Sunteți pe pagina 1din 14

PEMODELAN TSS DAN SEDIMENTASI PELABUHAN MARINA BOOM

BANYUWANGI

1.1 Latar belakang

Daerah Pantai mempunyai arti penting sebagai tempat peralihan sarana


perhubungan laut berupa pelabuhan dan sarana dan prasaran di darat. Selain itu
banyak ativitas yang dilakukan di pantai baik di pesisir pantai maupun di sekitar
muara pantai seperti aktivitas pelayaran, wisata bahari, pelabuhan perikanan laut.
Permasalahan sedimentasi di daerah muara sungai menjadi persoalan yang utama
pada daerah yang terdapat aktifitas manusia, khususnya nelayan. Sedimentasi
terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi di lingkungan pantai,
sehingga terjadi pendangkalan di pantai, muara, maupun daerah kolam pelabuhan.

Perencanaan pelabuhan memerlukan kajian hidrodinamika perairannya agar


sesuai dengan tujuan dibangunnya pelabuhan tersebut. Sesuai dengan fungsinya,
suatu pelabuhan merupakan suatu daerah perlindungan dari daya rusak lingkungan
laut yang bersumber pada gelombang dan arus, sehingga proses muat dan bongkar
penumpang dan barang dapat berjalan dengan baik. Kapal dapat berlabuh, berputar
melakukan muat-bongkar barang dan pemindahan penumpang tanpa gangguan .
Sebagai negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia,
Indonesia rata-rata hanya memiliki 1 pelabuhan tiap 4500 km. Hal ini menunjukkan
bahwa kegiatan pembangunan pelabuhan memiliki potensi yang besar di waktu
yang akan datang (Mohammad dkk., 2007).

Sedimentasi menjadi permasalahan yang kerap terjadi di pelabuhan.


Seringkali sedimentasi menjadi awal permasalahan lainnya, seperti banjir, dan
pengairan yang terhambat. Permasalahan sedimentasi kerap muncul pada
pelabuhan yang terletak di dataran rendah, dimana kemiringan dasar saluran rendah
sehingga mengakibatkan kecepatan aliran rendah. Pada kondisi ini kecepatan aliran
tidak cukup besar untuk menggelontor sedimen, sehingga besar kemungkinan akan
terjadi endapan yang berpotensi pada pendangkalan (Khatib dkk, 2013).

TSS merupakan material yang halus di dalam air yang mengandung lanau,
bahan organik, mikroorganisme, limbah industri dan limbah rumah tangga yang
dapat diketahui beratnya setelah disaring dengan kertas filter ukuran 0.042 mm.
Nilai konsentrasi TSS yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa dan
penambahan panas di permukaan air sehingga oksigen yang dilepaskan tumbuhan
air menjadi berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati (Murphy, 2007
dalam Wirasatriya, 2011).

Analisa TSS dapat digunakan untuk mengetahui jumlah, sebaran material


tersuspensi dan dapat menunjukan kondisi sedimentasi pada suatu daerah perairan
dan dapat menunjukan kondisi sedimentasi(Siswanto, 2009). Perairan yang
mengalami TSS yang tinggi cenderung mengalami sedimentasi yang tinggi juga,
terutama pada daerah muara sungai. Pola arus pada perairan pantai dan muara
berpengaruh terhadap pola sedimentasi yang terjadi (Solikhin, 2004). Dengan
mengetahui sebaran TSS maka kita dapat diperkirakan tingkat sedimentasi pada
suatu perairan. Sehingga dapat diminimalkan dampak pendangkalan yang
terjadi(Sulistyorini, 2004).

