Sunteți pe pagina 1din 29

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELITUS

A. Definisi Penyakit
1. Pengertian
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa
hilangnya toleransi karbohidrat. (Sylvia A. Price, 2011)
Diabetes Melitus adalah sindrom yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara tuntutan suplai insulin yang ditandai oleh
hiperglikemia dan berkaitan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. (Hotma Rumahorbo, 2012)
Diabetes Melitus merupakan kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Suzanne C.
Smeltzer, 2010)
Diabetes Melitus adalah suatu penyakit kronik yang kompleks
yang meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan protei serta
menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
(Barbara C. Long, 2011)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa diabetes mellitus
merupakan penyakit kronis yang secara generatif dan klinis ditandai oleh
hiperglikemia yang meliputi kelainan metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein sebagai akibat ketidakseimbangan insulin yang dapat
menimbulkan komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis.
Ulkus diabetikum adalah luka terbuka yang disebabkan oleh
neuropati akibat penyakit diabetes mellitus (De Jong, W, dan Hidajat, S.R,
2013).
B. Etiologi
1. Etiologi Diabetes Melitus tipe II (NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes mellitus tipe II masih belum
diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor risiko
tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes mellitus tipe
II. Faktor-faktor ini adalah :
Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65
tahun)
Obesitas
Riwayat keluarga
Kelompok etnik (di Amerika Serikat, golongan Hispanik serta
penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih
besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibandingkan dengan golongan
Afro-Amerika)
Etiologi Ulkus Diabetikum adalah :
Kombinasi antara gangguan arteri dengan neuropati perifer
Trauma/ cedera yang berulang tanpa diketahui oleh pasien
C. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus Tipe II (NIDDM)
Polifagia
Poliuria
Polidipsia
Lemas
Berat badan turun
Mengantuk (somnolen) yang terjadi selama beberapa hari atau
beberapa minggu
Kesemutan
Gatal
Mata kabur
Impotensi pada laki-laki
Pruritus vulva pada perempuan
2. Tanda dan Gejala Ulkus Diabetikum
Penurunan terhadap sensasi nyeri
Perubahan pada retina
Adanya luka yang telah terinfeksi
Denyut nadi berkurang atau bahkan tidak ada pada daerah yang
terdapat ulkus
D. Patofisiologi
Menurut Smeltzer, S.C, dan Bare, B.G, alih bahasa Hartono A, dkk,
2011 diabetes mellitus terbagi kedalam beberapa klasifikasi atau tipe-tipe
tertentu diantaranya :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin atau IDDM (Insulin
Independent Diabetes Melitus)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin atau NIDDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Melitus)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan sindrom tertentu,
seperti:
a) Penyakit pancreas
b) Kelainan hormonal
c) Obat/ bahan kimia
d) Kelainan reseptor dan kelainan genital
4. Diabetes mellitus gestasional atau GDM (Gestasional Diabetes Melitus)
5. Diabetes karena kerusakan toleransi glukosa
Tipe-tipe diabetes mellitus yang paling sering terjadi adalah diabetes
mellitus tipe I (IDDM) dan diabetes mellitus tipe II (NIDDM).
Pada diabetes tipe II (Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin
NIDDM) terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
mellitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan
glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya
glukagon dalam darah harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan
pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-
sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes mellitus tipe II.
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabetes mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang
adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu, ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes
mellitus tipe II. Meskipun demikian, diabetes mellitus tipe II yang tidak
terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom
hiperglikemik hiperosmoler nonketotik (HHNK).
Diabetes mellitus tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes
yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan
diabetes mellitus tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami
pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh,
infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi).
Untuk sebagian besar pasien ( 75%), penyakit diabetes mellitus tipe
II yang dideritanya ditemukan secara tidak sengaja (misalnya pada saat pasien
menjalani pemeriksaan laboratorium yang rutin). Salah satu konsekuensi
tidak terdeteksinya penyakit diabetes selama bertahun-tahun adalah bahwa
komplikasi diabetes jangka panjang (misalnya kelainan mata, neuropati
perifer, kelainan vaskuler perifer) mungkin sudah terjadi sebelum diagnosis
ditegakkan.
Penanganan primer diabetes tipe II adalah dengan menurunkan berat
badan, karena resistensi insulin berkaitan dengan obesitas. Latihan
merupakan unsur yang penting pula untuk meningkatkan efektivitas insulin.
Obat hipoglikemia oral dapat ditambahkan jika diet dan latihan tidak berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah. Jika penggunaan obat oral dengan dosis
maksimal tidak berhasil menurunkan kadar glukosa hingga tingkat yang
memuaskan maka insulin dapat digunakan. Sebagian pasien memerlukan
insulin untuk sementara waktu selama periode stress fisiologis yang akut,
seperti selama sakit atau pembedahan.
E. Data Fokus Pengkajian
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2012)
a. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan proses yang berisikan status

kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan

perawatannya juga hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan

lainnya (Nursalam, 2001:17)

