Sunteți pe pagina 1din 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah pendidikan berhubungan dengan hidup dan kehidupan
manusia. Oleh karenanya proses pendidikan terus berkembang seiring dengan
perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Bahkan pada hakikatnya kedua
proses itu menyatu dalam proses kehidupan manusia. Dan keduanya tidak
terpisahkan.Berjalannya pendidikan tidak lepas dari adanya sarana prasarana,
peserta didik, dan tenaga kependidikan.
Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan
diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Yang
termasuk kedalam tenaga kependidikan terbagi dalam tiga kelompok besar,
yaitu:

1) Kepala satuan pendidikan, yaitu orang yang diberi wewenang dan


tanggung jawab untuk memimpin satuan pendidikan tersebut (dalam hal
ini adalah Kepala Sekolah/Madrasah, Rektor, Direktur, serta istilah
lainnya)
2) Pendidik, yaitu tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya seperti
guru, dosen, tutor, konselor, pamong
belajar, instruktur, fasilitator, Ustadz/dzah, dan sebutan lainnya, dan
3) Tenaga Kependidikan lainnya, orang yang berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara tidak
langsung terlibat dalam proses pendidikan, diantaranya: Tata Usaha,
penjaga laboratorium, pustakawan, dan lainnya.
Pembahasan kali ini fokus terhadap tenaga pendidik yakni seorang guru.
Sudah tidak perlu diperdebatkan lagi bahwa guru adalah sosok yang
memegang peranan vital dalam kesuksesan belajar mengajar. Gurulah yang
memegang peranan penting terutama dalam implementasi kurikulum didalam
kelas. Karena sasaran utama sebuah perubahan kurikulum adalah perbaikan

1
kualitas siswa, maka yang menentukan keberhasilannya adalah proses
pembelajaran yang dipimpin langsung oleh guru.
Di antara beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa, faktor pendidik atau guru mendapat perhatian utama, karena baik
buruknya pelaksanaan suatu kurikulum pada akhirnya bergantung pada
aktifitas dan kreatifitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan arahan
kurikulum tersebut. Maka dari itu, profesionalisme seorang guru selalu
dituntut dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Profesionalitas
seorang guru tidak lepas dari kualifikasi dan kompetensi yang dimiliki
seorang guru.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apakah kualifikasi seorang guru mempengaruhi terhadap kompetensi
seorang guru?
2. Bagaimana kompetensi seorang guru dalam perubahan kurikulum saat ini?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh kualifikasi seorang guru terhadap kompetensi
seorang guru.
2. Untuk mengetahui kompetensi seorang guru dalam perubahan kurikulum
saat ini.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis: sebagai pendidik, penulis dapat mengembangkan kompetensi
yang sudah dimiliki agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan
baik.
2. Bagi pembaca: dapat menambah wawasan betapa pentingnya kualifikasi
dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Kompetensi dan Kualifikasi yang Harus Dimiliki Seorang Guru


Ilmu pengetahuan dan Teknologi, baik sebagai substansi materi ajar
maupun piranti penyelenggaraan pembelajaran, terus berkembang. Dinamika
ini menuntut guru untuk selalu meningkatkan dan menyesuaikan
kompetensinya agar mampu mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran
yang actual dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, dan teknologi
pembelajaran terkini. Karena dengan cara itulah guru akan mampu
manyelenggarakan pembelajaran yang berhasil mengantar peserta didik
memasuki dunia kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan menjawab tantangan
pada zamannya.
Kompetensi guru juga dinilai penting sebagai alat seleksi dalam
penerimaan calon guru, serta pedoman pembinaan dan pengembangan tenaga
guru. Kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat
perilaku guru yang penuh arti. Kompetensi merupakan seperangkat tindakan
inteligen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu. 1Menurut UU Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru
dan dosen dinyatakan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme guru. Guru yang
profesional adalah guru yang kompeten atau berkemampuan. Ciri-ciri guru
yang professional: 1) memiliki pendidikan, keahlian dan ketrampilan tertentu
agar dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, (2) standar kompetensi
sesuai dengan tuntuta kinerja sebagai guru professional, (3) sertifikasi dan
lisensi sebagai tanda kewenangan meaksanakan tugas sebagai guru

1
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru),
( Bandung: Remaja Rosdakarya., 2013), hlm. 5.