Pelabuhan Marina Boom banyuwangi adalah salah satu pelabuhan yang


dimiliki oleh pelindo III yang saat ini masih tahap konstruksi. Keberadaan
pelabuhan kapal pesiar ini dapat membantu para wisatawan local maupun asing
yang ingin menikmati indahnya Indonesia bagian timur seperti Lombok Barat-
NTB, Benoa-Bali, Labuhan Bajo-NTB. Pelindo III menyebut potensi wisata di
wilayah timur Indonesia sebagai rute wisata butterfly route dengan Labuhan Bajo
sebagai pelabuhan wisata utama atau dikenal dengan istilah Turnaround Cruise
Port. Tujuan dibangunnya pelabuhan Marina Boom di banyuwangi agar para
wisatawan asing maupun local dapat langsung menaiki kapal pesiar tanpa harus ke
Singapura atau Australia.

Permasalahan pendangkalan yang terjadi di kolam pelabuhan ini dapat


dikaji dengan perangkat lunak Mike21, software ini merupakan kumpulan beberapa
skenario simulasi dalam memprediksi TSS. Sehingga dalam penelitian ini
diharapkan dapat memperoleh suatu model tentang perkiraan TSS di. pelabuhan
Marina Boom, Banyuwangi.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana sebaran konsentrasi TSS (total Suspended Solid) di pelabuhan
Marina Boom, Banyuwangi?
2. Bagaimana skenario penanggulangan terhadap sedimentasi di pelabuhan
Marina Boom, Banyuwangi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui sebaran konsentrasi TSS (total Suspended Solid) di pelabuhan
Marina Boom, Banyuwangi.
2. Mengetahui skenario penanggulangan terhadap sedimentasi di pelabuhan
Marina Boom, Banyuwangi.
1.4 Batasan Masalah
1. Analisis sedimen fokus ke TSS (total Suspended Solid)
1.5 Hipotesis
Pada kolam pelabuhan perikanan mengalami konsentrasi TSS yang sangat
tinggi, maka dari itu perlu perlakuan khusus agar konsentrasi TSS menjadi
normal.
1.6 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari tugas akhir ini adalah potensi pengerukan di
pelabuhan Marina Boom, Banyuwangi.
pengerukan adalah pekerjaan mengambil tanah (sedimen) dasar laut atau
dasar sungai secara mekanis (atau hidrolis, atau mekanis-hidrolis) dari perairan laut
atau sungai. Sedangkan reklamasi adalah pengurukan daerah perairan laut atau
sungai baik ditepi pantai/sungai atau di laut lepas(Nugroho, 2013).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pelabuhan Marina Boom
2.2 Sedimentasi

Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport


oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedimen secara umum
sebagai sekumpulan rombakan material (batuan, mineral dan bahan organik) yang
mempunyai ukuran butir tertentu. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah
hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai,
sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah
pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin. Batuan hasil
pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan
oleh air, antara lain meander, dataran banjir, tanggul alam dan delta.

Sedimentasi di pantai timbul karena adanya sedimen yang mengendap


secara cepat dan terus menerus sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk garis
pantai. Sedimen pantai bisa berasal dari erosi garis pantai itu sendiri, dari daratan
yang terbawa oleh aliran sungai dan bermuara di pantai. Oleh karena itu di pantai
yang banyak terdapat muara sungainya akan lebih mudah mengalami proses
sedimentasi. Selain itu, daerah dengan gelombang yang tidak terlalu besar juga akan
mempercepat proses sedimentasi (Triatmodjo, 1999). Di dalam mempelajari proses
sedimentasi, maka sangat penting mengetahui sifat-sifat dari sedimen itu sendiri.
Beberapa sifat sedimen menurut Triatmodjo (1999) adalah ukuran partikel dan
distribusi butir sedimen, rapat massa, bentuk dan kecepatan sedimen, kecepatan
endap, tahanan terhadap erosi, dan sebagainya. Di antara beberapa sifat tersebut,
distribusi ukuran butir adalah yang paling penting. Sedimen pantai diklasifikasikan
berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur, pasir, kerikil, koral (pebble),
cobble, dan batu (boulder).

