Sunteți pe pagina 1din 46

BOOK SUMMARY

Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya

Summarize by:

ENT-1 Virtuous Leadership Students

Podomoro University
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 2

Table of Contents
BOOK SUMMARY ..................................................................................................................... 1

PROLOG by Brandon Christian ................................................................................................. 3

CHAPTER 1- A Leader who did not Pass few Grades ................................................................ 4

CHAPTER 2-Love Flourished in Bandung ................................................................................ 6

CHAPTER 3- Prison and God ....................................................................................................8

CHAPTER 4-Reaching the Stars at Sabang Street .................................................................. 10

CHAPTER 5-Winning Jackpot and Mr Kamio ........................................................................ 12

CHAPTER 6-Never Stop Searching the Wind ......................................................................... 14

CHAPTER 7-Disaster at the Wedding Anniversary................................................................. 15

CHAPTER 8-Profits and a Shady Tree .................................................................................... 16

CHAPTER 9-The Balance of Three Tjia................................................................................... 17

CHAPTER 10-Buffeted by Series of Storm .............................................................................. 19

CHAPTER 11-The Mentor for Lobbyists .................................................................................. 21

CHAPTER 12-Warm Regards from Mr. Crispy ....................................................................... 23

CHAPTER 13-My Employees, My Family ............................................................................... 24

CHAPTER 14-Let the Flowers Bloom ...................................................................................... 25

CHAPTER 15-Big Dream in Agribusiness ............................................................................... 27

CHAPTER 16-A Nationaliss Manifesto ................................................................................... 29

CHAPTER 17-To Prosper with the Nation............................................................................... 31

CHAPTER 18-The Captains from Kartanegara ....................................................................... 33

CHAPTER 19-A Perfect Daddy ................................................................................................ 35

CHAPTER 20-Sustaining the Shady Tree ............................................................................... 36

CHAPTER 21-A Big Family of William ....................................................................................38

CHAPTER 22-Let Me Bear It................................................................................................... 39

CHAPTER 23-In the Name of Integrity................................................................................... 41

CHAPTER 24-Making a New Knot .......................................................................................... 42

CHAPTER 25-A Respectful Old Man ...................................................................................... 44

EPILOGUE ............................................................................................................................... 46
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 3

PROLOG by Brandon Christian

William Soeryadjaya adalah seorang entrepreneur yang sangat sukses. Ia


adalah Sebagai salah satu legenda bisnis yang ada di Indonesia, William Soeryadjaya
sudah sangan terkenal di mana-mana, khususnya di internet. Beliau dijuluki sebagai
Bapak Otomotif Indonesia, karena sebagian besar karya besarnya adalah
membangun kelompok usaha yang sekarang sudah menjadi salah satu asset
nasional.

Bahan dasar untuk memahami buku tentang William ini sebagian besar
bersumber dari media massa, tujuan nya agar masyarakat bisa mencontoh
perjuangan dari William. Lebih dari 60 narasumber yang sudah mewawancarai
mulai dari keluarga, sahabat, professional, hingga para rekan bisnisnya. Buku ini
coba merekonstruksi kehidupan pada William. Buku ini memiliki tujuan untung
menggali kehidupan William langsung dari tangan pertama orang terdekat, naik di
sekelilingnya maupun yang sudah pernah menjalin hubungan intens bersama
William.

Dari sang istri William yang kini berusia 89 tahun ia selalu berbicara tentang
cerita otentik yaitu pada saat suka-duka dan jatuh-bangun keluarga Soeyadjaya.
Kebahagiaan terbesar William adalah ketika dia melihat semakin banyak orang yang
bekerja dan berkeringat untung membangun masa depan yang lebih baik. William
adalah sosok yang sangat rendah hati, dan tidak pernah memandang rendah kepada
siapapun. Dia selalu bermimpi tentang perusahaan nya Astra sebagai sebuah pohon
rindang dengan buah yang lezat, tempat banyak orang bernaung di bawahnya dan
menikmati buahnya. Ini sebabnya mengapa Astra dikenal sebagai Si Pohon Rindang.
Dari keseluruhan Tantangan yang ia hadapi adalah bagaimana William Soeryadjaya
bisa dapat mengembangkan lagi bisnisnya kembali seperti normal.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 4

CHAPTER 1- A Leader who did not Pass few Grades by Brandon Christian

William Soeryadjaya lahir di Majalengka tahun 1922. Ia memiliki ayah


bernama Tjoe Bie dan seorang ibu bernama Tan Hei Lan. Beliau adalah anak ke-3
dari 6 bersaudara kandung. Tjoe Bie memilih nama terbaik untuk William
Soeryadjaya pada saat itu namanya adalah Tjia Kian Liong, itu adalah nama seorang
raja di Tiongkok. Beliau akan menjadi penerus nama keluarga dan penerima
warisan. Beliau adalah anak laki-laki pertama yang lahir setelah keduanya lahir di
Rahim ibunya.

Pada mula awal bisnis, ayahnya Tjoe Bie memilih menjadi pengusaha
angkutan sebagai mata pencaharian utama, dengan modal 6-12 bus Opel. Bisnis Tjoe
Bie berjalan dengan sangat baik, sebagai anak pengusaha angkutan, posisi Kian
Liong (William) relative lebih baik disbanding teman-temannya yang anak peribumi.
Bisnis ayahnya Tjoe Bie berjalan dengan sangat baik, beliau juga berani mengambil
resiko tinggi, tak hanya itu dia mempunyai bisnis lainnya yaitu dengan berbisnis
jual-beli hasil bumi dengan pembeli dari Singapura. Keluarganya memiliki rumah
yang luas sehingga orang sekitarnya menyebut rumah itu sebagai Rumah
Jangkung. Keadaan politik pada saat ini adalah kebijakan nya belum ketat seperti
sekarang, sehingga ekonomi masih sangat luas pada saat itu.

Tantangan yang ia hadapi pada bagian ini adalah ia ditinggal selamanya oleh
ayahan tercintanya yakni Tjoe Bie karena sakit tifus. Pada saat itu pengobatan belum
terlalu baik. William sangat tersakiti karena ayahnya meninggal, dan merasa
kehilangan yang menyakitkan, karena ditinggal oleh orang tercintanya. Dia sebagai
anak laki-laki tertua dia harus menjadi pengganti ayahnya. Belum lama, ibunya juga
terkena penyakit yang sama yaitu tifus, maka sempurnalah kesedihan itu. Setelah
itu, adik Tjoe Bie datang untuk mengambil alih tanggung jawab kakaknya. Beliau
juga harus berjuang demi adiknya, dia memulai dengan membeli kertas bekas lalu
dijual ke Cirebon

Setelah lulus tingkat sekolah dasar di usia 15 tahun, ia melanjutkan studinya


di Cirebon yaitu di SMPN 1. William kembali mengalami tinggal kelas di usia 19
tahun karena terpaksa terputus karena keadaan ekonomi dan politik yang
memburuk. Secara ekonomi, bus-bus yang dimiliki ayahnya tak berkembang di
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 5

tangan adiknya sehingga lama-lama jumlah bus terus berkurang. Sementara politik,
bala tentara Jepang masuk ke Asia pada 7 Desember 1941 menyerang Pearl Harbour
di Pasifik. Gerak Jepang sangat cepat, sehingga pemimpinnya memerintahkan
seluruh pasukan Hindia Belanda menyerahkan diri kepada tentara Jepang.

Didalam aksi nya beliau sangat pedulli, ia penuh dengan percaya diri, William
juga sangat bertanggung jawab kepada adik-adiknya, serta tetap tegar atas terhadap
tantangan yang dihadapinya pada saat itu. Pelajaran yang dapat kami ambil dari
bagian ini adalah bahwa seorang entrepreneur jika gagal dia harus bangkit dan tidak
mudah untuk meyerah, namun William adalah salah satu seorang yang sangat setia,
jujur, ramah, dan tulus, dan dia suka menolong sampai sepuluh kali kepada orang
yang sama tanpa pamrih. Beliau pada akhirnya pindah ke Bandung dari Majalenka
untuk memperbaiki taraf kehidupan ditengan-tengah jaman perang. Diapun
mengganti namanya menjadi William Soeryadjaya.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 6

CHAPTER 2-Love Flourished in Bandung by William

Dari kota kelahirannya di Majalengka, William menempuh perjalanan ke kota


Bandung untuk mengadu nasib walaupun ia tau pada saat itu untuk berdagang pun
sangat sulit dilakukan karena pasukan-pasukan Jepang yang mengontrol setiap
gerak-gerik warga dan diperjaga sangat ketat namun William tidak patah semangat
meskipun waktu itu perekonomian hampir lumpuh dan tetap berdagang aneka hasil
bumi di Pasar Andir, sampai akhirnya ia memiliki kios untuk berdagang di pasar
tersebut dengan bantuan sang adik, setelah itu ia mulai focus pada usaha
pengangkutan barang antara Bandung Jakarta.

Bermula dari organisasi yang dibantu William yaitu Chinese Red Cross, dari
sana ia mengenal seorang gadis yang sekarang menjadi istrinya Lily. Ketika pertama
kali bertemu ia langsung terpikat pada pandangan pertama, tetapi pada saat itu
mereka masing-masing sudah memiliki pasangan dan pasangan Lily pada saat itu
adalah Tjia Kian Tie yang merupakan adik kandung William. Pada saat peristiwa
besar Bandung Lautan Api, rumah dan toko Lily habis terbakar padahal saat itu
tokonya lumayan besar dan menjual batik, Ia pun dipindahkan Oomnya ke Hotel Lok
Pin dan dari situlah hubungan William dan Lily semakin dekat.