3
professional, (4), kode etik guru yang mengatur perilaku guru baik sebagai
pribadi maupun anggota masyarakat, (5) pengakuan masyarakat yang
menggunakan jasa guru melalui pemberian kedudukan social, proteksi jabatan,
penghasilan dan status hukum yang lebih baik, dan (6) organisasi profesi guru
yang mewadahi anggotanya dalam mempertahankan, memperjuangkan
eksistensi dan kesejahteraan serta pengembangan professional guru.
Adapun kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan kompetensi sosial.2 Kompetensi
pedagogik mencakup konsep kesiapan seorang guru mengajar, yang
ditunjukkan oleh penguasaan pengetahuan dan keterampilan mengajar.
Kompetensi ini sering dimaknai sebagai kemampuan mengelola pembelajaran.
Kompetensi kepribadian berupa kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa,
arif, berwibawa, dan akhlak mulia, sehingga menjadi teladan. Kompetensi
profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
serta metode dan teknik yang digunakan seorang guru. Kompetensi sosial
merupakan kemampuan untuk berinteraksi di dalam/ luar lingkungan sekolah.
Guru merupakan pendidik profesional, maka dari itu para guru
dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik minimal S1/D4 yang relevan dan
menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Kualifikasi menyangkut
kecakapan individu untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dengan
persyaratan minimal yang ditentukan.3 Kualifikasi tersebut dibuktikan dengan
ijazah dan persyaratn yang relevansi mengacu pada jenjang pendidikan dan
mata pelajaran yang dibina. Pemenuhan persyaratan penguasaan kompetensi
kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional dan kompetensi
sosial dibuktikan dengan sertifikat guru.

2.2 Prinsip Prinsip Pembelajaran

Dalam perencanaan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dapat


mengungkap batas-batas kemungkinan dalam pembelajaran. Dalam

2
Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter ( Strategi Membangun Kompetensi &
Karakter Guru), ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012 ), hlm. 109.
3
Siswanto, Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm.
35.

4
melaksanakan pembelajaran, pengetahuan tentang teori dan prinsip-prinsip
belajar dapat membantu guru dalam memilih tindakan yang tepat. Banyak teori
dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan
yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar
tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat
digunakan sebagai dasar dalam upaya pembelajaran. Prinsip-prinsip itu
berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan
langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan atau penguatan,
serta perbedaan individual.4
a. Perhatian dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari
kajian belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya
perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984: 355).
Disamping perhatian, motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan
aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi
pada mobil (Gage dan Berliner, 1984: 372).
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki
minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya
dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi
tersebut. Motivasi dapat bersifat internal maupun eksternal.
b. Keaktifan
Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan
dan aspirasinnya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan
juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain.
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan
dalam kerucut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang paling
baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
4
Rofiatul Hosna dan Samsul H.S, Melejitkan Pembelajaran Belajar dengan Prinsip-Prinsip,
( Malang: Intelegensia Media, 2015), hlm. 206-207.

5
pengalaman langsung siswa yang tidak hanya mengamati secara langsung
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Pada teori Psikologi Asosiasi atau Koneksionisme mengungkapkan bahwa
belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan
pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang
timbulnya respons benar. Pengulangan dalam belajar akan melatih daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berfikir yang akan membuat
daya-daya tersebut berkembang.
e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka
timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut.
f. Balikan atau Penguatan
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam
ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia
terdorong untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif.
g. Perbedaan Indiviual
Siswa yang merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang
siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang
lainnya. Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa.