2.3 Total Suspended Solid


Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar
daripada mulekul/ion terlarut. Dalam air alam ditemui dua kelompok zat, yaitu zat
terlarut seperti garam dam mulekul organis, dan zat padat tersuspensi dan koloidal
seperti tanah liat. Perbedaan pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan
melalui ukuran/diameter partikel-partikel. Analisa kandungan padatan tersuspensi
sangat penting bagi penentuan komponen air secara lengkap dan juga untuk
perencanaan serta pengawasan proses-proses pengolahan dalam bidang air minum
maupun dalam bidang air buangan. (Sumestri & G, 1984)
TSS adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter > 1m) yang tertahan pada
saringan miliopore dengan diameter pori 0,45 m. TSS terdiri dari lumpur dan pasir
halus serta jasad-jasad renik. Penyebab TSS di perairan yang utama adalah kikisan
tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air. Konsentrasi TSS apabila terlalu
tinggi akan menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan
terganggunya proses fotosintesis. Penyebaran TSS di perairan pantai dan estuari
dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik antara lain angin, curah hujan, gelombang,
arus, dan pasang surut. konsentrasi TSS dalam perairan umumnya terdiri dari
fitoplankton, zooplankton, limbah manusia,limbah hewan, lumpur, sisa tanaman
dan hewan, serta limbah industri. Bahan- bahan yang tersuspensi di perairan alami
tidakbersifat toksik, akan tetapi jika jumlahnya berlebihan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolom air
(Rashita, 2014).
Menurut Siswanto (2010) menyebutkan bahwa kosentrasi Total Suspended
Solid (TSS) yang tinggi ditemukan pada daerah muara sungai dan sepanjang
pantai yang mengalami sedimentasi yang tinggi.Pola arus pada perairan pada
perairan pantai dan muara berpengaruh terhadap pola sedimentasi yang terjadi
.Kisaran pasang surut memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap Total
Suspended Solid (TSS).Dengan mengetahui Total suspended solid (TSS) kita
dapat memperkirakan tingkat sedimentasi pada suatu daerah ,sehingga dapat
meminimalkan dampak pendangkalan yag terjadi (Sulistyorini,2004). Menurut
Satriadi (2004) secara umum sumber - sumber material tersuspensi yang dapat
berasal dari aliran sungai berupa hasil pelapukan, material darat, oksihidroksida,
dan bahan pencemar; dari atmosfer berupa debu - debu atau abu yang melayang;
dari laut berupa sedimen anorganik yang terbentuk dilaut, dan sedimen biogenous
dari sisa rangka organisme dan bahan organik lainnya; serta dari estuari berupa hasil
flokulasi, presipitasi sedimen dan produksi biologis organisme
estuari.Konsentrasi dan komposisi TSS bervariasi secara temporal dan spasial
tergantung pada faktor - faktor fisik dan biologis yang mempengaruhinya.
Faktor fisik yang mempengaruhi distribusi TSS terutama adalah pola sirkulasi air,
pengendapa gravitional, deposisi, dan resuspensi sedimen. Akan tetapi pola
sirkulasi air merupakan faktor yang paling fundamental. Pola sirkulasi air
dipengaruhi terutama oleh aliran air sungai dan arus pasang surut (Chester, 1990).
2.4 Mike 21
Mike 21 adalah suatu perangkat lunak rekayasa profesional yang berisi
sistem pemodelan yang komprehensif untuk program komputer untuk 2D free-
surface flows. Mike 21 dapat diaplikasikan untuk simulasi hidrolika dan fenomena
terkait di sungai, danau, estuari, teluk, pantai dan laut.Program ini dikembangkan
oleh DHI Water &Environment. Mike 21 terdiri dari beberapa modul, diantaranya
adalah sebagai berikut (DHI Mike, 2014):
2.4.1 modul Hidrodinamika
Mike 21 hydrodynamic (HD) module adalah model matematik untuk
menghitung perilaku hidrodinamika air terhadap berbagai macam fungsi gaya,
misalnya kondisi angin tertentu dan muka air yang sudah ditentukan di open model
boundaries. Hydrodynamic module mensimulasi perbedaan muka air dan arus
dalam menghadapi berbagai fungsi gaya di danau, estuari dan pantai. Efek dan
fasilitasi yang termasuk di dalamnya yaitu(DHI Mike, 2014):
bottom shear stress
wind shear stress
barometric pressure gradients
Coriolis force
momentum dispersion
sources and sinks
evaporation
flooding and drying
wave radiation stresses
Modul yang akan digunakan pada magang kali ini dan persamaan
pengaturnya dijelaskan berikut ini :




