Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ASUHAN KEPERAWATAN
AN.A dengan HIPOSPADIA POST OPERASI URETHROPLASTY
DI bangsal CENDANA 4 (D2) RS Dr. SARDJITO JOGJAKARTA
Disusun Oleh
Yanita Trisetiyaningsih
00/137736/KU/09710
ETIOLOGI
Penyebeb kelainan ini adalah maskulinisasi inkomplit dari genitalia karena involusi yang
premature dari sel interstitial testis.
MANIFESTASI KLINIS
Pada kebanyakan penderita terdapat penis yang melengkung ke arah bawah yang akan
tampak lebih jelas pada saat ereksi. Hal ini disebabkan oleh adanya chordee yaitu suatu
jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus yang letaknya abnormal ke glands penis.
Jaringan fibrosa ini adalah bentuk rudimeter dari uretra, korpus spongiosum dan tunika
dartos. Walaupun adanya chordee adalah salah satu cirri khas untuk mencirigai suatu
hipospadia, perlu diingat bahwa tidak semua hipospadia memiliki chordee.
KLASIFIKASI
Klasifikasi hipospadia yang digunakan sesuai dengan letak meatus uretra yaitu tipe
glandular, distal penile, penile, penoskrotal, scrotal dan perineal.
Semakin ke proksinal letak meatus, semakin berat kelainan yang diderita dans emakin
rendah frekuensinya. Pada kasus ini 90% terletak di distal di mana meatus terletak di ujung
batang penis atau di glands penis. Sisanya yang 10% terletak lebih proksimal yaitu ditengah
batang penis, skrotum atau perineum.
PENATALAKSANAAN
Dikenal banyak tehnik operai hipospadia, yang umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Operasi pelepasan chordee dan tunneling
Dilakukan pada usia 1,5-2 tahun. Pada tahap ini dilakukan operasi eksisi chordee dari
muara uretra sampai ke glands penis. Setelah eksisi chordee maka penis akan menjadi
lurus tetapi meatus uretra masih terletak abnormal. Untuk melihat keberhasilan eksisi
dilakukan tes ereksi buatan intraoperatif dengan menyuntikkan NaCL 0,9% kedalan
korpus kavernosum.
2. Operasi uretroplasty
Biasanya dilakukan 6 bulan setelah operasi pertama. Uretra dibuat dari kulit penis bagian
ventral yang di insisi secara longitudinal pararel di kedua sisi.