6
2.3. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar
a. Perhatian dan Motivasi
Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Siswa dituntut untuk memberikan Merangsang atau menyiapkan baha
perhatian terhadap semua asar yang menarik. Mengkondisikan
rangsangan yang mengarah kearah proses belajar aktif. Mengupayakan
tujuan belajar. Adanya tuntutan pemenuhan kebutuhan siswa di
untuk selalu mem-berikan perhatian dalam belajar (misalnya kebutuhan
ini, menyebabkan siswa harus untuk dihargai, tidak merasa
membangkitkan per-hatiannya tertekan)
kepada segala pesan yang
dipelajarinya.
Tabel 1. Perhatian dan Motivasi
b. Keaktifan
Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Berwujud perilaku-perilaku seperti Memberikan kesempatan melakukan
mencari sumber informasi yang pengamata, penyelidikkan atau
dibutuhkan, menganalisis hasil inkuiri dan eksperimen. Serta
percobaan, ingin tahu hasil dari memberikan tugas indivual dan
suatu reaksi kimia, karya tulis, kelompok melalui control guru.
membuat klipping dan perilaku
lainnya.
Tabel 2. Keaktifan

c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Dengan keterlibatan langsung ini Menggunakan media secara
secara logis akan menyebabkan langsung dan melibatkan siswa
siswa memperoleh pengalaman. untuk melakukan berbagai
Contohnya siswa melakukan reaksi percobaan atau eksperimen.
kimia pada suatu zat.
Tabel 3. Keterlibatan langsung/berpengalaman

7
d. Pengulangan
Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Implikasi adanya prinsip Merancang kegiatan pengulangan
pengulangan bagi siswa adalah dan mengembangkan soal-soal
kesadaran siswa untuk bersedia latihan dan bervariasi.
mengerjakan latihan-latihan yang
berulang untuk satu ma-cam
permasalahan. Dan semoga siswa
tidak merasa bosan dalam
melakukan pengulangan

Tabel 4. Pengulangan

e. Tantangan
Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Implikasi prinsip tantangan bagi Memberikan tugas-tugas pemecah
siswa adalah tuntutan yang dimiliki masalah kepada siswa.
dan kesadaran pada diri siswa akan
adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses, dan
mengolah pesan. Siswa juga harus
memiliki keingintahu-an yang besar
terhadap segala permasa-lahan yang
dihadapi.
Tabel 5. Tantangan

f.Balikan atau Penguatan


Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Segera mencocokkan jawaban Memberikan kepada siswa jawaban
dengan kunci jawaban, dan yang benar, serta mengoreksi
menerima ke-nyataan terhadap nilai sekaligus membahas pekerjaan
yang dicapai. siswa.
Tabel 6. Balikan atau tantangan

8
g. Perbedaan Individual
Implikasi Bagi Siswa Implikasi Bagi Guru
Menentukan tempat duduk di kelas, Para siswa harus terus didorong
menyusun jadwal pelajaran. dalam memahami potensi dirinya
dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan
suatu kegiatan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perubahan Kurikulum dan Persoalan Guru


a. Urgensi Perubahan Kurikulum
Rencana perubahan kurikulum tentu tidak bisa melupakan profesi
guru, karenanya proses perubahan tersebut harus disikapi secara kritis dan
diikuti dengan cermat. Tujuannya perhatian publik tidak tersita pada
perdebatan di ranah hilir kebijakan yang tidak menyentuh pembaruan
pendidikan secara mendasar.
Perubahan atau penyempurnaan kurikulum yang terjadi di Indonesia
selalu dibarengi dengan argumen-argumen ilmiah, pendekatan mutakhir
lengkap dengan teori belajar terbaru, dan rasional-rasional yang tidak
terbantahkan. Selalu ada alasan lain yang mengiringi perubahan kurikulum
di Indonesia, namun salah satu alasan yang sering diwacanakan ketika
perubahan kurikulum terjadi adalah penyesuaian dengan perkembangan
zaman.
Alasan politis sering kali juga menjadi penyebab perubahan atau
penyempurnaan kurikulum. Memahami KTSP (kurikulum Tingkat Satuan
pelajaran) sebagai konsekuensi otonomi sekolah akibat pembagian
kekuasaan antara pusat dan daerah (otonomi daerah) berikut landasan-
landasan hukum (UU Sisdiknas dan Standar Nasional Pendidikan) dan
filosofi konstruktivisme yang mendasari, sesungguhnya belum tuntas
dipahami para guru. Kesempatan besar untuk merancang kurikulum yang
khas masing-masing sekolah sejalan dengan visi-misi sekolah, sekarang ini
justru masih terbelenggu oleh pemenuhan administrasi akibat
penyempurnaan-penyempurnaan kebijakan yang tiada habis-habisnya dan
tuntutan profesionalisme guru berikut kewajiban-kewajiban
administrasinya.
b. Menyambut Perubahan Kurikulum
Karena sasaran utama sebuah reformasi kurikulum adalah perbaikan
kualitas siswa, maka yang menentukan keberhasilannya adalah proses

