Sunteți pe pagina 1din 13

Forum Bisnis Dan Kewirausahaan

Jurnal Ilmiah STIE MDP

Prediksi Financial Distress Kasus Industri Manufaktur


Pendekatan Model Regresi Logistik

Kamaludin dan Karina Ayu Pribadi

Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu


kamaludinapur@gmail.com, karinaayupribadi@gmail.com

Abstract: The purpose of this research are to shows that financial ratios includes; Current Ratio, Leverage Ratio,
Gross Profit Margin, Inventory Turnover and Return on Equity have the different between group of financial
distress, group of gray area, and group of non financial distress; and to proven financial ratios can be used to
predict financial distress conditions of manufacturers in Indonesia Stock Exchange. Measurement of financial
distress using the Altman Z-score and the variables to predict financial distress is Current Ratio, Leverage Ratio,
Gross Profit Margin, Inventory Turnover, and Return on Equity. These analysis using K Independent Sample
Kruskal-Wallis, to known financial ratios have the different between group of financial distress, and predicting
financial distress using logistic regression. The results of the research shown: The financial ratios includes: Current
Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turnover and Return on Equity have the different between
groups of financial distress. It can be showed by mean ranking of leverage ratio and current ratio, these means the
group of financial distress have leverage ratio and current ratio higher than group of gray area and non financial
distress. Logistic Regression models includes of the Overall Percentage those shown financial ratios proven to
predictfinancial distressfor 82.3% and the Nagel Kerke R Square shown the variances of financial ratios can explain
68.0% of financial distress.

Keywords: financial ratio, financial distress, manufacture.

1 PENDAHULUAN diantaranya melakukan praktek dumping, seperti


persaingan dengan produk baja dari Cina dan India.
Selama krisis finansial global tahun 2008- Padahal pasar dalam negeripun menciut karena
2009, sektor manufaktur di Indonesia merupakan sektor konstruksi dan properti pada tahun itu pun
sektor ekonomi yang paling terkena dampak buruk lesu.Sehingga, hal ini mau tidak mau akan
dibanding sektor lainnya. Kenaikan harga komoditi berdampak bagi produsen besi baja dalam negeri,
primer yang menjadi bahan baku sektor ini telah dan dalam jangka panjang hal tersebut dapat
menyebabkan biaya produksi meningkat. Demikian mempengaruhi eksistensi perusahaan yang apabila
jugakenaikan harga minyak bumi telah mendorong tidak dapat bertahan akan mengakibatkan financial
kenaikan biaya operasi karena harga BBM untuk distress lalu berujung kepada kebangkrutan.
sektor industri tidak disubsidi. Sementara itu pasar
ekspor yang menjadi target utama pemasaran Ketergantungan yang teramat tinggi pada
produk manufaktur juga mengalami kemerosotan bahan baku impor menjadikan industri manufaktur
karena negara maju yang menjadi tujuan ekspor Indonesia sangat rawan, apalagi dengan keadaan
utama ekonominya sedang terkena dampak kurs rupiah yang tidak stabil. Manakala rupiah
serius dari krisis financial (Indonesia Commercial anjlok, perusahaan akan ikut goyah. Apalagi dalam
Newsletter, Edisi Maret 2010). menghadapi kondisi ekonomi-politik yang tidak
stabil, perusahaan manufaktur harus dapat menjaga
Industri yang berbasis bahan baku impor kesehatan keuangan atau likuiditasnya.
seperti besi baja juga mengalami pukulan telak. Keberlangsungan hidup perusahaan akan
Selain sulit mendapatkan pasar ekspor dan pasar terpengaruhi oleh faktor di atas. Apabila
didalam negeri, industri ini juga harus menghadapi perusahaan tidak dapat bertahan dengan situasi
persaingan yang ketat dengan produk impor yang tersebut, bukan tidak mungkin dalam jangka

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 11


panjang perusahaan akan mengalami financial 2. Apakah rasio keuangan berupa; Current Ratio,
distress. Leverage Ratio, Gross Profit Margin,
InventoryTurnover, dan Return On Equity,
Kemampuan perusahaan manufaktur dapat digunakan untuk memprediksi kondisi
lainnya dalam menghadapi perubahan situasi dalam financial distress perusahaan manufaktur yang
negeri maupun luar negeri berkaitan dengan terdaftar diBEI?
eksistensi perusahaan ke depan dapat terlihat dari
informasi yang terdapat pada Laporan Keuangan.
2 LANDASAN TEORI
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh
perusahaan merupakan salah satu sumber informasi Financial distress merupakan kondisi
mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta keuangan yang terjadi sebelum kebangkrutan
perubahan posisi keuangan perusahaan, yang ataupun likuidasi. Menurut Atmini (2005),
sangat berguna untuk mendukung pengambilan financial distress adalah konsep luas yang terdiri
keputusan yang tepat. Agar informasi yang tersaji dari beberapa situasi di mana suatu perusahaan
menjadi lebih bermanfaat dalam pengambilan menghadapi masalah kesulitan keuangan. Istilah
keputusan, data keuangan harus dikonversi menjadi umum untuk menggambarkan situasi tersebut
informasi yang berguna dalam pengambilan adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan
keputusan ekonomis. Hal ini ditempuh dengan cara melunasi hutang dan default. Ketidakmampuan
melakukan analisis laporan keuangan. Model yang melunasi hutang menunjukkan kinerja negatif dan
sering digunakan dalam melakukan analisis menunjukkan adanya masalah likuiditas. Default
tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio keuangan. berarti suatu perusahaan melanggar perjanjian
Foster (1986) menyatakan empat hal yang dengan kreditur dan dapat menyebabkan tindakan
mendorong analisis laporan keuangan dilakukan hukum.
dengan model rasio keuangan yaitu:
Adapun dampak dari financial distress
1. Untuk mengendalikan pengaruh perbedaan antara lain: resiko yang terkandung dalam biaya
besaran antar perusahaan atau antar waktu. dari financial distress berdampak negatif bagi
2. Untuk membuat data menjadi lebih memenuhi perusahan sebagai pengganti kerugian pajak seiring
asumsi alat statistik yang digunakan. dengan kenaikan hutang perusahaan, hubungan
3. Untuk menginvestigasi teori yang terkait terhadap konsumen, pemasok, karyawan dan
dengan rasio keuangan. kreditor menjadi rusak karena mereka ragu akan
4. Untuk mengkaji hubungan empirik antara rasio eksistensi perusahaan, manajemen akan lebih fokus
keuangan dan estimasi atau prediksi variabel pada aliran kas jangka pendek dibandingkan
tertentu (seperti kebangkrutan atau financial kesehatan perusahaan jangka panjang, biaya tidak
distress). langsung yang terkandung pada financial distress
akan lebih signifikan dibandingkan biaya langsung
Penelitian ini menguji variabel-variabel yang nyata seperti pembayaran untuk pengacara,
rasio keuangan untuk mengukur tingkat kesulitan dan program untuk pemulihan kembali.
keuangan perusahaan yang berdampak kepada
kondisi financial distress menggunakan Z-Score Faktor-faktor yang mempengaruhi resiko
Altman. Permasalahan yang diangkat dalam dari financial distress antara lain: sensivitas
penelitian ini adalah: pendapatan perusahaan terhadap aktivitas ekonomi
secara keseluruhan, proporsi biaya tetap terhadap
1. Apakah terdapat perbedaan rasio keuangan biaya variabel, likuiditas dan kondisi pasar dari
antara perusahaan manufaktur yang mengalami asset perusahaan, kemampuan kas terhadap bisnis
financial distress, yang berada pada gray area, perusahaan. Financial Distress dapat ditinjau dari
dan perusahaan manufaktur yang tidak komposisi neraca - jumlah aset dan kewajiban, dari
mengalami financial distress? laporan laba rugi jika perusahaan terus menerus

