Sunteți pe pagina 1din 14

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sekunder pada Pria

Asrianti Saddi Pairunan

102013280

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UKRIDA 2013

Jln. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510

Asrianti.2013fk280@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia
dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang dewasa
dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Pada pria pertumbuhan sekunder sangat
dipengaruhi oleh hormon testosteron. Perubah yang terjadi pada manusia yang sudah mengalami
pubertas yang dapat di lihat di tandai dengan perubahan postur tubuh, tumbuhnya rambut berpola
pria, suara berat akibat membesarnya laring dan menebalnya lipatan pita suara. Terjadinya
pubertas pada pria dibawah umur 9 tahaun merupakan suatu pertumbuhan sekunder yang terlalu
dini disebut prekoks.

Kata kunci : pubertas, genitalia maskulina, prekoks

Abstract
Puberty is a natural process and must be experienced by all humans where there is a physical
change of body-bodied children into an adult and has the ability to reproduce. In the male
secondary growth is strongly influenced by the hormone testosterone. Of change that occurs in
people who have reached puberty which can be seen on the mark with changes in posture, male
pattern hair growth, deep voice thickened due to enlargement of the larynx and vocal folds. The
occurrence of puberty in men under age 9 tahaun a secondary growth is too early called
precocious.

Keywords: puberty, genital masculina, precocious

1
Pendahuluan

Pubertas merupakan suatu proses yang alamiah dan pasti dialami oleh semua manusia
dimana terjadi perubahan fisik dari tubuh anak-anak menjadi bertubuh layaknya orang dewasa
dan telah memiliki kemampuan bereproduksi. Keadaan ini diinisiasi oleh sistem hormon dari
otak yang menuju ke gonad (ovarium dan testes) dan meresponnya dengan menghasilkan
berbagai hormon yang menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan, fungsi atau transformasi
dari otak, tulang, otot, kulit, payudara, menstruasi dan organ-organ reproduksi lainnya, seperti
organ genitalia (penis dan vagina) dan organ seksual sekunder lainnya (rambut pubis). Proses ini
juga menandai peningkatan kematangan psikologis manusia secara sosial yang disebut telah
menjadi seseorang remaja.
Pubertas Prekoks adalah suatu keadaan dimana masa pubertas anak terjadi lebih awal
pada umumnya, yaitu sekitar umur 9-14 tahun pada anak perempuan dan usia 10-17 tahun pada
anak laki-laki. Kondisi ini terjadi dipicu oleh otak secara spontan atau dikarenakan pengaruh
bahan kimia dari luar tubuh dan biasanya proses ini dimulai diakhir-akhir masa kanak-kanak
(kurang dari umur 9 tahun) dengan ditandai munculnya tanda-tanda kematangan organ
reproduksi lebih awal dan telah berakhirnya masa pertumbuhan. Pubertas yang lebih awal ini
bisa merupakan bagian dari variasi perkembangan normal seseorang, namun bisa pula
merupakan penyakit atau paparan hormon pertumbuhan yang tidak normal.
Pembahasan
Struktur Makroskopik Genitalia Masculine

Genitalia masculina (organ genitalia pria) dibedakan menjadi genitalia interna masculina
dan genitalia eksterna masculina. Adapun yang termasuk dalam genitalia interna masculina yaitu
ductus deferens, vesicula seminalis, dan glandula prostat. Sedangkan yang termasuk dalam
genitalia eksterna masculina yaitu penis dan scrotum (beserta testis) 1

Genitalia Masculine Eksterna

Penis

Penis adalah alat kelamin laki laki dan berisi saluran keluar bersama urin dan cairan
mani . Radiks penis terdiri dari crus penis , bulbus penis , dan musculus bulbospongiosum di
kedua sisi. Corpus penis adalah bagian bebas yang tergantung sewaktu penis berada dalam

2
keadaan lemas. Kecuali serabut musculus bulbospongiosus yang menutupi bulbus penis , dan
serabut musculus ischiocavernosus pada kedua crus penis, penis tidak memiliki otot.