10
yang langsung dipimpin oleh guru. Dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran dengan landasan kurikulum yang baru, guru pasti akan
dipengaruhi oleh cara mereka mengaplikasikan proses pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang sebelumnya. Untuk sampai pada tingkat
penerapan di kelas, maka guru akan menentukan tujuan pada tingkat
satuan di kelas, menentukan teknik mengajar, menentukan materi ajar,
sebagai alat mencapai tujuan, serta membuat alat ukur untuk mengevaluasi
keberhasilan apa yang diajarkan.
Seperti apakah gambaran guru mengajar saat ini? Sejumlah fakta
temuan di lapangan menunjukkan bahwa pada umumnya guru di Indonesia
masih menganut pola ajar buku teks dan menghabiskan isinya. Sebagian
besar guru mengandalkan buku teks yang diterbitkan oleh berbagai
perusahaan penerbitan. Bahkan dokumen kurikulum atau KTSP nyaris tak
tersentuh. Rencana pelaksanaan pembelajaran pun nyaris sekadar menjadi
dokumen pelengkap akreditasi. Ketika masuk kelas guru lantas meminta
siswa membuka buka dan kemudian menerangkan bagian yang menurut
guru perlu diterangkan dan diakhiri dengan meminta siswa mengerjakan
soal-soal. Pada umumnya kita tidak melihat adanya proses interaksi yang
mengaktifkan siswa berpikir kritis.
Fenomena kurikulum 2013 yang disuarakan untuk menyiapkan anak-
anak agar mampu bersaing di abad ke-21 tampaknya masih jauh dari
harapan. Sedikitnya ada tiga alasan penting kenapa kurikulum2013 tidak
dapat mencapai sasaran yang dicanangkan. Yang pertama tentunya proses
pengembangan kurikulum yang tidak didahului oleh riset yang
menyeluruh. Selanjutnya adalah anggapan bahwa dengan dibuatkannnya
silabus dari pusat maka guru tidak akan repot lagi menyusunnya sendiri.
Dan terakhir adalah pengutamaan penyusunan materi ajar sebagai salah
satu solusi atas kesuksesan implementasi kurikulum. Tiga hal tersebut di
atas kiranya adalah penyebab tidak mungkin tercapainya tujuan
pengembangan kurikulum 2013 yang dimaksud menyiapkan anak-anak
untuk siap bersaing secara global.

11
Desain besar perubahan kurikulum tentunya tidak bisa melupakan
salah satu unsur terpentingnya, yaitu guru. Beberapa permasalahan yang
timbul seiring dengan kebijakan perubahan kurikulum harus disikapi
dengan bijak dan dianalisa kritis. Berikut adalah pohon masalah yang
menggambarkan permasalahan global pendidikan pada guru dan sebab-
akibatnya.

Tidak ada Sertifikasi Otda=otonomi


Kualifikasi formal bermasalah pendidikan
kurikulum guru

Arah & pendidikan guru Upaya Motivasi hanya Kepentingan Politis


belum jelas eksternal

Perubahan kurikulum tidak


sejalan dengan peningkatan
kualitas guru

Menurunnya
Kualifikasi rendah UN bermasalah moral siswa

Guru tidak paham


esensi kurikulum

3.2 Pendidikan Finlandia Sebagai Contoh Sistem Pendidikan Terbaik


a. Sistem pendidikan Finlandia
Finlandia adalah negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia.
Berdasarkan survei Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2000 dengan membandingkan pelajar usia 15 tahun dari
berbagai negara, Finlandia meraih peringkat teratas. Survei itu
membandingkan pelajar usia 15 tahun dari berbagai negara pada bidang
baca-tulis, matematika, dan sains.
Survei yang dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh Organization for
Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2009
menempatkan pelajar Finlandia tetap nyaris teratas pada ketiga kompetensi
tersebut. Sementara itu survei global mengenai kualitas hidup oleh