Hal - 12 Vol. 1 No. 1 September 2011


rugi, dan dari laporan arus kas jika arus kas dalam penelitian ini merupakan dummy variable;
masuk lebih kecil dari arus kas keluar. dimana kategori 0 merupakan kelompok
perusahaan sehat dan kategori 1
merupakan kelompok perusahaan
3 METODE PENELITIAN yang mengalami financial distress dengan
menggunakan alat analisis kebangkrutan oleh
Penelitian ini menggunakan data sekunder Altman. Sedangkan variabel independen yang
sebagai sumber data utama, yakni berupa data yang digunakan adalah rasio keuangan berupa; Current
telah diolah dan diterbitkan oleh pihak-pihak yang Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit
berkompeten dan dipublikasikan kepada Margin, Inventory Turn Over, dan Return On
masyarakat pengguna data (Supranto, 1987). Data Equity.
sekunder pada penelitian diperoleh dari publikasi
yang dikeluarkan Bursa Efek Indonesia melalui Dalam penelitian ini juga menggunakan
situs www.idx.co.id dan Indonesia Capital analisis deskriptif untuk menggambarkan hubungan
Directory Market 2009. antara variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian dengan melihat nilai perolehan rata-rata
Periode data penelitian ini mencakup data (mean), standart deviasi, maksimum, dan
tahun 2009 yang dipandang cukup mewakili untuk minimum.
memprediksi financial distress karena pada periode
tersebut tekanan bagi perusahaan-perusahaan Dalam menggunakan model regresi
sample cukup besar pasca krisis global 2008, berganda, pengujian hipotesis harus menghindari
yang memungkinkan untuk terjadinya kesulitan adanya kemungkinan penyimpangan asumsi
keuangan pada sektor manufaktur go public di asumsi klasik yang dianggap penting, supaya tidak
Indonesia. timbul masalah dalam penggunaan analisis regresi
berganda (Gujarati, 1995).
Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive Oleh sebab itu dalam penelitian ini akan
sampling, dimana sampel diambil secara tidak acak diuji terlebih dahulu hubungan-hubungan
dan dipilih berdasarkan pada pertimbangan atau antarvariabel untuk mengetahui; apakah data
kriteria tertentu. Kriteria yang ditetapkan untuk berdistribusi normal atau tidak, apakah data
memperoleh sampel adalah: memiliki sifat auotokerelasi atau tidak, apakah data
memiliki sifat multikolinearitas atau tidak, dan
1. Perusahaan berbasis manufaktur, untuk apakah data memiliki sifat heteroskedatisitas atau
menghindari perbedaan karakteristik antara tidak.
perusahaan manufaktur dan non manufaktur.
2. Perusahaan manufaktur yang tidak mengalami Uji Kruskal-Wallis adalah uji non
delisting pada periode penelitian. parametrik yang digunakan pada sampel independen
3. Menerbitkan laporan keuangan yang telah dengan kelompok lebih dari dua. Dalam penelitian
diaudit pada periode pengamatan. ini, uji Kruskal-Wallis dilakukan untuk menguji
4. Perusahaan manufaktur tersebut mengeluarkan hipotesa pertama yaitu apakah rasio keuangan
laporan keuangan secara lengkap. berupa; Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit
Margin, InventoryTurnover, dan Return On Equity;
Berdasarkan kriteria-kriteria yang memiliki perbedaan antara perusahaan manufaktur
ditetapkan tersebut, maka jumlah sampel yang yang mengalami financial distress, perusahaan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 80 manufaktur yang berada pada gray area (kesulitan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial
Efek Indonesia. distress), dan perusahaan manufaktur yang tidak
mengalami financial distress.
Metode analisis menggunakan model
regresi logistik. Variabel dependen yang digunakan Dalam pengujian hipotesis pertama ini,
membandingkan nilai P-value ini dengan tingkat

