Sunteți pe pagina 1din 23

Keperawatan Anak I :

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Diare


pada Anak
Dosen Pengampu : Fiki Wijayanti, S.Kep., Ns., M.Kep.

Oleh :
1. Ayu Maria Asih M. 010115A020
2. Farah Mahdiyyah M. 010115A040
3. Kurnia Altiwi 010115A066
4. Gerson Ndiwa Ranja 010115A046

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide pemikirannya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami
menyadari masih ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Ungaran, 11 Maret 2017


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang
terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan tinja yang encer atau
cair. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab lain
seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala dari
penyakit pada sistem gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
pencernaan. Tetapi sekarang lebih dikenal dengan penyakit diarekarena
dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya
karena dapat membawa bencana bila terlambat.
Walaupun penyakit diare tidak semua menular misalnya karena
faktor malabsorbsi, tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan
perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi serta tempat pakaian kotor
tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan adalah resiko terjadi
gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan mengenai
penyakit.
Data dari Depkes RI (2013), Insiden dan period prevalence diare
untuk seluruh kelompok umur di Indonesia adalah 3,5 persen dan 7,0 persen.
Lima provinsi dengan insiden maupun period prevalen diare tertinggi adalah
Papua, Sulawesi Selatan, Aceh, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah.
Insiden diare pada kelompok usia balita di Indonesia adalah 10,2 persen.
Sementara data di IGD RSUD Ruteng Flores adalah kunjungan pasien balita
dengan diare selama 5 tahun menunjukan jumlah kasus yaitu tahun 2010
sebanyak 420 kasus, tahun 2011 sebanyak 580 kasus, tahun 2012 sebanyak
534 kasus, tahun 2013 sebanyak 578 kasus, sedangkan pada tahun 2014
terhitung bulan Januari sampai September 2014 ditemukan 593 kasus.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi
lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data
terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi
penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia
setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga
menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia.
Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang
meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air
limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah.
B. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Makalah ini disusun agar mahasiswa mampu mengetahui tentang diare
pada anak.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Makalah ini disusun bertujuan agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi diare.
b. Menjelaskan karakteristik diare.
c. Menjelaskan etiologi diare.
d. Menjelaskan patofisiologi diare.
e. Menjelaskan manifestasi klinis diare.
f. Menjelaskan penatalaksanaan diare.
g. Menjelaskan komplikasi.
h. Menyusun asuhan keperawatan pada diare anak.
C. Manfaat
Makalah ini disusun agar dapat bermanfaat kepada mahasiswa dalam
proses pembelajaran mengenai diare pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Menurut
World Health Organization (WHO) mendefinisikan diare adalah buang air
besar (BAB) tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang
mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. (Widiyono,
2008)
Mengutip definisi Hippocrates menyatakan diare adalah buang air
besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair, berpendapat bahwa gastroenteritis
dikesampingkan saja dimana memberikan kesan terdapatnya suatu radang
sehingga selama ini penyelidikan tentang diare cenderung lebih ditekankan
pada penyebabnya. (Suharyono, 2008)
Diare adalah berak- berak yang lebih sering dari biasanya (3x atau
lebih dalam sehari) dan berbentuk encer, bahkan dapat berupa seperti air
saja, kadang- kadang juga disertai dengan muntah, panas, dan lain- lain.
(Aulia, 2013)
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (>3 kali/ hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan atau tanpa darah atau lendir. (Suraatmaja, 2007)
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa perubahanm
peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau tanpa lender
darah, seperti lebih dari tiga kali sehari dan pada neonates lebih dari empat
kali. (Aulia, 2013)
Jadi, diare adalah gejala kelainan pencernaan berupa buang air besar
dengantinja berbentuk cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam sehari
pada anaksehingga menimbulkan kehilangan cairan dan elektrolit.
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :
1. Diare akut
Diare akut pada anak didefinisikan sebagai perubahan kebiasaan
buang air bear yang normal yakni peningkatan frekuensi (>10mL/kgbb/hari
pada bayi dan anak) dan atau penurunan konsistensi feses (>3kali dalam
sehari). Diare akut adalah diare yang berlangsung dalam waktu kurang dari
tujuh hari dan tidak lebih dari 14 hari. Kriteria penilaian tingkat keparahan
dehidrasi menggunakan criteria World Healt Organization (WHO),
mencakup penilaian keadaan umum, mata cowong, air mata, mukosa mulut,
dan lidah, rasa haus, serta turgor kulit. (Jeannete, 2010)
2. Diare kronik atau persisten
Diare kronikadalah diare yang berlangsung lebih dari 30 hari, yang
bersifat menahun atau persisten dan berlangsung dua minggu lebih hingga
dua tahun. Diare persisten ini merupakan kelanjutan dari diare akut atau
peralihan antara diare akut dan kronik, berlangsung 15- 30 hari. (Deddy dkk,
2008)

