Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
komunitas 2
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVESITAS WIRARAJA SUMENEP
2017
i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt. Yang dengan rahmat
dan inayah-nya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
Akut adapun tujuan penyusunan makalah ini sebagai syarat untuk memenuhi
Dosen Pengajar yang telah memberikan kepercayaan untuk Kami dalam menulis
makalah ini. Kami yakin makalah ini masih banyak kekurangannya, makalah ini
tampil bukan tanpa cela. tegur sapa demi perbaikan isi dan bentuknya akan Kami
sambut dengan senang hati. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kepada semua
para pembaca untuk memberikan saran dan kritikan dalam rangka penyempurnaan
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memenuhi harapan dan memberikan
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 TINJAUAN TEORI .................................................................................. 1
1.1 Konsep Keperawatan Komunitas ................................................................. 1
1.2 Peran Perawat Komunitas (PROVIDER OF NURSING CARE) ................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 7
2.1 Pengertian ..................................................................................................... 7
2.2 Etiologi ......................................................................................................... 8
2.3 Patofisiologi ............................................................................................... 10
2.4 Manifestasi Klinis ...................................................................................... 12
2.5 Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................. 13
2.6 Riwayat kesehatan:..................................................................................... 13
2.7 Penatalaksanaan ......................................................................................... 14
2.8 Upaya pencegahan ..................................................................................... 15
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................ 16
3.1 Tahap Persiapan ......................................................................................... 16
3.2 Tahap Pelaksanaan ..................................................................................... 16
3.3 Analisa Data ............................................................................................... 20
3.4 Diagnosa Keperawatan............................................................................... 21
3.5 Perencanaan Keperawatan Komunitas ....................................................... 22
3.6 Pelaksanaan Keperawatan Komunitas ....................................................... 23
BAB 4 PENUTUP................................................................................................ 25
4.1 Kesimpulan ................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
TINJAUAN TEORI
1
sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu di selidiki (Christine Ibrahim,
!986).
Model teori Neuman menggambarkan bahwa komunitas adalah
sistem terbuka yang mempunyai sumber energi (infra struktur) dan
mempunyai 5 variabel yang saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
dalam komunitas yaitu; Biologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual.
Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari
individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target
pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi
yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk
melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan
tersier.
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau
diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer
ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya
penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan
dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada
umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat
terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya
masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa
dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat
keparahan atau keseriusan penyakit.
3) Pencegahan Tersier
Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan
setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai
tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses
penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat
berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
2
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga,
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai
masalah kesehatan atau perawatan (Nasrul Effendy, 1998), sasaran ini terdiri
dari :
1) Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan / keperawatan karena
ketidakmampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab,
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara
fisik, mental maupun sosial.
2) Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal
dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan
atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling tergantung dan berinteraksi.
Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan / keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota-
anggota keluarga lain, dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
3) Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan, dan
termasuk diantaranya adalah :
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai
akibat perkembangan dan pertumbuhannya seperti ; Ibu hamil, bayi
baru lahir, anak balita, anak usia sekolah, usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan
dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah :
- Penderita penyakit menular seperti; TBC, AIDS, penyakit
kelamin dan lainnya.
3
- Penderita yang menderita penyakit tidak menular, seperti;
Diabetes melitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental
dan lainnya.
- Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya : WTS, pengguna narkoba, pekerja tertentu, dan
lainnya
- Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
Panti Werdha, panti asuhan, pusat rehabilitasi (cacat fisik,
mental, sosial dan lainnya), penitipan anak balita.
4) Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga
dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan
untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat
komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang
komunitas sebagai klien.
4
3) Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Servises)
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan
masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui
kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan
dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikianpelayanan
kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh
dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya.
4) Sebagai Pembaharuan (Inovator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen
pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
5) Pengorganisir Pelayanan Kesehatan (Organisator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam
memberikan motivasi dalam meningkatkan keikutsertaan masyarakat
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya:
kegiatan posyandu, dana sehat, mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut dalam
berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan pengorganisasian
masyarakat dalam bidang kesehatan.
6) Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh
yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan di contoh oleh masyarakat.
7) Sebagai Tempat Bertanya (Fasilitator)
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan tempat bertanya
oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan
berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang
dihadapi sehari-hari. Dan perawat kesehatan diharapkan dapat membantu
5
memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi.
8) Sebagai Pengelola (Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola
berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
6
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran
pernafasan (hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang
menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi
dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 450).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung
sampai gelembung paru (alveoli), beserta organ-organ disekitarnya seperti :
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian besar dari infeksi
saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan
mulai diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya
Nasional ISPA di Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa
inggris yakni Acute Respiratory Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran
bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah
dan pleura. ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk
dalam infeksi saluran nafas bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga,
radang tenggorokan, influenza, bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan
infeksi yang menyerang bagian bawah saluran nafas seperti paru itu salah
satunya adalah Pneumonia.(WHO) Infeksi saluran pernafasan adalah suatu
penyakit yang mempunyai angka kejadian yang cukup tinggi. Penyebab dari
7
penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa
faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/ neonatus, ukuran dari
saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta
keadaan cuaca (Whaley and Wong; 1991; 1419).
2.2 Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
richetsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus,
Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan
Corinebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan
Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma,
Herpesvirus dan lain-lain.
Etiologi Pneumonia pada Balita sukar untuk ditetapkan karena dahak
biasanya sukar diperoleh. Penetapan etiologi Pneumonia di Indonesia masih
didasarkan pada hasil penelitian di luar Indonesia. Menurut publikasi WHO,
penelitian di berbagai negara menunjukkan bahwa di negara berkembang
streptococcus pneumonia dan haemophylus influenza merupakan bakteri yang
selalu ditemukan pada dua per tiga dari hasil isolasi, yakni 73, 9% aspirat
paru dan 69, 1% hasil isolasi dari spesimen darah. Sedangkan di negara maju,
dewasa ini Pneumonia pada anak umumnya disebabkan oleh virus.
1) Faktor Pencetus ISPA
a. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau
terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak
yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
b. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya
lebih baik dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak
lengkap.
c. Lingkungan
8
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-
kota besar dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit
ISPA pada anak.
9
terkena penyakit ISPA yaitu melalui upaya memperhatikan rumah sehat
dan lingkungan sehat.
2.3 Patofisiologi
Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :
10
1) Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan
reaksi apa-apa.
2) Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh
menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya
rendah.
3) Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul
gejala demam dan batuk.
Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu:
a. Dapat sembuh sempurna.
b. Sembuh dengan atelektasis.
c. Menjadi kronos.
d. Meninggal akibat pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang
efektif dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun
partikel dan gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami
yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak
mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi.
Antibodi setempat yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini
banyak ditemukan di mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita
yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada
pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran
infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum
dan udara nafas.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap
rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma
imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).
11
2.4 Manifestasi Klinis
1) Batuk, pilek dengan nafas cepat atau sesak nafas
2) Pada umur kurang dari 2 bulan, nafas cepat lebih dari 60 x / mnt.
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya
demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai
dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah
atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 451).
3) Demam.
Pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun.
Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu
tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
4) Meningismus.
Adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens,
biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah
nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya
tanda kernig dan brudzinski.
5) Anorexia.
Biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
6) Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
7) Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran
pernafasan akibat infeksi virus.
8) Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena
adanya lymphadenitis mesenteric.
9) Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
10) Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
12
11) Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).
13
4) Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah
mengalami sakit seperti penyakit klien)
5) Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)
Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :
a) Inspeksi
1. Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
2. Tonsil tampak kemerahan dan edema
3. Tampak batuk tidak produktif
4. Tidak ada jaringan parut pada leher
5. Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan,
pernafasan cuping hidung.
b) Palpasi
1. Adanya demam
2. Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah
leher/nyeri tekan pada nodus limfe servikalis\
3. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
c) Perkusi : Suara paru normal (resonance)
d) Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua
sisi paru
e)
2.7 Penatalaksanaan
Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus
yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program
(turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik
dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi
penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi
penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan
kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian makanan dan minuman
sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita ISPA.