Di mata Lily, William adalah orang yang sangat suka membantu bahkan Ibu
dan kakaknya sering ditolong olehnya, William adalah orang yang aktif dan pernah
menjadi Ketua Pramuka. Sifatnya itu lah yang dikagumi oleh Lily, tidak hanya itu
William juga sangat senang untuk bertemu orang baru. Tiba saatnya ketika William
menghadap ke kakak dan Ibunya Lily dan mengajukan niatnya untuk melamar Lily,
sikapnya yang sangat berani itu diberi lampu kuning dan akan berubah menjadi
lampu hijau atau tidak tergantung oleh Lily dan Lily pun menerimanya.

Kian Tie sang adik, mendapat beasiswa untuk berkuliah di Belanda, William
tak tega melihat Kian Tie yang sering jatuh sakit dan segera menyusulnya, kondisi ini
dikarenakan juga saat itu sangat susah bisnisnya untuk berkembang. Karena
keadaan itu William menyatakan untuk menikah di Belanda saja dan juga karena ia
sudah tau aturan-aturan menikah disana, empat bulan setelahnya ia mengirim surat
ke Lily dan hari penandatanganan pernikahan surat nikah ialah pada Rabu, 15
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 7

Januari 1947, 2 bulan sejak pernikahan mereka Lily dengan sangat berani menyusul
William ke Belanda dengan sendiri selama 1 bulan dengan kapal laut.

Di Belanda William berbisnis menjual barang kiriman dari Bandung dan


mengandalkan pasar gelap untuk berbisnis, dari bab 2 ini pelajaran yang didapat
ialah bahwa meskipun keadaan sangat tidak kondusif kita tetap harus tegar dan
mencari segala cara untuk tetap meraih kesuksesan dan juga harus berani dalam
berorganisasi.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 8

CHAPTER 3- Prison and God by by Khendy Chan

Pada chapter 3 mengenai Bui dan Tuhan, keadaan sosial, politik, dan ekonomi
yang dihadapi oleh William tidak terlalu berpihak padanya. Aspek sosial pada saat
itu adalah penduduk terbagi menjadi dua bagian yakni penduduk yang ingin
mempertahankan eksistensi negara bagian dan penduduk yang ingin negara
kesatuan. keadaan itu pun kemudian disusul dengan kabar gembira bahwa Belanda
resmi menyerahkan kedaulatan Indonesia dan keadaan di Bandung berangsur baik.
Tetapi kabar baik itu kemudian disusul kembali dengan masalah nasional yang
terjadi pada saat itu yaitu Program benteng. Masalah politik di Indonesia pun kian
memburuk lantaran pergantian kabinet berulang kali yang tidak berlansung lama.
Dalam masa itu William pun terpaksa menutup bisnis yang baru dijalankannya
karena gagal total dan program benteng masih berlanjut meskipun pergantian
kabinet sudah dilakukan berulang kali. Saat William mendirikan PT Sanggabuana
masalah yang harus dihadapi William adalah kebijakan Alibaba yang dikeluarkan
pemerintah yang mengharuskannya harus bermitra dengan masyarakat pribumi.
Keadaan ekonomi yang dihadapai William pada saat itu pun berjalan berat karena
ongkos kehidupan naik hingga 100% dan William juga mengalami kerugian yang
sangat besar pada saat itu.

Tantangan yang harus dihadapi William pada saat ia kembali ke Indonesia


sangat beragam. Saat ia mendirikan usaha penyamakan kulit, pergantian kabinet
yang berulang kali membuatnya harus menutup usahanya karena gagal total.
William pun menjalankan bisnis yang dijalankan oleh istrinya karena istrinya
melahirkan anak ketiganya pada saat itu. Merasa tidak puas William pun mendirikan
PT Sanggabuana bersama iparnya sebagai jalan menuju sukses. Tetapi tantangan
yang harus dihadapinya pada saat itu adalah program benteng dan kebijakan
Alibaba. Hal tersebut menjadi masalah karena William diharuskan bermitra dengan
masyarakat pribumi yang pada saat itu tidak memiliki mental berwirausaha yang
kuat. PT Sanggabuana pun telah mengalami pergantian direksi sebanyak 13 kali
dikarenakan kebijakan itu. Hal berikutnya yang menjadi tantangan untuk William
adalah kerugian yang dialaminya, William terlanjut nekat mengimpor semen untuk
diperdagangkan dalam jumlah yang banyak tetapi tanpa diduga keadaan pasar pada
waktu itu mendadak melemah dan mengakibatkan semennya membeku. Hal buruk
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 9

berikutnya yang menyusul adalah ia ditendang dari perusahaannya sendiri dan


ditahan dalam penjara Banceuy karena ia difitnah melakukan tindakan korupsi.

Dalam banyaknya tantangan yang dihadapi oleh William ia memperlihatkan


aksi virtuous yang patut kita contoh. Rasa percaya diri adalah bumbu utama dari
sikap virtuous yang diperlihatkannya. Ia pun juga ingin membuktikan diri ingin
sukses dengan modal nekat dan tekad yang menghasilkan PT Sanggabuana sebagai
perusahaan yang memiliki reputasi pada saat itu. Hal berikutnya yang patut kita
contoh adalah sikap yang sumeh yang membuatnya mudah bergaul dengan tahanan
tahanan lainnya pada saat ia mendekam dalam penjara. Ia juga peduli dan iba
dengan tahanan yang menjadikannya tahanan dengan berusaha membuktikan
bahwa mereka tidak bersalah setelah ia keluar dari penjara Banceuy itu.

Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari chapter ketiga dalam
biografi William ini. Namun yang menjadi hal utama yang dapat kita ambil adalah
rasa bertanggung jawab terhadap keluarganya. Tanggung jawab itu menjadikannya
ia percaya diri dalam setiap tantangan yang dihadapinya. Dalam konsekuesi, nekat
merupakan pemicu dalam gerakan kita, namun tanpa Analisa yang tajam nekat
dalam menjatuhkan kita sewaktu waktu. Kemudian karakter dari William yang harus
kita tiru adalah terus berusaha dan pantang sekali untuk menyerah karena hal
tersebutlah yang menjadikan William berhasil dan demikian pula dengan deretan
tokoh sukses lainnya.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 10

CHAPTER 4-Reaching the Stars at Sabang Street by William Edbert

1. The situations of social politic and economic in Indonesia at the time is not
good for William to develop Astra. The situation of politic is distracted especially
when Soekarno apointed himself president for his life and also make a policy that is
guided democracy but the policy aroused opposition from nationalists, socialists and
islamic in Indonesia so the political situation has been worse at the time. At the same
time the goverment began to build a prestigious project at a cost super expensive so
reserve depleted state funds and national economy plummeted which results in very
high levels of poorness. Macroeconomic situation is terrible like the level of inflation
is very high and become hiperinflation, in August 1959 the exchange rate was
devalued until 75% then in 1961-1964 the level of inflation until 100% at year. At the
end of 1965 the prices soaring until 500% and in 1966 the level of inflation reach
640% and the Indonesia economic nearly collapsed.

2. The challenge for William is after he get out from jail, he go to Jakarta to make
a new business and the brother Kian Tie committed to buy company so he can be
able to do business with William. Then Kian Tie with his friends Hardiman buy small
company that are inactive in Jalan Sabang No 36 and William is responsible for the
day to day operations as well as managing the companys financial, and they named
the company astra International. In Jakarta William rarely met his family in
Bandung because he very busy. In 1961 Kian Tie, Benjamin and his friend Hardiman
transfer all their shares to William. The terrible situation of economic at the time it
made Astra very difficult to grow but William dont give up. He always looking the
opportunity and information so the company can survive and Astra always take the
opportunity to growth.

3. Since the new order, many policies has been made for fixed the economic and
have good impact for Astra, with high entrepreneurial spirit of William then he sure
can take advantage of business opportunities. William began to struggle in order to
become the main supplier for goverment projects. Then Astra become the main
supplier. William educate the employees by throwing them directly in the vortex of
business so the employees know how the business work.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 11

4. We must dare to take risks, never give up, always take the opportunity that we
can do, humble, have a tough mentally, always work hard, and always believed in the
power of God.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 12

CHAPTER 5-Winning Jackpot and Mr Kamio by Budyanto

1. What were the social, political and economic situations facing William
Soeryadjaya in the chapter?

Situasi Ekonomi yang di hadapi William pada bab ini cukup berliku. William
mendapat order dari teman lamanya di PT Garuda Diesel dengan kontrak
sebesar USD 8 juta untuk memasok generator untuk PLN yang berada di
bawah naungan Departemen PUTL. Karena tidak mempunyai modal yang
cukup , William meminjam uang kepada bank dengan bunga 6% untuk kredit
dari USAID. Berharap rencananya dapat berjalan dengan baik , William
malah mendapat surat bahwa dia telah melanggar aturan penggunaan dana
USAID. Pengelola dana pinjaman USAID pun memblokade L/C yang telah
dibuka Astra. William pun sempat roboh karena dia bingung bagaimana cara
untuk membayar hutang. Hingga pada suatu hari Anderson selaku pengelola
USAID membuka kembali L/C PT Astra. Mulai dari situlah William mulai
meniti karier bisnisnya hingga sekarang dibidang otomotif.

