Sunteți pe pagina 1din 21

LAPORAN PEMBEKALAN MATERI PESERTA PLPG TAHUN 2017

Nama Peserta : Dinda Emilia Triyanti, S.Pd


NUPTK : 1061 7536 5430 0033
Nomor Peserta PLPG : 17100269810017
Bidang Studi Sertifikat : 698
Sekolah Asal : SMK Negeri 3 Muara Bungo
I. LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR MANDIRI KESATU
Sumber Belajar Pedagogik
A. Ringkasan materi
1. Pengembangan Pendidikan Karakter dan potensi peserta didik,
2. Teori belajar,
3. Model-model pembelajaran, dan
4. Evaluasi hasil belajar.
B. Materi yang sulit di pahami.
Uraikan materi yang menurut anda sulit di pahami dalam bagian ini.
C. Materi esensial apa saja yang tidak ada dalam sumber belajar.
Uraikan materi yang menurut anda anggap esensial tetapi tidak di jelaskan
dalam bab ini
D. Materi apa saja yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar.
Uraikan materi yang menurut anda tidak esensial tetapi di jelaskan dalam
bagian ini
E. Jawaban dari soal Uraian
I. LAPORAN KEMAJUAN BELAJAR MANDIRI KESATU
Sumber Belajar Pedagogik
A. Ringkasan Materi
1. Pengembangan Pendidikan Karakter dan Potensi Peserta Didik
Karakteristik setiap anak berbeda dan dapat dipengaruhi oleh
perkembanganya. Psikologi perkembangan membahas perkembangan
individunya sejak pertemuan spermatozoid dengan sel telur sampai
dengan dewasa. Pendidikan karakter merupakan suatu proses penanaman
nilai-nilai karakter kepada seseorang yang meliputi pengetahuan,
kesadaran, kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut
baik untuk diri sendiri maupun lingkungan. Dalam mengembangkan
pendidikan karakter seorang guru harus mengetahui potensi peserta didik
dengan tujuan agar karakter yang dikembangkan sesuai dengan potensi
peserta didik itu sendiri. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
manusia yang bisa diterapkan kepada peserta didik:
a. Metode dalam psikologi perkembangan.
Ada dua metode yang dipakai dalam meneliti perkembangan manusia.
1) Metode Longitudinal yaitu peneliti mengamati dan mengkaji satu
atau banyak orang yang sama usia dalam waktu yang lama.
Minsalnya penelitian Luis Terman (dalam Clack, 1984). Kelebihan
metode ini yaitu kesimpulan yang diambil lebih meyakinkan karena
membandingkan karakteristik anak yang sama pada usia yang
berbeda, namun metode ini memerlukan waktu yang sangat lama
untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
2) Metode Cross Sectional yaitu peneliti mengamati banyak anak
dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. Minsalnya,
penelitian yang pernah dilakukan Arnold Gessel (dalam Nana
Saodih Sukmadinata, 2009). Kelebihan metode ini adalah
kesimpulan yang didapatkan cepat namun peneliti harus
menganalisis perbedaan karakteristik anak-anak yang berbeda
sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menarik keimpulan.
b. Pendekatan dalam psikologi perkembangan.
Manusia merupakan kesatuan jasmani dan rohani yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Manusia merupakan individu yang kompleks,
terdiri dari banyak aspek, termasuk jasmani, intelektual, emosi, moral,
sosial, yang membentuk keunikan pada setiap orang. Kajian
pengembangan manusia dapat mengunakan pendekatan menyeluruh
atau pendekatan khusus (Nana saodih Sukmadinata, 2009). Meneliti
secara menyeluruh satu kesatuan antara jasmani dan rohani
merupakan pendekatan menyeluruh namun saat peneliti hanya focus
meneliti satu aspek saja yang terbagi dari jasmani dan rohani
dilakukan pendekatan khusus. Untuk menghasilkan penelitian yang
kualitatif penelitian sebaiknya mengunakan keseluruhan aspek dengan
mengunakan pendekatan menyeluruh.
c. Teori Perkembangan
Teori perkembangan yang sering digunakan dalam pendidikan
diantaranya teori menyeluruh (Rousseau, Stanley Hall, Havigurst) dan
teori khusus (Piaget, Kohlbergf, Erikson) yang diuraikan dalam Nana
Saodih Sukmadinata (2009). Menurut beberapa pendapat para ahli
tentang perkembangan anak:
1) Jean Jacques Rousseau adalah ahli pendidikan beraliran liberal
yang mengatakan perkembangan anak menjadi empat tahapan,
yaitu:
a) Masa Bayi Infancy (0-2 Tahun) merupakan masa perkembangan
fisik.
b) Masa Anak/childhold (2-12 tahun) merupakan masa
perkembangan sebagai manusia primitive.
c) Masa remaja awal/pubescence (12-15 Tahun) merupakan masa
puber
d) Masa remaja/adolescence (15-25 Tahun) yaitu masa hidup
sebagai manusia yang beradab.