B. Etiologi
Rotavirus merupakan etiologi paling penting yang menyebabkan diare
pada anak dan balita. Infeksi rotavirus biasanya terdapat pada anak umur 6
bulan- 2 tahun (Suharyono, 2008). Infeksi Rotavirus menyebabkan sebagian
besar perawatan rumah sakit karena diare berat pada anak- anak kecil
merupakan infeksi nosokomial yang signifikan oleh mikroorganisme patogen.
Kebanyakan mikroorganisme penyebab diare disebarluaskan lewat
jalur fekal oral melalui makanan, air yang terkontaminasi atau ditularkan
antar manusia dengan kontak yang erat. (Wong, 2009)
Faktor-faktor risiko terjadinya diare persisten yaitu : bayi berusia
kurang atau berat badan lahir rendah (bayi atau anak dengan malnutrisi, anak-
anak dengan gangguan imunitas), riwayat infeksi saluran nafas, ibu berusia
muda dengan pengalaman yang terbatas dalam merawat bayi,tingkat
pendidikan dan pengetahuan ibu mengenai higienis, kesehatan dan gizi, baik
menyangkut ibu sendiri ataupun bayi, pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam
pemberian ASI serta makanan pendamping ASI, pengenalan susu non ASI
atau penggunaan susu botol, dan pengobatan pada diare akut yang tidak
tuntas. Seseorang dapat menjadi sehat atau sakit akibat dari kebiasaan atau
perilaku yang dilakukannya. Kebiasaan yang tidak sehat dapat menunjang
terjadinya penyakit, sedangkan kebiasaan yang sehat dapat membantu
mencegah penyakit.
Beberapa faktor yang menyebabkan kejadian diare pada balita yaitu :
1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus arau parasit, adanya gangguan
penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi, alergi, keracunan bahan
kimia atau racun yang terkandung dalam makanan, imunodefisiensi yaitu
kekebalan tubuh yang menurun serta penyebab lain.
2. Penyebab lain dari diare bisa karena kondisi lingkungan buruk yang
menjadi habitat dari patogen, sanitasi dan kebersihan rumah tangga yang
buruk, kurang minum air yang aman, pajanan pada sampah yang padat
serta musim kemarau karena patogen di saluran air yang bertambah.
3. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi, baik dari
orang lain maupun dari media masa. Makin banyak informasi yang masuk
maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang penyakit
diare.
4. Sosial ekonomi, Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas
orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada
anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin
pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan
kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit. Sistem imun
anak yang berasal dari sosial ekonomi rendah akan lebih rendah
dibanding anak yang berasal dari sosial ekonomi tinggi. Sehingga lebih
rentan terinfeksi kuman penyebab diare ini.
(Susana, dkk 2015)
Selain itu, penyebab diare akut umumnya infeksi gastrointestinal,
dengan infeksi virus merupakan penyebab tersering. Adapun penyebab diare
akut juga obat- obatan, alergi makanan, gangguan absorbs dan pencernaan,
defisiensi vitamin atau tertelan logam berat.Banyak faktor yang menyebabkan
diare akut berlanjut menjadi diare persisten seperti umur di bawah satu tahun,
keadaan malnutrisi, penyakit gangguan kekebalan tubuh, riwayat diare
sebelumnya, dan infeksi usus spesifik seperti parasit. (Deddy dkk, 2008)