Ligamentum suspensorium penis adalah kondensasi fascia superficialis yang berasal dari
permukaan ventral symphisis pubica . Ligamentum suspensorium penis melintas ke kaudal dan
bercabang dua untuk membentuk ambin yang melekat pada fascia penis yang tak dapat di
gerakkan dan bagian yang bebas. Selain itu juga terdapat ligamentum fundiforme penis.

Muskulus perinea superficialis ialah musculus tranversus perinea superficialis, musculus


bulbospongiosus, musculus ischiocavernosus. Otot- otot ini terletak dalam spatium perinea
superficial, dan semua dipersarafi oleh nervus perinealis.1

Perdarahan arterial pada penis berasal dari cabang arteria pudenda interna yaitu :

Arteria dorsalis penis melintas dalam alur antara kedua corpus cavernosum penis , satu
pada tiap sisi vena dorsalis profunda penis
Arteria profunda penis menembus crus penis dan melintas dalam kedua corpus
cavernosum penis
Arteria bulbi penis memasuki bulbus penis dari kanan dan kiri

Arteria profunda penis dan cabang arteria dorsalis penis memasok darah kepada kedua
crus penis dan corpus cavernosum penis. Arteria bulbi penis dan arteria dorsalis penis membawa
darah kepada bulbus penis dan corpus spongiosum penis. Arteria dorsalis penis juga mengantar
darah kepada bulbus penis dan corpus spongiosum penis . Arteria dorsalis penis juga mengantar
darah kepada kulit dan fascia panis superficialis. Persarafan oleh N. dorsalis penis yang
mengurus persarafan kulit dan juga glans penis . Dalam penis terdapat terdapat bentuk akhir
saraf sensoris- terutama dalam glans penis sehingga penis sangat sensitif .1,2

Scrotum

Scrotum Adalah sebuah kantong yang menonjol keluar dari bagian bawah dinding
abdomen . Scrotum berisi testis , epididymis , dan ujung bawah funiculus spermaticus .

Dinding scrotum mempunyai lapisan sebagai berikut :

3
Kulit : Kulit scrotum tipis , berkerut , berpigmen dan membentuk kantong tunggal .
Sedikit peninggian di garis tengah menunjukan garis persatuan dari kedua penonjolan
labioscrotalis, scrotum pada pria homolog dengan labia mayora pada wanita.
Fasciae superficialis : Fascia ini melanjutkan diri sebagai panniculus adiposus dan
stratum membranosum dinding anterior abdomen . akan tetapi peniculus adiposus diganti
oleh otot polos yang dinamakan tunika dartos . Otot ini disarafi oleh serabut saraf
simpatik dan berfungsi untuk mengkerutkan kulit di atasnya . Stratum membranosum
fascia superfisialis ( fascia collesi ) di depan melanjutkan diri sebagai stratum
membranosum dinding anterior abdomen ( fascia scarpe ), dibelakang melekat pada
corpus perienale dan pingggir posterior membrana perinea . disampingnya melekat pada
rami ischiopubica, kedua lapisan fascia superficialis berperan membentuk sekat median
yang menyilang scrotum dan memisahkan testis satu dengan yang lain.
Fasciae spermaticae : Fasciae tiga lapis ini terletak di bawah fascia superficialis dan
berasal dari tiga lapis dinding anterior abdomen masing masing sisi . Musculus
cremaster di dalam fascia cremasterica dapat dibuat kontraksi dengan menggores kulit
sisi medial paha .
Tunika vaginalis : Tunika ini tertelak didalam fasciae spermaticae dan meliputi
permukaan anterior , media , dan lateraiis masing masing testis.