1) Identitas
a) Identitas Klien
Fokus berisi mengenai jenis kelamin, usia, suku/ bangsa,
b) Identitas Penanggungjawab
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien diabetes mellitus datang dengan keluhan luka yang
tidak kunjung sembuh, mual, muntah, penurunan kesadaran,
disamping keluhan lain yang menyertai seperti mudah lelah,
sering kencing, sering lapar, sering haus, adanya kesemutan
atau baal-baal pada daerah ekstrimitas atau juga karena telah
terjadi komplikasi diabetic baik akut maupun kronik.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum
cenderung mengeluh nyeri pada daerah lukanya dengan
kualitas nyeri yang tajam dan kuantitas nyeri yang hilang
timbul. Nyeri yang dirasakan klien diabetes mellitus dengan
ulkus diabetikum bertambah bila klien bergerak untuk merubah
posisinya dan berkurang jika beristirahat. Nyeri yang dirasakan
klien diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum cenderung
berada pada nyeri sedang sampai dengan berat dan berada pada
skala nyeri 5 10 (skala 1 10 menurut Smeltzer). Selain itu
juga nyeri yang dirasakan cenderung tidak menyebar ke daerah
lain (terlokalisasi pada daerah luka) dan dirasakan bertambah
pada waktu malam hari. Selain itu juga dapat ditemukan
adanya kelemahan dan cepat lelah, mual, muntah, sakit kepala
(pusing) dan penurunan visus (ketajaman penglihatan).
c) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat obesitas, riwayat pankreatitis kronis,
riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg untuk wanita, riwayat
glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma,
infeksi, penyakit) atau terapi obat (glukokortikosteroid, diuretic
tiazid, kontrasepsi oral).
Kaji pula terhadap
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
disebabkan oleh adanya riwayat penyakit yang sama pada
anggota keluarganya. Selain itu juga cenderung disebabkan
oleh factor lingkungan rumah yang kurang sehat serta riwayat
gizi keluarga yang buruk sehingga berdampak pada kesehatan
anggota keluarga.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Endikrin
Klein dengan diabetes mellitus II biasanya ditemukan
adanya peningkatan kadar gula darah sebagai akibat dari
terganggunya fungsi pankreas sebagai penghasil hormone yang
mengatur kadar gula darah dalam plasma.
b) Sistem Pernapasan
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
ditemukan adanya pola napas klien yang cepat dan dalam
(kussmaul) sebagai upaya tubuh untuk mengurangi asidosis gun
amelawan efek dari pembentukan badan-badan keton dalam
tubuh dan napas bau aseton (bila sudah terjadi ketoasidosis
diabetikum) sebagai akibat dari meningkatnya kadar badan
keton dan kadar ion H+ dalam tubuh dan penurunan pelepasan
oksigen pada membrane alveolar yang ditandai dengan adanya
sianosis central ataupun perifer.
Tahap lanjut dapat ditemukan adanya pernapasan cupung
hidung dan pengguanaan otot-otot Bantu pernapasan disertai
dengan adanya retraksi interkostalis dan retraksi epigastrium
sebagai akibat dari beratnya asidosis yang ditimbulkan dari
penyakit tersebut.
c) Sistem Kardiovaskuler
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
mengalami penyakit jantung koroner atau akut miokard infark
(AMI), angina pectoris yang dimanifestasikan dengan
perubahan pola gambaran EKG (Elektrokardiografi),
perubahan irama, bunyi dan frekuensi denyut jantung. Selain
itu juga ditemukan adanya penurunan kekuatan denyut nadi
perifer, perubahan tekanan darah, kelainan dalam faktor
pembekuan darah yang disebabkan oleh mudahnya trombosit
mengalami perlengketan (adhesi) dan umur trombosit yang
pendek yang dimanifestasikan oleh penurunan trombosit darah,
penurunan fleksibilitas sel darah merah yang dimanifestasikan
oleh penurunan kadar hemoglobin darah sebagai akibat dari
kerusakan system endothelial tubuh dan gangguan vaskularisasi
perifer yang dimanifestasikan dengan peningkatan waktu
pengisian kapiler (Capilary Refil Time) > 3 detik yang pada
tahap lanjut dapat menimbulkan peningkatan JVP (Jugular
Venous Pressure) sebagai dampak dari peningkatan osmolaritas
plasma akibat hiperglikemia.
d) Sistem Pencernaan
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
ditemukan adanya mual, muntah sebagai akibat dari
menumpuknya asam lemak dan benda keton dalam tubuh dan
menurunnya supplai oksigen ke saluran cerna sehingga
merangsang refleks vasovagal dengan meningkatkan sekresi
asam lambung (HCL). Selain itu juga ditemukan adanya
konstipasi dan penurunan frekuensi bising usus yang
disebabkan oleh penurunan motilitas usus yang
dimanifestyasikan dengan adanya distensi abdomen.
e) Sistem Panca Indera (Pengihatan)
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
mengalami penurunan fungsi ketajaman penglihatan
(penurunan visus), penglihatan ganda (diplopia), perubahan
diameter pupil dimana pupil cenderung mengalami dilatasi,
peningkatan tekanan intraokuler, kekeruhan lensa (katarak) dan
pada tahap lanjut menyebabkan lapang pandang berkurang
f) Sistem Perkemihan
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
ditemukan adanya perubahan yang berkaitan dengan status
cairan dan elektrolit berupa mukosa mulut kering, turgor kulit >
2 detik, kadar elektrolit cenderung menurun dan pada tahap
lanjut dapat menyebabkan perubahan fungsi ginjal (Nefropati)
sebagai dampak dari hiperglikemia yang dimanifestasikan
dengan meningkatnya ureum, kreatinin plama dan urine.
g) Sistem Muskuloskeletal
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
ditemukan adanya kelemahan, kram otot, penurunan tonisitas,
kekuatan dan massa otot. Selain itu juga ditemukan adanya
penurunan ROM (Range of Motion) dan pada tahap lanjut
dapat menyebabkan deformitas sendi dan tulang yang
disebabkan oleh adanya ulkus atau gangrene diabetikum yang
terjadi pada susunan sistem muskuloskeletal.
h) Sistem Integumen
Klien dengan diabetes mellitus tipe II yang disertai
dengan adanya ulkus diabetikum cenderung ditemukan adanya
erosi pada kulit, warna kulit pada daerah luka cenderung
kehitaman, perubahan system thermoregulasi tubuh yang
dimanifestasikan dengan perubahan suhu tubuh secara
signifikan, akral cenderung teraba dingin.
Dampak yang dapat ditemukan oleh penyakit diabetes
mellitus itu sendiri diantaranya warna kulit cenderung
mengkilat, pruritis vulvular dan pada tahap lanjut dapat
menyebabkan adanya ulkus atau gangrene diabetikum.
i) Sistem Persarafan
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
ditemukan adanya keluhan pusing, vertigo, baal-baal atau
kesemutan pada ekstrimitas atau bahkan mengalami penurunan
tingkat kesadaran yang disebabkan oleh koma hiperglikemik.
Selain itu juga pada tahap yang lebih lanjut dapat menyebabkan
terjadinya penyakit serebrovaskular berupa penyakit stroke
dengan jenis TIA (Transient Ischemic Attact), perubahan fungsi
saraf cranial, perubahan fungsi sensori-motor dan perubahan
refleks neurologis.
4) Pola Aktivitas Sehari-hari
a) Nutrisi
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
ditemukan adanya kebiasaan sering makan dan minum yang
tinggi gula, meliputi jumlah, jenis dan frekuensi, riwayat cepat
lapar (polifagia) dan frekuensi makan yang sering. Selain itu
juga didapatkan adanya riwayat sering makan-makanan yang
berkolesteror tinggi.
b) Eliminasi
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
mempunyai kebiasaan sering kencing (poliuria) dan sering
minum (polidipsia).
c) Istirahat tidur
Klien dengn diabetes mellitus tipe II yang disertai dengan
adanya ulkus diabetikum sering kali menimbulkan gangguan
dan perubahan pola istirahat tidur, hal ini disebabkan karena
adanya rasa nyeri pada luka, seringnya buang air kecil dan
adanya stressor internal tentang proses kesembuhan luka dan
penyakitnya.
d) Personal Hygiene
Klien dengan diabetes mellitus tipe II yang disertai
dengan adanya ulkus diabetikum sering kali pemenuhan
kebutuhan personal hygienenya dibantu oleh orang lain karena
adanya keterbatasan aktivitas yang ditimbulkan oleh adanya
nyeri pada luka ulkus ataupun kelemahan yang disebabkan oleh
penyakit diabetes mellitus itu sendiri.

