Sunteți pe pagina 1din 12

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

SISTEM SARAF

DI SUSUN OLEH :

EKA SYAFRIZAL ( O 111 10 256)


MUH. YOGI WILDAN ( O 111 10 257)
ARYUNI INDAH SARI ( O 111 10 117)
DZUL HAERAH ( O 111 10 272)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
PENDAHULUAN

Sistem saraf terbagi atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Yang dimaksud dengan

sistem saraf tepi adalah semua serabut saraf yang berada di luar otak dan sum-sum tulang belakang.

Yang dimaksud dengan sistem saraf pusat adalah bagian dari sistem saraf yang mengkoordinasi

kegiatan dari semua bagian tubuh manusai/hewan. Saraf Pusat tersusun atas otak (enchepalon) dan

sum-sum tulang belakang (medulla spinalis). Otak mempunyai lima bagian utama yaitu otak besar

(cerebrum), otak tengah (mesencephalon), otak kecil (cerebellum), sum-sum sambung (medulla

oblongata), dan jembatan vatrol.

Otak besar (cerebrum) mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktifitas mental, yaitu

yang berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak,

walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna

kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area

motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area

asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,

menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar kedua area tersebut

dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih tinggi.

Otak tengah (mesencephalon) terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak

tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian

atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan

pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran. Otak kecil (cerebellum) mempunyai fungsi

utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila

ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin

dilaksanakan.
Jembatan varol (pons varoli)berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian

kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang. Sumsum sambung

(medulla oblongata) berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak.

Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,

tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar

pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain seperti bersin, batuk,

dan berkedip. Sum-sum tulang belakang (medulla spinalis) adalah korda jaringan saraf yang

terbungkus dalam columna vertebra yang memanjang dari medulla batang otak sampai area vertebra

lumbal pertama. Fungsi medulla spinalis yaitu mengendalikan berbagai aktivitas refleks dan

mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus assendens dan dessendens.
TUJUAN

Untuk mengetahui fungsi dari bagian-bagian susunan saraf pusat.

MATERI DAN METODE

ALAT DAN BAHAN

Alat diseksi

Papan fiksasi katak

Penjepit tulang

Statif

Larutan asam cuka 1%

Beker gelas

Stopwatch

Katak (Rana Sp)

CARA KERJA

1. Pengamatan aktivitas katak normal

a) Letakkan katak pada papan fiksasi kemudian lihat sikap badan (posisi tubuh

dan sudut yang dibentuk tubuh dengan papan fiksasi). Amati dan hitunglah

frekuensi nafas. Amati frekuensi denyut jantung/denyut nadi.

b) Gerakan spontan.

c) Keseimbangan (kemampuan hewan mencoba untuk bangkit kembali setelah

ditelentangkan dengan cepat).


d) Taruh katak di dalam ember yang berisikan air,perhatikan gerak katak saat

berenang.

e) Lalu angkat katak dan letakkan kembali di dalam fiksasi,perhatikan frekuensi

nafas, frekuensi denyut jantung/denyut nadi.

2. Katak Deserebrasi

a) Pegang katak dengan tangan kiri,ambil gunting yang kuat lalu masukkan salah

satu kaki gunting ke dalam mulut katak.

b) Gunting rahang atas katak dengan batas antara kelopak mata bagian belakang

dan membrane timpani bagian depan ( didapatkan katak deserebrasi )

c) Biarkan katak hilang shock setelah pemotongan rahang atas,berapa menit

lamanya keadaan shock akan hilang. Lalu letakkan pada papan fiksasi.

d) Amati kembali aktivitas katak.