2. What kind of challenges did he have to face in fulfilling his personal and
business needs?
Tantangan yang William hadapi untuk memenuhi kebutuhan pribadinya dan
bisnisnya adalah:
1. Pengelola dana pinjaman USAID di Indonesia memblokade L/C yang telah
di buka Astra.
2. William harus mencari tempat untuk merakit truk yang dipesannya dalam
bentuk SKD.
3. Mencari mitra asing untuk dijadikan sebagai agen untuk merakit serta
menjual kendaraan di Indonesia.
4. Lamaran kerjasamanya di tolak oleh General Motor karena GM merasa PT
Gaya Motor tidak memiliki daya tarik untuk di ajak bermitra.
5. Nissan, pabrikan otomotif asal Jepang memberikan janji palsu kepada
William yang semula mengajak untuk bermitra. Tidak ada kabar selama 2
bulan , ternyata Nissan sudah menjadi mitra dengan PT Indokaya Motor.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 13

3. What actions does William Soeryadjaya take that show he is developing or has
developed a virtuous character or which to rely in times of challenge?

William tidak pernah lupa akan adanya sosok Tuhan dalam perjalanan hidup
dan bisnisnya. Dia selalu berdoa kepada Tuhan untuk meminta pertolongan
dan jalan untuknya. Tuhan sangat menyayangi William dan memberikan jalan
yang terbaik untuknya. William sangat merasa beruntung karena dia sangat
diberkati oleh Tuhan. Oleh karena itu dia ingin membalas kebaikan Tuhan.
Dia ingin membagikan berkat dari Tuhan dengan cara membukan lapangan
kerja seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia yang dia cintai. Untuk
menghadapi masalahnya yang tergantung dengan waktu ia hadapi dengan
cepat dan tidak menyerah terhadap satu hasil saja.

4. What were important lessons we can take from his actions (in his sense of
duty, consequences, and character)?

Pelajaran penting yang dapat kita ambil dari tindakan William adalah dapat
melihat peluang, berani bertindak cepat, percaya akan keputusan yang dibuat,
pantang menyerah, bisa menganalisa pasar yang akan datang dan yang
terpenting adalah tidak lupa akan adanya sosok Tuhan.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 14

CHAPTER 6-Never Stop Searching the Wind by Hermawan Susanto

He is opening a automotive business in Indonesia that make him the first distributor
car in Indonesia. The brand that he is import to Indonesia is Toyota. From Japan,
first, the leader in Toyota curious about who is the distributor Toyota in Indonesia.
That is William Soeryadjaya, he is the work hard man, competent, humble,
optimistic, and never give up to make a kingdom for his business. He have a lot of
challenge, he started a business from selling paper and after that he going sell crops
like oil, peanut, rice, and sugar to liven up for his brother. Before he started a Astra
Cooperation with his family, he started CV for ekspor import sector. And he was
cheated by his partner and loss a lot of million rupiah. In 1957 He started Astra
Cooperation with his brother and his friend. Even though hes in the hard time, he
did not feel desperate. He is still fight for the sake of the family, employee and
business partner even that small business partner. He does not discriminate about
the level. He are the man who seeing all people is equal even he is in the glory or
billionare. And the most responsible man. He is the man that people called Man of
Honor
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 15

CHAPTER 7-Disaster at the Wedding Anniversary by Jeremy Gozal

Monday night, 14 January 1974 Japanese prime minister, Kakuei Tanaka come to
visit Indonesia for 3 days. The visit of prime minister created chaos among students.
He considered as a symbol of foreign capital. that has to be eliminated. The student
made a small council to discuss about making some big chaos to make the foreign
capital investors out of Indonesia. The counteraction of foreign capital in Indonesia
made our economics financial drop. The Astra Motor Showroom was one of the
reason causing the chaos, because Astra was one of the biggest distributor of
Japanese product. The council of students attacked the showroom with rocks and hit
the office window, the situation was very chaotic. There were some people screaming
burnt down the building!. Not only throwing the rocks but people were trying to get
inside of the building and made some chaos inside. When the chaos was still
happening, Mr. William was at the Airport but he chose to come back to his office
and his wife told him not to go but he insisted.
In his life time, Mr. William never had Bodyguard to guard him or bringing gun
beside him. The reason he went back to his showroom because he think about his
worker rather than himself. He tried to make the best for his company and workers.
So we conclude that Mr. William was a still guy and calm to overcome his
problem and he always said that god always able to make everything happen. That
date was always been remembered by Mr. William because in that day he didnt
celebrate his wedding anniversary, because it was only once that he cant celebrate
his wedding anniversary with his beloved wife in a life time.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 16

CHAPTER 8-Profits and a Shady Tree by Jennifer Leilani

Situasi Politik, Sosial & Ekonomi William

William sadar saat itu posisi astra dalam sosial-ekonomi rentan. Peristiwa Malari
menunjukkan bahwa penempatan Astra di peta bisnis kurang baik karena dipakai
oleh orang jepang yang memburu keuntungan. Dalam bidang politik, William tidak
haus akan kekuasaan.

Tantangan-tantangan dalam memenuhi kebutuhan personal dan bisnis

Pernah William diberi cek kosong, dan ia mengedarkan surat hanya untuk bagian
internal yang berisikan nama-nama yang mesti diperhatikan agar tidak sembarangan
menerima cek. Tapi semua tidak selalu berjalan lancar karena seorang kasir tak
sengaja mengatakan pada seseorang bahwa orang itu masuk daftar yang ceknya tak
diterima. Orang itu memfotokopi surat itu dan menuntut Astra atas pencemaran
nama baik, tapi William memilih mengalah. Saat melebar ke beberapa bisnis baru
seperti bidang agro, walau kinerja pekerja tidak sesuai ekspektasi, William masih
positif.

Karakter William yang berbudi Luhur

William memikirkan bagaimana cara dia bisa memperbesar dirinya untuk menjadi
fondasi yang membantu memperbesar orang lain. Dia mempunyai sikap yang teguh
dan sabar, ia selalu beranggapan setiap masalah pasti ada jalan keluar. Ia juga
mempunyai visi untuk menjadikan astra aset negara dengan melakukan hal yang
benar, bukan hanya keuntungannya seorang dengan cara mengeliminasi orang lain.

Karakter yang dapat dipelajari dari seorang William Soeryadjaya

Percaya diri, teguh, sabar, rendah hati dan peduli adalah kunci-kunci William di bab
8 yang bisa kita pelajari dan harus kita terapi sehari-hari demi menjadi pemimpin
yang berbudi luhur.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 17

CHAPTER 9-The Balance of Three Tjia by Metta Suryatie Halim

Di bab ini menceritakan tentang kedekatan William Soeryadjaya dan kedua


adiknya. Masalah pertama yang dialami olehnya maupun adiknya yaitu
diharuskannya untuk mengganti nama mereka yang berbau unsur tionghoa menjadi
nama Indonesia. Kemudian Astra juga sempat dianggap sebagai perusahaan antek
Jepang yang tidak mempekerjakan orang-orang pribumi. Pada nyatanya, William
sendiri selalu berpesan kepada orang-orang HRD-nya untuk mengutamakan orang-
orang pribumi dalam meng-hire pekerja. Kemudian, dikarenakan adanya peraturan
PP No. 10/1959 yang berisi larangan bagi orang-orang asing terutama orang
Tionghoa untuk berdagang eceran di daerah pedalaman, yaitu luar ibu kota daerah
tingkat I dan II, Kian Tie dan istrinya yang sering disebut tante Nicky terpaksa
meninggalkan William dan bekerja di sebuah bank di Palembang dan kemudian
pindah ke Malaysia.

Kemudian, dikarenakan perkembangan perusahaan Astra, William


membutuhkan adik bungsunya, Benjamin untuk membantu merintis Astra, dan
sebagai wujud balas budi kepada kakaknya yang selalu merawatnya dari kecil, Ia
setuju untuk bekerja bersama kakaknya. William adalah orang yang mengambil
keputusan tanpa memikirkannya lebih dalam, beliau tidak memikirkan angka,
menggunakan feeling dengan logika yang sederhana. Yang beliau pikirkan adalah
menangkap peluang. Oleh karena itu, kedua adiknya selalu ada disampingnya untuk
membantu beliau dalam membuat keputusan, karena kedua adik beliau adalah orang
yang menganalisa sesuatu hal terlebih dahulu sebelum membuat keputusan.
Masalah selanjutnya yaitu, system keuangan Astra yang kacau, yang akhirnya dapat
diperbaiki oleh Vijverberg. William, Kian Tie, serta Benjamin mempunyai sifat yang
berbeda tetapi mereka bertiga dapat menciptakan keseimbangan antara satu sama
lain.