Arteri pudenda eksterna mengurus perdarahan bagian ventral scrotum , dan mengurus
perdarahan bagian ventral scrotum , dan arteria pudenda interna pada bagian dorsal. Bagian ini
juga di pasok oleh cabang cabang dari arteria testicularis dan arteri cremasterica. Sedangkan
pembuluh baliknya sendiri diperankan vena scrotales mengiringi arteria scrotales dan bergbung
dengan vena pudenda externa. Bagian ventral testis dipersarafi oleh nervus ilioinguinalis dan
oleh ramis genitalis nervus genitofemoralis. Bagian dorsal memperoleh persarafan dari ramus
medialis dan ramus scrotalis nervi perinealis dan ramus perinealis nervi cutanei femoralis
posterioris.2

Testis terletak di dalam scrotum. Testis pada pria memiliki bentuk oval dengan
konsistensi lunak , dibungkus atau di kelilingi oleh capsula fibrosa yang kuat yaitu tunika
albugenia testis. Pada potongan midsagital dapat dilihat bawah di dalam testis terdapat lobus-
lobus yang nantinya akan bersatu membentuk rete testis dan berlanjut membentuk ductus

4
efferent dan dari ductus efferent menjadi ductus epididimis selanjutnya menjadi ductus deferens.2
Pembungkus testis dari arah dalam ke luar disusun oleh tunika albugenia , tunika vaginalis testis
(lamina viceralis dan lamina parietalis) , fascies spermatica interna , M. cremaster , fascia
spermatica externa , tunika dartos dan cutis scrota.3

Epididymis

Merupakan struktur yang kuat yang terletak posterior terhadp testis , dengan ductus
deferens terletak pada sisi medialnya . Epididymis mempunyai ujung atas yang melebar , caput ,
corpus dan cauda yang arahnya ke inferior . Di lateral , terdapat sulcus nyata di antara testis dan
epididymis, yang diliputi oleh lapisan viscerale tunica vaginalis dan dinamakan sinus
epididymis.1 Epididymis merupakan saluran yang sangat berkelok kelok . ductus efferent
terletak pada caput epididymis dan cauda epididymis sebagai ductus epididymis.

Pada epididymis dapat dijumpai sisa perkembangan duktus mesonephros yang disebut
appendix epididymis dan disebelah medial epididymis dapat dijumpai funiculus spermaticus
yang terdiri dari plexus pampiniformis , a. testicularis , a. deferentialis, ductus deferens, r.
genitalis n. genitofemoralis dan m cremaster. Funiculus spermaticus melewati ligamentum
inguinalis ( analog dengan ligamentum teres uteri pada wanita).1,3

Ductus deferens

Ductus derefens atau vas deferens adalah suatu saluran berdinding tebal yang merupakan
lanjutan dari cauda ductus epididymis . Mulai dari annulus inguinalis medialis menuju lateral A.
epigastrica inferior kemudia turun ke dorsocaudal pada dinding lateral pelvis , menyilang ureter
disisi medialnya dan menuju ke mediocaudal pada permukaan dorsal vesica urinaria . ductus ini
menyalurkan sperma matang dari epididymis ke ductus ejaculatorius dan urethra . Pada bagian
ujung akhir ductus deferent terdapat bagian yang melebar disebut : Ampulla ductus deferens .
Ductus excretorius vas deferens bersama-sama dengan ductus excretorius gl. Vesikulosa
membentuk : ductus ejaculatorius ,ductus ini akan bermuara pada urethra pars prostatica. 2

5
Urethra

Urethra masculine merupakan pipa fibromuscular dengan panjang 18-22 cm dan


mempunyai fungsi menyalurkan urine dari vesica urinaria sampai ke dunia luar dann juga tempat
lewatnya semen/ sperma.