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 13


signifikansi pengujian (), dengan kriteria sebagai Y = 0, menyatakan perusahaan sehat (Z-score >
berikut: 3.00)
X1 = Current Ratio (Aktiva Lancar/Hutang Lancar)
1. Tolak H0 jika P-value < , yang berarti rasio X2 = Leverage Ratio (Total Hutang/Total Ekuitas)
keuangan berupa; Current Ratio, Leverage X3 = Gross Profit Margin Ratio (EBIT/Sales)
Ratio, Gross Profit Margin, X4 = Inventory Turn Over Ratio (Net Income/Total
InventoryTurnover, dan Return On Equity; Ekuitas)
memiliki perbedaan antara perusahaan X5 = Return On Equity (Harga Pokok
manufaktur yang mengalami financial distress, Penjualan/Rata-rata Penjualan)
perusahaan manufaktur yang berada pada gray = Koefisien konstanta
area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak i = Koefisien variabel independen
mengalami financial distress), dan perusahaan e = Error (kesalahan)
manufaktur yang tidak mengalami financial
distress. Model regresi logistik ini telah
2. Terima H0 jika P-value > , yang berarti rasio mengalami modifikasi, sehingga karakteristiknya
keuangan berupa; Current Ratio, Leverage sudah tidak sama lagi dengan model regresi
Ratio, Gross Profit Margin, sederhana atau berganda. Oleh karena itu
InventoryTurnover, dan Return On Equity; penentuan signifikansinya secara statistik
tidak memiliki perbedaan antara perusahaan berbeda.Dalam model regresi berganda,
manufaktur yang mengalami financial distress, kesesuaian model (Goodness of Fit) dapat dilihat
2
perusahaan manufaktur yang berada pada gray dari R ataupun F-test.
area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak
mengalami financial distress), dan perusahaan
manufaktur yang tidak mengalami financial 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
distress.
Dari perhitungan menggunakan Z-Score
Pengujian hipotesa kedua dengan Altman dapat dilihat bahwa, Financial Distress
menggunakan analisis Regresi Logistik, untuk yang terbagi dalam 3 kelompok menunjukkan
mengetahui apakahrasio keuangan dapat bahwa mayoritas perusahaan manufaktur yang
digunakan untuk memprediksi kondisi financial terdaftar di Bursa Efek Indonesia cenderung
distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar berpotensi mengalami Financial Distress yaitu
di Bursa di Efek Indonesia. sebanyak 37 perusahaan, 18 perusahaan termasuk
dalam gray area atau perusahaan yang
Dalam model regresi logistik, dilakukan mengalami sedikit masalah keuangan, dan
pengkategorian variabel terikatnya ke dalam perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut
kelompok-kelompok tertentu dengan menggunakan (NonFinancial Distress) adalah sebesar 25
dummy variable dimana, simbol 1 untuk perusahaan.
perusahaan yang tidak mengalami financial
distress dan 0 untuk perusahaan yang mengalami Analisis deskriptif untuk 80 sampel
financial distress (Ghozali, 2001). adalah nilai rata-rata = 1,95 dengan standar
deviasi = 1,91; nilai terendah = 0,034 dan nilai
Adapun formulasi Regresi Logistik adalah tertinggi= 9,5. Hal ini berarti dalam melunasi
sebagai berikut: tagihan hutang-hutangnya terbilang cukup rendah.
Namun demikian data yang terukur dari 80
perusahaan sampel cukup bervariasi, dengan
+
standar deviasi yang tidak begitu jauh dari nilai
rata-ratanya, sehingga sebaran data Current Ratio
Keterangan: cukup menyebarsedikit dari nilai rata-ratanya.
Y = 1, menyatakan perusahaan mengalami Hasil analisis deskriptif disajikan dalam tabel
financial distress (Z-score 1.80) berikut:

Hal - 14 Vol. 1 No. 1 September 2011


Tabel 1: Analisis Deskriptif

Variabel Std.
N Minimum Maximum Mean
Penelitian Deviation
CR 80 0,034 9,462 1,953 1,909
LEV 80 0,002 12,138 1,488 2,318
GPM 80 0,004 4,021 0,4291 0,854
ITO 80 0,010 6,837 1,091 1,245
ROE 80 0,003 3,239 0,567 0,616

Sumber: Data penelitian diolah 2010

Nilai rata-rata Leverage Ratio = 1,488 kelompok perusahaan yang mengalami


dengan standar deviasi = 2,318; nilai terendah = Financial Distress memiliki rasio LEV dan
0,02 dan nilai tertinggi = 12,138. Hal ini berarti ROE yang tinggi, dan pada kelompok
perusahaan dalam memiliki hutang lebih banyak perusahaan gray area hanya sedikit mengalami
daripada memiliki aktiva sebesar 1,488. Nilai rata- masalah keuangan. Perusahaan yang mengalami
rata Gross Profit Margin adalah 0,429, standar masalah keuangan, hendaknya perusahaan
deviasi sebesar 0,854 dengan nilai tertinggi = dalam mengatasinyamisalnya dengan
4,021, dan nilai terendah = 0,004. Hal ini berarti mengeluarkan surat hutang, atau saham baru,
bahwa perusahaan memiliki kemampuan dalam agar investasi, aktiva dan equity perusahaan
menghasilkan laba bersih atas penjualan 0.42908 mengalami peningkatan, sehingga mampu
dengan ukuran penyebaran yang homogen meningkatkan kinerjanya melalui Current Ratio,
(dibawah nilai rata-rata) yaitu sebesar 0.853673. Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory
Turn Over dan Return On Equity. Hasil uji
Nilai rata-rata Inventory Turn Over adalah hipotesa pertama dengan Kruskal-Wallis
1.09140, standar deviasi sebesar 1.244667 dengan ditunjukkan pada tabel berikut:
nilai tertinggi = 6.837, dan nilai terendah = 0.010.
Hal ini berarti bahwa perusahaan menjual
Tabel 2: Uji Kruskal-Wallis
persediaannya adalah 1.09140, dengan ukuran
penyebaran yang heterogen (diatas nilai rata-rata)
yaitu sebesar 1.244667. Financial Mean
N
Distress Rank
Nilai rata-rataReturn on Equity = 0,567
dengan standar deviasi = 0,616; nilai terendah CR FD 37 38,92
=0,003 dan nilai tertinggi = 3,239. Hal ini berarti NFD 25 55,72
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih daria GA 18 22,61
ktivitas pengelolaan equity adalah sebesar 0,567.
Namun demikian data yang terukur dari 80 Total 80
perusahaan cukup bervariasi, dengan standar LEV FD 37 51,84
deviasi yang lebih besar dari nilai rata-ratanya, NFD 25 30,92
sehingga sebaran data ROE cukup jauh dari nilai
GA 18 30,50
rata-ratanya.
Total 80
Hasil pengujian hipotesis pertama GPM FD 37 37,65
menggunakan Kruskal-Wallis ini dapat NFD 25 54,66
disimpulkan bahwa, perusahaan yang tidak
GA 18 26,69
mengalami masalah Financial Distress memiliki
rasio CR, GPM, dan ITO tinggi, sedangkan pada Total 80