e) Aktivitas
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
mempunyai kebiasaan kurang aktivitas atau olehraga pada saat
sebelum sakit.
5) Data Psikologis
Klien dengan diabetes mellitus tipe II cenderung
mengalami stress akibat dari prosedur pembedahan, penyembuhan
luka dan penyakit yang lama. Hal tersebut dapat berdampak pada
perubahan konsep diri (gambaran diri, peran, identitas diri, ideal
diri dan harga diri) dan perubahan status mental klien.
6) Data Sosial
Klien dengan diabetes mellitus tipe II yang disertai dengan
adanya gangren diabetikum atau yang telah menjalani amputasi
cenderung tidak mau bersosialisasi dengan orang lain yang
disebabkan olwh rasa malu terhadap keadaannya.
7) Data Spiritual
Klien dengan diabetes mellitus tipe II yang disertai dengan
adanya gangren diabetikum atau yang telah menjalani amputasi
cenderung menolak terhadap keadaannya dan hal ini akan
berdampak pada kondisi spiritualnya dimana klien cenderung akan
menyalahkan Tuhan atas penyakit yang dideritanya.
8) Data Penunjang
a) Data Laboratorium
Klien dengan diabetes mellitus pada pemeriksaan
laboratorium cenderung terjadi peningkatan kadar gula darah,
tes urine reduksi positif, proteinuria, ketonuria, penurunan
protein total, penurunan albumin serum, penurunan atau
peningkatan elektrolit, peningkatan lipid dan kolesterol,
penurunan hemoglobin, hematokrit dan trombosit serta
peningkatan leukosit akibat proses infeksi pada luka.

9) Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe II


Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam
upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes mellitus
adalah mencapai kadar glukosa darah normal (euglikemia) tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :
a. Diet
Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar
dari penatalaksanaan diabetes. Penatalaksanaan nutrisi pada
penderita diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
1) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya
vitamin dan mineral)
2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
3) Memenuhi kebutuhan energi
4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya
dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati
normal melalui cara-cara yang aman dan praktis
5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat
Perencanaan makan pada penderita diabetes mellitus terdiri
dari :
1) Perencanaan makan unsur karbohidrat
Tujuan diet ini adalah meningkatkan konsumsi
karbohidrat kompleks khususnya yang berserat tinggi
seperti : roti gandung utuh, nasi beras tumbuk, sereal dan
pasta/ mie yang berasal dari gandum. Disamping itu,
penggunaan sukrosa dengan jumlah yang sedang kini lebih
banyak diterima sepanjang pasien masih dapat
mempertahankan kadar glukosa serta lemak (mencakup
kolesterol dan trigliserida) yang adekuat dan mampu
mengendalikan berat badannya.
2) Perencanaan makan unsur protein
Rencana makan dapat mencakup penggunaan
beberapa makanan sumber protein nabati untuk membantu
mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh.
3) Perencanaan makan unsur lemak
Perencanaan makan yang mempunyai kandungan lemak
dalam diet diabetes mencakup penurunan persentase total
kalorinya yang berasal dari sumber lemak hingga kurang 30 %
total kalori dan pembatasan jumlah lemak jenuh hingga 10 %
total kalori. Selain itu juga pembatasan asupan kolesterol
hingga kurang dari 300 mg/ hari sangat dianjurkan.
4) Perencanaan makan unsur serat
Tipe diet ini berperan dalam penurunan kadar total
kolesterol dan LDL (Low Density Lipoprotein) kolesterol
dalam darah. Peningkatan kandungan serat dalam diet dapat
pula memperbaiki kadar glukosa darah sehingga kebutuhan
insulin dari luar dapat dikurangi
b. Terapi
Obat hipoglikemik oral (OHO) seperti sulfonylurea, biguanid,
inhibitor alfa glukosidase dan insulin sensitizing agen
Pada diabetes tipe II, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi
jangka panjang untuk mengendalikan kadar glukosa darah jika
diet dan obat hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.
Disamping itu, sebagian pasien diabetes tipe II yang biasanya
mengendalikan kadar glukosa darah dengan diet atau dengan
obat oral kadang membutuhkan insulin secara temporer selama
mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan atau
beberapa kejadian stress lainnya. Penyuntikan insulin sering
dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering lagi)
untuk mengendalikan kenaikan kadar glukosa darah sesudah
makan dan pada malam hari. Karena dosis insulin yang
diperlukan masing-masing pasien ditentukan oleh kadar
glukosa darah yang akurat sangat penting.
c. Pendidikan Kesehatan
Diabetes mellitus merupakan sakit kronis yang memerlukan
perilaku penanganan mandiri yang khusus seumur hidup. Pasien
bukan hanya belajar keterampilan untuk merawat diri sendiri guna
menghindari penurunan atau kenaikan kadar glukosa darah yang
mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam
gaya hidup untuk menghindari komplikasi jangka panjang yang
dapat ditimbulkan dari penyakit diabetes mellitus.
F. Etiologi dan Masalah Keperawatan
No Data Kemungkinan Penyebab dan Dampak Masalah
1. DS :
Klien mengeluh nyeri Ulkus diabetikum a/r pears sinistra Gangguan rasa
pada luka yang nyaman : nyeri
terdapat di kakinya terputusnya kontinuitas jaringan kulit
Nyeri bertambah
ketika klien bergerak merangsang pelepasan histamine,
dan pada saat bradikinin, serotonin, prostaglandin dan
dilakukan ganti substansia P
balutan
nyeri berkurang jika merangsang noci reseptor sebagai reseptor
klien beristirahat di nyeri
tempat tidur
Nyeri dirasakan dihantarkan oleh serabut saraf delta A dan C
berdenyut-denyut
Nyeri mengatakan dialirkan dalam bentuk elektrokimia, impuls
nyerinya bersifat ganglia radiks menuju dorsal horn di
hilang timbul medulla spinalis bagian posterior
Klien mengatakan
nyerinya tidak di transfer melalui traktus spinotalamikus
menyebar pada daerah kontralateralis
yang lain.
DO : thalamus sebagai stasiun relay
Ekspresi muka klien
meringis pada saat cortex cerebri lobus parietalis
nyeri dirasakan

Terdapat luka ulkus Nyeri
diabetikum pada pears
sinistra
Pembengkakan luka
(+)
Terdapat nyeri tekan
pada daerah luka
Skala nyeri 5 (1 10
menurut Smeltzer).
2. DS :
Klien mengatakan Hipertensi Gangguan rasa
nyeri kepala nyaman :
DO : peningkatan resistensi perifer di otak pusing
Tekanan darah 160 /
90 mmHg peningkatan tekanan darah di otak
Klien selalu
memegang kepalanya merangsang pelepasan amin biogenic
Klien tampak selalu seperti serotonin, epinefrin dan norepinefrin
mengerutkan kening
pusing
3. DS :
Klien mengatakan Defisiensi insulin Defisit cairan
dirinya sering minum
karena sering haus Hiperglikemia
Klien mengatakan
sehari dirinya minum tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
8 9 gelas (1600 yang normal dalam darah
1800 cc/ hari)
Klien mengatakan kadar glukosa melebihi ambang batas ginjal
sering buang air kecil
7 8 x/ hari dengan glukosuria
jumlah sekitar 1600
1800 cc/ 24 diuresis osmotik
Menurut klien berat
badannya sekarang poliuria
menurun
DO :
Mukosa bibir kering kehilangan cairan/ kehilangan
Turgor kulit kembali dehidrasi elektrolit
dalam waktu 4 detik
Klien tampka sering
minum dan sering
buang air kecil
Suhu tubuh 36 0C
IWL = 800 cc/ hari
[(10 cc x 60) + (200 -
<37 36>)]
Balance = jumlah total
intake (jumlah total
output + IWL)
= 1600 cc (1600cc +
800cc) = - 800 cc/ hari
Tanda-tanda vital :
- Tidur
TD : 160/90 mmHg
P : 84 x/ menit
R : 21 x/ menit
S : 36,5 0C
- Duduk
TD : 160/90 mmHg
P : 86 x/ menit
R : 24 x/ menit
S : 36,5 0C
Data lab. tgl 28/3/2005
Hematokrit 37 % (40
52 %)
4. DS :
klien mengatakan luka Gangguan
di kakinya terjadi Defisiensi insulin integritas
karena sering jaringan kulit
terendam air
(sesekeleun) Hiperglikemia Endapan
klien dan keluarga glikoprotein
mengatakan tidak tahu peningkatan
tentang perawatan viskositas darah kerusakan
luka dikakinya
membran basalis
klien dan keluarga penurunan
mengatakan ingin
vaskularisasi ke kebocoran protein
belajar perawatan luka
jaringan perifer
untuk kaki klien
pertahanan
DO :
jaringan perifer jaringan setempat
Terdapat luka ulkus kekurangan supply menurun
diabetikum pada
O2 dan nutrisi
daerah jari kaki bagian
mudah infeksi
telunjuk kiri dan
daerah plantar kiri
Keadaan luka masih
basah Penyembuhan luka terganggu
Terdapat jaringan
nekrotik pada daerah integritas kulit terganggu
luka
Pus (-)
Pembengkakan (+)
Luka tampak berwarna
kemerahan
Terdapat adanya nyeri
tekan pada daerah
sekitar luka
Luka tercium bau amis
Klien mendapat terapi
insulin sebanyak 16
16 14 unit/ hari