Urethra dibagi menjadi 4 bagian :

Urethra pars intramularis ( preprotatica ) : panjangnya adalah 0.5 1,5 cm


Urethra pars protatica : berawal dari ostium urethane internum pada puncak trigonum
vesicae dan melintas ke kaudal menembus prostate degan membentuk sebuah lengkung
yang sedikit mencekung ke ventral
Urethra pars membranacea : merupakan bagian urethra yang terpendek , tertipis dan dan
tersempit. Berawal pada apex prostate dan berakhir pada bulbus penis untuk beralih
menjadi pars spongiosa urethra, dan di sebelah kanan dan kiri terdapat glandula
bulbourethralis yang kecil.
Urethra pars spongiosa : bagian urethra yang terpanjang . melewati bulbus penis dan
corpus spongiosum penis dan berakhir pada ostium urethrae externum ( pada glans penis
). Kedalam pars spongiosa dan pada bagian anterior bermuara glandula urethralis littrei
yang menghasilkan lendir.1,2

Vesicular seminalis

Vesikula seminalis atau glandula vesiculosa terdiri dari 2 gelembung lobus kanan dan kiri
yang berfungsi memproduksi cairan essential untuk makanan sperma , panjangny kira-kira 5 cm.
Pada bagian ujung tertutup peritoneum. Pada bagian depan glandula ini berbatasan dengan
permukaan dorsal vesica urinaria , pada bagian belakangnya berhubungan dengan rectum ,
sedangkan sisi medialnya berhubungan dengan vas deferens.

Glandula Prostata

Merupakan suatu kelenjar eksokrin fibromuskular. Bangunan berbentuk limas terbalik .


Glandula ini di bedakan menjadi :

- Basis : merupakan bagian superoanterior antara collum vesica urinaria

6
- Apex : terletak pada diaphragm urogenitale

Pada bagian ventral , glandula prostata berbatasan dengan vesica urinaria , pada bagian
dorsal dengan pars analis recti dan pada bagian lateral dengan M. levator ani.

Glandula prostat terdiri dari 5 lobus, yaitu :

Lobus anterior : terletak di depan urethra pars prostatica dan tidak mengandung jaringan
kelenjar.
Lobus medius : terletak diantara urethra dan ductus ejakulatorius . Lous medius ini
banyak mengandung kelenjar dan dapat berubah menjadi adenoma
Lobus posterior : terletak di belakang urethra dan di caudal ductusejaculatorus. Lobus
posterior mengandung jaringan kelenjar dan dapat berubah menjadi kanker primer.
Lobus lateral : terdapat 2 buah , terletak di kanan dan kiri urethra pars prostatica . pada
usia lanjut bagian ini sering mengalami hipertrofi prostat.

Glandula ini di perdarahi oleh cabang cabang dari a. vesikalis inferior , a. rectalis media
dan arteri pudenda interna . Sedangkan aliran balik darah melalui plexus venosus prostaticus .
aliran getah bening glandula prostate di alirkan ke nnll. gl. prostata dan akhirnyabermuara ke
nnll. Iliaca interna. Glandula prostat dipersarafi oleh cabang plexus hypogastricus inferior.3

Bulbourethrales

Glandula bulbourethralis merupakan dua kelenjar kecil yang terletak di bawah musculus
sphincter urethrae . Ductusnya menembus membrane perinealis ( lapisan fascia inferior
diaphragm urogenitale ) dan bermuara ke urethra pars spongiosa. Sekretnya di keluarkan ke
urethra sebagai akibat stimulasi erotik.3

Sistem Mikroskopik Genitalia Maskulina

Sistem reproduksi pria terdiri atas bagian yang memproduksi spermatozoa dan saluran
keluarnya. Selain itu juga dilengkapi dengan beberapa kelenjar kelamin pelengkap. Setiap
segmen saluran keluar spermatozoa ini mempunyai fungsi khusus, sehingga susunan
histologinya berbeda beda satu sama lain.