C. Patofisiologi
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
faktor diantaranya pertama faktor infeksi, proses ini dapat diawali adaanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang
kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat
menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas
usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus menyebabkan
sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi
yang kemudian sekresi cairan dan elektrolot akan meningkat.
Kedua, faktor makanan, ini terjadi apabila toksin yang ada tidak
mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus
yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang
kemudian menyebabkan diare.
Ketiga, faktor psikologis dapat memengaruhi terjadinya peningkatan
peristaltik usus yang akhirnya memengaruhi proses penyerapan makanan
yang dapat menyebabkan diare.
Keempat, faktor malabsorbsi merupakan kegagalan dalam melakukan
absorbs yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi
rongga usus sehingga terjadilah diare.
Pada saat kondisi diare akan menyebabkan dua masalah yaitu
frekuensi BAB meningkat dan distensi abdomen. Frekuensi BAB meningkat
maka tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit berlebih karena terjadi
penyerapan air yang berlebihan, akibatnya terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit yang berarti tubuh akan dalam kondisi dehidrasi dengan
kehilangan cairan terus- menerus. Pada kondisi dehidrasi, maka akan timbul
masalah kekurangan volume cairan dan resiko syok (hipovolemi) akibat
kekurangan cairan dan elektrolit.
Hilangnya cairan dan elektrolit berlebihan akan terjadi gangguan
asam- basa yang bergeser ke asam akibat hilangnya basa atau retesi asam
nonkarbonat dalam tubuh. Kondisi ini asam terakumulasi dalam darah dan
jaringan tubuh menurunkan pH. Maka akan memengaruhi pernapasan akan
mengalami sesak, dan terjadi masalah gangguan pertukaran gas.
Frekuensi BAB meningkat, maka akan terjadi gesekan di daerah anus
yang dapat menimbulkan masalah kerusakan integritas kulit perianal.
Diare akan menyebabkan gas atau cairan menumpuk di dalam perut
yang menyebabkan perut atau pinggang mengembung melebihi ukuran
normal, sehingga tubuh akan memberikan respon mual muntah dan
seseorang tidak nafsu makan atau nafsu makan menurun. Apabila nafsu
makan menurun akan terjadi masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Pasien diare adalah mula-mula pasien cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nasfu makan berkurang atau tidak ada. Kemudian
disertai diare, tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah, warna tinja
makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur empedu, sedangkan
anus dan daerah sekitar timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin
lama makin asam sehingga akibatnya makin banyak asam laktat yang berasal
dari latosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila pasien banyak kehilangan
cairan dan elektrolit, mata dan ubun-ubun cekung (pada bayi) selaput lendir
bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
(Amin, 2015)
D. Manifestasi Klinis
1. Diare akut
a. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari waktu serangan diare.
b. Waktu serangan yang takterduga dari buang air besar encer, gas- gas
dalam perut, rasa tidak enak, nyeri perut.
c. Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut.
d. Demam.
2. Diare kronik
a. Serangan lebih sering selama 2- 3 periode yang lebih panjang.
b. Penurunan BB dan nafsu makan.
c. Demam indikasi terjadi infeksi.
d. Dehidrasi tanda- tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah.
(Amin, 2015)
E. Penatalaksanaan
Menurut buletin jendela data dan informasi kesehatan (2011),
penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami diare
dengan lima langkah tuntaskan diare :
1. Berikan oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air
matang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat dua tanda ini atau lebih,
keadaan umum (baik), mata (normal), rasa haus (normal, minum
biasa), dan turgor kulit (kembali cepat). Dosis oralit bagi penderita
diare tanpa dehidrasi sebagai berikut :
Umur < 1 tahun : - gelas setiap kali anak mencret
Umur 1- 4 tahun : - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur di atas 5 tahun : 1- 1 gelas setiap kali anak mencret
b. Diare dehidrasi ringan
Bila terdapat dua atau lebih tanda seperti, keadaan umum (gelisah,
rewel), mata (cekung), rasa haus (haus, ingin minum banyak), dan
turgor kulit (kembali lambat). Dosis oralit yang diberikan dalam tiga
jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya diteruskan dengan
pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat apabila ada dua tanda atau lebih dari, keadaan
umum (lesu, lunglai, atau tidak sadar), mata (cekung), rasa haus (tidak
bisa minum atau malas minum), dan turgor kulit (kembali sangat
lambat, lebih dari dua detik). Penderita diare yang tidak dapat minum
harus segera dirujuk ke puskesmas untuk di infuse.
2. Berikan obat zinc
Zinc merupakan mikronutrien penting dalam tubuh, yang berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama kejadian diare. Pemberian zinc dapat mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurang
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada tiga
bulan berikutnya. Dosis pemberian zinc pada balita :
Umur < 6 bulan: tablet (10mg) per hari selama 10 hari.
Umur > 6 bulan: 1 tablet (20mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Pemberian zinc dengan melarutkan tablet dalam satu sendok makan air
matang atau ASI, sesudah larut berikan pada anak diare.
3. Pemberian ASI/ makanan
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang sudah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan lebih sedikit. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama dua minggu untuk membantu
pemulihan berat badan.
4. Pemberian antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya
bermanfaat pada penderita diare dengan darah, suspek kolera. Obat-
obatan anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita
diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan
kecuali muntah berat. Obat- obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun
meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan efek
samping yang berbahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit.
5. Pemberian nasihat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi
nasihat tentang :
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah.
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
- Diare lebih sering
- Muntah berulang
- Sangat haus
- Makan/ minum sedikit
- Timbul demam
- Tinja berdarah
- Tidak membaik dalam tiga hari
(Kemenkes RI, 2011)

