Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Definisi
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada
trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II. Anemia adalah kondisi
dimana sel darah merah menurun atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut
oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama
kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan
11,00 gr/dl.
Hemoglobin ( Hb ) yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke
seluruh tubuh, jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh
untuk bahan bakar proses metabolisme. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah
merah. Ibu hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya untuk membuat jaringan
tubuh janin, membentuknya menjadi organ dan juga untuk memproduksi energi agar ibu hamil
bisa tetap beraktifitas normal sehari hari.1 Fungsi Hb merupakan komponen utama eritrosit
yang berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan
oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang komplek yang terdiri dari protein,
globulin dan satu senyawa yang bukan protein yang disebut heme. Heme tersusun dari suatu
senyawa lingkar yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe).
Jadi heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah senyawa
komplek antara globin dengan heme.2
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-
sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam
tubuh seseorang sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum
ditemukan gejala-gejala fisiologis.3 Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan
cukup untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut anemia gizi
besi.2,3 Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi
tubuh. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar feritin
serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan ini diklasifikasikan sebagai
anemia mikrositik hipokrom disertai penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi
besi merupakan penyebab utama anemia.4 Wanita usia subur sering mengalami anemia, karena
kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil. Anemia
defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam kehamilan yang paling sering terjadi
dalam kehamilan akibat kekurangan zat besi. Kekurangan ini disebabkan karena kurang
masuknya unsur zat besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, dan penggunaan terlalu
banyaknya zat besi. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%), dalam kehamilan adalah anemia
yang disebabkan karena defisiensi asam folat. Anemia Hipoplastik (kejadian 8, 0%) pada wanita
hamil adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel
darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti kecuali sepsis, sinar rontgen,
racun dan obat-obatan. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu anemia yang disebabkan
karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu penyakit malaria.2,4
a. Koilonychia, yaitu kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal
dan menjadi cekung sehingga mirip sendok.
b. Atrofi papil lidah, yaitu permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
c. Stomatitis angularis (cheilosis), yaitu adanya peradangan pada sudut mulut sehingga
tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d. Disfagia, yaitu nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
Epidemiologi
Anemia gizi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai terutama di negara-negara
tropis dan berkaitan erat dengan taraf sosial ekonomi masyarakat. Anemia mengenai lebih dari
sepertiga penduduk dunia dan memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan.23
Berdasarkan laporan WHO (2008), prevalensi anemia tahun 1993-2005 pada wanita hamil di
Afrika 57,1%, di Amerika 24,%, di Asia Tenggara 48,2%, di Eropa 25,1% dan di Timur Tengah
44,2%.7 Anemia umumnya terjadi di seluruh dunia terutama di negara-negara berkembang.
Anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di negara maju.10 Pada tahun
2005 prevalensi anemia pada ibu hamil di negara-negara berkembang seperti Indonesia 44,3%,
India 49,7%, Ethiophia 62,7, Laos 56,4%, Irak 38,2%, dan Arab Saudi 32%. Di negara maju
seperti Jepang 14,8%, Spanyol 17,6%, Portugal 17,3%, Italia 15,5%, Belanda 12,5%, Denmark
12,4%, Jerman 12,3%, dan Australia 12,4%.4
Manifestasi klinis
Gejala yang dirasakan biasanya non spesifik: lemas, mudah lelah, pucat, sakit kepala, palpitasi,
takikardia, dan sesak napas. Apabila anemia berat sudah bertahan lama, dapat muncul stomatitis
angularis, glossitis dan koilinika (kuku seperti sendok).4
Patofisiologi terjadinya anemia defisiensi besi / iron defisiensi anemia pada kehamilan
Konsentrasi Hemoglobin dan Hematokrit
Karena plasma bertambah cukup besar maka konsentrasi hemoglobin dan hematokrit agak
berkurang selama kehamilan. Akibatnya, kekentalan darah secara keseluruhan berkurang.
Konsentrasi hemoglobin pada aterm rerata adalah 12,5 g/dl, dan pada sekitar 5% wanita,
konsentrasinya kurang dari 11,0 g/dl. Karena itu, konsentrasi hemoglobin di bawah 11,0 g/dL,
terutama pada akhir kehamilan, perlu dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh
defisiensi besi dan bukan karena hipervolemia kehamilan.
Metabolism Besi
Besi Simpanan
Kandungan besi total pada wanita dewasa normal berkisar dari 2,0 sampai 2,5 g atau sekitar
separuh dari jumlah yang normalnya terdapat pada pria. Yang utama, simpanan besi pada
wanita muda normal hanyalah sekitar 300 mg.3
Kebutuhan Besi
Kebutuhan besi selana kehamilan 800 mg, 300 mg untuk janin dan plasenta daan 500 mg
untuk pertumbuhan eritrosit ibu. Ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg/hari.