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 15


Tabel 2: Lanjutan Tabel 3: Kelayakan Model Regresi Logistik
Omnibus Test of Model Coeficient
ITO FD 37 39,59
-2 Log Chi
NFD 25 48,38 Model df Probabilitas
Likelihood Square
GA 18 31,42 Block 0 83,613
40,198 5 0,000
Total 80 Block 1 43,415
ROE FD 37 54,05
NFD 25 30,52 Sumber: Data penelitian diolah 2010
GA 18 26,50
Hasil di atas menunjukkan bahwa variable-
Total 80 variabel independen berupa rasio keuangan dapat
a,b
digunakan untuk memprediksikan kondisi financial
Test Statistics distress perusahaan yang dilakukan pada
perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia
CR LEV GPM ITO ROE secara statistik, dimana nilai probalilitas 0.000 <
Chi- 0.05 maka model regresi logistik layak digunakan.
21,563 16,391 16,195 5,681 23,734
Square
Sedangkan untuk menilai keseluruhan
Df 2 2 2 2 2
model (Overall Model Fit) ditunjukkan dengan Log
Asymp. Likelihood Value (nilai 2 Log Likelihood Value),
,000 ,000 ,000 ,058 ,000
Sig. yaitu dengan cara membandingkan antara nilai 2
Log Likelihood Value pada awal (block number =
a.
Kruskal Wallis Test 0), dimana model hanya memasukkan konstanta
b.
Grouping Variable: Financial Distress dengan nilai 2 Log Likelihood Value pada saat
block number = 1, dimana model memasukkan
Sumber: Data penelitian diolah 2011 konstanta dan variabel bebas. Apabila nilai 2 Log
Likelihood Value block number = 0 lebih besar dari
Dari tabel di atas bahwa terdapat nilai 2 Log Likelihood Value block number = 1,
perbedaan rasio keuangan berupa; Current Ratio, maka menunjukkan model regresi yang baik.
Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Sehingga, penurunan Log Likelihood menunjukkan
InventoryTurnover, dan Return On Equity; antara model regresi semakin baik.
perusahaan manufaktur yang mengalami financial
distress, perusahaan manufaktur yang berada pada Secara keseluruhan model ini
gray area (kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak menunjukkan model analisis yang lebih baik. Hal
mengalami financial distress), dan perusahaan ini diketahui adanya penurunan nilai 2 log
manufaktur yang tidak mengalami financial Likelihood yaitu dari 83.613 pada block 0 menjadi
distress, dengan demikian hipotesis pertama pada 43,415 pada block 1 atau terjadi penurunan Chi
penelitian ini diterima. Square sebesar 40,198. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi logistik secara
Sebelum melakukan pengujian hipotesis keseluruhan layak digunakan.
kedua terlebih dahulu akan uji kelayakan dari
model Regresi Logistic yang digunakan. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
Analisis ini didasarkan pada uji Omnibus Tests antara prediksi dan observasi ini dilakukan dengan
of Model Coeficient. Jika nilai probalilitas > uji Hosmer Lemeshow dengan pendekatan Chi
0.05 maka model regresi tidak layak digunakan. square.Dengan demikian apabila diperoleh hasil uji
Jika nilai probalilitas < 0.05 maka model regresi yang tidak signifikan, maka tidak terdapat
layak digunakan. Hasil pengujian kelayakan perbedaan antara data prediksi model regresi
model regresi dapat dilihat pada tabel berikut: logistik dengan data hasil observasi. Hasil

Hal - 16 Vol. 1 No. 1 September 2011


pengujian Hosmer Lemeshow Test diperoleh Tabel 5: Uji Model Tabulasi Silang
sebagai berikut:
Classification Table
Tabel 4: Kesamaan Prediksi Model Regresi Logistik
Observed Predicted
Hosmer and Lemeshow Test Financial Percentage
Distress Correct
Step Chi-square df Sig.
FD NFD FD
1 9,206 8 0,325
Step 1 Financial FD
32 5 86,5
Distress
Sumber: Data penelitian diolah 2010
NFD 6 19 76,0
Overall Percentage 82,3
Hasil pengujian kesamaan prediksi model
regresi logistik dengan data hasil observasi yang
diperoleh dari nilai chi square sebesar 9,206 a. The cut value is .500
dengan nilai signifikan sebesar 0,325. Dengan nilai
Sumber: Data penelitian diolah 2010
signifikan yang lebih besar dari 0,05 maka tidak
diperoleh adanya perbedaan antara prediksi model Hasil overall classification untuk regresi
regresi logistik dengan data hasil observasi. Hal ini logistik, ternyata cukup bagus, yaitu 82.3%.
berarti bahwa model mampu memprediksi nilai Persentase kebenaran klasifikasi untuk perusahaan
observasinya atau dapat dikatakan model diterima yang NFD 76,0 dimana terdapat kesalahan 6
karena model sesuai dengan hasil observasinya. observasi kategori FD, dan 19 observasi yang dapat
diprediksi secara benar dalam kategori NFD masuk
Untuk memperjelas gambaran atas dalam prediksi FD. Persentase kebenaran untuk
prediksi model regresi logistik dengan data observasi, perusahaan yang mengalami FD sebesar 86.5%,
dapat ditunjukkan dengan tabel klasifikasi yang yaitu 32 observasi diprediksikan secara benar dan 5
berupa tabel tabulasi silang antara prediksi model observasi diprediksikan sebaliknya.
regresi logistik dan hasil observasi.Tabulasi silang
sebagai konfirmasi tidak adanya perbedaan yang Uji regresi logit secara parsial dilakukan
signifikan antara prediksi model regresi logistik terhadap variabel-variabel independen dengan
dengan data observasi. tingkat siginifikan 5% dan 10%. Secara lengkap
hasil uji regresi logit disajikan dalam tabel sebagai
Hasil model tabulasi silang ini dapat berikut:
terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6: Uji Koefisien Regresi Secara Parsial