12
Newsweek, Finlandia ditasbihkan sebagai negara dengan kualitas hidup
nomor satu di dunia.
Berikut adalah karakteristik sistem pendidikan Finlandia yang terbaik di
dunia.
1) Pilihan Sekolah Sedikit dan Semua Dikelola Pemerintah
Mulai sekolah setingkat TK sampai perguruan tinggi, pelajar-pelajar
Finlandia bersekolah di sekolah negeri.Hanya ada sedikit sekolah
swasta di Finlandia, dan bahkan semuanya dibiayai pemerintah.Tidak
ada yang diperbolehkan untuk membebankan biaya sekolah.
Variasi pilihan sekolah di Finlandia sangat sedikit. Di sana, pilihan
sekolah tidak lagi menjadi prioritas utama. Kunci kesuksesan
Finlandia dalam memperbaiki sistem pendidikannya adalah mereka
tidak mengejar keunggulan akademis (excellence), tapi kesetaraan
(equity).
Setiap anak harus memiliki kesempatan yang sama untuk belajar,
tanpa melihat latar belakang keluarga, pendapatan, atau lokasi
geografis. Pendidikan utamanya bukanlah cara untuk menghasilkan
individu yang cerdas, tetapi sebagai alat untuk meratakan kesenjangan
sosial. Keunggulan akademis bukanlah prioritas khusus bagi
Finlandia, tetapi Finlandia berhasil menciptakan keunggulan
akademik melalui fokus kebijakan pada kesetaraan.
Finlandia menyediakan sekolah yang sehat dan lingkungan yang aman
untuk anak-anak.Mereka menawarkan semua anak makanan sekolah
gratis, akses mudah ke perawatan kesehatan, konseling psikologis, dan
bimbingan individual.
2) Tidak Ada Kompetisi di Sekolah Finlandia
Sistem pendidikan Finlandia juga tidak mengenal istilah
kompetisi dan sistem peringkat.Tidak ada daftar sekolah terbaik atau
guru terbaik di Finlandia.Pendorong utama dari kebijakan pendidikan
bukanlah persaingan antar guru dan antar sekolah, tapi kerjasama.
Siswa dengan development disorder ataupun penyandang cacat
diletakkan pada kelas yang sama dengan siswa umum lainnya. Mereka

13
tidak mengukur prestasi hanya untuk memberi label pada siswa.
Finlandia memandang kompetisi dalam lingkungan pendidikan
merupakan konsep yang destruktif.Mental anak dapat dihancurkan
oleh evaluasi terus-menerus dan membuat anak-anak kurang percaya
diri dengan kemampuannya. Bagi Finlandia, ketika anak-anak dapat
unggul pada apa yang mereka dapat lakukan dengan baik, bukan
diukur untuk memenuhi standar, mereka dapat menghasilkan performa
yang terbaik.
Anak-anak harus diberikan pendidikan sehingga mereka dapat
berkembang terlepas dari bakat mereka. Tujuan pendidikan
seyogianya dapat membentuk anak menjadi manusia yang lebih baik
yang menghargai diri mereka sendiri dan dapat bersosialisasi dalam
kehidupan tanpa berpikir bahwa mereka lebih 'pintar' atau sebaliknya,
tidak berharga.
3) Tidak Ada Ujian Standar, yang Ada Ujian Matrikulasi Nasional
Negara yang menerapkan kapitalisme di sistem pendidikannya
selalu terobsesi dengan pertanyaan berikut: Bagaimana cara
memantau kinerja siswa jika tidak diuji secara konstan? Bagaimana
bisa meningkatkan pengajaran jika tidak ada pertanggungjawaban ke
guru yang 'payah' atau tidak memberikan penghargaan pada guru yang
baik? Bagaimana cara menciptakan kompetisi dan melibatkan sektor
swasta? Bagaimana cara menciptakan variasi pilihan sekolah kepada
orang tua atau pelajar?
Jawaban dari realita Finlandia tampaknya bertentangan dengan
mindset orang Amerika ataupun para reformis pendidikan
lainnya.Finlandia tidak memiliki ujian nasional pada tiap jenjang
pendidikan.Yang ada hanyalah Ujian Matrikulasi Nasional yang
diambil pada jenjang sekolah menengah atas yang bersifat 'sukarela'.
Wajib belajar di Finlandia sendiri adalah antara usia 7-16 tahun. SD 6
tahun dan SMP 3 tahun.Setelah lulus SMP, siswa memiliki pilihan
boleh langsung masuk dunia kerja atau masuk sekolah persiapan
profesi atau gimnasium (setingkat sekolah menengah atas).Lulusan

