Sunteți pe pagina 1din 12

PENDAHULUAN

Tinea corporis adalah suatu penyakit kulit menular yang menyerang daerah kulit
tak berambut yang disebabkan jamur dermatofita spesies Trichophyton,
Microsporus, Epidermophyton. Dari tiga golongan tersebut penyebab tersering
penyakit tinea corporis adalah Tricophyton rubrum dengan prevalensi 47% dari
semua kasus tinea corporis. Tinea corporis merupakan infeksi yang umum terjadi
pada daerah dengan iklim tropis seperti Negara Indonesia dan dapat menyerang
semua usia terutama dewasa.1,2,3
Penegakan diagnosis tinea corporis berdasarkan gambaran klinis, status
lokalis dan pemeriksaan penunjang. Keluhan yang dirasakan penderita biasanya
gatal terutama saat berkeringat. Keluhan gatal tersebut memacu pasien untuk
menggaruk lesi yang pada akhirnya menyebabkan perluasan lesi terutama di
daerah yang lembab. Kelainan kulit berupa lesi bentuk bulat atau lonjong,
berbatas tegas, terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan
papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Pada pemeriksaan
mikroskopis kerokan lesi dengan larutan kalium hidroksida (KOH) 10%
didapatkan hifa. 1,2
Penegakan diagnosis penting untuk memberikan terapi yang adekut agar
tidak terjadi penyulit berupa kekambuhan, reaksi alergi, hiperpigmentasi, maupun
infeksi sekunder yang membuat penderita menjadi tidak kunjung sembuh. Berikut
ini dilaporkan satu kasus tinea korporis. Pembahasan akan menekankan pada
penegakan diagnosis pasien.1,3
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Tn. T
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Gatep, Ampenan
Agama : Islam
Waktu Pemeriksaan : 02 Desember 2013

Anamnesis

Keluhan Utama :
Gatal di ketiak

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Kota Mataram pada tanggal 2
Desember 2013 dengan keluhan gatal di ketiak sejak 4 bulan. Pertama
kali gatal muncul di bagian perut dan selangkangan sekitar 1 tahun yang
lalu yang kemudian menyebar sampai ke kedua ketiak. Awalnya hanya
berupa bintik-bintik kemerahan yang kemudian semakin meluas. Keluhan
gatal dirasakan semakin memberat terutama setelah berkeringat dan
menggunakan deodoran. Deodoran selama ini tidak pernah diganti, selalu
jenis yang sama. Pasien pernah mengobati keluhannya ini dengan
menggunakan salep (lupa nama salep) dan obat-obatan cina namun
keluhan tidak berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Pasien
menyangkal adanya riwayat alergi baik pada makanan ataupun obat-
obatan. Riwayat asma ataupun sering bersin di pagi hari tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :

2
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa disangkal oleh pasien. Riwayat
asma (-), sering bersin dipagi hari (-), alergi makanan dan obat-obatan (-)
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis
Keadaan Umum : baik
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6

Status Dermatologis

Regio axilla dextra et sinistra dan periumbilikalis : tampak plak eritema berbatas
tegas dengan tepi polisklik dikelilingi papul eritema multiple (tepi aktif) dan
tertutup skuama tipis di atasnya.

Diagnosis Banding

1. Tinea korporis
2. Dermatitis Kontak Alergi e.c deodoran
3. Pitiriasis Rosea
4. Psoriasis Vulgaris

Pemeriksaan Penunjang

1. Kerokan kulit dengan KOH 10%

2. Biakan pada Sabouroud Dekstrose Agar

Diagnosis Kerja

Tinea korporis

Tatalaksana

~ Antihistamin: cetirizine 10 mg 1x/hari


~ Griseovulfin 500 mg PO 1x/hari selama minimal 3 minggu

3
~ Ketokonazole krim dioleskan 2x/hari selama minimal 2 minggu

Edukasi

~ Menyarankan kepada pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan tidak
menghentikan pengobatan tanpa seizin dokter
~ Memeliharan dan menjaga kebersihan
~ Menggunakan pakaian yang menyerap keringat, tidak ketat, dan menghindari
kulit lembab
~ Tidak menggunakan pakaian atau handuk secara bergantian atau bersama-
sama dengan anggota keluarga lain.
Prognosis