3. Katak spinal

a) Katak deserebrasi kemudian dirusak serebelum dan medulla oblongatanya

dengan sonde.

b) Sonde dibatasi sepanjang dari tempat pemotongan 2.b sampai ke foramen

magnum, kemudian ditusukkan ke ventrikel otak dan diputar-putarkan

sehingga serebelum dan medulla oblongatanya rusak.

c) Didapatkan katak spinal. Letakkan katak pada papan fiksasi,amati sampai

berapa lama (detik/menit) sampai timbulnya aktivitas (hilangnya fase spinal

shock).
4. Pulihnya reflex-reflex

a) Gantung katak spinal pada statif dengan cara menjepit rahangnya sampai

penjepit tulang.

b) Rangsang mekanis

Jepitlah kaki belakang katak pakai pinset. Bila shock belum

hilang,katak tidak bereaksi,Tetapi shock telah hilang,katak akan

menarik kaki saat dijepit (melakukan reflex pelindung/withdrawal

reflex )

Adakalanya kakinya tetap diangkat,setelah menarik kakinya. Untuk hal

ini,jepitlah kaki lainnya, sehingga katak akan turunkan kakinya

kembali (penghambatan reflektorik)

Jepitlah lagi kaki pertama dengan lebih kuat. Katak akan menarik

kedua kakinya,bahkan kedua kaki depannya (iridiasi reflex)

Hitung berapa detik waktu yang diperlukan sejak saat dijepit sampai

saat menarik kakinya ( waktu reflex)

c) Rangsang kimia

Ambil larutan asam cuka 1% dan taruh dalam gelas piala,celupkan

salah satu kaki pada larutan tersebut. Sesaat kemudian,kaki tersebut

ditarik keluar oleh katak (reflex pelindung/withdrawal reflex)

Adakalanya kaki lainnya berusaha menghapus bekas asam (reflex

penghapus).

Jangan lupa untuk selalu membersihkan kaki dengan air setiap kali

dilakukan percobaan dengan bahan kimia.

Basahkan kulit perut/dada katak dengan asam yang tersedia.

Perhatikan apa yang dilakukan katak saat tersiram asam.


HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

1. Aktivitas Katak Normal

Frekuensi nafas = 31 X 4 = 124

Frekuensi denyut jantung = 23 X 4 = 92

Gerakan Spontan = Ada

Setelah berenang

Frekuensi nafas = 44 X 4 = 176/menit

Frekuensi denyut jantung = 27 X 4 = 108/menit

Gerakan Spontan = Ada

2. Deserebrasi

Shock hilang = 45 detik

Frekuensi nafas = 5 X 4 = 20/menit

Frekuensi denyut jantung = 14 X 4 = 56/menit

Gerakan Spontan = Tidak ada

3. Spinal

Shock hilang = 10 detik

Frekuensi nafas = 1 X 4 = 4/menit

Frekuensi denyut jantung = 16 X 4 = 64/menit

Gerakan Spontan = Tidak ada


4. Reflex

Secara Mekanis

Withdrawal Reflex = Katak tidak menarik kaki saat dijepit

Penghambatan Reflextorik = Katak tidak bereaksi pada saat penghambatan

reflextorik

Iridiasi Reflex = Katak tidak menarik kedua kaki belakang dan depan

Waktu reflex = Katak tidak bereaksi sehingga tidak ada waktu yang tercatat

Secara Kimia

Withdrawal Reflex = Katak tidak menarik kaki saat dijepit

Reflex penghapus = Katak tidak berusaha menghapus bekas asam

Tersiram asam = tidak ada reaksi

Waktu reflex = Katak tidak bereaksi sehingga tidak ada waktu yang tercatat.
Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum,Perlakuan katak dengan aktivitas normal masih agresif

menanggapi respon yang diberikan. Gerak spontan pada katak normal sangat agresif dilihat dari sikap

katak dalam mempertahankan posisi yang nyaman ketika posisi katak dirubah arahnya. Katak dapat

mempertahankan keseimbangan dirinya dengan sangat baik. Pada saat katak dubah posisinya, katak

dengan cepat mempertahankan kembali posisnya. Kemampuan berenangnya pun baik. Ketika katak

dimasukkan ke dalam baskom berisi air, katak tersebut langsung menunjukkan kemampuan