14
sekolah menengah atas ini nantinya bisa lanjut lagi ke politeknik
ataupun universitas.Pada intinya, tidak ada UN SD dan SMP.
4) Kurikulum Pendidikan yang Fleksibel
Sekolah di Finlandia tidak terikat dengan kurikulum pendidikan
yang seragam. Sekolah tidak harus menerapkan kurikulum yang sama
dengan metode yang sama pada jadwal yang sama. Kementerian
Pendidikan meluncurkan "Kurikulum Dasar" yang fleksibel, semacam
panduan umum mengenai mata pelajaran apa yang harus diajarkan
dan tujuan yang harus dicapai di setiap tingkat kelas.
Kurikulum Dasar ini berlaku sebagai dasar untuk setiap sekolah
saat mereka mempersiapkan kurikulum sendiri, di mana mereka dapat
berkreasi menekankan pada pedagogi tertentu, nilai tertentu
(misalnya, sekolah hijau), keterampilan (seni, olahraga, bahasa), atau
isu-isu lokal (misalnya, sekolah multikultural).
Setiap kelas difasilitasi hingga 3 orang guru.Apa yang guru peroleh
dari pendidikannya memberi mereka berbagai macam metode
pengajaran yang dapat digunakan sesuka mereka. Keanekaragaman
dipandang sebagai kekuatan yang nyata dengan tidak mengisolasi
siswa yang berbakat.
Para siswa di Finlandia sangat menikmati belajar, selalu rindu
sekolah, tidak rela tidak sekolah hanya karena libur ekstra atau
sakit.Sekolah-sekolah di Finlandia sangat sedikit memberikan PR
(tidak lebih dari 1/2 jam waktu pengerjaan) dan lebih banyak
melibatkan siswanya dalam aktivitas yang lebih kreatif. Bisa
dikatakan guru lah kunci keberhasilan dari sistem sekolah Finlandia,
dan individualitas yang diperbolehkan dalam kelas. Para guru melihat
siswanya sebagai individu dengan kebutuhan yang berbeda: fokus
pada masing-masing anak dan kekuatan serta problem tiap anak.
5) Guru Memiliki Tanggung Jawab yang Besar
Guru-guru di sekolah negeri Finlandia mendapatkan pelatihan
khusus untuk dapat menilai siswa satu kelas menggunakan tes
independen yang mereka ciptakan sendiri.Setiap anak mendapatkan

15
kartu rapor tiap akhir semester, tapi rapor ini berdasarkan penilaian
individu oleh tiap guru.Secara berkala, Menteri Pendidikan memantau
kemajuan nasional dengan menguji beberapa sampel kelompok dari
sekolah yang berbeda.
Sistem ini memungkinkan dihasilkannya penilaian yang sangat
spesifik ke kemampuan tiap individu anak.Bukan sistem penilaian
umum yang mungkin kurang dapat menjangkau kemampuan spesifik
tiap anak. Guru dapat mengeluarkan kreatifitasnya untuk memberikan
perhatian khusus ke tiap anak. Guru jadi punya tanggung jawab dan
peran yang lebih besar.
Kadang seorang guru tahu apa yang harus dilakukan untuk
membantu siswanya tapi dibatasi oleh sistem sekolah yang
menyatakan bahwa lebih penting untuk bergerak lanjut mengikuti
kurikulum yang ada daripada memperlambat "hanya demi" siswa-
siswa yang membutuhkan waktu tambahan dalam menerima pelajaran.
Guru dan staf administrasi sekolah di Finlandia memiliki
martabat atau gengsi yang tinggi, gaji yang layak, dan banyak
tanggung jawab. Gelar Master (S2) diperlukan untuk menjadi guru.
Program pelatihan guru di Finlandia adalah salah satu sekolah
profesional yang paling selektif di negara ini.Jika terdapat guru yang
performanya buruk, tanggung jawab kepala sekolah untuk menangani
hal tersebut.
Kebijakan pendidikan lebih penting dalam menentukan
keberhasilan pendidikan negara daripada ukuran negara tersebut atau
keanekaragaman etnis di negara itu.20 tahun lalu Finlandia adalah
negara miskin yang bergantung pada sektor agrikultur.Namun, mereka
berhasil bangkit dan membutuhkan waktu hingga satu generasi setelah
mereformasi sistem pendidikan negaranya.
b. Standar Pendidik di Finlandia
1) Kualifikasi Guru di Finlandia
Profesi guru diatur di Finlandia dalam Keputusan Pengajaran
Kualifikasi 986/1998.(Keputusan Nomor 986/1998 tentang