2) Stanley Hall adalah psikolog dari Amerika Serikat yang membagi 4
masa perkembangan anak, yaitu:
a) Masa kanak-kanak/infancy (0-4 tahun) yaitu masa melata atau
berjalan.
b) Masa anak/childhood (4-8 Tahun) yaitu masa berburu dan
memperkenalkan lingkungan sekitar.
c) Masa puber/youth (8-12 Tahun) yaitu masa tumbuh dan
berkembang namun belum beradab.
d) Masa remaja (12 Dewasa) yaitu masa manusia yang beradab
dan dapat menyesuaikan dengan lingkungan.
3) Robert J. Havigurst merupakan seorang dari Universitas Chicago
yang mulai mengembangakan konsep Develovpmental task (tugas
perkembangan) pada tahun 1940 an yang mengabungkan anatara
dorongan pertumbuhan sesuai dengan kecepatan pertumbuhanya. Ia
menyusun tahap perkembangan menjadi lima tahap:
a) Masa bayi/Infancy (0- Tahun)
b) Masa anak awal/ early childhood (2/3 5/7 Tahun)
c) Masa anak/late childhood (5/7 pubesen)
d) Masa adolesense awal/early adolescence (pubesen pubertas)
e) Masa adolescence/ Late adolescence (pubertas-dewasa)
4) Jean Piaget merupakan pakar biology dari Swiss yang hidup pada
tahun 1897 s/d 1980 (Harre dan Lamb, 1988) teori dikembangkan
dari pengamatan tiga anak kandungnya sendiri dan memfokuskan
kepada perkembangan kognitif saja dan mengelompokan menjadi
empat macam:
a) Tahap sensomotorik (0-2 tahun) yaitu masa Discriminating dan
Labeling.
b) Tahap praoperasional (2-4 Tahun) Yaitu masa intuitif, mulai
mengembangan kemampuan menerima stimulus.
c) Tahap operasional konktrit (7-11 Tahun) yaitu masa Performing
Operation.
d) Tahap operasional formal (11-15 Tahun ) yaitu tahap
Profosional thinking.
5) Lawrance Kohlberg yaitu seorang peneliti yang lebih berfokus
kepada kognitif moral dan moral reasoning. Perkembangan moral
ini terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
a) Preconventional Moral Reasoning
o Obiedence and paunismen orientation yaitu konsekuensi fisik
dari perbuatan benar atau salah berupa hukuman dan
kepatuhan.
o Naively egoistic oreantation yaitu anak beroreantasi pada
instrument relative.
b) Convensional Moral Reasoning
o Good Boy Oreantation yaitu oreantasi perbuatan yang bak
adalah menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang
lain.
o Authority and sosial order maintenance orientation yaitu
oreantasi anak adalah pada aturan dan hukum.
c) Post Conventional Moral Reasoning
o Contracktual legalistic reasoning yaitu oreantasi anak pada
legalitas kontrak sosial.
o Conscience or principle orientation yaitu oreantasi adalah
pada prinsip-prinsip etika yang bersifat universal.
6) Erik Homburger Erickson yaitu salah seorang tokoh psikoanalisis
pengikut Sigmund Freud. Dia memusatkan kajianya pada
perkembangan psikososial anak. Menurut Erik ada delapan tahap
perkembangan manusia mencakup seluruh siklus kehidupan dan
mengakui adanya interaksi antara individu dan kontek sosial.
a) Basic trust vs mistrust (0-1 tahun) yaitu Menerima atau
sebaliknya member.
b) Autonomy vs shame and doubt (2-3 Tahun) yaitu menahan atau
membiarkan.
c) Initiative vs guilt (3-6 Tahun) yaitu Menjadikan (seperti)
permainan.
d) Industry vs inferiority (7-12 Tahun) yaitu membuat atau
merangkai sesuatu.
e) Identity vs role confusion (12-18 Tahun) yaitu menjadi diri
sendiri, berbagi konsep diri.
f) Intimacy vs isolation (20an) yaitu melepas dan mencari jati diri.
g) Generativity vs stagenation (20-25 Tahun) yaitu membuat,
memelihara.
h) Ego integrity vs despair (>50).