William Soeryadjaya, menurut saya adalah orang yang memiliki rasa cinta
yang sangat tinggi terhadap tanah airnya. Beliau juga memiliki sikap optimisme yang
sangat tinggi. Ia percaya bahwa pengalamannya berkali-kali lolos dari kebangkrutan
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 18

adalah tanda bahwa segala sesuatu ada jalannya asal pantang menyerah dan
senantiasa bersandar kepada Tuhan. Beliau juga disebut sebagai Man of Vision.
Beliau selalu melihat peluang-peluang besar yang ada di masa depan yang harus
beliau kejar. Beliau juga orangnya tidak memandang latar belakang, suku, ras dan
agama tertentu. Menurutnya, selama orang itu professional dalam menjalankan
pekerjaannya.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 19

CHAPTER 10-Buffeted by Series of Storm by William Pukarta

Pada bab ini diceritakan banyak sekali problematika yang terjadi terhadap
bisnis William soeryadjaya, masalah tersebut datang menghantam bertubi-tubi
terhadap bisnis William soeryadjaya yang sedang berkembang. Bukan hanya
problematika yang harus dihadapi dan diatasi dengan pemikiran yang tepat oleh
William soeryadjaya, tetapi juga tekanan dan cobaan datang dari orang-orang
terdekat William soeryadjaya. Pada bab ini juga kita dapat mengetahui bahwa
William soeryadjaya diuji oleh yang Maha Kuasa. Lebih menariknya lagi cobaan
tersebut datang tanpa adanya peringatan terlebih dahulu, cobaan seperti pada kasus
Pertamina adalah yang terburuk bagi bisnis oom William Soeryadjaya pada bab ini.
Pada bab ini juga pemegang ASTRA yang pada saat kini bergabung, yaitu Teddy
Rachmat yang baru saja lulus dari ITB. Seakan-akan pada bab 10 ini bisnis oom
William soeryadjaya naik-turun karena oom William soeryadjaya adalah seseorang
yang memiliki ambisi besar untuk menjadi berkat bagi bangsa Indonesia.
Pemerintah pada zaman orde baru yang kita ketahui dengan pemimpin yang
tegas,berwibawa, dan otoriter pada saat itu juga turut meminta ASTRA menjadi
pemasok sarung dan sepeda untuk rakyat Indonesia pada saat itu.

Diceritakan perwakilan ASTRA dipanggil pemerintah orde baru pada saat itu,
meminta William soeryadjaya mengimpor tekstil sarung untuk lebaran. Meskipun
pada akhirnya bisinis impor tekstil sarung tersebut gagal karena problematika tetapi
oom William soeryadjaya tidak semata-mata kecewa dengan pemerintah. Terbukti
pada tahun 1971 salah satu perwakilan ASTRA dipanggil oleh presiden Soeharto
untuk mencarikan sepeda untuk petani Indonesia. William soeryadjaya yang kita
ketahui sangat ingin memajukan bangsa Indonesia langsung mengutus bawahannya
untuk menjalan proyek bisnis permintaan pemerintah pada saat itu. Tetapi
sayangnya bisnis sepeda tersebut pun gagal.

Pada bab ini juga diceritakan bahwa adik oom William soeryadjaya meninggal
dan itu menjadi pukulan terhadap William soeryadjaya. Kita dapat mencontoh sikap
kepemimpinan William soeryadjaya yang gigih dan yakin bahwa setiap cobaan yang
datang menghantam ASTRA dapat teratasi dengan tangan dingin seseorang
pemimpin yang terus berjuang. Kita juga perlu mencontoh sikap kepimpinan
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 20

William soeryadjaya yang selalu semangat dan berambisi dalam menjalankan suatu
keyakinan. Tetap selalu mengedepankan kepentingan sosial daripada kepentingan
pribadi itulah sifat yang dimiliki William soeryadjaya.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 21

CHAPTER 11-The Mentor for Lobbyists by Mishael A

William Soeryadjaya bersama Astra saat itu tengah berusaha bangkit setelah
keterpurukan saat krisis yang terjadi di Indonesia pada dekade 70-an. William pada
saat itu terus berusaha mencium peluang-peluang usaha apapun yang memiliki
peluang untuk maju. Keadaan sosial, politik, dan ekonomi pada masa itu terbilang
cukup stabil sehingga mendukung William bersama Astra untuk maju, membenah
diri, dan bangkit setelah mengalami keterpurukan. Oleh karena itu ia harus pintar-
pintar mengendus peluang dan untungnya, William memiliki hidung yang tajam
untuk mencium peluang kesuksesan. Terbukti pada tahun 1988, bersama Budi S.
Pranoto, ia menekuni usaha oli. Ia mencium peluang bisnis yang besar dimana saat
itu bisnis oli hanya dikuasai oleh Pertamina. Bukan merupakan kepanjangan tangan
dari Astra, bisnis oli ini dimodali oleh kocek William sendiri. William tidak ragu
untuk mengeluarkan modal yang terbilang cukup besar pada saat itu karena
keyakinan yang ada dalam dirinya. Terbukti hingga sekarang, bisnis oli William yang
diberi nama Federal Oil ini disetujui Honda menjadi pelumas asli sepeda motor
Honda pada tahun 1990 sejak meraih sertifikat JASO MA.
Namun jalannya menuju kesuksesaan pada saat itu bukan selalu mulus. Tentu
ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Misalnya ketika ide-idenya tidak
disetujui direksi, atau ketika ia harus melobi bankir-bankir untuk mencari modal.
Semua ini bukan menjadi sebuah rintangan bagi William. Ia justru bisa menunjukan
lewat sikapnya dan melewati tantangan-tantangan yang ada sehingga justru ia bisa
melesat lebih jauh lagi kedepan.
William tentu sangat menunjukan sikap-sikap sebagai seorang pemimpin
yang berkebajikan. Hal ini dapat terlihat dari sikapnya ketika ide-idenya ditolak
direksi, namun ia masih bisa tertawa dan berbagi humor saat berkumpul bersama
mereka seperti tidak ada apa-apa. Sikapnya dalam melobi bankir juga sangat
menunjukan sifat-sifat kebajikan. Ia terkenal sangat ramah dan sopan terhadap
siapapun sehingga dengan kharisma yang ia miliki ia selalu mendapat persetujuan
prinsipal dengan mudah. William juga terkenal dekat dengan para rekan kerjanya. Ia
terkenal sangat pemurah, baik, tidak sombong, dan sangat dermawan.
Sangat banyak hal yang bisa dipelajari dari seorang William Soeryadjaya.
Keyakinan dan ketekunannya saat menjalani sebuah bisnis sangat patut kita tiru.
Keramahan dan kerendahan hatinya walaupun ia berada di atas kita juga adalah
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 22

sangat baik. Hal ini membuat beliau disegani siapapun dan hal ini memudahkan
jalannya menuju kesuksesan. Kharisma yang beliau miliki membuat lingkungan
dimana pun ia berada akan mendorong beliau untuk maju lebih jauh lagi. Poin-poin
penting inilah yang dapat kita petik dari seorang William Soeryadjaya.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 23

CHAPTER 12-Warm Regards from Mr. Crispy by Dimas Wiradinata

Laat ze heben een geode dag (Biarlah mereka memiliki hari yang baik). Inilah
kata kata yang keluar dari mulut William Soeryadjaya saat mendapat komentar
tentang kebiasaannya memberi tip dari Paul A. Lapian. Jadi William Soeryadaya
memiliki sebuah kebiasaan memberikan tip pada siapapun yang dia temui dengan
uang baru. Dari sanalah julukan Mr. Crispy didapatkannya. William melakukan itu
semua bukan tanpa alasan. Dia melakukannya karena menginginkan orang orang
yang ditemuinya memilki hari yang baik seperti yang dijalaninya.

William Soeryadjaya tidak hanya terkenal karena suka memberikan tip


berupa uang baru, dia juga suka memberikan barang kepada para pekerjanya. Jadi
ada pengalaman dari salah seorang Corporate Planner di Astra, Gerry Kasih. Ia
bercerita bagaimana William rela terbang ke Swiss hanya untuk memberinya jaket
dan sepatu untuk kebutuhan musim dingin. Disini bukan hanya barang saja yang
dihargai oleh orang. Namun juga dengan usaahanya yang sampai rela datang ke
Swiss untuk memberikan barang itu secara pribadi.

Ini adalah cerita dari dua orang sekertaris William, Ire dan Sofie. Jadi, salah
satu tugas mereka adalah mengisi kantong William dengan uang yang masih baru
untuk diberikan sebagai tip. Mereka sudah langsung menyiapkan pecahan berapa
yang ada di kantong kanan maupun kiri. William juga orangnya terkenal mudah
terharu. Oom itu air matanya cetek. Timpal Sofie. Jadi pada saat kasus Summa,
William masuk ke ldalam lift di sebuah gedung. Di dalam beliau bertemu orang yang
dalam pandangannya berwajah memelas. Beliau langsung merogoh kantong untuk
memberikan uang kepada orang tersebut.