16
persyaratan kualifikasi bagi personil pengajar dan perubahan
keputusan tersebut, SK No 865/2005.Kualifikasi untuk guru mata
pelajaran di Finlandia tergantung pada tingkatan sekolah.Untuk
menjadi guru mata pelajaran yang berkualitas di sekolah yang
komprehensif (Kelas 1 hingga 9) di Finlandia, seseorang harus telah
menyelesaikan :
a) Universitas tingkat yang lebih tinggi (gelar Master)
b) Pada studi paling dasar dan menengah atau setara dengan 60
kredit ECTS (35 minggu studi) dalam suatu mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah-sekolah yang komprehensif
c) 60 ECTS studi pedagogis guru
Untuk menjadi guru mata pelajaran yang berkualitas di sekolah
menengah atas di Finlandia, seseorang harus telah menyelesaikan :
a) Universitas tingkat yang lebih tinggi (gelar Master)
b) Setidaknya 120 kredit ECTS dalam satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah menengah atas dan setidaknya 60 kredit
dalam mata pelajaran lain .
c) Minimal memiliki 60 ECTS untuk studi pedagogis guru
Agar memenuhi syarat untuk mengajar di sebuah sekolah dasar
Finlandia, guru juga harus memiliki kompetensi yang sangat baik
pada penguasaan bahasa Finlandia atau Swedia).Di sekolah
menengah atas kebutuhan kompetensi guru harus memiliki
kompetensi bahasa swedia/finladia. Peraturan tersebut diatur dalam
keputusan yang sama s untuk kualifikasi umum (SK 986/1998,
Keputusan 865/2005).

c. Kebijakan pemerintah Finlandia untuk guru (sistem pendidikan)


Berikut 7 Kebijakan mengenai Pendidikan Terbaik pada Finlandia
a) Seleksi Pengajar Yang Ketat
Di negara Finlandia pengajar artinya profesi terhormat dan
membanggakan. Guru artinya profesi yang diidamkan oleh para
pemuda. Seleksi buat mengajar di suatu sekolah sangat ketat.Calon guru

17
dengan ijazah S-1 hanya 5% yang diterima & calon pengajar dengan
ijazah S-2 20% diterima.Dengan seleksi pengajar yang ketat, terjadilah
guru-pengajar berkualitas. Dengan guru yang berkualitas maka akan
tercipta pulalah pendidikan yang berkualitas.
b) Gaji Tinggi
Taukah anda berapa gaji pengajar di Finlandia ? Honor guru di
Finlandia ialah 40 juta perbulan. Hal tadi mengantarkan honor pengajar
tertinggi ke-lima pada dunia. Sebelum menjadi pengajar tentunya
mereka harus masuk dalam fakultas keguruan terlebih dahulu.Di
Finlandia buat masuk ke fakultas keguruan lebih sulit dibandingkan
dengan masuk ke fakultas kedokteran.
c) Pendidikan Anak Usia Dini
Otoritas pendidikan pada Finlandia mempercayai 90% pertumbuhan
otak terjadi pada usia balita, sehingga masa ini menjadi strategis buat
mengoptimalkan kerja otak. Finlandia terus mempersiapkan pendidikan
anak buat lebih baik. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan titik berat
pendidikan di Finlandia. Mulai ajak Anak Anda ke PAUD.
d) Kurikulum yang Konsisten
Kurikulum di negara pendidikan terbaik pada dunia ini telah semenjak
lama mempersiapkan kurikulum mereka. Pendidikan di Finlandia
jarang mengganti kurikulum pendidikannya.Mereka terkesan tak mau
coba-coba terhadap kurikulum yang baru. Dengan demikian tak akan
terjadi kebingungan antara guru dan anak didik, & fokus pada tujuan
pendidikan tercapai. Bagaimana dengan kurikulum pendidikan pada
Indonesia? Semoga menjadi lebih baik.
e) Meminimalisir ujian
Pemerintah Finlandia percaya Bila ujian banyak itu hanya akan
memfokuskan siswa dalam nilai sekedar lulus. Pendidikan Finlandia
membimbing murid untuk lebih mandiri, terampil, cerdas, dan
kemampuan mencari liputan secara independen.Contoh pembelajaran
pada Finlandia mendorong anak didik buat lebih cerdas dan berdikari.