~ Qua ad Vitam : bonam


~ Qua ad Sanationam : bonam
~ Qua ad Kosmetikam : bonam

4
PEMBAHASAN

Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut


(glabrous skin). Keluhan yang dirasakan penderita biasanya gatal dengan kelainan
kulit berupa lesi bentuk bulat atau lonjong, berbatas tegas, terdiri atas eritema,
skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya
biasanya lebih tenang. Kadang-kadang dapat terlihat erosi dan krusta akibat
garukan. Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi dengan pinggir yang
polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang bergabung menjadi satu.1,2

Gambar 1. Tinea korporis2


Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien kasus ini,
didapatkan gejala dan tanda yang mengarahkan diagnosis kepada tinea korporis.
Pasien pada kasus ini memiliki keluhan gatal yang memberat ketika berkeringat
dan menggunakan deodoran. tampakan lesi kulit juga khas seperti tampakan lesi
tinea korporis dimana pada pasien didapatkan gambaran plak eritema berbatas
tegas dengan tepi bentuk polisiklik yang dikelilingi papul eritema multipel, tepi
terlihat lebih aktif dan terdapat pula skuama tipis di atasnya. Diagnosis banding
pada kasus ini yaitu DKA, pitiriasis rosea dan psoriasis.
DKA penyebabnya yaitu bahan kimia sederhana dengan berat molekul
umumnya rendah (<1000 dalton), merupakan alergen yang belum diproses disebut
hapten, bersifat lipofilik, sangat reaktif, dapat menembus stratum

5
korneumsehingga mencapai sel epidermis di bawahnya (sel hidup). Penderita
umumnya mengeluh gatal. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa
yang berbatas tegas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula.
Pemeriksaan fisik sangat penting karena dengan melihat lokasi dan pola kelainan
kulitnya sering kali dapat diidentifikasi penyebabnya. Pada pasien ini lesi kulit
terdapat di bagian ketiak, perut dan selangkangan. Kemungkinan diagnosis DKA
berkurang dikarenakan tempat kelainan lesi juga terdapat di bagian lain tubuh
yang tidak terkena deodoran yang dicurigai sebagai bahan kontaktan.4

Gambar 2. Dermatitis kontak alergi5


Pitiriasis Rosea dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema dan
skuama halus, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular, dengan
diameter kira-kira 3 cm. Selanjutnya lesi akan memberikan gambaran yang khas
dengan susunan yang sejajar dengan costa hingga menyerupai pohon cemara
terbalik. Tempat predileksi di badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha atas.
Pada pasien ini tidak terdapat tampakan khas pitiriasis rosea dengan lesi inisial
dan tampakan pohon cemara terbalik. 6,7,8

6
Gambar 3. Pitiriasis Rosea7

Psoriasis yang penyebabnya masih tidak diketahui juga memiliki lesi kulit
berupa plak eritematosa yang sirkumskripta dan tersebar merata, ditutupi oleh
skuama tebal, berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih mengkilat seperti mika.
Jika skuama digores menunjukkan tanda tetesan lilin. Pada psoriasis terdapat 2
fenomena, yaitu Koebner dan Auspitz. Predileksi penyakit ini biasanya pada
perbatasan daerah scalp dan wajah, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku
dan lutut, serta daerah lumbosakral.6

