Sunteți pe pagina 1din 10

Asam lemak Omega 3 meningkatkan fungsi endotel dan kekakuan arteri pada pasien

hipertensi dengan hipertrigliseridemia dan dengan risiko gangguan kardiovaskular

Abstrak

Hubungan antara hipertrigliseridemia dan penyakit jantung masih diperdebatkan. Tujuan studi
ini adalah untuk membandingkan efek omega 3 dan ciprofibrate pada struktur dan fungsi
vaskuler pada pasien hipertensi dengan hipertrigliseridemia terhadap risiko penyakit jantung.
29 pasien dewasa dengan kadar trigliserida 150-499 mg/dL dibagi dalam dua kelompok risiko
penyakit jantung, yaitu risiko rendah (<7,5%) dan risiko tinggi (>7,5%) , diberikan omega 3
1800 mg/dL atau ciprofibrate 100 mg/dL secara acak selama 12 minggu. Terapi ditukar setelah
selang 8 minggu. Evaluasi klinis dan uji vaskuler dinilai berdasarkan nilai awal dan stelah
tindakan. Tekanan sistolik pembuluh darah perifer (131 3 sampai 125 3 mmHg, P<0.5) dan
aorta (124 3 sampai 118 2 mg/dL, P<0.5) menurun dengan pemberian ciprofibrate pada
pasien dengan risiko rendah. Pada pasien dengan risiko tinggi, kecepatan gelombang denyut
berkurang (10.4 0.4 sampai 9.4 0.3 m/s, P<0.5) dan dilatasi meningkat (11.1 1.6 sampai
13.5 1.2%, P<0.5) dengan pemberian omega 3. Kesimpulannya, omega 3 memperbaiki
kekakuan arteri dan fungsi endotel, menunjukkan tentang pengaruh terapi tersebut terhadap
penuaan vaskuler, pada pasien dengan risiko tinggi.

Kata kunci : ciprofibrate, asam lemak omega 3, kekakuan arteri, risiko kardiovaskuler,
hipertrigliseridemia.

Pendahuluan

Peningkatan kadar trigliserida (TG) dapat memicu aterogenesis melalui peningkatan kadar
kolesterol total (TC), penurunan kadar kolesterol LDL dan peningkatan kadar kolesterol HDL.
Beberapa kondisi yang dapat dijelaskan sebagian adalah melalui peningkatan konversi
kolesterol LDL sangat rendah pada kolesterol LDL menjadi prokoagulan. Selain itu,
hipertrigliseridemia berhubungan dengan disfungsi dan inflamasi endotel, dan berdampak
terhadap kekakuan arteri.
Kekakuan arteri merupakan salah satu marker penyakit kardiovaskuler dan berhubungan
dengan outcome kardiovaskular yang buruk dengan prognosis yang buruk pada beberapa
populasi. Berbagai faktor risiko modifikasi multipel dijadikan sebagai strategi terapeutik utama
untuk memperbaiki kekakuan arteri pada populasi dengan risiko tinggi. Kecepatan gelombang
denyut (PWV) merupakan metode baku dan noninvasif untuk mengevaluasi kekakuan arteri,
dan dianggap sebagai indikator yang baik terhadap kerusakan vaskuler. Hal ini menunjukkan
hubungan antara kekakuan arteri, elastisitas, dan komplians (pemenuhan), dan dapat diterapkan
dengan mudah untuk mengevaluasi risiko kardiovaskuler.
Keputusan untuk memulai terapi farmakologi pada pasien dengan kadar TG antara 150-499
mg/dL harus dinilai secara individual berdasarkan risiko kardiovaskulernya. Upaya intervensi
dengan omega 3 dan fibrat dilaporkan dapat memperbaiki fungsi endotel pada pasien dengan
infark miokard akut, pada pasien dewasa dengan sindrom metabolik, dan diabetes tipe 2. Lebih
lanjut, studi prospektif acak lainnya menunjukkan bahwa terapi jangka pendek dengan asam
lemak omega 3 tidak berhubungan dengan penurunan signifikan terhadap PWV arteri populasi
masyarakat latin penderita hipertensi. Oleh karena itu, tujuan studi ini adalah untuk
membandingkan efek omega 3 dan ciprofibrat pada fungsi dan struktur vaskuler pada pasien
hipertensi dengan hipertrigliseridemia baik dengan risiko rendah maupun risiko tinggi terhadap
kardiovaskuler.

