Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Kelainan atau gangguan pada saluran pernafasan dapat disebabkan oleh dua hal
yaitu : terjadi gangguan pada proses pengikatan oksigen dan kelainan pada saluran
pernafasan sehingga mengganggu aliran udara. Gangguan pada proses pengikatan
oksigen yang terjadi seperti keracunan karbonmonoksida. Gangguan pada proses
pengikatan oksigen juga terjadi jika paru-paru terisi air seperti pada kasus tengggelam.
Selain gangguan bersifat fisik, bisa juga gangguan saluran nafas diakibatkan oleh
virus dan bakteri. Pada umumnya gangguan ini menyebabkan peradangan karena adanya
respon system kekebalan tubuh.
Penyakit paru diklasifikasikan berdasarkan gangguan yang terjadi apakah
gangguan tersebut mempengaruhi ventilasi paru atau system vascular paru. Gangguan
paru yang mempengaruhi ventilasi paru termasuk penyakit paru obstruktif dan penyakit
paru restriktif. Gangguan system vascular paru mencakup kondisi yang mengganggu
kemampuan paru untuk menjalankan pernafasan. Penyakit paru juga dikelompokkan
berdasarkan gangguan yang bersifat akut dan kronis, infeksi dan noninfeksi serta yang
disebabkan perubahan dalam paru dan perubahan dalam jantung.
Berbagai penyakit saluran pernafasan baik saluran nafas bagian atas maupun
bagian bawah. Salah satu penyakit saluran pernafasan yaitu asma bronchial merupakan
penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh hiperaktifitas bronkus yaitu kepekaan
saluran nafas terhadap berbagai rangsangan. Manifestasi penyakit ini adalah
penyempitan saluran pernafasan dengan berbagai gejala, mulai dari batuk-batuk, rasa
berat didada, bunyi mengi dan sesak nafas. Seringkali penderita asma bronchial
mengalami kesulitan dalam bernafas yang menganggu kenyamanan bahkan sulit
melakukan aktifitas. Maka dari itu perlu diketahui mengenai asma bronchial,
penyebabnya, tanda dan gejala, bagaimana cara mengatasi dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan asma bronchial.
1
1.2 Tujuan
a. Tujuan khusus
b. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang penyakit saluran pernafasan yaitu asma bronchial dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Asma Bronchial adalah penyakit saluran nafas yang dapat pulih yang terjadi
karena spasme bronkus disebabkan oleh berbagai sebab misalnya allergen,
infeksi dan latihan. (Hudak & Gallo, 1997; 225)
Asma Bronkial adalah inflamasi dari plasma akut dari otot halus pada bronkus
dan bronkiolus dengan peningkatan produksi dan pelengketan mukus. (Susan
Martin Tucker,et.al, 1998; 2215)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea
dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik
secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, Sarwono
Waspadji, 1999; 71)
Asma Bronkial adalah suatu penyakit yang dikarakteristikkan oleh konstriksi
yang dapat pulih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi
mukosa serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca
dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi. (Marilynn E. Doenges, 1999; 152)
Asma Bronkial adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermitten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu yang dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas yang
mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi. (Brunner and Suddarth, 2001; 593)
Asma Bronkial adalah penyakit kronik sistem pernafasan dengan ciri serangan
berulang kesulitan dalam bernafas, wheezing, dan batuk. Selama serangan
saluran bronkus kejang, menjadi lebih sempit dan kurang mampu untuk
menggerakkan udara ke paru-paru. Bermacam-macam benda yang dapat
mengakibatkan alergi seperti bulu binatang, debu, polusi atau makanan tertentu
dapat memicu serangan. (Health Dictionary, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis dengan serangan nafas pendek, wheezing
dan batuk dari konstriksi dan membran mukosa yang bengkak di dalam bronkus
3
(jalan nafas dalam paru-paru). Hal ini terutama disebabkan oleh alergi atau
infeksi saluran pernafasan. Kedua asap rokok dapat mengakibatkan asma pada
anak. (Britannica Concise Encyclopedia, 2007).
Asma Bronkial adalah gangguan pernafasan ditandai dengan serangan berulang
kesulitan bernafas terutama saat menghembuskan nafas oleh karena peningkatan
ketahanan aliran udara melalui pernafasan bronkeolus. (Sports Science and
Medicine, 2007).
Asma Bronkial adalah penyakit kronis system pernafasan di tandai dengan
serangan berkala dari wheezing, nafas pendek dan rasa sesak di dada. (Columbia
Encyclopedia, 2007).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Asma Bronchial adalah
penyempitan sebagian dari otot halus pada bronkus dan bronkiolus yang bersifat
reversibel dan disebabkan oleh berbagai penyebab seperti alergen, infeksi dan
latihan.
B. Etiologi
Ada beberapa pemicu terjadinya asma yang termasuk dalam faktor predisposisi
dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
Faktor Predisposisi :
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
4
Faktor Presipitasi
Perubahan cuaca
Lingkungan kerja
5
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini mambaik pada waktu libur atau cuti.
C. Patofisiologi
Konstriksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar maupun saluran
nafas yang kecil yang menimbulkan bronkospasme.
Peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema
mukosa yang menambah sempitnya saluran nafas lebih lanjut.
Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus.