7
Penis dan Uretra

Pada sajian ini terlihat gambaran penampang melintang batang penis pada daerah sekitar
pertengahan panjangnya yang jelas terlihat terutama dua korpus kavernosum penis, satu korpus
kavernosum uretra yang tengahnya berisi saluran uretra da jaringan ikat yang meliputinya.
Dalam jaringan ikat bawah kulit di bagian dorsal dapat dilihat arteri, vena, nerves dorsalis penis.
Lebih kedalam lagi terdapat tunika albuginea penis yang merupakan jaringan ikat padat fibrosa
yang membungkus kedua korpus kavernosum uretra. Antara kedua korpus kavernosum penis,
jaringan ikat fibrosa ini membentuk septum penis atau septum mediana. Korpus kavernosum
penis dan korpus kavernosum uretra terdiri atas sejumlah ruangan vaskular yang bentuk dan
ukurannya tidak teratur yang disebut kaverne. Dinding pembatas ruangan itu berupa trabekular
yang berisi jaringan ikat fibroelastik dengan serat otot diantaranya. Sebagian besar jaringan
trabekular itu pangkalnya melekat pada tunika albuginea. Ruangan berisi darah, kaverne dibatasi
oleh selapis sel endotel.kaverne korpus kavernosum penis tidak seragam besarnya, yang di
tengah lebih besar, makin ke tepi makin kecil. Pada korpus kavernosum uretra, kaverne
berukuran kurang lebih merata, baik di tengah mauoun di tepinya. Di tengah korpus kavernosum
penis, ada arteri profunda penis, yang kemudian bercabang cabang menjadi sejumlah arteri
helisina yang mempunyai dinding khusus. Tunika medianya cukup tebal dan di dalam tunika
intima terdapat serat otot polos yang tersusun memanjang. Keverne pada korpus kavernosum
uretra mempunyai gambaran histologik sama seperti pada korpus kavernosum penis. Saat ereksi,
korpus kavernosum ini tidak demikian kaku sehingga uretra yang lewat di tengahnya tidak
terhimpit dan tetap mudah dilewati urin.uretra pars kavernosa dilapisi epitel selapis torak,
lumennya umum tanpa gelombang.4

Testis dan Epididimis

Berturut turut dari luar yaitu tunika dartos, muskulus kremaster, tunika vaginalis
parietalis, tunika vaginalis viseralis, ruang serosa diantara keduanya, dan jaringan ikat padat
fibrosa yaitu tunika albuginea testis. Jaringan ini membungkus seluruh permukaan testis. Dalam
mediastinum testis terdapat rete testis halleri. Dari mediastinum ini jaringan ikat fibrosa
bercabang kedalam parenkim membentuk septula testis yang membagi testis menjadi sejumlah
lobulus testis yang berbentuk piramid.

8
Dalam lobulus testis terdapat tubuli seminiferi testis, merupakan tempat terjadinya
spermatogenesis dan spermiogenesis, sehingga dalam epitel saluran ini dapat dilihat gambaran
mitosis antara lain:

- Spermatogonia (gonosit), sel ini terletak paling dasar, dekat membrana basalis.
Bentuknya bulat dengan inti bulat juga dan besarnya tidak seragam, kromatin intinya
halus.
- Sel sertoli, sering terlihat diantara spermatigonia, sel ini besar bentuknya mirip segitiga,
bagian basal melekat pada membran basal, sitoplasmanya jernih dan sulit dilihat batas
batasnya. Yang jelas dilihat yaitu selnya yang juga besar, agak terdesak ke apikal,
bentuknya lonjong ada dentasi (takik)
- Spermatosit I, sel ini besar bentuknya bulat dan letaknya lebih mengarah ke permukaan
epitel. Intinya bulat dengan kromatin yang kasar padat.
- Spermatosit II, jarang terlihat karena umurnya pendek.
- Spermatid, sel ini kecil, bulat, letaknya mendekati permukaan epitel. Inti sel hampir
memenuhi seluruh sitoplasmanya.
- Spermatozoa, sel ini biasanya berkelompok, menempel pada permukaan epitel, yaitu
pada permkaan sitoplasma sel sertoli atau bahkan berkelompok memenuhi bagian tengah
lumen tubulus, sel ini mempunyai flagel sebagai ekornya, yang kemudian dapat melecut
bergelombang, sehingga spermatozoa dapat berenang didalam getah kelamin pria
maupun wanita.