Metode dan alat

Populasi dan desain studi

Pasien diambil secara konsekutif dari klinik rawat jalan di institusi kami secara acak, terkontrol,
potong silang, dan prospektif. Populasi studi terdiri atas pasien hipertensi, kedua jenis kelamin,
usia 40-65 tahun, sedang menjalani terapi obat anti hipertensi secara teratur selama 4 minggu,
kadar plasma TG antara 150-499 mg/dL, tidak sedang diet profesional selama 6 bulan. Pasien
tersebut dibagi berdasarkan estimasi risiko penyakit aterosklerosis dalam 10 tahun kedalam
dua kelompok yaitu risiko rendah (<7.5%, n = 13), dan risiko tinggi (>7.5%, n = 16). Kriteria
eksklusi adalah diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung atau penyakit jantung
koroner, dislipidemia berat (kolesterol LDL > 160 mg/dL dan/atau kadar TG >500 mg/dL),
menggunakan statin, atau penggunaan alkohol dalam 6 bulan. Komite etik telah menyetujui
protokol studi dan seluruh responden telah membaca dan menandatangani informed consent.

Intervensi

Pasien dipilih secara acak untuk mendapat terapi aktif dengan omega 3 1800 mg/dL (60% asam
eicosapentaenoat dan 40% asam dokosaheksaenoat) atau ciprofibrat 100 mg/dL selama 12
minggu. Selang 8 minggu kemudian terapi ditukar. Tujuan terapi aktif ini adalah untuk
mengurangi kadar plasma TG sekitar 20%-50% dengan dibandingkan dengan kadar awal.
Penilaian nutrisi

Tinggi badan dan berat badan dihitung menggunakan skala elektrik dengan stadiometer, dan
indeks massa tubuh dihitung. Ukuran lingkar pinggang dihitung pada titik tengah antara rusuk
terbawah dengan sudut iliaka anterior superior, dan lingkar pinggul diukur berdasarkan pada
protuberantia maksimal.

Penilaian tekanan darah

Tekanan darah brakhii (BP) dan denyut nadi diukur dengan alat elektrik (Omron HEM 705CP)
pada tiap pasien saat istirahat selama 5 menit, dan nilai tersebut difunakan untuk analisis
statistik sebagai nilai rata-rata hasil penilaian selama 3 kali. Penggunaan obat antihipertensi
ditanyakan dan didaftarkan.

Analisis biokimia

Darah vena saat puasa dikumpulkan untuk mengukur TC, HDL, TG, dan glukosa darah dengan
alat autoanalyzer, kadar LDL dihitung dengan rumus Friedewald, saat kadar TG dibawah 400
mg/dL. Kadar non-HDL dihitung dengan menguraikan HDL dari kadar TC. Pemeriksaan
biokimia pada kreatinin dan kreatinin fosfokinase dilakukan pada seluruh responden. Insulin
diuji dengan immunoassay. Kemudian, dua indeks tak langsung dihitung untuk menilai
resistensi insulin dan fungsi sel beta dengan rumus sebagai berikut :

Penilaian model homeostasis (HOMA) = insulin (U/L) x (glukosa [mmol/L)/22.5), dan

HOMA = insulin (U/L) x 20/(glukosa [mmol/L) 3.5).