7
Gambar 4. Psoriasis9

Jika dilakukan pemeriksaan penunjang dengan memeriksa sediaan langsung


kerokan kulit yang ditetesi larutan KOH 10% maka untuk tinea korporis yang
merupakan infeksi oleh dermatosis akan tampak hifa, sebagai gambaran dua garis
sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora)pada
kelainan kulit yang lama dan/atau sudah diobati. Pemeriksaan dengan pembiakan
diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk
menentukan spesies jamur. Pemeriksan ini dilakukan dengan menanamkan bahan
klinis pada media buatan yaitu medium agar dekstrosa sabouraud.1
Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu griseofulvin oral dan
ketokonazole krim. Pengobatan untuk tinea korporis secara topikal dapat
diberikan salah satu dari golongan allilamin, imidazol, tolnaftat, butenafine,
ciclopirox. Sedangkan untuk sistemik yang biasanya digunakan yaitu flukonazol,
itrakonazol, terbinafin atau griseofulvin. Ketokonazol merupakan turunan
imidazol sintetik yang bersifat lipofilik dan larut dalam air pada pH asam.
Ketokonazol digunakan untuk pengobatan dermatofita, pitiriasis versikolor,

8
kutaneus kandidiasis, dan dapat juga untuk pengobatan dermatitis seboroik. Obat
ini bekerja dengan cara menghambat 14--dimetilase pada pembentukan
ergosterol membrane jamur. Obat tinea korporis griseofulvin merupakan obat
yang bersifat fungistatik. Obat ini bekerja dengan cara masuk ke dalam sel jamur
yang rentan dengan proses yang tergantung energi. Griseofulvin berinteraksi
dengan mikrotubulus dalam jamur yang merusak serat mitotik dan menghambat
mitosis. Obat ini berakumulasi di daerah yang terinfeksi, disintesis kembali dalam
jaringan yang mengandung keratin sehingga menyebabkan pertumbuhan jamur
terganggu. Terapi harus dilanjutkan sampai jaringan normal menggantikan
jaringan yang terinfeksi dan biasanya membutuhkan beberapa minggu sampai
bulan. Obat ini digunakan untuk pengobatan infeksi tinea yang berat yang tidak
respons terhadap obat-obat anti fungi lainnya. Resistensi obat ini terjadi karena
sistem asupan tergantung energi. Untuk efek sampingnya, obat ini dapat
menyebabkan hepatotoksisitas. Efektivitas griseofulvin dan terbinafin pada suatu
penelitian dibandingkan tidak berbeda secara signifikan. Subgrup dari infeksi
Trichophyton merespon lebih baik dengan pemberian terbinafin, sedangkan
infeksi M. Audouinii merespon lebih baik dengan griseofulvine. Pada pasien ini
dipilih griseofulvin karena lebih mudah untuk didapatkan, tersedia bentuk generik
dan lebih murah. Selain itu diberikan antihistamin cetirizine untuk simptomatis
mengurangi keluhan gatal.1,2,10

9
KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus tinea korporis. Diagnosa didapatkan


berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diperlukan pemeriksaan penunjang
dengan kerokan kulit yang ditetesi KOH 10% untuk menegakkan diagnosis dan
biakan agar Sabouraud Dextrose Agar untuk menentukan spesies jamurnya.
Pengobatan yang diberikan untuk kasus diatas adalah pengobatan dengan anti
jamur topikal dan oral dengan ketokonazol dan griseovulfin, dan diberikan
antihistamin cetirizine untuk mengurangi gatal.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu


Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta; 2011. Hal.89-106.

2. Verma S, Heffernan MP. Superficial Fungal Infection: Dermatophytosis,


Onychomycosis, Tinea Nigra, Piedra. In: Wolff K, et al. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-Hill : New
York; 2008.p.1807-1822
3. Ermawati Y. Penggunaan Ketokonazol pada Pasien Tinea Corporis. Fakultas
kedokteran Universitas Lampung. Medula Unila.2013;1(3):82-91
4. Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta; 2011.hal.129-
153
5. Cohen DE, Jacob SE. Allergic Contact Dermatitis. In: Wolff K, et al.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-
Hill : New York; 2008. p.135-145
6. Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M,
Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam, Cetakan Kedua.
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta; 2011.
Hal.189-203.

7. Blauvelt A. Pityriasis Rosea. In: Wolff K, et al. Fitzpatricks Dermatology in


General Medicine. Seventh Edition. McGraw-Hill : New York. 2008. p.366-
368.