Variable in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1(a) CR 0,526 0,.356 2,177 1 0,140 1,691
LEV -0,433 0,297 2,131 1 0,014 0,648
GPM 2,771 1,557 3,168 1 0,075 15,973
ITO 1,157 0,570 4,129 1 0,062 3,182
ROE -2,894 1,105 6,864 1 0,059 0,755

a. Variable(s) entered on step 1: CR, LEV, GPM, ITO, ROE.

Sumber: Data penelitian diolah 2010

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 17


Berdasarkan hasil pengujian koefisien diinterpretasikan. Nagelkerke R Square merupakan
regresi secara parsial pada tingkat signifikansi 5% modifikasi dari Cox & Snell R Square dengan nilai
dan 10%, maka variable LEV, GPM, ITO, dan yang bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Analisis
ROE berpengaruh secara signifikan. Leverage Nagelkerke R Square interpretasinya sama dengan
2
Ratio yang signifikan menunjukkan bahwa nilaikoefisien determinasi (R ) pada analisis linier
semakin besar Leverage Ratio, semakin besar berganda (Multiple LinierRegression).
perusahaan berpeluang untuk mengalami FD.Gross
Profit Margin yang berpengaruh secara signifikan Berdasarkan hasil uji Model Summary
terhadap kondisi Financial Distress perusahaan yang disajikan padatabel di bawah diperoleh
berarti besar kecilnya nilai Gross Profit Margin besarnya nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,68.
mempengaruhi kondisi perusahaan apakah akan Hal ini berarti 68.0% variasi kondisi perusahaan
mengalami Financial Distress atau tidak. Demikian yang mengalami financial distress dapat dijelaskan
juga dengan variable Inventory Turnover Ratio dan oleh variasi dari ke lima variabelindependen yaitu;
Return On Equity mempengaruhi kondisi Current Ratio, Gross Profit Margin, Inventory
perusahaan apakah akan mengalami Financial Turnover, dan Return on Equity. Sedangkan
Distress atau tidak. sisanya 32.0% dijelaskan oleh sebab-sebab lain
diluar model.
Sehinggabesar kecilnya nilai Gross Profit
Margin, Inventory Turnover, Return on Equity, dan Hasil uji Model Summary ditunjukkan pada
Leverage Ratio; dapat menunjukkan kemampuan berikut ini:
perusahaan dalam membayar tagihan, memperoleh
laba dari penjualan dan ekuitas proporsi hutang Tabel 7: Uji Model Summary
perusahaan, dan apabila perusahaan semakin besar
maka semakin besar juga risiko perusahaan -2 Log Cox & Snell Nagelkerke
Step
mengalami kebangkrutan, tetapi untuk Current likelihood R Square R Square
Ratio, kurang mampu untuk menunjukkan 1 40,198(a) 0,504 0,680
kemampuan memprediksi kondisi FD,
kemungkinan dikarenakan karakteristik dari a. Estimation terminated at iteration number 8
industrI manufaktur itu sendiri, dimana perusahaan because parameter estimates changed by less
lebih memungkinkan untuk memenuhi kewajiban than .001.
jangka pendeknya dengan mengandalkan aktiva
lancar, dimana perusahaan manufaktur sangat Sumber: Data penelitian diolah 2010
menyadari bahwa industri ini sangat mengandalkan
penggunaan aktiva lancar guna melaksanakan Dengan demikian, dari hasil pengujian
kegiatan operasi perusahaan, dan juga perusahaan regresi logistic yang dimulai dari uji kelayakan
berbasis manufaktur ini juga kerap melakukan regresi hingga uji model summary dapat dipastikan
kegiatan operasi musiman, dimana disaat musim bahwa rasio keuangan berupa; Current Ratio,
tertentu yang menuntut untuk memproduksi barang Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory
dalam jumlah yang banyak, sehingga untuk Turnover, dan Return on Equity dapat digunakan
memperoleh bahan baku, perusahaan memperoleh untuk memprediksi kondisi financial distress
dari distributor bahan baku secara kredit dengan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
pelunasan sebelum jatuh tempo. Efek Indonesia. Sehingga hipotesis kedua pada
penelitian ini dapat diterima.
Ada dua ukuran untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan Berdasarkan dari uraian di atas maka dapat
variasi variabel dependen yaitu; R square yaitu Cox diketahui bahwa, rasio keuangan berupa; Current
& Snell R Square dan Nagelkerke R Square. Cox & Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin,
Snell R Square menggunakan nilai maksimum InventoryTurnover, dan Return On Equity;
kurang dari 1 sehingga sulit untuk memiliki perbedaan antara perusahaan manufaktur

