Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DISUSUN OLEH
Halaman Judul......................................................................................... i
A. Pengertian ................................................................................. 1
B. Etiologi ....................................................................................... 1
C. Klasifikasi ................................................................................... 2
F. Patofisiologi................................................................................ 6
G. Pathways ................................................................................... 8
I. Penatalaksanaan ....................................................................... 9
J. Komplikasi ................................................................................. 10
1. Pengkajian ........................................................................ 12
3. Intervensi .......................................................................... 17
4. Evaluasi ........................................................................... 21
A. Pengertian
Fraktur adalah patah tulang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Sylvia A. P, 2006). Sedangkan menurut Arif Mansjoer, 2008
Fraktur adalah patah tulang dan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur metacarpal adalah terputusnya hubungan tulang tulang
metacarpal yang disebabkan oleh trauma langsung dan tidak langsung
pada tangan (Brunner & Suddarth, 2002).
Fraktur Metatarsal adalah fraktur yang terjadi pada tulang Metatarsal
akibat jatuh ataupun trauma (Brunner & Suddarth, 2002)
B. Etiologi
Penyebab fraktur secara umum disebabkan karena pukulan secara
langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak, dan bahkan
kontraksi otot eksterm (Suddart, 2002). Sedangkan menurut Henderson,
(1989) fraktur yang paling sering adalah pergerseran condilius lateralis
C. Klasifikasi
1. Klasifikasi fraktur metacarpal
Menurut Arief Mansjoer, 2008, Jenisnya fraktur metacarpal dibagi
menjadi 3, yaitu: Baseball Finger (Mallet Finger), Boxer Fracture
(Street Fighters Fracture), dan Fracture Bennet.
a. Baseball Finger (Mallet Finger)
Baseball finger (Mallet finger) merupakan fraktur dari basis falang
distal pada insersio dari tendon ekstensor. Ujung jari yang dalam
keadaan ekstensi tiba-tiba fleksi pasif pada sendi interfalang
distal karena trauma, sehingga terjadi avulsi fragmen tulang
basis falang distal pada insersi tendon ekstensor jari. Umumnya
cedera atletik, Mallet Finger terjadi ketika sendi terluar dari jari
terluka. Pemain basket dan baseball secara rutin mengalami
b. N: metatarsal 2
c. M: metatarsal 3
d. R: metatarsal 4
e. L: metatarsal 5
Lalu dilanjutkan dengan kompleksitas dari fraktur
E. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare, 2002 manifestasi klinis fraktur adalah
nyeri, hilangnya fungsi deformitas, pemendekan ekstermitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan berubahan warna. Pada fraktur metatarsal lebih
sering terjadi karena trauma langsung akibat kejatuhan barang yang
cukup berat, atau karena trauma tak langsung, hal ini terjadi sewaktu kaki
menginjak tanah dengan kuat secara tiba tiba badan melakukan gerakan
memutar.
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyartai fraktur merupakan bentuk
bidai alami yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
frakmen tulang
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara tidak alami (gerakan luar biasa) bukannya
tetap rigid seperti normalnya. Ekstermitas tak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melengketnya otot
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
F. Patofisiologi
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik,
gangguan metabolic, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang
turun, baik yang terbuka ataupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah
akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP
menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan
mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi odem lokal maka
penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman
nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi revral vaskuler
yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggau.
Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang
kemungkinan dapat terjadi infeksi dan kerusakan jaringan lunak akan
mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma
gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik
fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai
tulang sehingga akan terjadi neurovaskuler yang akan menimbulkan nyeri
gerak sehingga mobilitas fisik terganggu, disamping itu fraktur terbuka
dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi
terkontaminasi dengan udara luar.Pada umumnya pada pasien fraktur
Iskemia
Kontraktur
Nyeri
I. Penatalaksanaan
Pada fraktur batang metakarpal dan metatarsal spiral atau fraktur
melintang dengan sedikit pergeseran tidak memerlukan reduksi.
Pembebatan juga tak diperlukan, tetapi pembalut krep yang kuat mungkin
memberi rasa nyaman. Pasien harus didorong untuk melakukan
gerakanjariaktif dan harus dilatih dengan tekun.
Fraktur melintang dengan banyak pergeseran direduksi degan traksi
dan reduksi tekanan dapat dipertahankan dengan slab gips yang
membentang dari lengan bawah sampul jari jari (hanya jari jari yang
rusak saja).Tindakan ini dipertahankan selama 3 minggu dan jari yang
tidak rusak juga dilatih. Metode yang lebih baik adalah pemasangan
kawat Kirachner secara prakutan pada fraktur. Pilihan lainya ,fragmen
distal ,setelah reduksi,dapat ditransfiksikan pada metacarpal dan
metatarsal sebelahnya yang tidak rusak dengan kawat melintang.Jika
fraktur tersebut stabil, tidak diperlukan bebat dan dianjurkan melakukan
gerakan yang lebih awal. Fraktur oblig cenderung untuk berotasi. Fraktur
J. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth, (2002 : 2365), dapat dilihat dalam
dua tingkatan :
1. Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan
emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
b. Nonunion
Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah
6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang
c. Malunion
Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan
meningkatnya tingkat kekuatan dan perubahan bentuk
(deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan
reimobilisasi yang baik.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi / data tentang pasien agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan
lingkungan. (Nasrul Effendy, 1995 : 18)
a. Pengumpulan Data.
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pekerjaan,
kebangsaan, suku, pendidikan, no register, diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Biasanya klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat
beraktivitas / mobilisasi pada daerah fraktur tersebut.
3) Riwayat Penyakit
a) Riwayat Penyakit Sekarang.
b) Pola eliminasi
Kebiasaan miksi dan defekasi sehari-hari, kesulitan waktu
defekasi, dikarenakan imubilisasi, fases warna kuning dan
konsistensi defekasi padat. Pada miksi klien tidak
mengalami gangguan, warna urin jernih, buang air kecil 3-
4 x/hari.
5) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Meliputi keadaan sakit pasien, tingkat kesadaran dan
tanda-tanda vital
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) yang berhubungan dengan
terputusnya kontinuitas jaringan
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan immobilisasi
c. Aktual / resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan
ketidakadekuatan pertahanan primer (kerusakan kulit, taruma
jaringan lunak, prosedur invasif/traksi tulang)
L. Daftar Pustaka
1. Noor Helmi, Zairin. 2012.Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, jilid 1.
Jakarta: Salemba Medika.
2. Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,
edisi 8 volume 2. Jakarta : EGC.
3. Mansjoer, Arif . 2008. Kapita Selekta Kedokteran, Ed 3 Jilid 1. Jakarta
: Media Aesculapius FKUI.
4. Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit edisi 6 volume 2. Jakarta : EGC.
5. Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser.
2006. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
6. Nasrul Effendi. 1995. Pengatar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.