Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1
C. Pemberjalanan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Pendidikan kejuruan dapat berjalan dengan baik jika:
1. Pembelajaran menggunakan materi, alat, mesin dan tugas-tugas yang
sama atau tiruan dimana individu akan bekerja. Peserta diperkenalkan
dengan situasi nyata untuk berfikir, berperasaan, berperilaku seperti
halnya pekerja, di industri, dimana individu peserta akan bekerja
setelah lulus, dilatih langsung untuk berfikir dan secara teratur.
Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa hanya akan
terjadi apabila training yang diberikan berupa pekerjaan nyata, dan
bukan merupakan latihan semata,
2. Untuk setiap jenis pekerjaan, individu harus memiliki kemampuan
minimum agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam
posisi tersebut, membantu individu untuk mencapai cita-cita,
kemampuan, dan keinginannya pada tingkat yang lebih tinggi,
memahami posisinya dalam masyarakat, dan situasi pasar, melatih
siswa untuk dapat memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja dan dengan
menciptakan kondisi kerja yang lebih baik,
3. Pendidikan kejuruan untuk suatu jenis keahlian, posisi dan
keterampilan diberikan kepada siswa yang merasa memerlukan,
menginginkan dan mendapatkan keuntungan dari padanya.
Pengalaman latihan yang dilakukan akan membentuk kebiasaan
bekerja dan berfikir secara teratur dan betul-betul diperlukan untuk
meningkatkan prestasi kerja. Materi training yang khusus pada jenis
pekerjaan tertentu hendaknya merupakan pengalaman tuntas pada
pekerjaan tersebut . Untuk setiap jenis pekerjaan mempunyai ciri
khusus, sehingga memerlukan materi diklat khusus pula
Penyelenggaraan training diberikan kepada sekelompok siswa yang
memerlukan (motivasi) dan memperoleh keberhasilan dari program
tersebut ,
2
4. Guru dan instruktur yang telah memiliki pengalaman dan berhasil di
dalam menerapkan keterampilan dan pengetahuan mengenai operasi
dan proses kerja yang dilakukan. metode pembelajaran
memperhatikan karakteristik siswa,
5. Administrasi dan pembiayaan pendidikan kejuruan akan efisien apabila
dilaksanakan dengan fleksibel, dinamis dan terstandar. Pembiayaan
pendidikan yang kurang dari batas minimum tidak bisa dilaksanakan
secara efisien. Dan jika pembelajaran tidak bisa menjangkau dengan
biaya minimum, sebaiknya pendidikan kejuruan tidak dilaksanakan.
3
orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan kemampuan
kerjanya,
4. Kriteria keberhasilan. Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria
untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan
pada dasarnya menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan
out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan
siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah
diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua
diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah
berada di dunia kerja yang sebenarnya,
5. Kepekaan terhadap perkembangan masyarakat. Karena komitmen
yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan
kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang
tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja.
Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang
pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi
barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap
kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan,
6. Perbekalan logistik. Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk
mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat
mencerminkan situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif
diperlukan banyak perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang
lain. Bengkel dan laboratorium adalah kelengkapan umum yang
menyertai eksistensi suatu sekolah kejuruan,
7. Hubungan dengan masyarakat dunia usaha. Hubungan lebih jauh
dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya serap
lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya
suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal
balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat
kurikulum kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia
usaha menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program
4
kerjasama yang memungkinkan kesempatan pengalaman belajar
dilapangan.
5
14. Rendahnya anggaran pendidikan kejuruan yang mengakibatkan guru
kejuruan menjadi The Second Choice Job fasilitas dan peralatan
praktik ketinggalan zaman,
15. Kurang kesempatan bagi siswa untuk praktik di Industri,
16. Lemah koordinasi antara Depdiknas dengan Depnaker dalam
penanganan pendidikan/latihan kejuruan,
17. Lemah koordinasi antara Badan Standarisasi Nasional Pendidikan
(BSNP) dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP),
18. Lemah koordinasi antara pendidikan dalam sekolah dengan
pendidikan luar sekolah dalam penanganan pendidikan kejuruan,
19. Kegiatan industri mengarah pada produk-produk eksport yang bersifat
padat modal sehingga tidak memperluas kesempatan kerja,
20. Rendah kepedulian industri terhadap peningkatan mutu pendidikan
kejuruan,
21. Industri besar dan menengah merasa terbebani dengan kehadiran
siswa magang,
22. Partisipasi industri dalam uji kompetensi masih rendah (33%),
23. Mengaitkan antara muatan pembelajaran di sekolah dengan kegiatan
magang siswa di industri belum merupakan prioritas bagi guru,
24. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan belum sesuai teori kejuruan
posser.
F. Kesimpulan
Dengan melihat uraian tentang arti dan tujuan, filosofi,
pemberjalanan, ciri khusus, dan permasalahan yang berkaitan dengan
dunia pendidikan teknologi dan kejuruan, maka perlu dilakukan hal-hal
sebagai berikut:
1. Harus ada kebijakan yang mengatur keseimbangan antara struktur
jenis keahlian dan jumlah tenaga kerja lulusan SMK yang dibutuhkan
dengan struktur yang disediakan,
2. Perlu ada kebijakan tentang penerapan Seamless Educatio,
6
3. Perlu ditetapkan standar guru kejuruan lintas negara (Transnational
Standard),
4. Perlu kebijakan pelatihan guru/instruktur kejuruan pada jabatan-
jabatan serta keterampilan yang mutakhir di industri,
5. Perlu ada kebijakan untuk memodernisasi pendidikan kejuruan,
6. Perlu ada kebijakan yang memungkinkan pendidikan kejuruan
melayani semua kelompok masyarakat termasuk kelompok
pengangguran,
7. Perlu peningkatan koordinasi antara Depdiknas dengan Depnaker
dalam penanganan pendidikan/pelatihan kejuruan,
8. Perlu peningkatan koordinasi antara Badan Standarisasi Nasional,
Pendidikan (PSNP) dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP),
9. Perlu peningkatan koordinasi antara pendidikan dalam sekolah dengan
pendidikan luar sekolah dalam penanganan pendidikan kejuruan.
Daftar Pustaka
khalidmustafa.wordpress.com/2008/01/17/strategi-pendidikan-nasional
http://re-searchengines.com/0208kurniawan.html