William Soeryadjaya merupakan salah satu bukti bahwa pada akhirnya


bersyukur akan berbuah manis. Pada masa hidupnya, beliau adalah orang yang tidak
pernah berhenti bersyukur. Ketika ditanya kabar oleh salah satu pendeta sekaligus
sahabatnya dia selalu menjawab , saya bersyukur, selalu bersyukur.. Beliau juga
bias dibilang orang yang kuat, pada umur 12 tahun, ayah beliau sudah meninggal.
Seorang anak yang tumbuh dalam kondisi ini memiliki kemungkinan tumbuh
dengan dua karakter. Down or Survive. Anak anaknya beruntung beliau tumbuh
dengan karakter yang kedua.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 24

CHAPTER 13-My Employees, My Family by Dearvid Yoga

Chapter 13 showed the intimate relationship of William Soeryadjaya with his


employees. Even though he was the president of the company, he treated his
employees just like a family. The company environment was built as warm as
possible. He used everything that could help lessen the gap between employees such
as the mass or even sport meets. He always maintained close interaction with his
employees by treating them just like how a family is, like visiting them or their
member of family when they are sick and helping them when they need help and
even stay informed of how is the situation of his employees. He was making a set-up
when he was a father and his employees were his children. He rewarded everyone
that did their job but he could also get mad if someone made a mistake, just like how
he got mad at one of his executive for firing the employees. In this chapter, William
Soeryadjaya was facing a radical demonstration opposing against Pancasila used as
the sole basis where many things was being burnt by the mass. It was a threat to his
company. He also faced a technology changes in film printing where one of his
company was in distraught as a result of it. His company was also in crisis when
devaluation is happening. However, despite every problem that he faced, he stayed
true to his principle to never fire any employee except if they are doing a criminal
acts. The sole reason he built the company wasnt just to gain profit, but to make as
much job opportunity as possible. We can learn how to be a virtuous leader from
what he has done. Build a warm environment where the leader treat its followers just
like a family; Be kind and be angry at the right time like when people are doing
something wrong so that they know they are wrong and they will change; Stay true to
our principle and profit isnt everything.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 25

CHAPTER 14-Let the Flowers Bloom by Winny Cristy Desandy

Masalah
1. Pada zaman William Soeryadjaya, devaluasi terjadi dalam waktu dekat
sehingga mempengaruhi keadaan negara secara politik maupun ekonomi,
bahkan perusahaan-perusahaan seperti Astra ikut merasakan dampaknya.
Keadaan ekonomi yang sulit dan memungkinkan terjadinya PHK terhadap
karyawan. Bahkan ketika perusahaan Astra ingin membangun suatu usaha
sepeda yang dapat ikut serta merangkul pengusaha lain atau pengusaha kecil
malah ditolak dan dianggap ingin menyaingi. Mereka benar-benar didorong
oleh William untuk terus mencari solusi dan memperbaiki keadaan.
Rintangan yang harus dihadapi
2. Keadaan ekonomi, politik dan sosial menyebabkan perusahaan milik William
Soeryadjaya harus benar-benar mencari solusi. Jika tidak, pemecatan tenaga
kerja tidak akan terhindarkan. Dia juga harus terus memotivasi bawahan atau
orang-orang yang membantu dia dalam mengelola perusahaannya. Walaupun
dia tidak terlibat langsung, tetapi hal itu sangat berdampak pada mereka.
William menanamkan sistem dasar sejak awal berdirinya Astra, berkat itulah
orang-orang yang membantunya bisa mencontoh dia dan membangkitkan
kembali keadaan perusahaan.
William Soeryadjaya sebagai pemimpin
3. William Soeryadjaya merupakan orang yang tidak ingin terlalu banyak ikut
campur tetapi tetap memberikan dukungan maupun dorongan untuk kaki-
tangannya. Walaupun menjadi orang yang memiliki perusahaan dan semua
kendali di dirinya, dia tetap menjadi orang yang rendah hati dan selalu
menciptakan keadaan yang memegang pada sistem kekeluargaan. Dia
memberikan kesempatan kepada kaki-tangannya untuk memajukan Astra
dengan cara mereka sendiri. Dia juga menanamkan prisip bahwa Astra harus
berguna untuk bangsa.
Pesan yang didapat dari seorang William Soeryadjaya
4. Bagi saya, pesan yang dapat saya petik setelah membaca bagian 14 ini adalah
untuk menjadi seorang pemimpin, kita harus terlebih dahulu mempunya sifat
dan akhlak yang baik supaya menjadi contoh untuk generasi penerus kita.
William mempunyai tanggung jawab yang besar untuk mejaga keadaan
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 26

perusahaan yang mencakup seluruh karyawannya maupun kepuasaan


konsumen dari perusahaannya. Tetapi hal itu tidak dianggap sebagai beban
oleh dia, bahkan dia menjadikan hal itu sebagai peluang yang berguna
baginya, bagi orang-orang disekitarnya maupun bagi bangsa Indonesia.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 27

CHAPTER 15-Big Dream in Agribusiness by Rae Rheyski Cendikia

Di chapter ini, William Soeryadjaya ingin memiliki bisnis agro untuk ikut membantu
negara menghasilkan devisa melalui ekspor agar mengimbangi biaya devisa yang
selama ini dikeluarkan untuk Astra sebagai distributor produk impor. Awalnya,
keinginan William untuk menggeluti bisnis ini sangat ditentang oleh parah jajaran
direksi karena Astra saat itu masih baru dan perlu konsentrasi penuh untuk
mengurus dan mengembangkannya. Yang mendukung William untuk menggeluti
bisnis ini hanya James Suliman, Paul A. Lapian, Soetarto, dan William sendiri. Para
jajaran direksi menolak usulan William dengan alas an yang cukup masuk akal, Astra
dan bisnis agro adalah 2 karakter bisnis yang jauh berbeda, dana dan pengalaman
untuk menjalankan proyek atau bisnis agro saat itu juga masih tidak ada. Terlebih
karena pada saat itu William baru saja melakukan ekspansi proyek properti di
Kuningan, Jakarta yang hasilnya masih menunjukkan kerugian. Namun, meskipun
keinginan ini cukup ditentang oleh para jajaran direksi bahkan adik bungsunya,
Benjamin dan Vijverberg, sang akuntan merangkap konsultan Astra yang dibawa
William dari Belanda, William tetap menginginkan untuk menggeluti bisnis agro
tersebut. William sangat yakin dengan bisnis agro karena Indonesia memiliki tanah
yang subur. Selain dengan visi untuk membantu devisa negara, William juga
memiliki alasan lain yang lebih emosional. Dalam bisnisnya di Astra, William hanya
menjual bisnis orang lain. Sebagai Entrepreneur sejati, tentu William ingin
membangun bisnis yang memiliki nilai lebih tidak hanya menjual barang orang lain.
Akhirnya, William mengeluarkan Rp.10 juta rupiah dari kantong sendiri untuk
membeli lahan konsesi pemerintah seluas 5.600 hektare di Desa Gunung Batin,
Kecamatan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah. Saat Multi Agro baru terbentuk,
20% sahamnya di pegang oleh PT Astra International dan anak perusahaannya
seperti PT United Tractors dan PT Multi Investment. Awalnya, Multi Agro dimulai
dengan menanam gandum, sorgum, dan jagung dalam skala besar sesuai dengan
yang dilakukan di barat. Namun, hasilnya cukup mengecewakan. Setelah itu, Multi
Agro terancam terlikuidasi karena pada saat itu Astra cukup terpukul karena adanya
krisis Pertamina. Namun, William kembali menggunakan uangnya untuk
membangun kantor dan membayar survey yang dilakukan ahli pertanian Thailand
dan Australia. Akhirnya William memulai kembali agro bisnisnya dengan singkong
sesuai dengan yang di usulkan oleh Westenberg, seorang agronomis campuran
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 28

Belanda-Cina. Hingga akhirnya Multi Agro bisa meluaskan bisnisnya ke kelapa


hibrida dan memiliki kebun bibit. Bisnis Agro yang digeluti oleh William ini pun bisa
menjadi bisnis yang sukses dan terus berekspansi. Hal yang dapat dipelajari dari
William adalah dia berani untuk mengambil tindakan, dan ia adalah orang yang
selalu mau belajar. Meskipun Ia adalah orang yang cukup sukses kala itu, Ia tetap
mendengarkan jajaran direksi lain dan berlaku seenaknya sendiri. Meskipun saat itu
astra sudah cukup sukses, William tidak melupakan negaranya dan memilih untuk
berekspansi ke bisnis agro untuk membantu devisa negara melalui ekspor.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 29

CHAPTER 16-A Nationaliss Manifesto by Richard William


Gerry Kasih, Corporate Planner Astra, yang diangkat oleh Benjamin
Suriadjaya, Presiden Direktur Astra International, menyampaikan gagasan gila,
yaitu: mengganti Pak William, yang notabene adalah founder dari Astra, agar Astra
dapat tetap awet di tahun-tahun ke depannya. Gagasan itu merupakan hasil dari
tugas yang diberikan oleh Pak Benjamin kepada Gerry, yaitu: memikirkan Astra 20
tahun ke depan.

Gerry sadar bahwa Astra terlalu bergantung pada citra Pak William. Hal ini
sebenarnya sangat positif, karyawan rela bekerja dan berkorban karena memiliki
tokoh panutan dalam diri Pak William. Akan tetapi, ketergantungan ini
menyebabkan adiksi yang akan berdampak buruk ketika Pak William berpulang ke
Sang Pencipta. Daya rekat yang menyatukan Astra akan mengendur. Oleh karena itu
Gerry mengusulkan sesuatu yang lebih abadi (eternal), sebuah corporate
philosophy.