+

+

=0 (1)
1
+ + = + + ( + ) + ( ) + ( )
2

1
+ + =
+ + ( + ) + ( ) + ( )
2



=


=

Keterangan :
H(, , ) = kedalaman air (= d, m)
(, , ) = kedalaman air dalam berbagai waktu (m)
, , = elevasi permukaan (m)
, (, , ) = flux density dalam arah x dan y (m3/s/m) = (uh,vh); (u,v) = depth
averaged velocity dalamarah x dan y
, = tahanan Chezy (m/s)
= kecepatan gravitasi (m/s)
() = faktor gesekan angin
, , , , = kecepatan angin dalam arah x dan y (m/s)
(, ) = parameter Coriolis (s)
(, , ) = tekanan atmosfer (kg/m/s)
= berat jenis air (kg/m)
, = koordinat ruang (m)
= waktu (s)
, , = komponen effective shear stress
2.4.2 modul Mud Transport
BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian berupa pemodelan hidrodinamika dan transport sedimen di
pelabuhan Marina Boom, Banyuwangi dilakukan selama 1 bulan, yakni 01 Maret
2017 sampai 01 April 2018. Pemodelan menggunakan software Mike21 dengan
modul Hidrodinamika dan Mud Tranport.

Gambar 6. Peta lokasi penelitian


(sumber: www.googleearth.com)
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan dalam Tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :

Tabel 2. Alat dan Bahan


No Alat dan Bahan Fungsi
1 Laptop Menjalankan perangkat lunak
2 Alat tulis Mencatat data
3 Peta batimetri Visualisasi data kedalaman
5 Software Mike21 Membuat model dan pola
6 Software ArcGis 10.3 Mendigitasi peta
7 Software NAOTIDE Prediksi Pasang Surut
3.3 Sumber Data
Untuk membangun skenario model, diperlukan beberapa data masukan
yang didapat dari berbagai sumber, antara lain:

a. Peta batimetri pelabuhan Marina Boom, Banyuwangi.

b. Data Pasang surut di pelabuhan Marina Boom, Banyuwangi.

c. Data Angin pelabuhan Marina Boom, Banyuwangi

d. Data debit sungai yang berada di sekitar pelabuhan Marina Boom, Banyuwangi.

e. Sampel Sedimen yang didapat langsung dari pelabuhan Marina Boom,


Banyuwangi.

3.4 Desain Skenario Model


Pada skenario model ini menggunakan 2 modul yakni modul Hidrodinamika
dan Mud Transport.
Model diawali dengan pengolahan data masukkan untuk menyimulasikan
modul hidrodinamika pada program Mike21. Data masukkan yang diolah antara
lain pembuatan domain model dengan menggunakan data kedalaman perairan, hasil
pengolahan data angin dan pengolahan data pasut. Proses selanjutnya adalah
membuat skenario pemodelan hidrodinamika dengan memasukkan data input angin
dan debit serta melengkapi data-data parameter pendukung dalam modul
hidrodinamika tersebut. Pada skenario model ini menggunakan 2 modul yakni
modul Hidrodinamika dan Mud Transport. Modul hidrodinamika yang telah
lengkap kemudian dimodelkan dan menghasilkan keluaran berupa model
hidrodinamika digunakan untuk melihat kondisi hidrodinamika di pelabuhan
Marina Boom atara lain berupa arah dan kecepatan arus (u Velocity dan v Velocity).
Modul Mud Transport menggunakan parameter hasil dari modul
hidrodinamika yakni arus serta grainsize sedimen yang akan menghasilkan output
bed level change yang terjadi di pelabuhan untuk penentuan daerah pengerukan
3.5 Flowchart
a. Pembuatan Peta Batimetri