18
f) Tak terdapat Ranking
tak terdapat ranking membentuk mental siswa Finlandia kuat. Seolah-
olah tidak terdapat diskriminasi, dan pada Finlandia tidak terdapat kelas
unggulan. Penilaian didasarkan dalam bagaimana mereka mengerjakan
tugas,& bukan pada benar atau salahnya jawaban. Penilaian didasarkan
pada usaha mereka mengerjakan tugas.Acara remedial ialah waktu
murid memperbaiki kesalahannya.Para siswa berusaha buat membawa
sekolah sebagai aktivitas yang menyenangkan.
g) Biaya Pendidikan Ditanggung Negara
Biaya pendidikan di Finlandia ditanggung oleh negara.Dengan
penduduk hanya 5 juta jiwa pemerintah sanggup menanggung biaya
pendidikan sebanyak 200 ribu euro.Biaya tadi per anak didik sampai
menuju perguruan tinggi. Jadi keluarga miskin dan kaya mampu
merasakan kesempatan belajar yang sama.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendidikan terbaik berawal dari kualitas guru atau staff Guru yang
berkompetensi/ berkualitas. Dengan guru yang berkualitas maka akan
menghasilkan pulalah peserta didik (siswa) yang berkualitas. Reformasi
pendidikan harus dimulai dengan peningkatan kualitas guru.
Tulisan ini didasari kerangka berpikir bahwa betapapun pentingnya
kurikulum, fungsinya adalah perangkat pengajaran semata. Faktor gurulah
yang seharusnya dijadikan fokus kebijakan peningkatan mutu pendidikan.
Perubahan kurikulum kendati sesering apapun hanya akan berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan jika faktor-faktor yang lebih krusial telah
mendukung upaya itu.

4.2. Saran

Dalam perubahan kurikulum, sebaiknya guru lebih mengembangkan


dan meningkatkan kualifikasi dan kompetensinya supaya bisa meningkatkan
mutu pendidikan terutama meningkatkan kualitas peserta didik

20
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan


Cendekia. 2010.
Barizi, Ahmad dan Muhammad Idris. Menjadi Guru yang Unggul: Bagaimana
Menciptakan Pembelajaran yang Produktif & Profesional. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media. 2013.
Hosna, Rofiatul dan Samsul.Hosna. Melejitkan Pembelajaran Belajar dengan
Prinsip- Prinsip. Malang: Intelegensia Media. 2015.
http://www.slideshare.net/12345go/prinsip-prinsip-belajar-29624544 di akses
pada 4 januari 2016.
http://www.sekolahdasar.net/2013/03/karakteristik-sistem-pendidikan-
terbaik.html#ixzz3wWotPTkw di akses pada 4 januari 2016.
Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2013.
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak
Indonesia Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta. 2007.
Samani, Muchlas, dkk. Mengenal Sertifikasi Guru di Indonesia. SIC dan Asosiasi
Peneliti Pendidikan Indonesia. 2012.
Siswanto. Etika Profesi Guru Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Salsabila Putra
Pratama. 2013.
Wibowo, Agus dan Hamrin. Menjadi Guru Berkarakter (Strategi Membangun
kompetensi & Karakter Guru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.

21

S-ar putea să vă placă și