Penilaian risiko kardiovaskuler

Perhitungan risiko primer 10 tahun terkait penyakit aterosklerosis menggunakan persamaan


kohort Pooled (PCE) pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya yang berusia 40-
79 tahun berdasarkan pedoman asosiasi jantung amerika/ilmu kardiologi amerika. Pasien
dianggap berisiko tinggi jika nilai PCE >7.5%. Prediktor yang digunakan adalah usia, jenis
kelamin, ras, TC, HDL, tekanan sistolik, penggunaan obat anti hipertensi, diabetes dan riwayat
merokok. Usia vaskuler diestimasikan dengan tabel konversi berdasarkan prediksi 10 tahun
risiko penyajit jantung secara umum.
Dilatasi arteri brakhii

Dilatasi akibat aliran (FMD) dinilai dengan mengukur fungsi endotel. Vasodilatasi endotel
diukur dengan menggunakan USG resolusi tinggi 10 MHz. Responden diletakkan pada posisi
supine , dan setelah 10 menit istirahat, dilakukan pencitraan arteri brakhii diatas fosa antecubiti
dengan menggunakan transducer linear. Tiga pengukuran dilakukan dalam tiga siklus jantung
pada akhir diastole (gelombang R pada EKG), dan dilakukan penilaian rata-rata. Pada iskemik
dilakukan penggembungan manset 50 mmHg diatas nilai sistolik pasien selama 5 menit.
Diameter pembuluh darah maksimal direkam antara 30 dan 90 detik setelah manset dilepas,
dan FMD dihitung berdasarkan perubahan persentase diameter brakhii dari nilai awal.

Tonometri arteri perifer

Fungsi endotel juga dinilai dengan tonometri arteri perifer (PAT) dengan alat ENDO-
PAT2000. PAT merupakan metode non-invasif untuk menilai fungsi endotel mikrovaskuler
perifer dengan mengukur perubahan volume denyut arteri digiti selama hiperemia reaktif.
Probe diletakkan di jari telunjuk pads kedua tangan, dan manset tensimeter diletakkan pada
tangan non-dominan, sedangkan tangan sebelahnya sebagai kontrol. Perekaman secara
berkelanjutan terhadap respons volume denyut darah pada kedua tangan dinilai. Setelah 10
menit, manset tensimeter pada tangan non-dominan dipompa 60 mmHg diatas nilai sistolik.
Perubahan tonus arteri diperoleh melalui hambatn selama 5 menit pada arteri brakhii.
Kemudian, manset dilepaskan untuk memunculkan hiperemia reaktif, sedangkan perekaman
PAT diteruskan. Program komputer menganalisa indeks hiperemia reaktif dilakukan oleh
operator.

Parameter hemodinamik sentral

Tonometri applanation dilakukan dengan sistem sphygmoCor dengan posisi duduk, lengan
dibiarkan dalam kondisi istirahat, dengan sensor pada arteri radial. Tekanan augmentasi (AP)
dijelaskan sebagai perbandingan antara nilai puncak tekanan darah awal dan lambat. Indeks
augmentasi sentral (AIx) dijelaskan sebagai rasio antara AP dan denyut nadi, sesuai dengan
rumus: AIx = (AP/denyut nadi) x 100. Nilai AIx dikumpulkan dengsn meletakkan tonometer
pada arteri radial kanan. Alat tersebut menganalisa gelombang denyut untuk menghitung
gelombang tekanan aorta sentral. AIx berasal dari gelombang tekanan sentral dengsn
menghitung perbedaan antara gelombang utama dan gelombang pantul pada gelombang denyut
arteri sentral, disebutkan dalam bentuk persentase pada tekanan denyut sentral.
Kecepatan gelombang denyut

Pasien beristirahat selama 10 menit pada posisi supine di ruangan yang tenang dengan suhu
stabil untuk mengukur nilai PWV karotis-femoral dengan alat Complior. Berbicara atau tidur
dilarang dilakukan selama pemeriksaan, makan, minum, atau merokok dibolehkan selama 3
jam sebelum prosedur. gelombang denyut dilakukan secara transkutaneus dari arteri karotis
kanan dan arteri femoral. PWV aorta dihitung dengan membagi jarak tempuh (DT) dengan
waktu tempuhnya. Waktu tempuh dinilai dengan mengukur perbedaan waktu antara
munculnya gelombang denyut pada arteri karotis dan femoral. DT diestimasikan sekitar 80%
dari nilai jarak tempuh tersebut. PWV karotis-femoral dihitung dalam jarak (DT) dalam meter
dibagi dengan waktu transit dalam detik (PWV = DT/waktu transit). Rata-rata nilai tersebut
dihitung, dan ketika perbedaan antara keduanya lebih dari 0.5 m/s, pengukuran ketiga
dilakukan dan nilai median yang diambil.

