Sunteți pe pagina 1din 4

TAMBAHAN

CEDERA MAXILLOFACIAL
Faktur maxilaris

Fraktur maxilla merupakan cedera wajah yang paling berat, dan dicirikan oleh:

- Mobilitas palatum
- Mobilitas hidung yang menyertai palatum
- Epistaksis
- Mobilitas 1/3 wajah bag tengah.

Kalsifikasi menurut le fort

Lefort 1

Fraktur nelintang rendah pada maxila


yang hanya melibatkan palatum,
dicirikan oleh pergeseran arcus
dentalis maxila dan palatum,
maloklusi gigi biasanya bisa terjadi
(Boies, 2002).

Lefort II
Fraktur ini dicirikan mabilitas palatum
dan hidung end-block, juga epistaksis
yang jelas. Biasanya maloklusi gigi
dan pergeseran pllatum kebelakang.
Fraktur end-block pada palatum dan
sepertiga tngah wajah tremasuk
hidung(Boies, 2002)
Lefort III

Merupakan cedera paling berat, dimana perlekatan seluruh rangka wajah terputus.seluruh
komplek zigomatikus menjadi mobile dan tergeser (Boies, 2002)

Fraktur mandibula

Pada palpasi teraba garis fraktur dan mungkin terdapat mati rasa bibir bawah akibat
kerusakan pada nervus mandibularis. Fraktur pada umumnya akan disertai dislokasi fragmen
tulang sesuai dengan tonus otot yang berinsersi di tempat tersebut. Pada fraktur daerah dagu,
otot akan menarik fragmen tulang kearah dorsokaudal, sedangkan pada fraktur bagian lateral
tulang akan tertarik kearah cranial (Boies,2002).

Fraktur gigi

Merupakan fraktur tersendiri atau bersama- sama dengan fraktur maksila maupun
mandibula, dimana gigi yang hancur perlu dicabut, sementara yang patah dibiarkan(Boies,
2002)

Fraktur os nasal

Biasanya disebabkan oleh trauma langsung, dimana pada pemeriksaan didapatkan


pembengkakan, epistaksis nyeri tekan dan teraba garis fraktur. Foto radiologi diperlukan
dalam membantu diagnosis yakni, proyeksi foto PA dan lateral, sedangkan tindakan yang
perlu dilakukan adalah reposisi atau septoplasty (Boies, 2002)

Fraktur orbita

Biasanya didapatkan gejala klinis berupa hematom monokel yang dapat disertai
diplopia, hemomaksila dan mati rasa pipi karena cedera nervus infraorbitalis atau mati rasa
dahi karena kerusakan nervus supraorbitalis. Fraktur juga dapat menyebabkan enoftalmus dan
sering disertai terjepitnya muskulus rectus inferior di dalam patahan sehingga gerakan bola
mata sangat terganggu dan penderita mengalami diplopia(Boies, 2002)

Fraktur os zygoma

Fraktur ini sering terbatas pada arcus dan pinggir orbita sehingga tidak disertai
hematom orbita, tetapi terlihat sebagai pembengkakan pipi di daerah arcus zygomaticus.
Diagnosis ditegakan secara klinis atau dengan foto rontgen proyeksi waters, yaitu
temporooksipital(Boies, 2002)

S-ar putea să vă placă și