6
PAJANAN ALERGEN
RESPON IMUN :
IL-5, IL-8 Ig E
7
D. Manifestasi Klinis
E. Klasifikasi
8
F. Komplikasi
Atelektasis.
Emfisema dengan hiperinflasi kronis.
Pneumothoraks.
Gagal pernafasan yang memerlukan bantuan mekanis.
Bronkhitis.
Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
Fraktur iga
G. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaan laboratorium
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
9
2. Pemeriksaan radiologi
4. Elektrokardiografi
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB
(Right bundle branch block).
Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
10
5. Spirometri
H. Penatalaksanaan
Memberikan penyuluhan.
Menghindari faktor pencetus.
Pemberian cairan.
Fisiotherapy.
Beri O2 bila perlu.
11
Pengobatan farmakologik :
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
2) Santin (teofilin)
Nama obat :
- Teofilin (Amilex)
12
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung
sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga
dalam bentuk suppositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan
ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena
sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).
3) Kromalin
4) Ketolifen
A. Pengkajian
Data dasar yang biasanya didapat pada pasien asma bronkial adalah :
Aktivitas/ Istirahat
Gejala :
13
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia
Kelemahan umum / kehilangan massa otot.
Sirkulasi
Gejala :
Tanda :
Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
Makanan / Cairan
Gejala :
Mual / Muntah
Nafsu makan buruk
Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernafasan
14
Tanda :
Hygiene
Gejala :
Tanda :
Kebersihan buruk
Bau badan
Pernafasan
Gejala :
Tanda :
15
Dada : terlihat hiperinflasi dengan peningkatan diameter AP,
gerakan diafragma minimal
Bunyi nafas : mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau
tidak adanya bunyi nafas
Perkusi : bunyi pekak pada paru
Keamanan
Gejala :
Seksualitas
Interaksi Sosial
Gejala :
Hubungan ketergantungan
Kurang sistem pendukung
Kegagalan dukungan dari / terhadap pasangan / orang terdekat
Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda :
16
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
17
Tujuan :
Kriteria Hasil :
Menunjukan perilaku perbaikan bersihan jalan nafas, misalnya batuk efektif
dan mengeluarkan sekret.
Intervensi:
Mandiri
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya : mengi,
ronki.
R : Batuk dapat menetap tapi tidak efektif terutama pada lansia, sakit
akut atau kelemahan
Kolaborasi :
18
Berikan obat sesuai indikasi.
Tujuan :
Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenisasi jaringan adekuat dengan
GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan.
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam meningkatkan kemampuan /
situasi.
Intervensi :
Mandiri
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan penggunaan otot aksesori.
R : Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan.
b. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang
mudah untuk bernafas.
R : pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi.
c. Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa.
19
R : Sianosis mungkin perifer (pada kuku) atau sentral (bibir / daun
telinga).
d. Dorong mengeluarkan sputum.
R : Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan nafas kecil.
Kolaborasi :
e. Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi.
R : dapat memperbaiki / mencegah memburuknya hipoksia.
f. Berikan penekan SSP misal : sedatif atau narkotik dengan hati-hati.
R : digunakan untuk mengontrol ansietas / gelisah yang meningkatkan
konsumsi oksigen.
Tujuan :
Menunjukan peningkatan BB menuju tujuan yang tepat.
Kriteria Hasil :
Menunjukan perilaku / perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan / atau
mempertahankan berat yang tepat.
Intervensi :
Mandiri
a. Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini.
R : pasien distres pernafasan akut sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum.
b. Auskultasi bunyi usus.
R : Penurunan bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster.
c. Berikan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk
sekali pakai.
20
R : Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama
terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah.
d. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
R : Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas
abdomen.
e. Timbang berat badan sesuai indikasi.
R : Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
Kolaborasi
f. Konsultasi ahli gizi / nutrisi pendukung tim untuk memberikan makanan
yang mudah di cerna.
R : metode makanan dan kebutuhan kalori didasarkan pada situasi /
kebutuhan individu.
g. Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.
R : menurunkan dispnea dan meningkatkan energi untuk makan dan
meningkatkan masukan.
Kolaborasi
Intervensi :
Mandiri
a. Jelaskan proses penyakit individu, dorong pasien dan keluarga untuk
bertanya.
R : menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi
pada rencana pengobatan.
b. Instruksikan rasional untuk latihan nafas, batuk efektif dan latihan kondisi
umum.
22
R : nafas abdominal menguatkan otot pernafasan, membantu
meminimalkan kolaps jalan nafas kecil.
c. Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang diinginkan.
R : Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping
mengganggu dan efek samping merugikan.
d. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi.
R : faktor lingkungan dapat menimbulkan / meningkatkan iritasi
bronkial dan menimbulkan peningkatan produksi sekret dan hambatan
jalan nafas.
e. Tekankan pentingnya perawatan oral / kebersihan gigi.
R : menurunkan pertumbuhan bakteri pada mulut dimana dapat
menimbulkan infeksi saluran nafas atas.
D. Evaluasi
Dalam hal ini penilaian yang diharapkan pada klien dengan gangguan
sistem pernafasan Asma Bronkial adalah:
Jalan nafas bersih.
Pertukaran gas berjalan dengan baik atau normal.
Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah.
Pengetahuan klien dan keluarga tentang kondisi penyakitnya bertambah.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25