Analisis statistik

Data dalam bentuk rata-rata standard error dari nilai rata-rata. Variabel kontinu dikumpulkan
pada nilai awal dan pada akhir studi dan dibandingkan dengan menggunakan uji T berpasangan
dengan tingkat kepercayaan 95%. Perbandingan nilai akhir pada kedua kelompok dinilai
dengan uji T Student independen. Variabel kategorik dibandingkan dengan menggunakan uji
Fisher exact. Nilai koefisien Pearson didapatkan pada uji hubungan antara variabel kontinu.
Berdasarkan efek intervensi pada fungsi endotel yang dinilai melalui FMD sebagai hasil
primer, ukuran sampel 26 responden diajukan dengan tingkat kekuatan studi sekitar 80% dan
kriteria signifikan (alfa) adalah 0.05. Seluruh hasil analisis statistik dilakukan dengan paket
statistik (SPSS versi 18).

Hasil

Dari 40 responden awal, 7 pasien tidak memiliki diagnosis hipertrigliseridemia yang


dikonfirmasi berdasarkan nilai awal dan 4 pasien gagal melengkapi seluruh rangkaian
intervensi. Kemudian didapatkan 29 pasien (45% risiko rendah dan 55% risiko tinggi), usia
rata-rata 54 tahun, dimasukkan dalam studi. 1 pasien mengalami masalah gastrointestinal
akibat konsumsi omega 3, tapi tidak ada yang berhenti menjalani terapi.

Karakteristik sosiodemografi, klinis, dan antropometri awal ditampilkan pada tabel 1. Sampel
sebagian besar mengalami overweight, non-perokok, dan banyak beraktivitas. Data obat
antihipertensi menunjukkan bahwa obat tersebut secara rutin diresepkan baik pada pasien
dengan risiko rendah maupun risiko tinggi adalah diuretik thiazid dan inhibitor RNA.
Kedua obat penurun kadar TG sangat efektif dalam menurunkan kadar TG dengan penurunan
sekitar 39% pada kelompok ciprofibrat dan 21% pada kelompok omega 3. Kenyataannya,
penurunan kadar TG lebih tampak pada kelompok ciprofibrat (-97 mg/dL vs. -95 mg/dL) ketika
dibandingkan dengan kelompok omega 3 (-59 mg/dL vs. -55 mg/dL).
Tekanan sistolik (131 125 mmHg, P<0.05), diastolik (84-79 mmHg, P <0.05), sistolik aorta
(124-118 mmHg, P<0.05), dan TC (204-179 mg/dL, P<0.05) menurun pada pasien dengan
risiko rendah yang diobati dengan ciprofibrat (tabel 2). Tidak ada perubahan signifikan pada
lingkar pinggang, indeks massa tubuh, glukosa darah puasa, dan kadar HDL pada kedua
kelompok.
Hanya pada pasien dengan risiko tinggi yang diobati dengan omega 3 menunjukkan penurunan
signifikan pada PWV karotis-femoral (10.4-9.4 m/s, P<0.05). Peningkatan signifikan pada
FMD tampak pada kelompok omega 3 baik pada pasien dengan risiko rendah (10.1%-13.5%)
dan risiko tinggi (11.1%-13.5%), namun ciprofibrat mampu meningkatkan FMD arteri brakhii
secara signifkan hanya pada kelompok risiko rendah (8.7%-14.0%, P<0.05) (gambar 2). Tidak
ada perbedaan indeks hiperemia signifikan yang tampak pada pasien hipertensi baik dengan
risiko rendah maupun risiko tinggi pada kedua terapi (tabel 2 dan 3). Kedua terapi sama
efektifnya dalam menekan penuaan vaskuler (82-79 tahun dengan omega 3 dan 81-76 tahun
dengan ciprofibrat, P<0.05) pada pasien dengan risiko tinggi.
Terapi dengan omega 3 pada pasien dengan risiko tinggi tampak hubungan yang lebih
signifikan terhadap risiko penyakit kardiovaskuler dengan TG/HDL (r = 0.87, P<0.001)
dan nonHDL (r = 0.81, P<0.001) ketika dibandingkan dengan ciprofibrat (r = 0.63, P<0.01
dan r = 0.67, P<0.01) (gambar 3).