Selanjutnya spermatozoa akan melalui beberapa saluran yaitu :

- Tubulus rektus, saluran ini pendek, biasanya dapat ditemukan di muara tubulus
seminiferus di puncak lobulus, dekat mediastinum testis, epitelnya selapis kubis.
- Rete testis halleri, tubulus rectus bermuara disini. Epitel yang melapisinya sama dengan
tubulus rektus, tetapi beberapa selnya ada yang bersilia tunggal (flagella).4

Tubulus Eferens

Saluran ini berada di luar testis, lumennya tampak bergelombang karena disusun oleh
epitel selapis yang terdiri atas sel torak dan sel kuboid sehingga terlihat epitelnya bergelombang
tidak beraturan. Sel yang tinggi mempunyai kinosilia pada permukaannya. Diluar membran basal

9
terdapat lapisan otot polos melingkar tipis. Dalam lumen tubulus eferens biasanya terdapat
spermatozoa.

Duktus Epididimis

terdapat dalam jaringan epididimis. Saluran ini lebih besar daripada tubulus eferens.
Epitelnya merupakan epitel selapis torak dengan sel pengganti diantaranya sehingga disebut juga
epitel bertingkat torak. Sel selnya tinggi, intinya lonjong gepeng, dengan sumbu panjangnya
mengarah ke lumen dan mempunyai stereosilia pada permukaannya. Dalam lumen terisi
spermatozoa.4

Duktus Deferens

Saluran ini relatif lurus dan mempunyai dinding relatif tebal. Epitelnya bertingkat
silindris, mempunyai stereosilia. Mukosanya bergelombang, berikut lamina propria di bawahnya,
sel epitel seragam tingginya. Dibawah lamina propria ada tiga lapisan otot polos, yang paling
dalam berkasnya tersusun memanjang, kearah lebih luar membentuk lapisan tengah,otot
polosnya tersusun melingkar, dan yang paling luar otot polosnya memanjang lagi. Diluar tunika
muskularis terdapat tunika adventisia, berupa jaringa ikat jarang.4

Glandula Prostat

Kelenjar ini mukosanya berlipat lipat dan diliputi epitel selapis torak atau dapat juga
bertingkat. Dalam lamina propria terdapat serat otot polos. Biasanya dalam lumennya terdapat
konkremen yang berwarna merah homogen. Di bawah lamina propria terdapat lapisan otot polos,
dan di permukaan luarnya diliputi tunika adventisia yang merupakan jaringan ikat jarang.

Glandula Vesikulosa

Sepintas kelenjar ini mirip kelenjar prostate. Tunika mukosanya sama dengan kelenjar
prostat, tetapi dalam lamina propria tidak terdapat serat otot polos. Di bawah lamina propria juga
ada lapisan otot polos yang memperkuat dinding luar kelenjar ini. Tunika adventisia meliputi
permukaan luarnya yang terdiri atas jaringan ikat jarang.4

10
Sistem Reproduksi Pria

System reproduksi berfungsi tidak untuk kelangsungan hidup suatu individu , melainkan
kelangsungan hidup suatu spesies. Organ reproduksi primer pada pria adalah testis yang
berfungsi untuk produksi gamet ( spermatozoa ) dan memproduksi hormone seks pria
(testosterone ) . Pada pria jenis kromosomnya adalah kromosom XY .

Genitalia interna pada pria berasal dari pada ductus wolffian yang dalam masa embriologi
akan berdeferensiasi dan berkembang menjadi genitalia interna yaitu epididymis, vas deferens
vesikula seminalis dan ductus ejaculatorius. Pembentukan fenotip pada pria sendiri di control
oleh tiga hormon yaitu :

Mullerian Duct Inhibiting Factor : hormon ini di produksi oleh sel sertoli testis fetus ,
yang akan menginduksi regresi system ductus mullerian ( yang nantinya akan menjadi
saluran genitalia interna pada wanita )
Testosteron : disekresikan oleh testis fetus (sel leydig) dan digunakan untuk pertumbuhan
dan diferensiasi sistem ductus wolffian dan organ seks tambahan.
Dihydrotestosteron : di gunakan untuk pertumbuhan dan diferensiasi genitalia eksterna
pria dan glandula prostate.