Pak Benjamin yang awalnya kaget atas usulan Gerry pun setuju setelah
menyadari alasannya yang masuk akal. Gerry pun kemudian diminta untuk
menyampaikan gagasannya di hadapan board. Setelah beberapa kali gagal mendapat
kesempatan, akhirnya Gerry berkesempatan menyampaikan gagasannya pada 3
Maret 1982. Rumusan corporate philosophy pertama yang dipresentasikan Gerry
diambil berdasarkan nilai-nilai yang dianut Pak William. Rumusan tersebut antara
lain:

1. To be an asset of the nation


2. Professional management
3. Respect to and development to individual
4. Best service to the customer
5. Profit with honor

Namun kesibukan dan juga mungkin kurangnya antusiasme dari board


terhadap masalah ini, respon atas gagasan ini pun cenderung pasif. Sehingga butuh
sekitar lima bulan lagi untuk mengumpulkan board untuk duduk bersama
membahas hal ini. Namun setelah rapat kedua ini, board yang tadinya pasif
menanggapi gagasan ini pun mulai aktif memberi kritik dan masukan. Akhirnya
rumusan final corporate philosophy disetujui pada tanggal 20 Desember 1982,
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 30

bertepatan dengan ulang tahun ke-60 Pak William. Corporate philosophy, yang
kemudian dikenal sebagai Catur Dharma, berbunyi:

1. Bermanfaat bagi Bangsa dan Negara


(to be an asset of the nation)
2. Pelayanan terbaik bagi Pelanggan
(best service to customer)
3. Saling menghargai dan membina kerjasama
(respect for the individual and development of teamwork)
4. Berusaha mencapai yang terbaik
(strive for exellence)
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 31

CHAPTER 17-To Prosper with the Nation by Kevin

Man of Honor life, spirit, and wisdom of William Soeryadjaya fabricated by


Hermanto Edy Djatmiko, Teguh Sri Pambudi book. The social facing William
Soeryadjaya in the chapter twenty three is william Soeryadjaya known as MR. Crispy
for his philanthropy. everywhere in the pocket right-left has always provided a
bundle of money, usually the highest rupiah denomination, to be distributed.
William Soeryadjaya also have social activities arranged by Gunadi and Lapian called
"Rekening Lap-Gun". The political facing William Soeryadjaya is create a program
when employees or their families at the time of retirement or death pension funds
astra given legally by Yayasan Dana Pensiun Astra. The economic facing William
Soeryadjaya is meeting some members of the group directors decided astra figure of
2% of the net profit astra, 1% to YDBA and 1% for PT Astra Mitra Ventura.

The challenges did he have to face in fulfilling his personal and business needs
is at the age of 70 years, William had to swallow a bitter pill to give up the Astra for
sale. This is caused by the Bank Summa held by his son Edward bankruptcy. The
challenge William does just that. People who are considered friends instead take
advantage of the circumstances to take the company William who continue to make a
profit. Losing Astra did not make William impoverished, because he still has
hundreds of other companies. Karabha Group, Malabar Group, Sidita Group,
Siratara Group, Watek Group, Suryaraya Group, Nityasa Group, and Arya Group still
produce profits continue to go into his pocket. William said that the fall of the
business does not make sagging spirits.

The action does William soeryadjaya take that show he is developing or has
developed a virtuous character on which to rely in times of challenge is in running
the business William submit its staff to the professionals in order to ease the
workload and can freely think without having to be burdened a lot of things. This
makes William is able to establish 400 companies in a short time.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 32

The important lessons we can take from his action is William is known to pick
a generous soul. She would often give impromptu money to its employees, flight
attendants and the captain of the aircraft. Besides known generous, he was also
known as the teacher of the conglomerate. He never instructed his servants to teach
Oetama about the company's management. He is known to be close to the top ranks
of employees to the office boy even street vendors in front of the office was familiar
with it.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 33

CHAPTER 18-The Captains from Kartanegara by Leonard Ichsan

Pada tahun 1982, William Soeryadjaya sedang ada pertemuan dengan Emil
Salim selaku Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup
(PPLH) untuk membicarakan tentang perlindungan dan kepedulian lingkungan
hidup. Hal itu dimulai karena setelah Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup
Sedunia 1 di Stockholm dan juga Emil menjadi perwakilan Indonesia di Konferensi
itu. Pada saat itu, Emil masih tergolong baru dalam pembangunan lingkungan hidup
sehingga beliau selalu mendekati organisasi-organisasi seperti LSM dan dari situ
Ornop-ornop yang aktif mulai bergabung dan membentuk Wahana Lingkungan
Hidup (WALHI), 15 Oktober 1980. Akan tetapi pihak pemerintah lama kelamaan
mulai merasa gerah karena dana yang digunakan para Ornop itu dari luar negeri
karena itu Ornop terkesan memojokkan pemerintah. Lalu Emil menyadari bahwa
satu komponen yang dibutuhkan saat itu adalah pengusaha dan saat itulah Soemitro
memperkenalkan William kepada Emil.

Pada awalnya Emil merasa kecanggungan saat pertemuan itu karena beliau
merasa jika dia salah berbicara maka William akan merasa tersinggung karena
William yang memiliki Astra yang berhubungan dengan otomotif yang merupakan
salah satu faktor pencemaran lingkungan saat itu. Akan tetapi dari waktu ke waktu,
mereka sudah dapat berbicara seperti biasa. Dalam perbincangan meraka, mereka
membahas dari otomotif, lingkungan hidup bersama kalangan Ornop, dan lain-lain.
Dari sini Emil melihat bahwa William Soeryadjaya sangat thinking out of the box.
Pada saat Emil masih menjelaskan tentang lingkungan hidup, William langsung
berinisiatif bertanya, so what can I do for you, walaupun Emil belum
menyebutkan permintaannya ke William. Lalu saat akhir dari pertemuan itu,
William berkata kepada Emil bahwa dia akan mencoba mengumpulkan teman-
teman dia yang like-minded.

Setelah beberapa hari, Emil sudah melupakan apa yang dijanji oleh William
dan melanjutkan pekerjaannya sehari-hari. Pada saat itu juga, beliau mendapat
ajakan untuk bertemu di Kediaman Soemitro. Di tempat itu, ia melihat William dan
Rekan-rekannya yang like-minded seperti Ciputra, Mochtar Riady, dan lain-lain.
Lalu beliau menjelaskan tentang lingkungan hidup seperti yang beliau jelaskan ke
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 34

William. William dengan antusias selalu ikut berbicara dan ikut mendonasikan
proyek-proyek kedepannya. Setelah sejumlah pertemuan, William dan kawan-kawan
membentuk Yayasan Dana Mitra Lingkungan (DML) yang secara resmi dimulai pada
27 Oktober 1983. Di organisasi itu, William sangat aktif dalam kegiatan yang ada
dengan DML. Lalu William membuat Astra Green Company untuk peduli lingkungan
karena beliau ingin lingkungan tetap bersih.

Dari bab ini, saya belajar bahwa jangan mementingkan diri sendiri dan selalu
ikut serta dalam kegiatan dalam menjaga kebersihan lingkungan karena kalau bukan
kita siapa lagi.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 35

CHAPTER 19-A Perfect Daddy by Priscilla Vinnie

Situasi yang di alami William Soeryadjaya pada chapter ini meskipun pada
tahun 1965 kesejahteraan sebagian masyarakat masih dalam kondisi sulit, dalam hal
politik kondisi keamanan juga kurang baik dan pembangunan masih belum
berkembang dikarenakan dampak dari kerusuhan yang terjadi dan ekonomi di
Indonesia kurang begitu stabil tetapi keluarga William terlihat sejahtera dan anak-
anaknya mampu membangun bisnis sendiri. Tantangan yang di hadapi William yaitu
Bagaimana memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap produk yang dipasarkan
oleh Sastra pasca terjadinya kerusuhan anti produk jepang. Langkah yang diambil
William adalah Ia tetap tenang dan sabar seberapa besar masalah yang dihadapi,
mengalah, memaafkan dan tidak membalas kejahatan orang lain dengan tindakan
yang serupa. Seperti kadang Ia dikerjain orang tetapi ia tetap memaafkannya dan
tidak membalasnya. Ia juga bijaksana, bertanggung jawab, menjaga kepercayaan
orang lain, jujur dan peduli terhadap sesama. Pelajaran penting yang dapat kita
ambil dari langkah yang ia lakukan adalah William tetap menjadi ayah yang baik
seberapa sibuk dirinya, seberapa nakal anak-anaknya ia tetap tenang dan
mendukung apa yang anaknya lakukan demi kemajuan hidup mereka. Ia selalu
bersikap tenang, sabar, dan bijaksana dalam menjalani hidupnya. Mengasihi orang
dalam keadaan apapun. Dan yang terpenting ia berkata jangan membuat kekayaan
membuat hati menjadi buta artinya seberapa banyak kekayaan yang kita miliki
jangan membuat kita untuk lupa peduli dengan sesama atau orang yang disekitar
kita.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 36

CHAPTER 20-Sustaining the Shady Tree by Yolan Kirana

Melalui buku Man of Honor yang ditulis oleh Teguh Sri Prambudi dan Harmanto
Edy Djatmiko, Wiliiam Soerdjaya atau panggilan akrabnya Oom Willem dapat
dikenal dan dikenang sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh di bidang
perekonomian Indonesia. Buku ini mengenalkan sosok Oom Willem kepada
masyarakat khususnya Indonesia mengenai kehidupan pribadi Oom Willem seputar
keluarga dan usahanya yang membangun PT Astra International dari mula tercipta,
juga digambarkannya semangat Oom Willem semasa hidupnya dan kearifan beliau
selama bekerja.