berenangnya ditunjukkan dengan posisi tangan dan kakinya sejajar dan kuat dalam melakukan

gerakan berenang. Frekuensi bernafas pada katak normal menunjukkan frekuensi yang cukup tinggi

dengan hasil Frekuensi nafas katak normal sebelum diberikan aktivitas berkisar 124/menit dan setelah

diberikan aktivitas berenang nafas katak meningkat 176/menit. Secara keseluruhan katak normal

ditinjau dari responnya terhadap rangsangan luar sangat bagus. Hal ini disebabkan pada katak normal

masih dalam kondisi saraf lengkap. Pusat pengaturan frekuensi nafas terletak di medula oblongata

(Guyton, 1995) dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih stabil. Sedangkan gerak spontan

diatur oleh medulla spinalis.

Katak desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan ini

menyebabkan kemampuan dari katak berkurang. Dapat dibuktikan dengan berkurangnya gerakan

spontan yang dilakukan oleh katak ketika diberikan perlakuan berupa pemindahan posisi dari posisi

awal katak. Kemudian ketika katak dimasukkan kembali kedalam baskom berisi air, katak tersebut

masih memiliki kemampuan untuk berenang dengan baik seperti pada keadaan normal. Frekuensi

nafas pada katak deserebrasi mengalami penurunan yang cukup drastis dengan jumlah frekuensi

sebanyak 20/menit.

Katak spinal adalah katak yang sudah telah dirusak Cerebellumnya dan medulla oblongata.

Hal ini berhubungan dengan system respirasi, ritmis jantung dan aliran darah. Dari hasil pengamatan

diketahui bahwa frekuensi pernafasan dan frekuensi denyut jantung semakin berkurang. Selain itu

juga terjadi perubahan pada gerak spontan, keseimbangan dan kemampuan berenang pada katak.
Gerak spontan pada katak spinal semakin lambat, dan hilangnya keseimbangan badan dan

kemampuan berenang pada katak.

Katak juga diberikan perlakuan secara mekanis dan kimiawi dengan menjepit kaki atau

rahang katak dan juga pemeberian asam cuka 1%. Perlakuan kali ini tidak menimbulkan respon

apapun dari katak. Ada beberapa kesalahan yang dilakukan pada pengamatan ini. Seharusnya katak

masih memberikan respon terhadap perilaku mekanis dan kimiawi yang diberikan namun pada

pengamatan praktikan tidak terjadi respon apapun oleh katak. Kesalahan ini bisa dikarenakan

kurangnya ketelitian saat pengrusakan cerebellum dan medulla atau kurangnya ketelitian praktikan

saat mengamati respon katak.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, disimpulkan bahwa Sistem saraf adalah sistem organ

pada hewan yang terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan

esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunter dan involunter organ atau jaringan

tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. fungsi serebrum adalah kesadaran,

gerakan spontan, posisi istirahat, rasa nyeri. Fungsi medulla oblongata adalah

pengendali pernafasan. Serebellum berperan dalam keseimbangan. Medulla spinalis

berperan dalam refleks dan tonus otot. Pengendalian denyut jantung dipengaruhi oleh pacemaker.
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, F.William. 1995.Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi II. Jakarta : EGC.
. Penerjemah H. M Djuahari Wdjokusumah. Terjemahan dari review off Medical Physiology.

Guyton, Arthur C. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 9. Jakarta : EGC.
Penerjemah Ken Ariata Tengadi. Terjemahan dari Textbook of Medical Physiology.

Sloane, Ethel. 1995. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Cetakan I. Jakarta : EGC. Penerjemah
James Veldman. Terjemahan dari Anatomy and Pdysilogy : An Easy Learner

http://pakdokterhewan.wordpress.com/2010/03/29/pemberian-obat-pada-hewan-coba/

http://zianarmie.wordpress.com/2011/02/09/sistem-syaraf/

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf

http://www.scribd.com/doc/25488771/Sistem-Saraf-Pusat

S-ar putea să vă placă și