Hal - 18 Vol. 1 No. 1 September 2011


yang mengalami financial distress, perusahaan Ratio hanya sebagai informasi tambahan dari
manufaktur yang berada pada gray area (kesulitan laporan keuangan yang cukup kompleks (karena
keuangan tinggi tetapi tidak mengalami financial neraca yang terdiri dari aktiva lancar berupa kas
distress), dan perusahaan manufaktur yang tidak yangberasal dari kegiatan operasi, investasi, dan
mengalami financial distress. pendanaan pada laporan arus kas dari kegiatan
operasi yang sifatnya hampir sama dengan laporan
Kelompok perusahaan yang tidak laba rugi, jadi keduanya memberikan rincian
mengalami masalah Financial Distress memiliki mengenai kegiatan operasional yang dijalankan
rasio CR, GPM, dan ITO tinggi, sedangkan pada perusahaan).
kelompok perusahaan yang mengalami Financial
Distress memiliki rasio ROE dan LEV yang tinggi, Perusahaan berbasis manufaktur perlu
dan pada kelompok perusahaan gray area hanya memastikan keberadaan kas agar tidak terjadi
sedikit mengalami masalah keuangan. kelebihan atau kekurangan dana tunai. Terlebih
lagi untuk tujuan transaksi guna melaksanakan
Perusahaan yang mengalami Financial operasi sehari-hari dan operasi yang bersifat
Distress, hendaknya dalam mengatasi kesulitan musiman guna memenuhi kebutuhan pembelian
keuangan perusahaan dapat melakukan beberapa bahan baku dan persediaan. Juga untuk tujuan
hal misalnya; mengeluarkan surat hutang atau berjaga-jaga erat kaitannnya dengan tingkat
saham baru agar investasi, aktiva, dan equity peramalan arus kas masuk dan arus kas keluar. Jika
perusahaan mengalami peningkatan sehingga tingkat peramalan tinggi, berarti mudah
mampu meningkatkan kinerjanya melalui; Current meramalkan arus keluar masuknya kas, berarti
Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit Margin, lebih sedikit kas yang perlu dikeluarkan untuk
Inventory Turn Over dan Return On Equity. Hal ini menghadapi keadaan darurat dan hal-hal yang tidak
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh terduga seperti pemogokan karyawan, kerugian
Beaver (1968) yang menyatakan bahwa rasio cash dari program pemasaran, dan pemutusan hubungan
flow/total debt, net income/total assets, total kerja yang terjadi di luar perencanaan (Kamaludin,
debt/total assets, working capital/total assets, dan 2011: 122).
current ratio mampu membedakan perusahaan
yang gagal dan tidak gagal dengan ketepatan Atas uraian tersebut, dapat dikatakan
prediksi masing-masing sebesar 90% dan 88%. bahwa nilai Current Ratio, khususnya kas yang
berasal dari kegiatan investasi dan pendanaan, jika
Regresi logistik dapat kita ketahui bahwa nilainya rendah, tidak dapat dipastikan bahwa
rasio keuangan berupa; Current Ratio, Leverage perusahaan mengalami kondisi keuangan yang
Ratio, Gross Profit Margin, Inventory Turn Over buruk. Sedangkan,jika nilai Current Ratio
dan Return On Equity dapat digunakan untuk menunjukkan nilai yang tinggi, hal tersebut juga
memprediksi kondisi financial distress suatu belum tentu menggambarkan bahwa perusahaan
perusahaan. dapat memenuhi kewajibannya kepada pihak
kreditor. Hal ini mendukung teori yang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa disampaikan oleh Weston dan Copeland (1996),
Current Ratio tidak berpengaruh secara signifikan bahwa rasio keuangan tidak selalu menggambarkan
terhadap prediksi kondisi financial distress suatu kondisi perusahaan yang sesungguhnya, khususnya
perusahaan. Hasil ini ternyata sejalan dengan cash inflow dan cash flow.
penelitian yang dilakukan oleh Beaver dalam
Harnanto (1995), mengatakan bahwa rasio-rasio Namun dari hasil penelitian ini dapat kita
aktiva lancar tidak lebih baik untuk memprediksi jelaskan bahwa bagaimanapun Current Ratio
akan terjadinya kebangkrutan perusahaan berupa kas harus dianggap sebagai ukuran kasar
manufaktur. Penggunaan Current Ratio dinilai karena tidak mempertimbangkan likuiditas
belum memberikan efek pemicu financial komponen individual aktiva lancar. Kemungkinan
distress.Hal ini mengimplikasikan bahwa Current lain yang perlu ditelusuri dari karakteristik industri