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
14
2.8 Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
a. Immunisasi.
b. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
c. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
2. Pengobatan dan perawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain :
a. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
b. Meningkatkan makanan bergizi
c. Bila demam beri kompres dan banyak minum
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat.
f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
Pengobatan antara lain :
a. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian
digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan
kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
15
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASKEP KOMUNITAS DENGAN MASALAH ISPA DI RT 05 DESA
PANDIAN KEC SUMENEP
16
dilaksanakan pada hari kamis dan kegiatan remaja. Sepeti kegiatan
olahraga sepak bola oleh remaja mesjid dan gereja serta bapak-bapak di
RT 05.
3) Kondisi Kesehatan Umum
RT 05 terdiri ats 100 KK dengan 350 jiwa yang terdiri dari 50 anak
Usia Balita, 60 Usia sekolah , 80 orang remaja, 110 orang Usia
Produktif, dan 50 orang lanjut usia. Berdasarkan pengkajian, selama 6
bulan terakhir riwayat penyakit yang terjadi di RT 05 adalah masalah
dengan ISPA.
Hasil pengkajian dengan Questioner disajikan dalam bentuk tabel seb
agai berikut :
a. Tabel 1, Persentasi Jumlah Penduduk RT 05 Desa Pandian
berdasarkan Usia
No Usia Frekuensi Persentasi
1 0-5 tahun 50 14,28%
2 6-12 tahun 60 17, 14%
3 13-20 tahun 80 22,85 %
4 21-35 80 22,85%
5 35-45 30 8,57 %
6 >45 50 14,28%
Total 350 100%
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk RT 05 berdasarkan usia yaitu 0-
5 tahun sebanyak 14,28 %, 6-12 tahun sebanyak 17,14 %, 13-20 tahun sebanyak
22,85 %, 21-35 tahun sebanyak 22,85 % , 35-45 tahun sebanyak 8,57 % serta
>45 sebanyak 14,28 %
b. Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Frekwensi Persentasi
1 Kristen 10 10 %
2 Muslim 90 90 %
Total 100 100%
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk yang berdominan adalah agama
muslim sebanyak 90 %
17
c. Tabel 4 : Distribusi Frekuensi Penduduk (usia 13-20 tahun)
Berdasarkan Pendidikan
No Pendidikan Frekwensi Persentasi
1 SMP 12 15 %
2 SMU 28 35 %
3 Mahasiswa 30 37,5 %
4 Tidak Sekolah 5 62,5 %
5 Petani 5 62,5%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar penduduk yang berusia 13-18 tahun
pekerjaan adalah sebagai mahasiswa sebesar 37,5 %
d. Tabel 1 : Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembuangan Sampah
No Sistem Frekwensi Persentasi
Pembuangan
1 Tempat 2 2%
Pembuangan
Umum
2 Di Sungai 25 25%
3. Ditimbun 10 10%
4. Dibakar 10 10%
5. Disembarang 53 53%
Tempat
Total 100 100%
Berdasarkan tabel diatas, frekuensi berdasarkan pembuangan sampah adalah
disembarang tempat sebesar 53%
e. Kondisi Kesehatan berdasarkan usia 13-20 tahun
f. Keluhan
No Keluhan Frekuensi Persentasi
1 Ya 70 87,5 %
2 Tidak 10 12,5%
Total 80 100%
18
Berdasarkan tabel diatas, maka kebanyakan penduduk usia 13-20 tahun
mengalami keluhan sebesar 87,5%
g. Jenis Penyakit yang dialami penduduk usia 13-20 tahun pada 6
bulan terakhir
No Jenis Penyakit Frekuensi Persentasi
1 Thypoid 6 7,5 %
2 Hipertensi 5 6,25 %
3 Ispa 60 75 %
4 DM 5 6,25 %
5 Diare 4 5%