F. Komplikasi
Akibat dari diare atau kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi diantaranya adalah :
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari
pemasukan(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
Gangguankeseimbangan asam basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi
karena kehilanganNa-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehinggabenda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karenaadanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkatkarena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) danterjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairanintraseluler.
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih
sering padaanak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi
karena adanyagangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati
dan adanya gangguanabsorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul
jika kadar glukosa darahmenurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.
3. Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat
Hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua
karena takutdiare atau muntah yang bertambah hebat. Walaupun susu
diteruskan, seringdiberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna
dan diabsorbsi dengan baikkarena adanya hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik,
akibatnyaperfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat, dapatmengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak segeradiatasi klien akan meninggal.
(Halim, 2015)
ASUHAN KEPERAWATAN DIARE

A. Pengkajian
1. Identitas
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi
diare untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari.
Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya diare pada anak ditinjau dari pola makan,
kebersihan, dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat perilaku kesehatan dan komunikasi dalam
pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang).
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klinis
berupa BAB yang tidak normal / cair lebih banyak dari biasanya.
b. Riwayat kesehatan saat ini
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang
air cair berkali- kali baik disertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat
bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,
volume diuresis menurun, dan gejala penurunan kesadaran.
c. Riwayat keperawatan sebelumnya
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi, dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh- kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi, dan lain-lain.
1) Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu- jamuan terutama pada kehamilan
semester pertama, penyakit selama kehamilan yang menyertai
seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.
2) Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat
mempengaruhi fungsi, dan maturitas organ vital .
3) Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. Berat badan dan panjang badan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh
alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh
infeksi pada tubuh.
d. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan
yang penting karena setiap individu mempunyai ciri- ciri struktur dan
fungsi yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik, dan
tindakan harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
e. Riwayat kesehatan keluarga
1) Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau
tetangga yang berhubungan dengan distribusi penularan.
2) Lingkungan rumah dan komunitas
Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene
yang kurang mudah terkena kuman penyebab diare.
3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan
cara bermain anak yang kurang higienis dapat mempermudah
masuknya kuman lewat fecal-oral.
4) Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu
keputusan untuk penanganan awal atau lanjutan ini bergantung pada
tingkat pengetahuan dan penglaman yang dimiliki oleh anggota
keluarga (orang tua).
B. Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Neurologi
a. Subyektif, klien tidak sadar, dan kadang- kadang disertai kejang.
b. Inspeksi, keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali
bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang,
ringan atau tidak tampak sakit. Kesadaran diamati komposmentis,
apatis, somnolen, delirium, stupor dan koma.
c. Palpasi, adakah parese, dan anestesia.
d. Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.
2. Sistem Pencernaan
a. Subyektif, kelaparan, haus.
b. Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensi lebih dari
3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur
permukaan kulit menurun, retraksi (-) dan kesimetrisan abdomen.
c. Auskultasi, bising usus (dengan menggunakan diafragma stetoskop),
peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik dengan durasi 1
detik.
d. Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien
tidak membesar suara tymphani.
e. Palpasi, adakah nyeri tekan, superfisial pembuluh darah, massa (-).
Hepar dan lien tidak teraba.
C. Diagnosa keperawatan
a. Diare berhubungan dengan malabsorpsi yang ditandai dengan bising
usus hiperaktif.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif yang ditandai dengan membran mukosa kering.
c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan kurang asupan makanan yang ditandai dengan
diare.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. Menurut
World Health Organization (WHO) mendefinisikan diare adalah buang air
besar (BAB) tiga kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang
mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. (Widiyono,
2008). Klafikasi Diare dibagi lagi yaitu diare akut dan kronik.
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi
lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data
terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi
penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia
setelah radang paru atau pneumonia. Banyak faktor risiko yang diduga
menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia.
Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang
meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air
limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah.