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 19


itu sendiri, dimana industri perbankan yang aktiva tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang
likuidnya berupa aktiva keuangan, akan lebih disediakan oleh pemegang saham dan semakin
intensif memperhatikan rasio lancarnya guna besar batas pengaman pemberi pinjaman jika
pemenuhan kebutuhan nasabah yang memerlukan terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian (Van
uang kartal atau uang giralnya, terlebih lagi apabila Horne dan Wachowicz, 1997: 137). Indikasi lain
terjadi Rush akan sulit bagi lembaga keuangan ini yang menguatkan penggunaan Leverage Ratio
untuk memenuhi kasnya, butuh proses untuk yang tinggi akan menyebakan terjadi financial
mencairkan aktiva tetapnya agar bisa menjadi distress ketika perusahaan gagal membayar bunga
aktiva lancarnya. Terlebih lagi efek dari Rush ini serta pokok pinjaman (Kamaludin, 2011: 345).
apabila tidak dapat ditanggulangi oleh lembaga Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
perbankan akan dapat menggangu stabilitas yang dilakukan oleh Deviasri (2008) yang
ekonomi di suatu negara, karena terjadi penarikan menyatakan bahwa Leverage Ratio berpengaruh
dana milik nasabah secara besar-besaran, yang secara signifikan terhadap prediksi kondisi
semakin menggambarkan bahwa lembaga financial distress suatu perusahaan manufaktur go
perbankan tersebut mengalami kesulitan keuangan public.
disebabkan oleh menjaga likuiditas keuangannya.
Gross Profit Margin berpengaruh terhadap
Berbeda dengan industri manufaktur yang prediksi kondisi financial distress, salah satunya
dalam pemenuhan kegiatan operasinya dapat saja dikarenakan oleh biaya yang relatif tinggi dari
memperoleh persediaan bahan baku secara kredit. tingkat pajak serta bunga. Dengan demikian,
Sehingga Current Ratio ini lebih memungkinkan stabilitas Gross Profit Margin adalah sama
dapat memprediksi kondisi financial distress lebih pentingnya dengan stabilitas penjualan. Hasil
signifikan terhadap lembaga perbankan daripada penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang
industri manufaktur. Terlepas dari teori-teori yang dilakukan oleh Atmini (2005) dan Deviasri (2008)
dingkapkan para ahli, apabila dilihat dari yang menyatakan bahwa Gross Profit Margin
karakteristik industrinya bisa saja ini menjadi mampu memprediksi kondisi Financial Distress
alasan mengapa Current Ratio kurang memicu suatu perusahaan manufaktur.
untuk memprediksi kondisi financial distress pada
perusahaan manufaktur. Bagaimanapun perusahaan Inventory Turn Over juga berpengaruh
harus selalu menjaga likuiditas guna memenuhi terhadap prediksi kondisi financial distress, salah
standar bisnis yang akan dijalankan. satunya dikarenakan oleh biaya yang relatif tinggi
dari rata-rata persediaan atau tingkat pajak.Angka
Leverage Ratio berpengaruh terhadap harga pokok penjualan digunakan sebagai
prediksi kondisi financial distress suatu pembilang pada periode analisa kas biasanya 1
perusahaan, salah satu penyebabnya yakni: tahun; angka persediaan digunakan sebagai
keterkaitan antara stabilitas arus kas dan rasio penyebut. Dalam situasi yang melibatkan
hutang. Bila stabilitas penjualan dan laba lebih pertumbuhan sederhana, rata-rata persediaan
besar, maka beban hutang tetap yang terjadi pada memberitahukan berapa banyak persediaan diputar
suatu perusahaan akan mempunyai risiko yang dalam piutang sepanjang 1 tahun penjualan.
lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang
penjualan dan labanya menurun tajam, bila laba Bagaimanapun terkadang perputaran
kecil, maka perusahaan akan menemui kesulitan persediaan yang tinggi membutuhkan keberadaan
untuk membayar bunga tetap dari obligasinya. yang tidak tentu. Hal ini mungkin merupakan
Kemampuan untuk membayar hutang tergantung gejala tingkat persediaan yang terlalu rendah dan
pada profitabilitas dan juga pada volume penjualan. seringnya mengalami kehabisan persediaan.
Perputaran persediaan yang relatif rendah
Pemberi pinjaman umumnya terkadang merupakan tanda dari barang persediaan
menginginkan Leverage Ratio yang yang berlebihan, lamban dalam peredarannya atau
rendah.Semakin rendah Leverage Ratio, semakin mengalami keausan. Penyelidikan lebih lanjut

Hal - 20 Vol. 1 No. 1 September 2011


mengenai ketidakefisienan manajemen persediaan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
perlu dilakukan karena rasio perputaran persediaan Wahyuningtyas (2010) yang menyatakan bahwa
hanya merupakan ukuran kasar. penggunaan laba dapat memprediksi kondisi
financial distress suatu perusahaan.
Diasumsikan jika ketidakmampuan
membayar utang pada waktunya, kehilangan Dari keseluruhan hasil penelitian ini juga
penjualan karena terlalu ketatnya kebijakan kredit, mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
maka manajemen aktiva lancar perlu melakukan Platt dan Platt (2002) dan Luciana dan Kristijadi
penentuan jumlah kebutuhan minimum dari setiap (2003), yang memberikan bukti bahwa rasio
jenis aktiva dan penambahan persediaan pengaman keuangan profit margin, likuiditas, efisiensi,
(safety stock) sehubungan dengan kenyataan bahwa profitabilitas, financial leverage, posisi kas dan
prakiraan yang dilakukan tidak sempurna. Aktiva pertumbuhan dapat digunakan untuk menilai
lancar yang dipertahankan pada setiap tingkat kinerja perusahaan yang mengalami financial
keluaran (output) adalah tertinggi pada kebijakan distress dan perusahaan yang tidak mengalami
konservatif dan terendah pada kebijakan agresif. financial distress.

Sebagai contoh, perusahaan yang Dengan rasio likuiditas yang tinggi, rasio
menganut kebijakan aktiva lancar konservatif solvabilitas yang rendah, rasio rentabilitas yang
mempertahankan jumlah persediaan yang relatif tinggi, dan rasio aktivitas yang efektif perusahaan
besar, jika menganut kebijakan agresif, maka akan terhindar dari resiko financial distress. Hal
tingkat persediaan pengamannya relatif minimum. ini menunjukan bahwa suatu perusahaan mampu
Kebijakan agresif memerlukan investasi yang untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya,
paling rendah, tetapi hasil pengembalian atas memiliki jumlah utang jangka panjang yang
investasi pada aktiva lancar tergantung pada rendah, dan memperoleh tingkat laba yang tinggi,
kebijakan aktiva yang lebih ketat yang akan serta penggunaan dana perusahaan sesuai dengan
mengurangi tingkat penjualan di bawah tingkat keperluan maka perusahaan dapat
yang dicapai dengan kebijakan lain (Weston dan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Copeland, 1996: 287). Apabila kebijakan ini tidak
dicermati maka kondisi financial distress mungkin Apabila suatu perusahaan tidak mampu
saja dapat terjadi pada suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, memiliki
manufaktur. hutang jangka panjang dalam jumlah tinggi, dan
memperoleh tingkat laba yang rendah, serta tidak
Return On Equity berpengaruh secara mampu menggunakan dana perusahaan sesuai
signifikan terhadap prediksi kondisi financial dengan porsinya makan perusahaan tersebut dapat
distress suatu perusahaan. Alasan yang cukup diprediksi mengalami Financial Distress.
mendasar atas diperolehnya hasil yang signifikan
adalah bahwa nampaknya kondisi keuangan yang Dengan demikian rasio keuangan berupa;
agak memprihatinkan dari suatu perusahaan, akan Current Ratio, Leverage Ratio, Gross Profit
menjadikan sinyal atau early warning (peringatan Margin, Inventory Turnover, dan Return on Equity,
dini) bagi perusahaan bahwa mereka dapat merupakan bentuk efektivitas perusahaan dalam
mengalami tekanan keuangan atau financial menghasilkan laba, menjual persediaan, dan
distress pada 1 tahun ke depan (Weston dan proporsi hutang terhadap aktiva. Jika perusahaan
Copeland, 1996; 35). Semakin tinggi laba yang terus menerus mengalami kerugian yang
diperoleh memungkin adanya dana yang ditunjukkan dengan menurunnya nilai rasio
menganggur atau tidak digunakannnya dana keuangan, maka akan mengurangi modal, investasi
perusahaan sesuai dengan keperluan, apabila hal ini dan aktiva secara keseluruhan, sehingga jumlah
tidak dapat dicermati dapat dipastikan perusahaan modal yang tersedia tidak cukup untuk membayar
dapat mengalami kepailitan sebelum mengalami kewajiban-kewajiban sehingga perusahaan
kesulitan keuangan. Hasil penelitian ini juga mengalami masalah keuangan.