2. Teori Belajar
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk
suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap
menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil melakukan
sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau
informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu
secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar yang diterimanya
menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya.
Teori adalah seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-
kejadian tertentu dalam dunia nyata dinyatakan oleh McKeachie dalam
grendel 1991 : 5 (Hamzah Uno, 2006:4). Sedangkan Hamzah (2003:26)
menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang
terdiri dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama
lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan
kebenarannya.
Dari dua pendapat diatas Teori adalah seperangkat azaz tentang
kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan
prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Terdapat
dua aliran teori belajar, yakni aliran teori belajar tingkah laku
(behavioristic) dan teori belajar kognitif.
a. Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan teori dengan pandangan tetang
belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain belajar
adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. (Hamzah Uno, 7: 2006). Para ahli yang banyak
berkarya dalam aliran ini adalah Thorndike, Watson, Hull, Edwin
Guthrie dan Skinner. Teori belajar Skinner akan dijelaskan pada
bagian yang khusus yaitu teori belajar proses.
1) Thorndike
Menurut Thorndike (Hamzah Uno, 7:2006) belajar adalah
proses interaksi antara stimulu dan respon. Menurut Thorndike
perubahan tingkah laku bisa berwujud sesuatu yang dapat diamati
atau yang tidak dapat diamati. Ia mengatakan Belajar akan lebih
berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti
dengan rasa senang atau kepuasan. Thorndike banyak
menambahkan hukum-hukum baru, dalam perjalanan
menyampaikan teorinya Thorndike mengemukakakn revisi hukum
belajar antara lain:
a) Hukum latihan ditinggalkan karena ditemukan pengulangan saja
tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus-respon,
sebaliknya tanpa pengulangan belum tentu akan memperlemah
hubungan stimulus-respons.
b) Hukum akibat (low of effect) direvisi, karena dalam penelitianya
lebih lanjut ditemukan bahwa hanya sebagian saja dari hukum
ini yang benar. Jika diberi hadiah maka akan meningkatkan
hubungan stimulus-respons, sedangkan jika diberi hukuman
tidak berakibat apa-apa.
c) Syarat utama terjadinya hubungan stimulus-respons bukan
kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara stimulus dan
respons.
d) Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain
maupun pada individu lain.
2) Pavlov
Pavlov terkenal dengan teori belajar klasik. Teori-teori klasik
dipelapori olehnya pada awal tahun 1900 an. Untuk menghasilkan
teori ini Ivan Pavlov melakukan suatu eksperimen secara sistimatis
dan saintifik, dengan tujuan mengkaji bagaimana pembelajaran
berlaku pada suatu organisme. Pavlov mengemukakan konsep
pembiasaan (Conditional). Terkait dengan kegiatan belajar
mengajar, agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan.
Pavlov melakukan suatu eksperimen terhadap anjing. Dia
meletakkan secara rutin bubur daging di depan mulut anjing .
Anjing mengeluarkan air liur . air liur yang dikeluarkan oleh
anjing merupakan suatu stimulus yang diasosiasikan dengan
makanan. Pavlov juga menggunakan lonceng sebelum makanan
diberikan
Dalam teori pengkondisian klasik ada 2 tipe stimulus dan 2
tipe respon,yang harus dipahami yaitu Unconditioned Stimulus
(US), Unconditoned respon (ER), Conditioned Stimulus (CS), dan
Conditioned Respon (CR).
Unconditioned Stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang
secara otomatis menghasilkan respon tanpa ada pembelajaran
terlebih dahulu. Conditioned Stimulus adalah stimulus yang
sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned respon
setelah diasosiasi dengan US. Conditioned Respon adalah respon
yang dipelajari yang muncul setelah terjadi pasangan US CS.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada skema exsperimen Palvov (M.
Asrori, 2008).
3) Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian
operan. Pelopor teori ini adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini
adalah dimana konsekunsi prilaku akan menyebabkan perubahan
dalam probabilitas prilaku itu akan terjadi (Santrock, 272:2010).
Konsekuensi imbalan atau hukuman bersifat sementara
pada prilaku organisme. Contoh seorang siswa akan mengemas
bukunya secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah
oleh gurunya.