Genitalia eksterna mulai berdeferensiasi saat kehamilan 9-10 minggu dimana sinus
urogenital akan berkembang menjadi urethra dan glandula prostat , tuberkulus genital akan
menjadi glans penis , genital swelling akan menjadi skrotum dan lipatan pada urethral akan
menjadi 2-3 penile urethral dan corpora spongiosa.5

.Proses Spermatogenesis

Spermatogenesis adalah proses di mana sel-sel germinal primordial pria yang


disebut spermatogonium menjalani meiosis, dan menghasilkan sejumlah sel yang
disebut spermatozoa. Salah satu sel awal dalam jalur ini disebut spermatosit primer. Setiap
spermatosit primer membelah menjadi dua spermatosit sekunder, dan masing-masing spermatosit
sekunder menjadi dua spermatid atau spermatozoa muda. Sel ini berkembang menjadi
spermatozoa matang, yang disebut sel sperma. Dengan demikian, spermatosit primer

11
menghasilkan dua sel, spermatosit sekunder, dengan subdivisi yang menghasilkan empat
spermatozoa.

Selama perkembangan, sel sperma berhubungan erat dengan sel sertoli . fungsi dari sel
sertoli yang terutama adalah untuk memberi nutrisi , sebagai sawar darah testis , mempunyai
fungsi fagositik, sekresi androgen binding protein ( ABP ) dan sebagai tempat kerja tertosteron
dan FSH untuk mengontrol spermatogenesis.5

Regulasi Sekresi Hormon Seks Pria

System ini dimulai di hipotalamus dimana disini disini di hasilkan hormon GnRH (
Gonadotropin Releasing Hormon ) , hormone ini akan merangsang hipofisis anterior atau
adenohipofisis untuk menghasilkan pengeluaran hormone gonadotrophin yaitu FSH ( Follicle
Stimulating Hormon ) dan LH (Luteinizing Hormon ).

Hormon LH akan merangsang leydig untuk memperoleh sekresi testosterone (Suatu


hormon seks yang penting untuk perkembangan sperma). Hormon FSH berfungsi untuk
merangsang pembentukan sperma secara langsung serta merangsang sel sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) untuk memacu spermatogonium dalam
melakukan spermatogenesis. Nantinya hormone testosterone yang dihasilkan sel leydig akan
masuk kedalam tubulus seminiferus dan di ikat oleh ABP.6

Efek Hormon Testosteron

Sebelum lahir , hormone ini berfungsi untuk maskulinisasi saluran reproduksi dan
genitalia eksterna , dan juga memacu penurunan testis kedalam scrotum . Setelah lahir testis
tidak aktif sampai masa pubertas dikarenakan sekresi LH dan FSH tidak cukup kuat untuk
merangsang aktivitas testis .

Pada masa pubertas dimana ini merupakan periode kebangkitan dan pematangan sistem
reproduksi yang semula nonfungsional, serta memuncak pada kematangan seksual dan
kemampuan bereproduksi. pada saat pubertas , sel sel leydig mulai mengeluarkan testosterone
kembali testosterone berperan dalam pertumbuhsn dan pematangan seluruh sistem reproduksi
pria . Di bawah pengaruh lonjakan sekresi testosteron selama pubertas, testis membesar dan
mulai menghasilkan sperma untuk pertama kalinya, kelenjar seks tambahan membesar dan

12
menjadi sekretorik, sementara penis dan scrotum membesar. Selain itu juga testosterone
berfungsi untuk mengontrol sekresi dari hormone gonadothropin.6

Efek pada Karakrteristik Seks Sekunder

Pembentukan dan pemeliharan semua karakteristik seks sekunder pria bergantung pada
testosterone. karakteristik pria non reproduktif yang dipicu oleh testosterone ini adalah: (1)
pertumbuhan rambut berpola pria ( misalnya di rambut dada , janggut dan pada pria dengan
predisposisi genetic , kebotakan ); (2) suara besar akibat membesarnya laring dan menebalnya
lipatan pita suara ; (3) kulit tebal ; dan (4) konfigurasi tubuh pria ( misalnya , bahu lebar serta
otot lengan dan tungkai besar ) akibat dari pengendapan protein.