B. SARAN
Setelah dibuatnya laporan pendahuluan mengenai Diare pada Anak
di harapkan para pembaca yang beresiko dapat memahami dan mencegah
sedini mungkin. Selain itu, peran perawat juga sangat penting untuk
memberikan penyuluhan tentang bahaya diare. Maka dari itu, semoga
kedepannya tenaga medis khususnya perawat berkemauan dan menyadari
pentingnya mengadakan penyuluhan kesehatan mengenai diare dari
lingkungan sekitar hingga ke pelosok pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Di akses dari


http://www.depkes.go.id/

Sukut, Susana Surya, Yuni Sufyanti Arif & Nuzul Quraniati. 2015. Faktor
Kejadian Diare Pada Balita Dengan Pendekatan Teori Nola J. Pender Di Igd
Rsud Ruteng. Vol. 3 No. 2 AprilOktober 2015

Putra, Deddy S, Muzal Kadim, Pramita GD, Badriul Hegar, Aswitha Boediharso &
Agus Firmansyah. Diare Persisten: Karakteristik Pasien,
Klinis, Laboratorium, Dan Penyakit Penyerta. 2008. Sari Pediatri, Vol. 10, No.
2, Agustus 2008

Manoppo, Jeannete I.Ch. 2010. Profil Diare Akut dengan Dehidrasi Berat di
Ruang Perawatan Intensif Anak . Sari Pediatri, Vol. 12, No. 3, Oktober 2010

Rosso, Joy Miller Del, Rina Arlianti. 2009. Investasi untuk Kesehatan dan Gizi
Sekolah di Indonesia
Faktor infeksi Faktor makanan Faktor psikologis Faktor malabsorbsi

Masuk dan Tekanan Toksin


berkembang osmotik tidak dapat Cemas
dalam usus meningkat diserap

Hiperperistaltik
Pergeseran air dan menurunkan
Hipersekresi air
elektrolit ke rongga kesempatan usus
dan elektrolit
usus menyerap makanan