Pembahasan
Pada uji acak klinis ini, efek metabolik dan vaskuler pada omega 3 dan ciprofibrat berbeda
antara pasien hipertensi dengan hipertrigliseridemia pada risiko rendah dan risiko tinggi. Hasil
utama kami adalah menunjukkan perbaikan kekakuan arteri dan fungsi endotel setelah 12
minggu pemakaian omega 3 pada pasien hipertensi dengan hipertrigliseridemia dan risiko
tinggi penyakit jantung.
Studi klinis menunjukkan bahwa omega 3 memberikan manfaat dalam menurunkan kadar TG
dan tekanan darah perifer. Namun, efek omega 3 terhadap kekakuan arteri masih
diperdebatkan, karena mekanismenya lebih dipengaruhi oleh lamanya pemberian terapi. Studi
terkait intervensi akut dengan omega 3 1 gr/hari yang dibandingkan dengan plasebo yang
diberikan pada 20 pasien sehat tampak bahwa terapi aktif dengan omega 3 tidak berpengaruh
terhadap PWV karotis-femoral dan AIx. Studi ini menyoroti perbedaan peranan dari terapi aktif
untuj hipertrigliseridemia dengan omega 3, yang melemahkan kekakuan arteri pada pasien
dengan risiko tinggi. Bukti saat ini menunjukkan bahwa PWV karotis-femoral, marker utama
kekakuan arteri, menjadi sangat penting untuk memperkirakan risiko penyakit jantung,
penurunan PWV dapat menjadi target utama pada terapi hipertrigliseridemia.
Walaupun masih kontroversi, hipertrigliseridemia berhubungan dengan peningkatan risiko
penyakit jantung dan aterosklerosis. Studi ini tidak menemukan bukti signifikan terkait
penurunan risiko penyakit jantung setelah 12 minggu pada terapi penurunan kadar TG baik
pada pasien dengan risiko tinggi maupun rendah, namun terdapat penurunan signifikan pada
usia vaskuler. Penuaan vaskuler berhubungan dengan peningkatan penyimpanan kolagen dan
kalsium yang menyebabkan kerusakan progresif pada elastisitas pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan perubahan fungsional dan terjadi peningkatan kekakuan arteri yang
memperburuk risiko penyakit jantung.
Mengingat bahwa risiko penyakit jantung secara umum dan estimasi usia vaskuler diperoleh
dengan metode berbeda pada studi ini, sangat penting dilakukan pemeriksaan berkelanjutan
pada pasien tersebut untuk mengevaluasi apakah terapi hipertrigliseridemia memiliki efek baik
pada penuaan vaskuler.
Walaupun studi observasional menunjukkan hubungan positif antara hipertrigliseridemia dan
mortalitas koroner, kurangnya bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan tunggal tersebut
dapat dijelaskan akibat terjadinya peningkatan kadar TG yang langsung diperoleh dengan
penurunan kadar HDL. Oleh karena itu, aterogenik potensial TG memiliki hubungan khusus
dengan perubahan yang berhubungan dengan lipoprotein plasma lainnya dan dengzn proses
metabolik yang terlibat pada transport dan ektivitas enxim dan reseptor. Selain perubahan pada
profil lipid, tampak juga hubungan antara hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, dan
tekanan darah tinggi. Walaupun hubungan sebab akibat antara faktor risiko tersebut belum
sepenuhnya dimengerti, mekanisme patofisiologi yang terlibat pada genesis dari hipertensi dan