Menurut Skinner, pengkondisian Operan terdiri dari 2 konsep
utama, yaitu : penguatan (reinforcement), yang terbagi kedalam
penguatan positif dan penguatan negative, dan hukuman
(punishment). (M. Asrori, 9 : 2008)
Penguatan positiv (positeve reinforcement) adalah apa saja
stimulus yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah laku. Contoh
seorang siswa yang mencapai prestasi tinggi diberikan hadiah maka
dia akan mengulangi prestasi itu dengan harapan dapat hadiah lagi.
Penguatan bisa berupa benda, penguatan sosial (pujian, sanjungan)
atau token (seperti nilai ujian).
Penguatan negative (negative reinforcement) apa saja
stimulus yang menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak
menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat
mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang siswa
akan meninggalkan kebiasaan terlambat mengumpulkan tugas/PR
karena tidak tahan selalu dicemooh oleh gurunya.
Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang
menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku menjadi berkurang
atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. Contoh
seorang siswa yang tidak mengerjakan PR tidak dibolehkan
bermain bersama teman-temannya saat jam istirahat.
4) Bandura
Menurut Bandura siswa belajar melalui meniru dengan artian
bukan berarti menyontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan
oleh orang lain terutama guru.
Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-
mata refleksi otomatis atas stimulus melainkan juga akibat reaksi
yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan
skema kognitif manusia itu sendiri. Teori Belajar Sosial (Social
Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep, yaitu:
a) Reciprocal determinism adalah pendekatan dalam bentuk
interaksi timbal balik yang terus menerus antara kognitif,
tingkah laku dan lingkungan.
b) Beyond reinforcement adalah reinforcement penting dalam
menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau
tidak tetapi bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku.
c) Self-regulation/cognition adalah teori belajar tradisional yang
sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan
untuk menjelaskan proses kognitif.
b. Teori Belajar Vygotsky
Lev Semenovich Vygotsky merupakan tokoh penting dalam
konstruktivisme sosial. Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam
mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.
Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky yaitu Zone of Proximal
Depelovement (ZPD) dan Scaffolding.
1) Zone of Proximal Develovement (ZPD) merupakan jarak antara
tingkat perkembangan aktual (pemecahan masalah secara mandiri)
dan tingkat perkembangan potensial (kemampuan pemecahan
masalah dibawah bimbingan orang tua).
2) Scaffolding Merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa
selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih
tanggung jawab yang semakin besar setelah ia dapat melakukanya.
Aplikasi pemikiran Vygotsky untuk mempelajari matematika
menumbuhkan pemahaman matematika dari koneksi pemikiran
dengan bahasa matematika yang baru dalam mengkreasikan
pengetahuan. Mengkonstruksi pengetahuan merupakan focus yang
krusial dari pembelajaran matematika.
Vygotsky percaya bahwa siswa belajar untuk mengunakan
bahasa baru dengan internalisasi pengetahuan dari kata yang mereka
katakana, pengambangan budaya siswa dari pengetahuan kata dua
proses fungsi.
c. Teori Belajar Van Hiele
Van Hiele adalah seorang guru bangsa belanda yang mengadakan
penelitian dalam pembelajaran Pembelajaran Geometri terdapat teori
belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1954) yang menguraikan
tahap-tahap pengembangan mental anak dalam geometri. Dan terbagi
menjadi lima pemahaman yaitu:
1) Tahap Visualisasi (Pengenalan)
2) Tahap Analisis (Deskriptif)
3) Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional)
4) Tahap Deduksi
5) Tahap Akurasi (metamatematis atau keakuratan)
d. Teori Belajar Ausubel
David Ausubel adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang
menekankan agar proses belajar menjadi bermakna. Ausubel
menekankan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
Menurutnya belajar dapat dikalifikasikan ke dalam dua dimensi.
1) Hubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang
disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan.
2) Cara siswa dapat mengaikan informasi itu pada struktur kognitif
yang telah ada.
Menurut Ausubel factor yang paling penting yang mempengaruhi
belajar adalah apa yang sudah diketahui siswa. Dalam menerapkan
teori Ausubel harus memperhatikan beberapa prinsip:
1) Pengaturan Awal (Advance Organizer)
2) Diferensial Progresif
3) Belajar Superordinat
4) Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif)
e. Teori Belajar Bruner
Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dari
University Haevard, Amerika Serikat yang telah mempelopori aliran
psikologi kognitif yang memberikan dorongan agar pendidikan
memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir.
Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empaat tema
pendidikan:
1) Pentingnya arti struktur pengetahuan
2) Kesiapan untuk belajar
3) Nilai intuisi dalam proses pendidikan
Model model instruksional kognitif yang paling berpengaruh adalah
model belajar penemuan Jerome Bruner (1966). Selanjutnya Bruner
memberikan arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar
penemuan pada siswa sebagai berikut:
1) Merencanakan materi pembelajaran yang diperlukan sebagai dasar
bagi para siswa untuk memecahkan masalah.
2) Urutan pengajaran hendaknya mengunakan cara penyajian enaktif,
ikonik dan simbolik.
3) Pada saat memecahkan masalah guru hendaknya berperan sebagai
pembimbing atau tutor.
4) Dalam menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif
atau tes esay.
3. Model-model pembelajaran
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar isi maka
perinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah
sebagai berikut:
1) Pembelajaran memfasilitasi peserta didik untuk mencari tahu.
2) Belajar berbasis aneka sumber belajar.
3) Pendekatan proses sebagai penguatan pengunaan pendekatan ilmiah.
4) Pembelajaran berbasis kompetensi.
5) Pembelajaran terpadu.
6) Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi.
7) Pembelajaran menuju keterampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(Hardskill) dan keterampilan mental (softskill).
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
10) Pembelajara yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
11) Pembelajaran yang berlangsung dirumah sekolah dan masyarakat.
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan dimana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan teknologi dan komunikasi untuk meningkatkanefisiensi
dan efektivitas pembelajaran.
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.
Sasaran pembelajaran dalam menerapkan kurikulum 2013 mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ada beberapa desain
pembelajaran yang selaras dengan pembelajaran mengunakan kurikulum
2013.
1) Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan metode saintifik.
Pendekatan ini berbasis proses keilmuan, dengan artian proses
untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis dengan tujuan
meningkatkan kemampuan intelektual, membentuk kemampuan
peserta didik dalam menyelasaikan masalah secara sistematis,
memperoleh hasil belajar yang tinggi, melatih peserta didik dalam
mengkomunikasikan idea tau gagasan dan mengembangkan karakter
peserta didik. Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dilakukan melalui sejumlah langkah yaitu dengan mengamati,
menyanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi
dan mengkomunikasikan.
2) Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang
mengunkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang
bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik
untuk mengembangakan keterampilan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran berbasis masalah adalah:
a) Klarifikasi Permasalahan
b) Brainstroming
c) Pengumpulan informasi dan data
d) Berbagi informasi dan berdiskusi untuk menemukan solusi
penyelesaian masalah
e) Presentasi hasil penyelesaian masalah
f) Refleksi.
3) Pembelajaran Berbasis Project (project-based Learning)
Pembelajaran Berbasis Project (PBP) adalah kegiatan
pembelajaran yang mengunakan project/kegiatan sebagai proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Tujuan penelitaian ini adalah memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru dalam pembelajaran, meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah project,
membuat peserta didik lebih aktif, menegmbangkan dan
meningkatkan keterampilan serta meningkatkan kolaborasi peserta
didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok. Perinsip
pembelajaran berbasis projeck umumnya adalah
a) Pembelajaran berpusat kepada peserta didik.
b) Tugas projek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan
suatu tema.
c) Tema dikembangkan pada suatu kompetensi dasar tertentu atau
gabungan kompetensi dasar dalam suatu mata pelajaran.
d) Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan
menghasilkan produk yang nyata.
e) Pembelajaran dirancang dalam penemuan tatap muka atau tugas
mandiri dalam fasilitas dan monitoring oleh guru.
Dalam pembelajaran berbasis project dilakukan dengan beberapa
langkah diantaranya penentuan projek, perancangan langkah-langkah
penyelesaian projek, penyusunan jadwal pelaksanaan projek,
penyelesaian projek dengan fasilitas dan monitoring guru, penyusunan
laporan dan presentasi/publikasi hasil projek dan evaluasi proses dan
hasil projek.