Diare

Kehilangan cairan Mual Nafsu makan


Frekuensi BAB Distensi
dan elektrolit muntah menurun
meningkat abdomen
berlebih

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. (00013) Diare Setelah dilakukan tindakan keperawatan (0460) Manajemen diare
Definisi : Pasase feses yang lunak dan selama 2x 24 jam, diharapkan : Definisi : manajemen dan
tidak berbentuk. Eliminasi usus (0501) penyembuhan diare.
Batasan karakteristik : Definisi : pembentukan dan pengeluaran Aktivitas- aktivitas :
bising usus hiperaktif feses. i. Tentukan riwayat diare
defekasi feses cair >3 dalam 24 jam Kriteria hasil : (07) Berikan makanan dalam porsi
Faktor yang berhubungan : (050101) Pola eliminasi ditingkatkan dari kecil dan lebih sering serta
fisiologis skala 3 ke skala 5 tingkatkan porsi secara bertahap
malabsorbsi (050105) Feses lembut dan berbentuk (13) Amati turgor kulit secara
psikologis ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 berkala
ansietas (050129) Suara bising usus ditingkatkan (15) Ukur diare/ output pencernaan
dari skala 3 ke skala 5 (25)Lakukan tindakan untuk
mengistirahatkan perut
Hidrasi (0602) (misalnya nutrisi oral, diet cair)
Definisi : (ketersediaan) air yang cukup (0430) Manajemen saluran cerna
dalam kompartemen intraseluler dan Definisi : pembentukan dan
ekstraseluler tubuh. pemeliharaan pola yang teratur
Kriteria hasil : dalam hal eliminasi saluran cerna.
(060201) Turgor kulit ditingkatkan dari Aktivitas- aktivitas :
skala 3 ke skala 5 (01) Catat tanggal buang air besar
(060202) Membran mukosa lembab terakhir
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 (03) Monitor bising usus
(060227) Peningkatan suhu tubuh (09) Ajarkan pasien mengenai
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 makanan- makanan tertentu yang
membantu mendukung keteraturan
(aktivitas) usus
(14) Intruksikan pasien mengenai
makanan tinggi serat, dengan cara
yang tepat
2. (00027) Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan (4120) Manajemen cairan
Definisi : Penurunan cairan intravascular, selama 2x 24 jam, diharapkan : Definisi : meningkatkan
interstisial, dan/ atau intraselular. Ini Keseimbangan cairan (0601) keseimbangan cairan dan
mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan Definisi : keseimbangan cairan di dalam pencegahan komplikasi yang
saja tanpa perubahan kadar natrium. ruang intraseluler dan ekstraseluler tubuh. dihasilkan dari tingkat cairan tidak
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : normal atau tidak diinginkan.
haus (060107) Keseimbangan intake dan Aktivitas- aktivitas :
kelemahan output dalam 24 jam ditingkatkan dari (03) Jaga intake/ asupan yang akurat
membran mukosa kering skala 3 ke skala 5 dan catat output (pasien)
penurunan berat badan tiba- tiba (060113) Bola mata cekung dan lembek (21) Distribusikan asupan cairan
penurunan turgor kulit ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 selama 24 jam
Faktor yang berhubungan : (060115) Kehausan ditingkatkan dari (1570) Manajemen muntah
kehilangan cairan aktif skala 3 ke skala 5 Definisi : pencegahan dan
Keparahan mual dan muntah (2107) penanggulangan muntah.
Definisi : keparahan dari tanda dan gejala Aktivitas- aktivitas :
mual, muntah- muntah, dan muntah. (06) Dapatkan riwayat makanan
Kriteria hasil : seperti makanan yang disukai, yang
(210701) Frekuensi mual ditingkatkan tidak disukai dan preferensi
dari skala 3 ke skala 5 makanan sesuai budaya
(210704) Frekuensi muntah ditingkatkan (22) Monitor keseimbangan cairan
dari skala 3 ke skala 5 dan elektrolit
(210713) Kehilangan berat badan (23) Dorong istirahat
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5
3. (00002) Ketidakseimbangan nutrisi : Setelah dilakukan tindakan keperawatan (1100) Manajemen nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh selama 2x 24 jam, diharapkan : Definisi : menyediakan dan
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi (1004) meningkatkan intake nutrisi yang
untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Definisi : sejauh mana nutrisi dicerna dan seimbang.
Batasan karakteristik : diserap untuk memenuhi kebutuhan Aktivitas- aktivitas :
bising usus hiperaktif metabolik. (02) Identifikasi (adanya) alergi atau
diare Kriteria hasil : intoleransi makanan yang dimiliki
Faktor yang berhubungan : (100402) Asupan makanan ditingkatkan pasien
kurang asupan makanan dari skala 3 ke skala 5 (04) Intruksikan pasien mengenai
(100408) Asupan cairan ditingkatkan dari kebutuhan nutrisi (yaitu : membahas
skala 3 ke skala 5 pedoman diet dan piramida
Nafsu makan (1014) makanan)
Definisi : keinginan untuk makan. (07) Berikan pilihan makanan sambil
Kriteria hasil : menawarkan bimbingan terhadap
(101401) Hasrat/ keinginan untuk makan pilihan (makanan) yang lebih sehat,
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 jika diperlukan
(101405) Energi untuk makan (19) Anjurkan pasien terkait dengan
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 kebutuhan makanan tertentu
(101409) Rangsangan untuk makan berdasarkan perkembangan atau
ditingkatkan dari skala 3 ke skala 5 usia.
(1240) Bantuan peningkatan berat
badan
Definisi : memfasilitasi peningkatan
berat badan.
Aktivitas- aktivitas :
(02) Timbang pasien pada jam yang
sama setiap hari
(07) Monitor asupan kalori setiap
hari
(26) Kaji makanan kesukaan pasien,
bumbu kesukaan, apakah pasien
suka makanan yang hangat atau
dingin

S-ar putea să vă placă și