5. DS :
Klien mengatakan Luka ulkus diabetikum Gangguan
tidurnya tidak nyenyak pemenuhan
dan sering terbangun terputusnya kontinuitas jaringan kebutuhan
karena nyeri yang istirahat tidur
dirasakan pada daerah merangsang aktivasi RAS (Reticulo Activity
lukanya System) sebagai pusat jaga di formation
Klien mengatakan retikularis
tidur malamnya pkl.
24.00 05.00 WIB, REM menurun
sedangkan tidur
siangnya tidak tentu klien sering terjaga
dan hanya 1 jam dan
sering terbangun
Klien mengatakan di
ruangannya banyak
orang berlalu-lalang
DO :
Klien tampak lemah
Mata klien tampak
sayu
Terdapat lingkaran
hitam pada daerah
periorbital
6. DS :
Klien mengatakan Ulkus diabetikum a/r pears sinistra Gangguan
belum bisa pergi ke pemenuhan
kamar mandi karena terputusnya kontinuitas jaringan ADL : Personal
nyeri pada luka di Hygiene
kakinya nyeri
Klien mengatakan
badannya terasa cepat keterbatasan aktivitas
lelah dan lemas
Klien mengeluh nyeri pemenuhan ADL terganggua
kepala
DO :
Klien tampak lemah
Kuku klien kotor dan
panjang
Kulit klien tampak
bersih
Kulit kepala dan
rambut klien bersih
Kekuatan otot
5 5
5 5
7. DS :
Klien mengatakan Defisiensi insulin Risiko injuri
penglihatannya kabur
Klien mengeluh Hiperglikemia
pusing saat merubah
posisi dari tidur ke
duduk Viskositas Glukosa Penumpuka
Klien mengeluh nyeri darah tidak masuk n sorbitol
pada kaki kirinya meningkat dan tidak oleh enzim
Klien mengeluh cepat dapat adolase
lelah vaskularisas ditransfer reduktase
DO : i perifer ke sel dan
Klien tampak lemah menurun jaringan gangguan
Klien tidak bisa sirkulasi
membaca papan nama mono dan otak dan
perawat pada jarak 30 poli kekurangan pengendapa
cm neurophaty supply O2 n
Terdapat ulkus dan nutrisi lipoprotein
diabetikum pada kaki hilangnya pada lensa
kiri klien sensasi pusing mata
Kekuatan otot : pada ujung-
5 5 ujung saraf ketajaman
ekstrimitas penglihatan
5 5 bawah berkurang
Tanda-tanda Vital :
- Tidur
TD : 160/90 mmHg
P : 84 x/ menit injuri
R : 21 x/ menit
S : 36,5 0C
- Duduk
TD : 160/90 mmHg
P : 86 x/ menit
R : 24 x/ menit
S : 36,5 0C