Total 80 100%
Berdasarkan tabel diatas, penyakit tertnggi dialami oleh usia 13-20 tahun
pada 6 bulan terakhir adalah Ispa sebesar 75 %
h. Sering mengalami sesak
No Sesak Frekuensi Persentasi
1 Ya 50 62,5 %
2 Tidak 30 37,5 %
Total 80 100%
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola
makan lebih dari 1 piring setiap makan 62,5 %
i. Frekuensi pola makan lebih dari 1 piring setiap makan
No Pola Makan Frekuensi Persentasi
Lebih dari 1
piring
1 Ya 60 75 %
2 Tidak 20 25 %
Total 80 100%
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar usia 13-20 tahun dmemiliki pola
makan lebih dari 1 piring setiap makan 75 %
19
3.3 Analisa Data
No Sytomp Etiologi Problem
1 Ds : masyarakat mengatakan Pola /gaya hidup Peningkatan
bahwa 6 bulan terakhir penyakit yang buruk angka kejadian
yang paling banyak adalah ISPA ISPA di RT 05
( infeksi saluran pernafasan atas) Desa Pandian
DO : Kec Sumenep
1. Berpendidikan mahasiswa
sebanyak 37,5 %
2. Pembuangan sampah
adalah disembarang tempat
sebesar 53%
3. Sering mengalami sesak
sebanyak 62,5%
4. Memiliki pola makan lebih
dari 1 piring setiap makan
75%
5. jumlah penduduk dengan
usia 13-20 tahun yang
mengalami ISPA sebesar
75%.
20
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan angka kejadian ISPA di RT 05 Desa Pandian Kec Sumenep
b/d Pola /gaya hidup yang buruk d./d
DS : Masyarakat mengatakan bahwa 6 bulan terakhir penyakit yang
paling banyak adalah ISPA ( infeksi saluran pernafasan atas)
DO :
1. Tidak berpendidikan SD sebanyak 62,5 %
2. pembuangan sampah adalah disembarang tempat sebesar
53%
3. Sering mengalami sesak sebanyak 62,5%
4. Memiliki pola makan lebih dari 1 piring setiap makan 75%
5. jumlah penduduk dengan usia 13-20 tahun yang mengalami
ISPA sebesar 75%.
21
3.5 Perencanaan Keperawatan Komunitas
No Dx Kep. Tujuan Sasaran Strategi Intervensi Hari, tgl Tempat Evaluasi
Komunitas Kriteria Standar
1 Peningkatan Setelah Ibu- ibu K.I.E 1.Berikan Sabtu, 15 Balai Verbal a. Pengertian
angka dilakukan dan penyuluhan tentang Februari RT 05 Infeksi saluran
kejadian tindakan Bapak- Penyakit ISPA 2016, pernapasan atas
ISPA di RT keperawatan bapak pada Ibu dan Jam 14.00- b.Tanda dan
05 Desa selama 1 kali Bapak-bapak 15.30 WIB gejala Ispa
Pandian Kec pertemuan c. Tindakan yang
Sumenep b/d diharapkan dapat dilakukan
Pola gaya masyarakat RT bila anggota
hidup yang 05 Desa Pabian keluarga sakit
buruk Kec Sumenep
mampu :
a.Mengenali
tanda dan
gejala ISPA
b.Menggunakan
pelayanan
kesehatan
22
yang ada di
lingkungan
c.Memodifikasi
lingkungan
yang sehat
d.Dapat
merawat
anggota
keluarga.
23
b. 30% perserta aktif bertanya terhadap materi
penyuluhan.
c. Penyuluhan dilaksanakan di balai Desa Pabian Kec
Sumenep
24
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan komunitas yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah
semua masyarakat yang ada dalam wilayah yang dikaji. Jadi apabila ada
keluarga riwayat keluarga ini,keluarga harus merawatnya dengan baik seperti
melakukan pengontrolan kesehatan di rumah sakit/puskesmas agar penyakit
ini bisa di sembuhkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahit Iqbal Mubarak,Bambang Adi Santoso,Khoirul Rozikin,Siti
Patonah(2005).Ilmu Keperawatan Komunitas 2.jakarta 2005
2. Dian karimawati, 2013. Askep komunitas (online). http://www.scriebd.com 06
Mei 2017
26