dislipidemia secara langsung berhubungan dengan disfungsi endotel.
Studi ini menunjukkan perbaikan FMD dicapai dengan kedua terapi aktif tersebut pada pasien
dengan risiko rendah namun pada pasien dengan risiko tinggi hanya berpengaruh dengan terapi
omega 3 selama 12 minggu. Walaupun mekanisme pastinya belum sepenuhnya jelas, manfaat
darj omega 3 pada fungsi endotel muncul akibat dari kemampuannya menyatu dengan
membran fosfolipid, dengan secara perlahan mengganti asam arakidonat menjadi substrat awal
untuj menghasilkan eikosanoid anti inflamasi, sehingga menyebabkan penurunan inflamasi,
agregasi trombosit, dan vasokonstriksi. Berbagai studi kontrol acak telah menguji efek omega
3 terhadap kardiovaskuler dan pengaruhnya terhadap fungsi endotel. Terapi dengan omega 3
pada dosis 4 gr/hari menghasilkan perbaikan FMD signifikan dibandingkan dengan plasebo
pada pasien dengan hiperkolesterolemia. Sebaliknya, uji kontrol dengan plasebo secara double
blind pada 97 pasien diabetes tanpa penyakit jantung menunjukkan bahwa pemberian minyak
ikan 4 gr/hari tidak berpengaruh terhadap fungsi vaskuler seperti yang dilakukan oleh FMD.
Hasil studi yang sama juga terdapat pada pasien sehat dengan hipertrigliseridemia sedang
setelah membandingkan efek dosis omega 3 (3.4 gr/hari dan 0.85 gr/hari) terhadap fungsi
endotel yang dievaluasi melalui nilai FMD dan ENDOPAT.
Beberapa uji klinis lainnya melaporkan terjadi penurunan risiko penyakit jantung yang
berhubungan dengan penurunan kadar TG pada pasien yang diberikan terapi dengan turunan
obat asam fibrat, terutama ciprofibrat. Studi ini merupakan uji klinis pertama yang
menunjukkan efek metabolik dan vaskuler pads terapi ciprofibrat pada pasien hipertensi
dengan hipertrigliseridemia dibandingkan dengan omega 3. Fibrat merupakan salah satu dari
sekian banyak terapi untuk hipertrigliseridemia karena efeknya yang paling tampak jelas dalam
menurunkan kadar TG dengan meningkatkan aktivitas lipoprotein lipase dan oksidasi asam
lemak hepar saat menurunkan produksi apolipoprotein CIII dan sekresi LDL. Pada studi ini,
ciprofibrat 100 mg/hari dan omega 3 1800 mg/hari menurunkan kadar TG, hingga mencapai
nilai target. Selain itu, tidak ada perbedaan signifikan kadar TG yang tampak pada akhir terapi
dengan omega 3 dan ciprofibrat.
Uji klinis diperlukan untuk membandingkan keampuhan kelas obat antihipertensi yang berbeda
digabungkan dengan penurun lipid dan untuk mengkonfirmasi apakah kadar lipid yang lebih
rendah akan bermanfaat ketika digabungkan dengan penurunan tekanan darah. Studi ini
menunjukkan bahwa hanya terapi dengan ciprofibrat yang berpengaruh signifikan dalam
menurunkan tekanan darah pada pasien dengan risiko rendah. Selain perbaikan pada fungsi
endotel, omega 3 tidak mampu menurunkan tekanan darah secara signifikan pada pasien
dengan risiko rendah, sehingga lebih disarankan dengan ciprofibrat pada populasi ini.
Terapi terhadap gangguan metabolik penyerta seperti resistensi insulin harus dipertimbangkan