Situasi yang dihadapi William Soerdjaya pada chapter 20

Beberapa keadaan ekonomi yang dihadapi Oom Willem: Krisis minyak (1976-1977)
yang menyebabkan penumpukan stok traktor (bernilai US$ 30 juta) di PT Astra
International, sempat terjadinya kemudahan go public di pasar modal Indonesia
yang menyebabkan persaingan secara tidak sehat (contoh: rekayasa finansial) dan
yang terakhir sempat terjadinya peminiman pemasukan bisnis real estate di
Kuningan, Jakarta Selatan.

Tantangan yang dihadapi untuk memenuhi kebutuhan personal dan


bisnis William Soerdjaya

Pada chapter 20, Oom Willem berhasrat untuk menjadikan PT Astra


International menjadi go public tapi tetap real (Real Public Company) dimana
beliau mulai meng-ekspansif perusahaannya dengan membangun perusahaan baru,
bermitra lebih luas ataupun membeli perusahaan baru. Dan juga mulai
menyeimbangkan dana jangka panjang dan jangka pendek demi terwujudnya
perusahaan menjadi go public.

Tindakan yang dilakukan William Soerdjaya saat menghadapi tantangan


yang menunjukkan Virtuous Leader-nya

Bijak dalam mengambil keputusan merupakan salah satu sikap Oom Willem
selama beliau membangun PT Astra International, seperti memperkuat finance
perusahaan dengan mengundang Rini Soermano sebagai direktur keuangan di PT
Astra International karena pengalaman dan ambisius yang dimiliki Rini berpotensi
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 37

untuk meningkatkan kemajuan PT Astra International. Semangat Entrepreneurship


dan fondasi profesionalisme yang dimiliki Oom Willem juga menggambarkan sisi
Virtuous Leadership beliau.

Pelajaran yang bisa dipetik/diambil dalam sikap William Soerdjaya


menghadapi tantangan

Sosok Oom Willem begitu inspiratif seperti yang telah dituangkan dibuku
Man of Honor, semangatnya dalam membangun PT Astra International
meninggalkan jejak-jejak yang patut dicontoh. Seperti kedermawanannya yang ingin
membuka lapangan kerja sebanyak mungkin, menjadikan PT Astra International
bukan sekedar perusahaan tetapi menjadi aset yang bermanfaat bagi bangsa dan
negara, dan tak lupa semangat entrepreneurship serta fondasi profesionalisme yang
dimiliki Oom Willem.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 38

CHAPTER 21-A Big Family of William by Katherin Wijaya

Kehidupan William Soeryadjaya tidak lepas dari situasi sosial, politik, dan
ekonomi. Salah satunya pada hari Senin, 25 februari 1980 di Hotel Indonesia
Sheraton, Jakarta, William mengikuti acara penataran P-4 (Pedoman Penghayatan
dan Pengamalan Pancasila) untuk pengusaha swasta. Acara tersebut diikuti oleh
para pengusaha swasta yang ada di Indonesia. Walaupun William merupakan orang
kedua terkaya di Indonesia setelah Liem Sioe Liong, hal ini tidak membuatnya
menjadi tinggi hati, Ia masih mau bergaul dengan pengusaha muda, salah satunya
Prajogo. Menjalin hubungan yang baik sangat dilakukan oleh William.

Dalam kehidupan ekonomi, William tetap mau menjalin kerjasama dengan


rekan bisnisnya, seperti Sofjan yang diajarkan tentang bisnis oleh William pada
akhirnya berkongsi dengan Astra Otoparts dalam memproduksi beberapa komponen
mobil. Dalam menjalin hubungan baik, William bersama beberapa rekan bisnisnya
membentuk suatu paguyuban para pengusaha dengan nama Yayasan Prasetiya
Mulya.

Salah satu tantangan yang harus dihapi William dalam binisnya, yaitu
meminta rekomendasi dari Menteri Perekonomian, Soedjono Hoermadani untuk
mendapat lisensi dari perusahaan Jepang agar menjadi agen Toyota di Indonesia.

William mempunyai karakter Wirausaha yang baik hal ini terlihat dari
kehidupan yang Ia jalani. William pandai bergaul dengan siapapun dan mempunyai
relasi yang banyak dengan para pengusaha. Jiwa sosial dan kepeduliannya juga
sangat tinggi, terbukti bahwa Ia peduli dengan kemajuan bangsa yang dihayatinya
melalui jalur Wirausaha.

Pelajaran yang kita bisa ambil dari kehidupan William Soeryadjaya sebagai
Wirausaha muda, yaitu kita harus mempunyai jiwa sosial yang tinggi, harus simpatik
terhadap keadaan apapun, dan selalu mengucap syukur. Mempunyai visi yang
berorientasi terhadap masa depan juga harus ditanamkan sejak dini.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 39

CHAPTER 22-Let Me Bear It

Pada chapter 22 banyak sekali masalah yang dihadapi oleh William


Soeryadjaya pada saat itu, meskipun perusahaanya baru saja go public. Keadaan
politik yang dihadapi William pada saat itu berkaitan langsung dengan keadaan
ekonominya pada saat itu juga. Karena keadaan Negara Indonesia pada saat itu
secara terpaksa mendadak menginjak pedal rem ekonomi dengan memberlakukan
kebijakan uang ketat karena keadaan ekonomi nasional berputar terlalu panas akibat
paket deregulasi perbankan Oktober 1988. Hal ini langsung mempengaruhi keadaan
ekonomi yang dihadapi oleh William, salah satunya adalah menurunnya daya beli
masyarakat. Kemudian ditambah lagi dengan apa Bank Summa yang dimiliki oleh
anaknya menghadapi kerugian sebanyak 591 Miliar Rupiah, sehingga menyebabkan
krisis keuangan yang berdampak pada bisnisnya. Meskipun begitu, aspek sosial yang
dihadapi William berjalan begitu haru karena teman-teman dan karyawannya
bersikap begitu peduli dengan dirinya seperti contoh saat para karyawannya
mengumpulkan uang untuk membantu perekonomian William.

Tantangan yang dihadapi oleh William dalam menjalani bisnisnya datang


bertubi-tubi. Karena semua kredit yang dalam tempo cepat disalurkan Bank Summa
di bisnis-bisnis property se-grupnya macet dan mengalami kerugian yang sangat
besar. William merasa bertanggung jawab atas hal tersebut sehingga iapun turun
tangan dalam mengatasi masalah tersebut. Pada akhirnya, Ia pun harus sampai
melepas saham astra dan asset yang dimilikinya untuk meminjam uang sebanyak
500 Miliar Rupiah dari berbagai Bank dengan agunan tak tanggung-tanggung
sebanyak 100 Juta lembar saham astra. Ini berdampak langsung pada perusahaan
astranya sendiri karena harga perlembar saham menjadi 5 Ribu Rupiah per lembar,
itu berarti dibawah harga pasar yang terus turun dan beredar dikisaran 10 Ribu per
lembarnya.

Dari masalah-masalah yang dihadapinya mulai dari persoalan ekonomi


seperti kredit dan utang yang sangat besar ia pun memperlihatkan sikap
kepemimpinannya secara tidak langsung. Ia sangat percaya diri terhadap
masalahnya meskipun ia sangat keras kepala namun ia percaya bahwa masalahnya
pun akan berlalu. Ia pun juga tegar terhadap tantangan-tantangan yang sebegitu
besarnya dengan memperlihatkan dirinya dengan wajah yang santai. Hal lain yang
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 40

diperlihatkan oleh dirinya adalah rasa peduli dan tanggung jawabnya yang begitu
besar, dimulai dari karyawan-karyawannya hingga keluarganya sendiri. Seperti
contoh ia dengan berani mengatakan kepada kerabat dan orang disekitarnya sini
oom yang pikul aja sebagai bentuk rasa peduli dan tanggung jawabnya yang begitu
besar.

Pelajaran yang dapat kita ambil adalah tetap tenang dengan ujian yang kita
hadapi meskipun badai yang datang sangat besar. Tetapi kita sebagai orang yang
memiliki jiwa entrepreneur juga harus bisa menganalisa keadaan yang sedang
berlangsung dan tidak menjadikan diri kita sebagai orang yang keras kepala seperti
William pada saat itu.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 41

CHAPTER 23-In the Name of Integrity

Pada saat itu BI ingin melakukan likuidasi karena kondisinya belum sehat
termasuk bank yang dimiliki oleh William. Saat itu William mengambil keputusan
yaitu menggadaikan 67% persen sahamnya kepada Bank Danamon, Bank Exim dan
Bapindo dengan masa hingga 18 November 1992. Akhirnya William menandatangani
personal guarantee. Setelah itu tantangan berikutnya ialah memastikan agar tidak
mengalami likuidasi tetapi seiring waktu berjalan situasi tidak kunjung membaik.
Utang-utangnya makin tinggi, bunga semakin bertambah ditambah lagi kondisi
perekonomian masih belum membaik sehingga mau ga mau William harus menjual
saham Astra.Akhirnya pada tanggal 12 November 1992 bank yang sedang
diperjuangkan dinyatakan kalah kliring dan diskors BI. Itu dikarenakan tidak bisa
memenuhi kewajiban yang sudah menumpuk sebesar 135 M. Selang beberapa waktu
akhirnya pada tanggal 11 Desember 1992 Astra dijual kepada konsorsium Prasetiya
Mulya. Sehari setelah Astra dijual para nasabah menarik simpanannya yang belum
jatuh tempo sehingga bank sentral mengeluarkan kebijakan likuidasi. Lalu 5 hari
pasca likuidasi, William menemui 35 orang nasabah perorangan bank terlikuidasi
untuk meminta maaf secara langsung dan menjelaskan pokok permasalahannya
tersebut.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 42

CHAPTER 24-Making a New Knot

1. The Social, Political and Economic Situation that William


Soeryadjaya Need to Face

Social

As I read from the book, I can hardly conclude that William Soeryadjayas social
life was hard and there were few of the Astra worker still helping him even though
they knew Williams life has turned upside down yet they deep down knew
William was a calm man of facing his problem because of the bankruptcy. And
lets not forget Williams wife who was always there to help him facing his upside
down problem.