G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan mengenai masalah
klien baik aktual maupun potensial yang didapat dari status kesehatan klien
(Erb, Olivieri, Kozier,2010)
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan Diabetes Melitus
menurut Doenges dan Carpenito adalah :
(1) Gangguan pemenuhna kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, defisiensi insulin dan
status hipermetabolisme.
(2) Defisit cairan berhubungan dengan diuresis osmotic, dan kurang asupan
cairan.
(3) Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
kulit.
(4) Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan gangguan
sensasi, dan kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
(5) Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi, gangguan
kimia tubuh, defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan tubuh, dan status
hiperglikemia atau hipermetabolisme.
(6) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa,
penurunan fungsi leukosit, infeksi saluran pernapasan atau infeksi
saluran kemih.
(7) Resiko terhadap cedera/injuri berhubungan dengan penurunan sensasi
taktil, penurunan ketajaman penglihatan, dan episode hipoglikemia.
(8) Disfungsi seksual berhubugnan dengan perubahan fungsi tubuh.
(9) Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di
rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi
penatalaksanaan terapeutik, dan system pendukung yang adekuat.
H. Nursing Care Plan
Adapun perencanaan yang dibuat untuk klien dengan Diabetes
Melitus menurut Doenges adalah :
a. Gangguan pemenuhna kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan
1) Intake yang tidak adekuat
2) Defisiensi insulin
3) Status hipermetabolisme.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria evaluasil :
1) Pemasukan kalori atau nutrisi adekuat
2) Berat badan mengarah kenormal sesuai dengan tinggi badan
3) nilai laboratorium kadar gula darah dalam batas normal dan stabil
Intervensi Rasional
1. Timbang berat badan setiap hari atau 1. Mengkaji pemasukan yang adekuat.
setiap indikasi. 2. Jika makanan yang disukai kilen
dapat dimasukan dalam perencanaan
2. Identifikasi makanan yang disukai makan, kerjasama ini dapat
atau dikehendaki. diupayakan setelah pulang.
3. Observasi tanda-tanda hipoglikemia 3. Metabolisme karbohidrat mulai
seperti perubahan tingkat kesadaran, terjadi (gula darah akan berkurang)
kulit lembab dan dingin, denyut nadi dan sementara insulin tetap
cepat, lapar, peka rangsang, cemas, diberikan maka hipoglikemi dapat
sakit kepala, pusing, dan terjadi.
sempoyongan.
4. Auskultasi bising usus, catat adanya 4. Hiperglikemia dan gangguan
nyeri abdomen, perut kembung, mual, keseimbangan cairan elektrolit dapat
dan muntah. menurunkan motilitas usus.
5. Berilah makanan cair yang 5. Pemberian makanan per oral lebih
mengandungzat makanan dan baikjika pasien sadar dan fungsi
elektrolit dengan segera jika pasien gastrointestinal baik.
sudah mendapatkan toleransinya
melalui pemberian cairan oral dan
selajutnya upayakan pemberian
makanan padat sesuai dengan yang
dapat ditoleransi oleh klien.
6. Libatkan keluarga pada perencanaan
6. Meningkatkan rasa keterlibatan dan
makan sesuai dengan indikasi.
memberikan informasi kep[ada
keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi klien.
7. Pantau pemeriksaan lasoratorium 7. Gula darah akan menurun perlahan
seperti ; glukosa darah, Ph, HCO3-. dengan pergantian cairan dan terpai
insulin terkontrol sehingga glukosa
dapat masuk ke dalam sel dan
digunakan untuk sumnber kalori,
kadar aseton dapat menurun dan
asidosis dapat dikoreksi.
8. Berikan pengobatan insulin secar 8. Insulin regular memiliki awitan
teratur. cepat karenanya dengan cepat pula
dapat membantu memindahkan
glukosa ke dalam sel.
9. Lakukan konsultasi dengan ahli gizi. 9. Bermanfaat dalam perhitungan dan
penyesuaian diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi klien.
b. Defisit cairan berhubungan dengan :
1) Diuresis osmotik
2) Kehilangan cairan
3) Kurang asupan / intake cairan.
Tujuan : Hidrasi adekuat
Kriteria evaluasi :
1) Tanda-tanda vital stabil
2) Nadi perifer dapat diraba
3) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
4) Intake dan output seimbang
5) Kadar elektrolit dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda-tanda vital, catat 1. Hipovolemi dapat
adanya perubahan tekanan darah dimanifestasikan oleh hipotensi
orthostatik dan tachikardi
2. Kaji nadi perifer pengisian 2. Merupakan indicator dari tingkat
kapiler, turgor kulit, dan dehidrasi atau volume sirkulasi
membaran mukosa yang adekuat
3. Pantau intake dan output, catat 3. Memberikan perkiraan kebutuhan
berat jenis urine akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi
yang diberiakan
4. Pertahankan untuk memberikan 4. Mempertahankan hidrasi atau
cairan paling sedikit 2500 ml/hari volume sirkulasi
dalam batas yang dapat
ditoleransi jantung. Jika
pemasukan cairan sudah dapat
diberikan
5. Tingkatkan lingkungan yang 5. Menghindari pemanasan yang
dapat memberikan rasa nyaman berlebihan terhadap klien lebih
dengan menyelimuti klien lanjut dapat menimbulkan
dengan selimut tipis kehilangan cairan
6. Kolaborasi pemberian terapi 6. Tipe dan jumlah dari cairan
cairan sesuai dengan indikasi tergantung pada derajat
kekurangan cairan dan respon
klien secara individual
7. Kolaborasi pemasangan kateter 7. Memberikan pengukuran yang
urine dan pertahankan kateter tepat atau akurat terhadap urine
tetap terpasang output terutama jika kandung
kemih (retensio urine atau
inkontinensia)
8. Kolaborasi pemeriksaan 8. Mengkaji tingkat hidrasi dan
laboratorium seperti Ht, BUN, sering meningkat akibat
kreatinin, osmolalitas darah, hemokonsentrasi yang terjadi
natrium, dan kalium setelah diuresis osmotik

c. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan


jaringan kulit.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan tidak terjadi rasa nyeri
Kriteria evaluasi :
1) Klien tidak mengeluh nyeri
2) Klien menunjukan ekspresi wajah yang tenang atau rileks
3) Klien menunjukan keterampilan relaksasi dan aktivitas sesuai
indikasi
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1. Perubahan lokasi, kateter, dan
lokasi, karakter, da intensitas intensitas nyeri dapat
nyeri mengindikasikan terjadinya
komplikasi
2. Tinggikan dan sokong area luka 2. Meningkatkan aliran balik vena,
dengan mengguankan bantalan menurunkan edema, dan
menurunkan rangsangan nyeri

3. Berikan tindakan kenyamanan 3. Meningkatkan relaksasi,


dasar, contoh pijatan punggung, menurunkan letegangan otot, dan
dan perubahan posisi kelelahan umum