saat memberikan terapi hipertrigliseridemia. Studi ini menunjukkan bahwa nilai awal insulin
sama antara kedua kelompok, namun HOMA IR dan HOMA memiliki nilai lebih tinggi pada
kelompok omega 3 terhadap sensitivitas insulin dan kontrol glukosa masih belum jelas.
Beberapa uji klinis, melibatkan sejumlah dosis minyak ikan dan durasi studi yang lama,
menyimpulkan bahwa peningkatan kandungan fosfolipid membran otot hingga 14% pada
omega 3 dibutuhkan untuk mengubah sensitivitas insulin yang berhubungan dengan
metabolisme glukosa dan protein. Pada studi ini, tidak ada perbedaan terkait kada glukosa dan
insulin setelah 3 bulan pads terapi ciprofibrat dan hasil tersebut sesuai dengan studi
sebelumnya.
Analisis profil lipid memiliki fungsi klinis yang penting untuk mendeteksi dini seseorang
dengan risiko penyakit jantung. Pengukuran risiko secara tradisional, seperti TC dan LDL,
merupakan target terapi utama untuk strategi terapi penurunan lipid.
Namun, koleaterol non-HDL merupakan parameter yang lebih baik untuk memprediksi risiko
penyakit jantung dibandingkan dengan kadar LDL pada kasus hipertrigliseridemia yang
berhubungan dengan diabetes dan sindrom metabolik karena melibatkan siklus lipoprotein
aterogenik pada hitungannya, seperti LDL, VLDL, dan lipoprotein intermediate-density. Selain
itu, rasio TG/HDL berhubungan dengan efek buruk dari profil kardiometabolik, terutama pada
pasien hipertensi. Parameter ini telah dipelajari dan diteliti sebagai prediktor independen
kejadian penyakit jantung. Bukti yang muncul menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
kuat antara resistensi insulin dengan kadar TG yang tinggi dengan kadar HDL yang rendah.
Namun, rasio TG/HDL telah digunakan untuk mengidentifikasi pasien dengan risiko tinggi
penyakit jantung koroner. Studi ini menunjukkan bahwa kedua terapi mampu menurunkan
rasio TG/HDL dan non-HDL, menunjukkan penerapan marker tersebut, terutama pada pasien
dengan risiko penyakit jantung.
Studi ini memiliki keterbatasan. Walaupun sampel terbilang sedikit, jumlah total responden
lebih tinggi dari yang diperkirakan melalui hitung sampel dan cukup mencapai signifikansi
statistik, sehingga dapat dilakukan validasi internal. Kekurangan kelompok kontrol plasebo
dapat dianggap sebagai keterbatasan penelitian ini. Namun baik fibrat maupun omega 3
menunjukkan hasil yang baik terhadap hipertrigliseridemia, dan oleh karena itu, kelompok
plasebo tidak diperlukan pada desain studi ini. Selain itu, tujuan studi ini adalah
membandingkan efek dari dua terapi aktif tersebut telah diterapkan sebagai terapi
hipertrigliseridemia pada outcome vaskuler. Studi ini tidak memberikan bukti tentang dampak
terapi jangka panjang terhadap hipertrigliseridemia terkait dengan fungsi vaskuler. Oleh karena
itu, studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengevaluasi efek kronis dan menguji mekanisme yang
memungkinkan untuk menjelaskan tentang perbaikan pada kekakuan arteri pada pasien
hipertensi dengan risiko tinggi penyakit jantung setelah terapi omega 3.

Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, kedua terapi mengurangi kadar TG baik pada pasien dengan risiko rendah
maupun tinggi. Selain penurunan yang sedikit pada kadar trigliserida, terapi dengan omega 3
berhubungan dengan perbaikan pada kekakuan arteri dan fungsi endotel dibandingkan dengan
ciprofibrat pada pasien hipertensi dengan risiko tinggi. Studi ini menyoroti tentang pengaruh
omega 3 terhadap marker dini aterosklerosis. Studi ini tidak cukup untik merekomendasikan
lebih baik digunakan omega 3 dibanding ciprofibrat pada terapi hipertrigliseridemia.
Sebaliknya, kami dapat menunjukkan bahwa omega 3 dapat memberikan efek yang baik
terhadap vaskuler pada pasien dengan risiko tinggi dan dapat menjadi pilihan terapi yang baik
untuk terapi hipertrigliseridemia. Efek jangka panjang dan mekanisme fisiologi yang
memungkinkan untuk menjelaskan hasil tersebut masih membutuhkan studi lebih lanjut.

S-ar putea să vă placă și

  • Rundown Acara DM 1 BBG Fix
    Rundown Acara DM 1 BBG Fix
    Document2 pagini
    Rundown Acara DM 1 BBG Fix
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document27 pagini
    Bab I
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Riana Epilepsi
    Riana Epilepsi
    Document52 pagini
    Riana Epilepsi
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Presentasi Kasus
    Laporan Presentasi Kasus
    Document18 pagini
    Laporan Presentasi Kasus
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Keselamatan Kerja
    Keselamatan Kerja
    Document6 pagini
    Keselamatan Kerja
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Bab Ii PDF
    Bab Ii PDF
    Document35 pagini
    Bab Ii PDF
    Herry Setiawan
    Încă nu există evaluări
  • Pembahasan Kasus
    Pembahasan Kasus
    Document1 pagină
    Pembahasan Kasus
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Pasien Safety
    Pasien Safety
    Document4 pagini
    Pasien Safety
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Bab I
    Bab I
    Document27 pagini
    Bab I
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Kasus
    Kasus
    Document1 pagină
    Kasus
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • A. Dira - Non Ver
    A. Dira - Non Ver
    Document4 pagini
    A. Dira - Non Ver
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • BAB I, II, III Stroke
    BAB I, II, III Stroke
    Document29 pagini
    BAB I, II, III Stroke
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Judul Penelitian Aci
    Judul Penelitian Aci
    Document1 pagină
    Judul Penelitian Aci
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Document27 pagini
    Skenario 1
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Opening Ceremony
    Opening Ceremony
    Document16 pagini
    Opening Ceremony
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • 5 Vignatte IKA Nazly Anggraini
    5 Vignatte IKA Nazly Anggraini
    Document1 pagină
    5 Vignatte IKA Nazly Anggraini
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Anemia Dalam Kehamilan Reza
    Anemia Dalam Kehamilan Reza
    Document12 pagini
    Anemia Dalam Kehamilan Reza
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • 5 Vignatte IKA Nazly Anggraini
    5 Vignatte IKA Nazly Anggraini
    Document1 pagină
    5 Vignatte IKA Nazly Anggraini
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Artikel
    Artikel
    Document3 pagini
    Artikel
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Laporan Akhir KKN Nazly 2007
    Laporan Akhir KKN Nazly 2007
    Document5 pagini
    Laporan Akhir KKN Nazly 2007
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Judul Penelitian Aci
    Judul Penelitian Aci
    Document1 pagină
    Judul Penelitian Aci
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Document27 pagini
    Skenario 1
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Judul Penelitian Aci
    Judul Penelitian Aci
    Document1 pagină
    Judul Penelitian Aci
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Proposal KKN 249
    Proposal KKN 249
    Document50 pagini
    Proposal KKN 249
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Krsanggi
    Krsanggi
    Document1 pagină
    Krsanggi
    Yoandd Cuma Aulya Punya
    Încă nu există evaluări
  • Cutyen Vignete 1
    Cutyen Vignete 1
    Document2 pagini
    Cutyen Vignete 1
    ridwanyoga
    Încă nu există evaluări
  • Pleno Sken 1 Emergensi
    Pleno Sken 1 Emergensi
    Document18 pagini
    Pleno Sken 1 Emergensi
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Riana Epilepsi
    Riana Epilepsi
    Document52 pagini
    Riana Epilepsi
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări
  • Partisipasi Pengiriman Papan Bunga
    Partisipasi Pengiriman Papan Bunga
    Document1 pagină
    Partisipasi Pengiriman Papan Bunga
    Nazly Anggraini Hutasuhut
    Încă nu există evaluări