Politic

So lets not forget William was a great business guy yet bankruptcy went to him
like a big wave. So we are talking about the second richest guy in Indonesia that
went bankrupt and it was a big thing back then in 1992. And the debts of his
customer? Yes his world turned upside down and he was calmed while overcome
the biggest problem of his. Yet he could think of running the Small Astra again.

Economic

The economic he was facing was absolutely broke, yet he has enough courage to
came up with an idea of running a Small Astra it was some kind of rebuilding
but yes he started Astra with his wifes fund. His wife has some of asset like
buying property. And by how he insisted to pay back the debts he owed his
customer the economic fund was really bad back then yet he accomplished to pay
back his customer.

2. Challenges He Have to Face on Fulfilling His Personal and


Business Needs

Personal Needs Problem:

Beliau ingin membayar dana nasabah tetapi situasi tidak mendukung


Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 43

Business Needs Problem:

Semua file , sertifikat, dan uang basah terendam banjir


Dari segi bisnis , William tidak mempunyai uang dan asset sama sekali
Bank tidak memberikan kredit sama sekali untuk beliau
Penjualan asset di bawah harga pasar
Pernah di demo oleh nasabahnya karena belum bayar uang
Perusahaan William terlilit banyak kredit macet dan bunga bank yang belum
terbayar
Masalah Summa meledak (pinjaman tak terbayar)menyebabkan perusahaan
bangkrut dan lahannya disandera bank

3. William Soeryadjayas Actions that Make Him a Virtuous Leader

Sabar dan tenang menghadapi setiap masalah


Penuh wibawa dan mertabat
Teguh
Bertanggung jawab
Optimis bahwa disetiap masalah pasti ada jalan keluarnya
Semangat walau dalam kondisi terbatas
Pantang menyerah
Memikirkan jangka panjang
Menghargai orang lain

4. Lessons We can Take from His Actions

Walaupun dilanda berbagai masalah harus menanggapinya dengan tenang,


penuh wibawa, dan bermartabat
Selalu mensyukuri apa yang ada dan tidak ada.
Tidak materialistic
Optimis
Pantang menyerah
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 44

CHAPTER 25-A Respectful Old Man

Pada bab ini banyak menceritakan kehidupan seorang William Soeryadjaya


setelah ia telah kehilangan ASTRA. William Soeryadjaya pun sudah berusia lanjut
pada bab ini yaitu 85 tahun. Diceritakan bahwa semangat dan keinginan Wiliam
Soeryadjaya untuk tetap beraktivitas dan ingin tetap sibuk sangat tinggi. Namun
aktivitas William Soeryadjaya berkurang drastis karena ia pernah terjatuh di
bandara Changi, Singapura yang membuat kakinya harus dipasang pen. William
Soeryadjaya harus duduk dikursi roda dan terkadang ia merasa malu dengan
kondisinya, akan tetapi anak-anak dan relasi bisnis William Soeryadjaya tetap
memperhatikannya dan berusaha menghiburnya.

Meskipun faktor umur dan kondisi fisiknya yang sudah menurun drastis tidak
menurunkan semangat seorang William Soeryadjaya. Beberapa kali William
Soeryadjaya pergi untuk melihat sisa-sisa peninggalan kerajaan bisnisnya seperti di
Lampung dan Sumatra Selatan. Kegiatan lainnya yang dijalani William Soeryadjaya
adalah berwisata kuliner, ia sangat gemar berwisata kuliner terutama makanan khas
daerah Cirebon. Akan tetapi William Soeryadjaya tidak dapat menutupi bahwa ia
sudah kehilangan semangat hidupnya, tepat pada usia 88 tahun, banyak sekali
tokoh-tokoh publik, relasi, dan masyarakat Indonesia yang merasa kehilangan sosok
entrepreneur sejati yaitu William Soeryadjaya.

Di masa tuanya, Wiliam yang sudah renta dan berkurang mobilitasnya justru
tidak mau terkurai lemas dan berteman dengan kesepian. Beliau ingin tetap aktif
dengan kegiatan dan dikelilingi orang-orang terkasih. Sikap-sikap kebaikan dan
kedermawanan beliau pun selalu ia tunjukkan di masa tuanya. Seperti ketika beliau
makan, tidak lupa ia berbagi dengan perawatnya yang setia menemani dan
mengurusi beliau di hari tuanya. Terlebih hal itu juga ditunjukan dari didirikannya
Yayasan William Soeryadjaya yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial. Atau
saat beliau masih bisa membantu melunasi biaya rumah sakit anak bapak Sarbini,
tukang koran langganannya. Menjelang ajalnya, beliau pun tetap menjadi sosok yang
penuh kharisma dan ramah.

Banyak hal yang bisa kita petik dari sosok William Soeryadjaya di akhir
kehidupannya. Beliau juga tidak mau menyusahkan siapapun di hari tuanya. Beliau
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 45

tidak ingin menjadi orang tua yang manja. Kedermawanan beliau pun patut kita tiru.
Beliau selalu menyempatkan diri untuk berbagi kepada sesamanya. Terlebih dalam
kisahnya, ia masih menyempatkan diri menolong tukang koran langganannya yang
mana anaknya sakit. Juga sifat beliau yang selalu positif, ditunjukan dari sikapnya
yang selalu tersenyum dan menyemangati orang lain dengan gaya humor yang santai
membuatnya disegani banyak orang disekelilingnya. Sampai ajalnya pun, beliau
meninggalkan banyak hal yang bisa kita pelajari.
Man of Honor- Life, Spirit and Wisdom of William Soeryadjaya | 46

EPILOGUE

Situasi yang dihadapi William Soeryadjaya di bagian epilog sebagian besar


merangkum jalannya cerita di buku Man of Honor ini. Menceritakan bagaimana
Bapak William Soeryadjaya ini lebih memilih untuk tidak menghancurkan Astra dan
tidak merugikan pemegang saham minoritas dibanding menutup mata dan mencuci
persoalannya dalam kerajaan bisnis astra. William Soeryadjaya dalam konteks ini
juga tidak menyalahkan orang lain, melarikan diri dan bersembunyi, Ia lebih
memilih jalan yang penuh etika dan kehormatan. Secara bisnis Ia memang jatuh,
dan sekalipun Ia sudah tidak memiliki astra, Ia tetap mampu membuktikan bahwa Ia
bisa bangkit lagi menciptakan pekerjaan untuk orang banyak dan berbisnis dengan
penuh etika.

Tantangan yang dihadapi William Soeryadjaya yaitu ketika diterpa berbagai


masalah dalam perjalanan bisnisnya, bahkan dalam perjalanan hidupnya. Mulai dari
merintis Astra dari nol hingga mencapai kesuksesan, tetapi pada suatu saat ia harus
melepaskan kepemilikkannya di tengah jalan dan kembali merintis dari titik nol.
Langkah yang di ambil yaitu Ia tidak memikirkan kepentingan dirinya sendiri seperti
dia memilih untuk tidak menghancurkan Astra dan tidak ingin merugikan pemegang
saham minoritas disaat memiliki masalah. William Soeryadjaya juga tetap pada
kepribadiannya yang bertanggung jawab, menjaga kepercayaan orang lain,bijaksana,
tulus, dan tetap peduli terhadap orang lain.

Dari epilog ini poin penting yang dapat kita simpulkan yaitu jika kita
mengalami sebuah masalah dan kita harus memilih antara dua hal penting,
berpeganglah pada pilihan yang tidak menarik orang-orang sekitar kita ikut masuk
ke dalam kehancuran. Kedua, didalam kehidupan rintangan pasti akan dihadapi,
menyerah bukanlah jawaban yang tepat untuk hal itu. Ketiga, Ketika kita melakukan
sesuatu dengan kejujuran, rendah hati, dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan,
hal itu tidak akan sia-sia. Tetpi akan membawa dampak baik untuk diri kita sendiri
maupun orang disekitar kita. Keempat,Gajah mati meninggalkan gading,
harimau mati meninggalkan belang, manusiamati meninggalkan nama.Source
Google. Begitulah bunyi pribahasa. William Soeryadjaya memang sudah tiada, tetapi
apa yang dia sudah lakukan sewaktu bernafas menjadi hal baik yang selalu diingat
dan dikenang.

S-ar putea să vă placă și