape.com/article/170907-treatment [Accesed May 1, 2015]
11. Puppala, S., 2014. Transjugular Intrahepatic Portosystemic Shunt. Available from :
emedicine.medscape.com/article/1423244-overview#a17 [Accesed May 1, 2015]
12. Fauci, A.S., Longo, D.L., 2008. Harrisons Principles of Internal Medicine 17th Ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
13. Tanto, C., Liwang, F., Hanifati, S., Pradipta, E.A., 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Jakarta : Media
Aesculapius
34
14. Sudoyo, A.W., Setiohadi B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid I.
Jakarta: Interna Publishing
15. Sherlock, S., Dooley J., 2002. Disease of the Liver and Biliary System 11th Ed. London: Blackwell Science Ltd a Blackwell
Publishing Company
16. Mimidis, K., Ritis, K., Kartalis, G., 2005. Peritoneal Tuberculosis. Annals of Gastroenterology. 18 (3):325-329
17. Godong, B., 2013. Patofisologi dan diagnosis asites pada anak. J Indon Med Assoc. 63 (1) 32-35