Pengeluaran ini bersifat obligatorik dan berlangsung meskipun ibu mengalami defisiensi
besi. Peningkatan rerata volume total eritrosit dalam darah (sekitar 450 ml) memerlukan 500
mg lainnya karena 1 ml eritrosit mengandung 1,1 mg besi. Karena sebagian besar besi
digunakan selama paruh kedua kehamilan maka kebutuhan besi menjadi besar setelah
pertengahan kehamilan dan mencapai sekitar 6 sampai 7 mg/hari. Jumlah ini biasanya tidak
tersedia dari simpanan besi sebagian besar wanita, dan peningkatan optimal volume eritrosit
ibu tidak akan terjadi tanpa pemberian suplemen besi. Tanpa suplementasi, konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit turun bermakna seiring dengan peningkatan volume darah. Pada
saat yang sama, produksi sel darah merah janin tidak terganggu karena plasenta tetap
menyalurkan besi meskipun ibu menderita anemia defisiensi besi yang paling parah.3
Jumlah besi dalam makanan, bersama dengan dimobilisasi dari simpanan di tubuh, akan cukup
untuk memenuhi kebutuhan rerata yang ditimbulkan oleh kehamilan. Jika wanita hamil tak
anemia tidak diberi suplemen besi, maka konsentrasi feritin dan besi serum akan menurun
setelah pertengahan kehamilan. Peningkatan feritin dan besi serum pada awal kehamilan
mungkin disebabkan oleh kebutuhan besi yang minimal pada awal kehamilan dan keseimbangan
besi positif yang ditimbulkan oleh amenorea.
Tata laksana
1. Terapi non medikamentosa
- Konsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi : hati, daing merah, sayuran
hijau. Selain itu meningkatkan konsumsi enhancer penyerapan besi: buah-buahan dan
sayuran (vitamin C).4
- Menghindari penghambat penyerapan besi, seperti kopi dan teh
2. Terapi non medikamentosa
- preparat besi yang diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral
adalah dengan pemberian preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero
bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr%
per bulan
- pemberian preparat parenteral adalah dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20
ml) intravena atau 210 ml secara intramuskulus, dapat meningkatkan hemoglobin
relatif cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral ini hanya berdasarkan indikasi,
di mana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal, anemia yang berat, dan
kepatuhan pasien yang buruk.4
- Pada daerah-daerah dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat
pemenuhan nutrisi yang minim, seperti di Indonesia, setiap wanita hamil haruslah
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari selama
masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk makan lebih banyak
protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin
- Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe atau Zat
Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang diperlukan
ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg
termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Kebijakan
nasional yang diterapkan di seluruh Pusat Kesehatan Masyarakat adalah pemberian
satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal
kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat
500 g, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum
bersama teh atau kopi, karena akan mengganggu penyarapannya
Komplikasi
Komplikasi Anemia defisiensi besi yang tidak bisa diperbaiki adalah infeksi ibu dan bayi berat
lahir rendah. Anemia defisiensi besi berat disertai dengan peningkatan morbiditas ibu dan
perinatal.8
Prognosis
Gejala-gejala anemia defisiensi besi akan menghilang dengan perbaikan anemia. Perbaikan
setelah pemberian besi parenteral biasanya hanya sedikit lebih cepat dibandingkan dengan
pengobatan per oral.8
Daftar pustaka
1. Sin I. Masa kehamilan dan persalinan, Jakarta : PT Alex Media Komputindo; 2008.h.83-7
2. Sudiono H, Iskandar I, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun patologi klinik
hematologi. Edisi 3. Jakarta:FK UKRIDA; 2009. h. 105-11.
3. Waterbury, Larry. Buku saku hematologi. Edisi 3. Jakarta:EGC; 2006. h. 108-12.
4. Tanto C, Liwang F. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4. Jilid 1. Jakarta : Media
Aeusculapius; 2014. h.408-9.
5. Smith R John,evid Chelnow, Chief, D evid Chelnow. Managemet The Third Stage of
Labor.8 Januari 2015. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/275304-
overview, pada 29 mei 2016
6. Amirudin, Wahyuddin, 2004, Studi Kasus Kontrol Ibu Anemia, 2007 Jurnal Medical
UNHAS , Available from ; http:// med.unhas.ac.id/index.php?...studi-kasus-
kontrol...anemia-ibu...
7. Djamilus, Herlina, 2008, Faktor Risiko Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bogor, Artikel , Available from : http://www. motekar.tk/topik/pengkajian-
anemia-pada-ibu-hamil.html
8. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku obstetric & ginekologi. Edisi ke-9. Jakarta: EGC;
2009: h. 400-2