8. Murtiastutik D, dkk. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kedua.


Dep./SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Unair/RSUD Dr.Soetomo:
Surabaya; 2009.

11
9. Gudjonsson JE, Elder JT. Chapter 18: Psoriasis. In: Wolff K, et al.
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Seventh Edition. McGraw-
Hill : New York. 2008. p.169-193.

10. Menkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :


302/Menkes/SK/III/2008 Tentang Harga Obat Generik. Menkes RI. 2008.

12

S-ar putea să vă placă și

  • Abang SVT Jantung
    Abang SVT Jantung
    Document33 pagini
    Abang SVT Jantung
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Case I Thypoid TABEL COWO
    Case I Thypoid TABEL COWO
    Document54 pagini
    Case I Thypoid TABEL COWO
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Case I Thypoid TABEL COWO
    Case I Thypoid TABEL COWO
    Document54 pagini
    Case I Thypoid TABEL COWO
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Refrat Load Ok
    Refrat Load Ok
    Document28 pagini
    Refrat Load Ok
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Document16 pagini
    Presentation 1
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Referat IPDarnis
    Referat IPDarnis
    Document32 pagini
    Referat IPDarnis
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Referat Interna Cacingppt
    Referat Interna Cacingppt
    Document28 pagini
    Referat Interna Cacingppt
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Bronko Pneumonia
    Bronko Pneumonia
    Document41 pagini
    Bronko Pneumonia
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • DF Dan Isk Tabel Cewe
    DF Dan Isk Tabel Cewe
    Document55 pagini
    DF Dan Isk Tabel Cewe
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Kasus Anestesi Umum Tuti Seli
    Laporan Kasus Anestesi Umum Tuti Seli
    Document41 pagini
    Laporan Kasus Anestesi Umum Tuti Seli
    AuLiaHumairah
    Încă nu există evaluări
  • Asma 31.10.16
    Asma 31.10.16
    Document38 pagini
    Asma 31.10.16
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Bronkitis 31.10.16
    Bronkitis 31.10.16
    Document40 pagini
    Bronkitis 31.10.16
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Tugas Jurnal Anastesi
    Tugas Jurnal Anastesi
    Document6 pagini
    Tugas Jurnal Anastesi
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Alat Bantu Dengar
    Alat Bantu Dengar
    Document25 pagini
    Alat Bantu Dengar
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • BRONKIOLITIS
    BRONKIOLITIS
    Document35 pagini
    BRONKIOLITIS
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Terjemah Jurnal Paru1
    Terjemah Jurnal Paru1
    Document6 pagini
    Terjemah Jurnal Paru1
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Bronkitis
    Bronkitis
    Document26 pagini
    Bronkitis
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Presentasi Palpebra
    Presentasi Palpebra
    Document23 pagini
    Presentasi Palpebra
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Tumor Paru
    Tumor Paru
    Document13 pagini
    Tumor Paru
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Kasus Keloid
    Laporan Kasus Keloid
    Document26 pagini
    Laporan Kasus Keloid
    Chintya Nur Faizah
    Încă nu există evaluări
  • Abang SVT Jantung
    Abang SVT Jantung
    Document33 pagini
    Abang SVT Jantung
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Jurnal Translate
    Jurnal Translate
    Document6 pagini
    Jurnal Translate
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Document16 pagini
    Presentation 1
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Case RM 1
    Case RM 1
    Document12 pagini
    Case RM 1
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Vertigo Edit
    Vertigo Edit
    Document29 pagini
    Vertigo Edit
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Case TC
    Case TC
    Document26 pagini
    Case TC
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Case TC
    Case TC
    Document26 pagini
    Case TC
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Case RM 2
    Case RM 2
    Document7 pagini
    Case RM 2
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări
  • Tugas THT Refrat
    Tugas THT Refrat
    Document17 pagini
    Tugas THT Refrat
    Arnis Putri Rosyani
    Încă nu există evaluări