Efek non- reproduksi

Testosterone memiliki beberapa efek penting yang tidak berkaitan dengan reproduksi .
hormone ini memiliki anaboli ( sistesis) protein umum dan mendorong pertumbuhan tulang yang
berperan mengahasilkan fisik lebih berotot dan lonjakan pertumbuhan masa pubertas. Yang
ironis testosterone tidak hanya merangsang pertumbuhan tulang akan tetapi juga mencegah
pertumbuhan tulang lebih lanjut dengan penutupan lempeng epifisis. Testosteron juga
merangsang sekresi minyak oleh keljar sebasea . testosterone juga memicu perilaku agresif.6

Pubertas Prekoks

Pubertas prekoks adalah timbulnya ciri-ciri seksual sekunder sebelum usia 8 tahun pada
anak perempuan dan sebelum usia 9 tahun pada anak laki laki . Pada anak laki laki dapat
menunjukan gejala ,seperti pembesaran testis dan penis , wajah dan rambut di kemaluan atau
ketiak , berkumis dan berjambang , suara yang dalam dan jerawat. Anak anak dengan pubertas
prekoks menunjukan gelombang pertumbuhan dini yang menyebabkan mereka lebih tinggi
daripada anak usia sebayanya , tetapi berhenti bertumbuh lebih cepat dari yang diharapkan
menyebabkan mereka memiliki tinggi badan lebih rendah dari yang seharusnya mereka miliki.

Pubertas prekoks dapat dibagi menjadi 2 , yaitu :

13
Pubertas prekoks sejati : berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum usia pubertas ,
disertai gametogenesis. Hal ini disebabkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus
hipofisis.
Pubertas prekoks palsu : berkembangnya sifat kelamin sekunder sebelum pubertas tanpa
disertai gametogenesis. Hal ini di sebabkan oleh neoplasma kelenjar gonad atau korteks
adrenal yang menghasilkan hormone seks, sehingga terjadi hiperfungsi dari pada
hormone hormone tersebut.7

Kesimpulan

Hipotesis diterima. Pertumbuhan sekunder pada pria sangat dipengaruhi oleh hormon
testosteron, testosteron tidak hanya memberi efek pada sistem reproduksi tetapi juga memiliki
efek penting yang berkaitan dengan sintesis, salah satunya adalah yang terjadi pada anak laki
laki tersebut, yaitu tumbuhnya kumis dan jambang.

Daftar Pustaka

1. Snell RS. Anatomi klinis berdasarkan sistem. Jakarta : EGC ; 2011.h. 779- 95 .
2. Drake RL, Vogl AW, Mitchell AWM. Gray : dasar-dasar anatomi. Singapore : Elsevier ;
2014 . h. 223-39.
3. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula . Jakarta : EGC ; 2007. h. 347-53.
4. Gunawijaya AF, Kartawigna E. Penuntun praktikum : kumpulan foto mikroskopik
histology. Jakarta : Universitas Trisakti ; 2010. h.172 81.
5. Heffner LJ, Schust DJ . At a glance : sistem reproduksi . edisi ke-2. Jakarta :
Erlangga;2010 .h. 28-34.
6. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. edisi ke-6. Jakarta : EGC; 2011.h. 819-
826..
7. Hull D. Dasar-dasar pediatric .edisi 3. Jakarta : EGC ; 2008.h.234.

14

S-ar putea să vă placă și