4. Dorong penggunaan teknik 4. Memfokuskan kembali perhatian,


manajemen stress, contoh meningkatkan relaksasi, dan
relaksasi progresif, nafas dalam, meningkatkan rasa kontrol yang
bimbingan imajinasi, dan dapat menurunkan ketergantungan
visualisasi farmakologis
5. Libatkan klien dan keluarga 5. Meningkatkan rasa control klien
dalam penentuan jadwal dan kekuatan mekanisme koping
aktivitas, dan pemberian obat
6. Berikan aktivitas teutapeutik 6. Membantu mengurangi
yang tepat sesuai dengan usia konsentrasi nyeri yang dialami dan
dan kondisi memfokuskan kembali perhatian
7. Berikan analgetik sesuai dengan 7. Analgetik bekerja untuk memblok
indikasi rangsangan nyeri
d. Gangguan integritas jaringan kulit berhubungan dengan
1) Gangguan sensasi
2) Kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit.
Tujuan : Integritas kulit dapat dipertahankan
Kriteria evaluasi :
1) Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan
seperti yang ditunjukan oleh hal-hal berikut:
a) Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan memperhatikan
tanda- tanda penyembuhan
b) Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawtan kulit yang
tepat
2) Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang
ditunjukan oleh hal-hal berikut :
a) Tidak mengalami kerusakan kulit
b) Tidak terdapat daerah kemerahan
c) Mempertahankan sirkulasi yang adekuat
Intervensi Rasional
1. Jaga kulit tetap bersih dan kering 1. Kulit kotor dan basah
merupakan media yang baik
untuk tumbuhnya kuman
2. Lakukan perawatan luka dengan 2. Memberikan luka mempercepat
larutan dan debridement sesuai pertumbuhan jaringan
dengan order
3. Berikan obat-obatan luka 3. Membunuh mikroorganisme
dan mempercepat pertumbuhan
jaringan
4. Awasi dengan cepat terhadap 4. Deteksi dini sebagai preventif
tanda-tanda dan gejala infeksi dan menentukan tindkan
5. Berikan tindakn untuk selanjutnya
memaksimalkan sirkulais darah 5. Sirkulasi adekuat penting untuk
6. Awasi hasil pemeriksaan aktivitas sel
laboratorium seperti albumin. 6. Sebagai indicator pertukaran
nutrisi

e. Kelemahan berhubungan dengan penurunan produksi energi, gangguan


kimia tubuh, defisiensi insulin, peningkatan kebutuhan tubuh, dan
status hiperglikemia atau hipermetabolisme.
Tujuan : Kelemahan berkurang
Kriteria evaluasi :
1) Mengungkapkan peningkatan energi
2) Menunjukan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang
diinginkan
Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengna klien 1. Pendidikan dapat memberikan
kebutuhan akan aktivitas, buat motivasi untuk meningkatkan
jadwal perencanaan dengna tingkat aktivitas meskipun klien
klien dan identifikasi aktivitas mungkin sangat lemah
yang menimbulkan kelelahan
2. Berikan aktivitas alternative 2. Mencegah kelelahan yang
dengna periode istirahat yang berlebihan
cukup/tanpa diganggu
3. Pantau nadi, frekuensi 3. Mengindikasikan tingkat
pernapasan dan tekanan darah aktivitas yang dapat ditoleransi
sebelum dan sesudah melakukan secara fisiologis
aktivitas
4. Tingkatkan partisipasi klien 4. Meningkatkan kepercayaan diri
dalam melakuakan aktivitas atau harga diri yang positif sesuai
sehari-hari sesuai denagan yang tingkat aktivitas yang dapat
dapat ditoleransi ditoleransi klien

f. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa,


penurunan fungsi leukosit, infeksi saluran pernapasan atau infeksi
saluran kemih.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
1) Mengidentifikasi tindakan untuk mencegah atau menurunkan resiko
infeksi
2)Mempraktekan teknik-teknik perubahan gaya hidup untuk
mencegah terjadinya infeksi
Intervensi Rasional
1. Observasi tanda-tanda infeksi 1. Klien mungkin masuk dengan
dan peradangan seperti demam, infeksi yang biasanya telah
kemerahan, adanya pus pada mencetuskan keadaan asidosis
luka, sputum purulen, dan urine atau mengalami infeksi
berwarna keruh nasokomial
2. Pertahankan treknik aseptic pada 2. Keadaan glukosa yang tinggi
prosedur infasif (pemasangan dalam darah akan menjadi
infuse, poli kateter dan tempat yang baik bagi
pemberian obat iv) pertumbuhan kuman
3. Pasang kateter atau lakukan 3. Mengurangi resiko terjadinya
perawatan perineal dengan baik. infeksi saluran kemih
Ajarkan klien wanita untuk
membersihkan daerah
perinealnya dari depan ke
belakang setelah eliminasi
4. Berikan perawatan dengna 4. Sirkulasi perifer bias terganggu
teratur dan sungguh-sungguh, dan meningkatkan resiko
massage daerah yang tertekan, terjadinya kerusakan pada
jaga kulit tetap kering dan kulit/iritasi kulit dan infeksi
kencang
5. Posisikan klien pada posisi semi
5. Memberikan kemudahan bagi
fowler
paru untuk berkembang dan
menurunkan resiko terjadinya
aspirasi
6. Lakukan perubahan posisi dan 6. Membantu dan memfasilitasi
anjurkan klien untuk batuk semua daerah paru dan
efektif / nafas dalam memobilisasi secret

7. Berikan obat antibiotik yang 7. Penanganan awal dapat


sesuai membantu mencegah terjadinya
sepsis serta agen anti biotic dapat
membunuh mikroorganisme
pathogen