4. Evaluasi Hasil Belajar
Berdasarkan permendikbud No. 81A tahun 2013 istilah penilaian
(assessment) terdiri dari tiga kegiatan yaitu pengukuran, penilaian dan
evaluasi. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-
hasil penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik berfungsi untuk memantau
kemajuan belajar atau hasil belajar dan mendeteksi kebutuhan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dengan tujuan
mengetahui tingkat penguasaan kompetesi, menentapkan ketuntasan,
pengusaan kompetensi, menetapkan program perbaikan atau pengayaan
berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi dan perbaikan proses
pembelajaran. Dalam evaluasi belajar terdapat beberapa cakupan aspek
penilaian oleh pendidik diantaranya adalah:
a. Sikap
Pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dan Permendikbud
Nomor 53 Tahun 2015 penilaian sikap dilakukan untuk mengetahui
tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Penilain
sikap bertujuan untuk mengetahui tingkat pemerolehan nilai-nilai
spiritual maupun sosial.
b. Pengetahuan
Penilaian pengetahan untuk mengetahui tingkat penguasaan
kecakapan berfikir siswa dalam dimensi pengetahuan factual,
konseptual, procedural, maupun metakognitif.
c. Keterampilan
Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk
menilai kemanapun peserta didik menerapkan pengetahuan dalam
melakukan tugas tertentu diberbagai macam konteks sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi.
Penilaian dalam evaluasi belajar harus memperhatiakan beberapa
perinsip diantaranya adalah sahih, objektif, adil, terpadu, terbuka,
menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan criteria dan
akuntabel dengan hasil penilaian disampaikan dalam bentuk predikat atau
deskripsi. Metode evaluasi hasil belajar dapat direncanakan sebagai
berikut: perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan hasil
penilaian dan pelaporan dan pemanfaatan hasil penilaian.

5. Media Pembelajaran
Media adalah medium yang berasal dari bahasa latin yaitu antara.
Media juga disebut dengan perantara antara informasi dan penerima
informasi. Sedangkan pembelajaran adalah proses belajar mengajar
antara pesertadidik dan pendidik. Jadi berdasarkan penjabaran diatas
dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang
membantu terjadinya suatu proses pembelajaran. Secara umum media
terbagi menjadi media cetak dan media elektronik namun secara spesifik
media terbagi menjadi media teks, media audio, media visual, media
gerak dan media manipulatif.
Media juga berbentuk alat peraga yang ditampilkan untuk membantu
proses belajara mengajar. Alat peraga adalah suatu alat yang digunakan
untuk memperagakan atau menampilkan materi yang diajarkan dengan
tujuan memudahkan ketercapaian ketuntasan tertentu. Alat peraga juga
bisa dimanipulasi menjadi alat peraga mnipulatif yaitu media yang
berupa 3 Dimensi dan sesuai dengan objek yang sebenarnya.
Media berfungsi sebagai sarana atau alat penyampai informasi/pesan
kepada penerima informasi. Media dalam pembelajaran disebut juga
dengan pembawa informasi dari pendidik (Guru) ke Pesertadidik (Siswa).
Dalam pengunaan media pembelajaran guru juga perlu memperhatikan
metode penyampaian informasi yang akan dilakukan. Metode adalah
cara, prosedur, strategi yang digunakan agar informasi yang disampaikan
efektif dalam pencapaian sasaran informasi.
Menurut Heinich dan kawan-kawan (1982) mengajukan berapa model
perencanaan pembelajaran yang efektif dalam pengunaan media dengan
metode ASSURE. Dengan 6 kegiatan utama:
a. Analyze Leraner Characteristic (Menganalisa Karakteristik Peserta
Didik)
b. State Objective (Merumuskan Tujjuan Pembelajaran)
c. Selec, Modify, or Design Materials (Memilih, Memodifikasi, atau
merancang dan mengembangkan material)
d. Utilize Materials (Mengunakan Materi)
e. Require Learner Respon (Meminta Tanggapan Siswa)
f. Evaluate (Evaluasi)
Model pembelajaran ditentukan dengan media yang digunakn dalam
proses belajar mengajar. Dalam pengunaan media, media sangat
mempengaruhi pembelajaran, dalam pembelajaran ada yang disebut
dengan media sederhana yaitu berbagai macam media gambar yang tidak
diproyeksikan. Media ini dapat berupa Gambar/ilustrasi, poster, bagan,
diagram, grafik, peta, sketsa dan lain-lain.