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 21


Apabila terus-menerus berlangsung maka files.wordpress.com/2007/04/
aspek keuangan perusahaan semakin menipis, modelfinancialdistress.pdf, diakses pada
dan terancam mengalami kondisi Financial 08/01/2011.
Distress.
[2] Atmini, Sari 2005, Manfaat Laba dan Arus Kas
Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress
5 KESIMPULAN pada Perusahaan Textile Mill Products dan
Apparel andOther Textile Products yang
Rasio keuangan berupa: Current Ratio, Terdaftar di Bursa Efek Jakarta,
Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory SimposiumNasional Akuntansi VIII, Solo, 15-
Turnover, dan Return On Equity; memiliki 16 September.
perbedaan diantara perusahaan manufaktur yang
mengalami financial distress, perusahaan [3] Deviasri, RR 2008, Analisis Rasio Keuangan
manufaktur yang berada pada gray area Untuk Memprediksi Kondisi FD Perusahaan
(kesulitan keuangan tinggi tetapi tidak Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
mengalami financial distress), dan perusahaan Indonesia,
manufaktur yang tidak mengalami financial http://rac.uii.ac.id/server/document/Public/
distress. 2008061203142101312384.pdf, diakses pada
23/03/2010.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
yang tidak mengalami masalah Financial [4] Foster, G. 1986, Financial Statement Analysis,
Distress memiliki rasio CR, GPM, dan ITO 2nd Edition, USA: Prentice-Hall Inc.
tinggi, sedangkan pada kelompok perusahaan
yang mengalami Financial Distress memiliki [5] Ghozali, Imam 2001, Analisis Multivariate
rasio ROE dan LEV yang tinggi, dan pada dengan Program SPSS, Semarang: Badan
kelompok perusahaan gray area hanya sedikit Penerbit UNDIP.
mengalami masalah keuangan.
[6] Gujarati, Damodar 1995, Ekonometrika
Rasio keuangan berupa; Current Ratio, Dasar, Jakarta: Erlangga: Jakarta.
Leverage Ratio, Gross Profit Margin, Inventory
Turn Over dan Return On Equity dapat digunakan [7] Harnanto, Yunus, Hadori 1995, Akuntansi
untuk memprediksi kondisi financial distress Keuangan Lanjutan, Yogyakarta: BPFE.
suatu perusahaan, sehingga dengan hasil yang ada
perusahaan dapat menghindari gejala-gejala [8] Indonesia Stock Exchange. 2010, Laporan
timbulnya kepailitan, dan perusahaan dapat Keuangan, http://www2.idx.co.id/
mengetahui dengan baik bahwa gejala-gejala MainMenu/Emiten/BondIssuer/CompanyProfi
perusahaan yang akan pailit dapat dideteksi pada le/tabid/299/lang/id-ID/language/id-
rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam laporan ID/Default.aspx, diakses pada 05/10/2010.
keuangan perusahaan berdasarkan rasiorasio
dalam model Altman. [9] Indonesia Commercial Newsletter 2010,
Fokus: Saatnya Investasi di Manufaktur
Bangkit, http://www.dat acon.co.id/Gasalam/
DAFTAR PUSTAKA 2010/03/Fokus-indonesian-commercial-
newsletter-saatnya-investasi-di-manufaktur-
[1] Almilia, Luciana Spica dan Emanuel Kristijadi bangkit.htm, diakses pada 08/01/2011.
2003, Analisis Rasio Keuangan Untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress [10] Kamaludin 2011, Manajemen Keuangan:
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Konsep Dasar dan Penerapannya, Bandung:
Bursa Efek Jakarta, http://spicaalmilia. CV Mandar Maju.

Hal - 22 Vol. 1 No. 1 September 2011


[11] Platt, Harlan D. and Marjorie, B. Plat 2002,
Predicting Corporate Financial Ditress:
Reflectons on Choice-Based Sample Bias,
Journal of Economic and Finance, Vol. 26
No. 22, p.184-197.

[12] Van Horne, J. & J. M. Wachowicz 1997,


Fundamentals of Financial Management,
Eleventh Edition, USA: Prentice Hall Inc.

[13] Supranto, J. 1987, Metode Riset, Jakarta:


Lembaga Penerbit FEUI.

[14] Wahyuningtyas, Fitri 2010, Penggunaan


Laba dan Arus Kas Untuk Memprediksi
Kondisi Fiancial Distress (Studi Kasus Pada
Perusahaan Bukan Bank yang Terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia Periode 2005-
2008), Skripsi Dipublikasikasikan,
Semarang: Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Diponegoro.

[15] Weston, J. Fred & Copeland Thomas 1996,


Manajemen Keuangan Jilid 2, Jakarta:
Binarupa Aksara.

Vol. 1 No. 1 September 2011 Hal - 23

S-ar putea să vă placă și