g. Resiko terhadap cedera/injuri berhubungan dengan penurunan sensasi


taktil, penurunan ketajaman penglihatan, dan episode hipoglikemia.
Tujuan : Injuri tidak terjadi
Kriteria evaluasi :
1) Mencapai atau mempertahankan status mental
2) Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensorik
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk saling 1. Pemantauan gula darah dengan
memantau kadar glukosa darah cermat dapat mendeteksi gula
darah rendah sebelum
menyebabkan cedera serius
2. Pantau tanda-tanda vital dari 2. Sebagai dasar untuk
status mental membandingkan temuan
abnormal seperti suhu yang
meningkat dapat mempengaruhi
3. Jadwalkan intervensi status mental
keperawatan agar tidak 3. Meningkatkan tidur, menurunkan
mengganggu waktu istirahat rasa letih, dan memperbaiki daya
klien piker
4. Pelihara aktivitas rutin klien
sekonsisten mungkin, dorong 4. Membantu memelihara tetap
untuk melakukan aktivitasnya berhubungan dengan realitas dan
sehari-hari sesuai dengan mempertahankan orientasi pada
kemampuannya lingkungannya
5. Kaji adanya keluhan parastesia,
nyeri atau kehilangan sensori 5. Neuropati perifer dapat
pada paha atau kaki, adanya menyebabkan rasa tidak nyaman
ulkus, daerah kemerahan, yang berat, kehilangan sensasi
tempat-tempat tertekan dan sentuhan yang mempunyai resiko
kehilangan denyut nadi perifer tinggi terhadap kerusakan kulit
6. Berikan tempat tidur yang dan gangguan keseimbangan
hangat, pelihara kehangatan kaki 6. Meningkatkan rasa nyaman dan
atau tangan, hindari terpajan air menurunkan kemungkinan
panas atau dingin kerusakan kulit karena panas
7. Bantu klien dalam ambulasi atau 7. Meningkatkan keamanan klien
perubahan posisi terutama rasa keseimbangan
dipengaruhi

h. Disfungsi seksual berhubugnan dengan perubahan fungsi tubuh.


Tujuan : Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan seksualnya
Kriteria evaluasi :
1) Menyebutkan penyebab penurunan fungsi seksual
2) Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan seksualnya
Intervensi Rasional
1. Ajak klien dan pasangannya 1. Faktor-faktor yang memberikan
utnuk mendiskusikan tentang kenyamanan, memperlihatkan
hubunga seksual rasa hormat kepada klien dan
meningkatkan pengekspresian
perasaan
2. Hargai perasaan cemas klien 2. Menegakan dan menciptakan
tentang seksual keadaan percaya internal bagi
klien
3. Tawarkan klien beberapa saran 3. Tersedianya bukti-bukti bila
tentang alternative yang klien membutuhkan hal ini akan
mengungkapkan seksual membentuk rasa percaya.
Orientasi memudahkan untuk
membuat keputusan dan
mengurangi kecemasan
prustasi/perasaan distress lainnya
yang menyembunyikan realitas
oleh karenanya membantu klien
berfokus dalam pengertian yang
lebih dalam
4. Klien membutuhkan kesempatan
4. Eksplorasi tentang kurangnya untuk mengungkapkan cerita
pengetahuan klien tentang yang tidak benar dan harus
seksualitas, bagaimana klien dipersiapkan dengan informasi
belajar tentang seksualitas dan yang akurat tentang fungsi
apa yang klien pahami tentang seksual
fungsi seksual yang normal

i. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik di


rumah berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi
penatalaksanaan terapeutik, dan system pendukung yang adekuat.
Tujuan : Klien memperlihatkan keinginan untuk mematuhi rencana
pemeliharaan dirumah sesuai dengna ketentuan
Kriteria evaluasi :
1) Pengertian tentang keadaan klien dan rencana perawatannya yang
disampaikan dengan lisan
Intervensi Rasional
1. Ajarkan klien tentang diabetes 1. Lebih banyak klien mengetahui
mellitus, pengobatan dan tentang keadaannya semakin
perawtan sesuai dengan mungkin mereka mematuhi
panduan penyuluhan klien perawtan dan pengobatan
2. Rujuk klien pada perawatan diri 2. Karena diabetes mellitus adalah
diabetes bila diberikan fasilitas, gangguan kronis sepanjang
agensi/organisasi komunitas hidup, dukungan continue
penting dalam membantu
seseorang utnuk beradaptasi
pada perubahan gaya hidup
yang disebabkan oleh rencana
teurapeutik untuk pemeliharaan
diri meliputi pemantauan gula
darah dan prosedur pemberian
insulin
3. Rujuk klien pada ahli diet untuk 3. Ahli diet khusus adalah
instruksi pada perencanaan sosialisasi nutrisi yang dapat
makan terutama diet yang membantu lien dalam
dianjurkan. Tekanan perlunya merencanakan makandengan
pembatasan makanan terutama menggunakan daftar penukar
alkohol karena dapat makanan untuk memenuhi
menghambat pelepasan insulin kebutuhan nutrisieningkatkan
dari pancreas rasa keterlibatan dan
memberikan informasi kepada
keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. L.J., 2012, Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Alih


Bahasa Ester. M., Jakarta : EGC
Doengoes. M.E., Et All,.2011, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih
Bahasa Kurniasa. I.M. Dan Sumarwati. N.M., Jakarta : EGC
Engram. B., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, Alih
bahasa Samba. S., Jakarta : EGC
Erb, Olivieri, Kozier. 2010. Fundamental of Nursing. Kanada : by Addison-
Wesley Publishing Company

Fakultas Kedokteran UI, 2011, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Editor
Mansjoer, dkk, Jakarta : Media Aesculapius
Ganong. William F., 2012, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, Editor Edisi
Bahasa Indonesia Widjajakusumah. D, Jakarta : EGC
Long. B.C., 2011, Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan, Jilid 3, Alih bahasa Yayasan Ikatan alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung
Noer S, dkk, 2013, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi Ketiga, Jakarta :
balai Penerbit FKUI
Nursalam, 2012, Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek,
Jakarta : Salemba Medika
Pearce. C.Evelyn, 2011Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, Jakarta : PT.
Gramedia

S-ar putea să vă placă și