B. Materi yang Sulit dipahami


Materi yang sulit dipahami dalam pembahasan ini menurut saya
(Dinda Emilia Triyanti, S.Pd) adalah mengenai Evaluasi belajar, dalam
evaluasi belajar terdapat banyak penilaian yang harus dilakukan oleh
seorang guru terhadap peserta didik. Dalam penilaian seorang guru tidak
hanya dari segi kemampuan intelegensi saja yang dinilai namun juga
mencakup mengenai kemampuan sosial dan emotional. Setiap guru
melakukan metode sendiri dalam menilai hasil belajar peserta didik, ada
beberapa guru yang hanya menilai hardskill siswa saja dan ada pula yang
menilai dengan penambahan softskill dari peserta didik. Perbedaan pendapat
mengenai penilaian hasil belajar ini menyebabkan pemahaman yang tidak
sama dan menyebabkan cara pemberian penilaian hasil belajar berbeda.
Namun jika penilaian hasil belajar diberikan sebuah format penilaian
Hardskill dan Softskill akan menyebabkan penambahan waktu proses
pengamatan dan uji coba peserta didik dalam melakukan penilaian hasil
belajar.
Format Penilaian dalam hasil belajar yang diberikan pemerintah juga
tidak konsisten dan sering bergonta ganti sehingga membuat penilaian hasil
belajar tidak sama. Fungsi penilain hasil belajar oleh Pendidik terdiri dari
fungsi Formatif (sikap, pengetahuan dan keterampilan) dan fungsi Sumatif
untuk menentukan keberhasilan belajar pada KD tertentu. Setelah penilain
maka guru mengevaluasi hasil belajar siswa. Pemberian nilai hasil belajar
dengan metode yang salah menyebabkan ketidaktepatan nilai yang diberikan
kepada peserta didik.
C. Materi Esensial yang tidak ada dalam sumber belajar
Pendidikan Nasional Kurikulum 2013 menekankan pendidikan
Karakter. Dalam pengembangan pendidikan karakter guru menjadi peran
utama yang menjadi tiruan dan guguan peserta didik. Guru juga merupakan
inspirasi dan motivasi. Pada pembahasan ini materi yang esensial namun
tidak ada dalam sumber belajar adalah penjabaran mengenai pendidikan
karakter. Pendidikan Karakter bertujuanya untuk membangun jiwa
nasionalis peserta didik dan meningkatkan integritas diri agar dalam
kehidupan peserta didik menjadi mandiri, religius dan mempunyai semangat
yang bergontong royong untuk dapat mempersatukan dan mempertahankan
Negara Republik Indonesia. Ada 18 nilai-nilai karakter berlandaskan budaya
bangsa.
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Kreatif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa ingin tahu
10. Semangat kebangsaan
11. Cinta tanah air
12. Menghargai prestasi
13. Bersahabat/komunikatif
14. Cinta damai
15. Gemar membaca
16. Peduli lingkungan
17. Peduli sosial
18. Bertangungjawab
Pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan
pengenalan norma atau nilai-nilai dan belum pada tingkatan internalisasi
dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu integrasi
pendidikan karakter didalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran.
D. Materi Tidak Esensial yang ada dalam Sumber Belajar
Menurut pendapat saya (Dinda Emilia Yanti, S.Pd) materi yang tidak
esensial pada sumber belajar adalah tidak ada dikarnakan bahan atau Modul-
modul yang ada di situs Web www.sertifikasiguru.id seluruhnya sudah
sesuai dengan kisi-kisi yang ada pada program PLPG.
BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari awal sampai akhir pelaksanaan pembekalan PLPG 2017 dapat
mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Secara umum pelaksanaan pembekalaan PLPG 2017 berlangsung baik,
lancer, dan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pembekalan PLPG 2017 sangat bermanfaat untuk para peserta dalam
membina kompetensi dan kesiapan sebagai guru profsional.
3. Komunikasi antara Mentor dengan peserta PLPG 2017 terjalin dengan baik
sehingga terjadi timbal balik yang positif.

B. Saran
Dari pelaksanaan pembekalan PLPG 2017 saya dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Kualitas pembekalan PLPG 2017 perlu ditingkatkan baik dari segi
perencanaan maupun pelaksanaanya agar lebih bermanfaat.
2. Peserta pembekalan PLPG diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan
model pembekalan dan dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan sebaik-
baiknya sebagai bekal ketika kembali bertugas sebagai tenaga pendidik
yang professional.
3. Peserta pembekalan PLPG diharapkan dapat lebih meningkatkan rasa
tanggung jawab serta kedisiplinan dalam menjalankan tugas.

S-ar putea să vă placă și