Buka software Arcgis 10.3 Input file peta lokasi


studi dalam bentuk gambar

Definisikan nilai koordinat peta dengan


melakukan rektifikasi peta kemudian simpan
dalam bentuk Tiff

Lakukan digitasi peta menggunakan software


Arcgis 10.3 guna memperoleh data garis pantai
dan nilai kedalaman di lokasi studi

Export data hasil digitasi

olah data yang telah diexport dengan


menggunakan microsoft Excel, kemudian save
dalam bentuk txt
Gambar 7. Proses pengolahan data batimetri
b. Pemodelan Hidrodinamika

Input data Bathimetri, lakukan meshing dengan


memanfaatkan menu mesh generator

Definisikan nilai pasang surut pada masing masing


batas terbuka dengan memanfaatkan menu MIKE21
Arc Tool Box dan buat time series data angin dengan
menggunakan Time Series pada Mike Zero

Input mesh batimetri, Pasang surut, data angin,dan data


debit sungai, kemudian modelkan kondisi
hidrodinamika lokasi studi selama . Bulan dengan
memanfaatkan modul Flow Model FM

Gambar . Proses pemodelan Hidrodinamika


c. Pemodelan TSS
DAFTAR PUSTAKA

Chester, R. 1990. Marine Geochemistry. Unwin Hyman Ltd, London.


DHI Mike. 2014. Flow Model Fm. DHI Software
Khatib, Anwar. 2013. ANALISIS SEDIMENTASI DAN ALTERNATIF
PENANGANANNYA DI PELABUHAN SELAT BARU BENGKALIS.
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Islam Riau, Pekan Baru.
Mohammad, F., A. Widyadwiyana, R. Venita, W.P. Sari, S. Pradipta, J. Weber, dan I.M.
Kamil (edt). 2007. Panduan Penilaian AMDAL atau UKL/UPL untuk
Kegiatan Pembangunan Pelabuhan, Jakarta, 62 hlm.
Nugroho, A. (2013). Studi Penetapan Tarif Alur Pelayaran (Channel fee): Studi Kasus
Sungai Musi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember: Surabaya.
Rashita Megah Putra, B. S. (2014). Analisa Sedimen Tersuspensi (Total Suspended
Matter) di Perairan Timur Sidoarjo Menggunakan Citra Satelit Landsat Dan
SPOT. Deteksi Parameter dan Diseminasi Penginderaan Jauh.
Rudyani, Prahmadhana. 2013. Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember. JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2,
No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539.
Siswanto, A.D. 2009. Kajian Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Pantai
Kecarnatan Kwanyar, Bangkalan. SENTA. ITS.
Satriadi, A., & Widada, S. 2004. Distribusi muatan padatan tersuspensi di muara sungai
Bodri, Kabupaten Kendal. Ilmu Kelautan: Indonesian Journal of Marine
Sciences, 9(2), 101-107.
Siswanto,A,D.2010.Analisa Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Perairan Kabupaten
Bangkalan Pasca Jembatan Suramadu.Jurnal Kelautan Vol 3
Solikhin, A. 2004. Kajian Morfologi Jan Arus di perairan Bodri, Kendal. Skripsi.
FPIK-lJNDIP. Semarang.
Sulistyorini, E. 2004 Fluktuasi Total Suspended Solid (TSS) Berdasarkan
Karakteristik Pasang Surut di Perairan Delta Bodri.
Sumestri, S., & G, A. A. (1984). Metoda Peneitian Air. Surabaya: Usaha Nasional.
Wirasatriya, A. 2011. Pola Distribusi Klorofil-a dan Total Suspended Solid (TSS) di teluk
Toli Toli, Sulawesi. UNDIP.

S-ar putea să vă placă și