Sunteți pe pagina 1din 16

Infeksi Menular Seksual

Pengertian

Infeksi menular seksual (IMS) disebut juga Penyakit Menular Seksual

(PMS)atau dalam bahasa Inggrisnya Sexually Transmitted Disease (STDs),

SexuallyTransmitted Infection (STI) or Venereal Disease (VD). Dimana pengertian

dari IMSini adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual

denganpasangan yang sudah tertular. IMS disebut juga penyakit kelamin atau

penyakit kotor.Namun ini hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah

IMS lebih luasmaknanya, karena menunjuk pada cara penularannya (Ditjen PPM &

PL, 2010).

IMS atau Seksually Transmitted Disease adalah suatu gangguan atau

penyakityang ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak hubungan

seksual. IMSyang sering terjadi adalah Gonorhoe, Sifilis, Herpes, namun yang paling

tinggi kasusnya adalah AIDS, karena mengakibatkankematian padapenderitanya.

AIDS tidak bisa diobati dengan antibiotik (Zohra dan Rahardjo, 1999).

Menurut Aprilianingrum (2002), IMS didefinisikansebagai penyakit yang

disebabkan karena adanya invasivirus, bakteri,dan parasit yang sebagian besar

menular melalui hubungan seksual,baik yang berlainan jenis ataupun sesama jenis.

Bahaya IMS

IMS menjadi pembicaraan yang begitu penting setelah muncul kasus penyakit

AIDS yang menelan banyak korban meninggal dunia, dan sampai sekarang

pengobatan yang paling manjur masih belum ditemukan. Ini bisa dilihat dari angka

kesakitan IMS di Indonesia pada Tahun 2007 adalah sebanyak 11.141 kasus kejadian

IMS. Angka kesakitan ini mengalami peningkatan bila dibandingakan dengan hasil

survei pada Tahun 2008 yaitu sebanyak 16.110 kasus kejadian IMS, sedangkan pada
Tahun 2009 sebanyak 19.973 kasus Kejadian IMS di Indonesia Apalagi komplikasi

dari IMS (termasuk AIDS) bisa dibilang banyak dan akibatnya pun cukup fatal.

Ada beberapa bahaya IMS munurut WHO (2009), yaitu:

1. Kebanyakan IMS dapat menyebabkan kita sakit. Pada wanita dapat menyerang

saluran indung telur, indung telur, rahim, kandung kencing, leher rahim, vagina,

saluran kencing, anus. Pada pria dapat menyerang kandung kencing, vas

deferens, prostat, penis, epididymis, testicle, saluran kencing, kantung zakar,

seminal vesicle, anus.

2. Beberapa IMS dapat menyebabkan kemandulan

3. Beberapa IMS dapat menyebabkan keguguran

4. IMS dapat menyebabkan kanker leher rahim

5. Beberapa IMS dapat merusak penglihatan, otak dan hati

6. IMS dapat menyebabkan kita rentan terhadap HIV/AIDS

7. Beberapa IMS ada yang tidak bisa disembuhkan

8. Bisa menyebabkan kematian

9. Kehamilan di luar kandungan Infeksi menyeluruh

10. Nyeri di perut bawah akibat infeksi saluran reproduksi (ISR) bagian dalam atau

radang panggul

11. Bayi labir dengan cacat bawaan, lahir terlalu dini, lahir dengan berat badan

rendah atau lahir sudah terinfeksi IMS

12. Epidimitis dan prostatitis

13. Striktur uretra

IMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan

menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya.

Penyakit ini sudah ada sejak zaman Mesir, dimana sebagai ilustrasi, pada tahun 1974
telah ditemukan sebanyak 850.000 kasus PMS/ tahun, dan diantaranya terdapat 1255

kasus Sifilis/ tahun.

Beberapa IMS yang sering ditemukan di Indonesia antara lain adalah :

1. Disebabkan oleh Bakteri : Gonorhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial

2. Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata

3. Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis

4. Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis

Yang Berisiko Terkena IMS

Setiap orang bisa tertular IMS. Orang yang paling berisiko terkena IMS

adalah orang yang suka berganti pasangan seksual dan orang yang walaupun setia

pada satu pasangan namun pasangan tersebut suka berganti-ganti pasangan seksual.

Kebanyakan yang terkena IMS berusia 15-29 tahun, tapi ada pula bayi yang lahir

membawa IMS karena tertular dari ibunya.

Masih ada stigma di masyarakat bahwa IMS maupun HIV/ AIDS hanya dapat

menular bagi orang yang berperilaku menyimpang. Padahal bila kita melihat

korban yang sesungguhnya, tak jarang ditemui ibu rumah tangga di keluarga yang

mengalami IMS, hanya tertular dari pasangan seksualnya yang terlebih dahulu

terjangkit IMS.

Menurut WHO Information Fact Sheet No 249 June 2000, dibanding laki-laki

perempuan lebih rentan terhadap IMS baik secara biologis, kultur dan sosioekonomis.

Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandung jika perempuan terinfeksi pada

saat hamil. Perempuan cenderung tidak mencari pengobatan, selain karena tidak

adanya gejala yang dirasakan, hal ini juga disebabkan karena adanya stigma yang

dilekatkan pada perempuan yang menderita IMS dicap nakal dan sering juga karena

tidak ada waktu atau uang untuk memeriksakan diri.Dalam IMS yang dimaksud
perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang yang mempunyai

resiko besar terserang penyakit.

Cara PenularanIMS

Pada saat melakukan hubungan seksual tanpa memakai kondom dengan

seseorang yang mengidap IMS terutama seks anal dan seks oral, yang dapat

mengakibatkan luka. Kebanyakan IMS didapat dari hubungan seks yang tidak

aman.Yang dimaksud dengan seks yang tidak aman, adalah melakukan hubungan

seksual lewat vagina tanpa kondom (penis di dalam vagina), melakukan hubungan

seksual lewat anus tanpa kondom (penis di dalam anus), dan hubugan seksual lewat

oral atau karaoke (penis di dalam mulut tanpa kondom atau mulut menyentuh alat

kelamin wanita)

Perempuan lebih rentan tertular IMS dibandingkan dengan laki-laki karena

saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan

sperma. Jika sperma terinfeksi oleh IMS, maka perempuan tersebut pun bisa

terinfeksi jika perempuan terinfeksi IMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak

munculnya gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi.

Banyak orangkhususnya perempuan dan remajaenggan untuk mencari pengobatan

karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita IMS.

Pencegahan IMS

Menurut Komisi penanggulangan AIDS (2011) pada umumnya prinsip utama

dari pencegahan IMS secara prinsip mempunyai dua cara, yaitu :

1. Memutuskan rantai penularan IMS.

2. Dengan tidak melakukan hubungan seksual, tidak berganti-ganti pasangan,

menggunakan kondom setiap melakukan hubungan seksual.

3. Mencegah berkembangnya IMS serta komplikasi-komplikasinya.


Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan IMS adalah menghindari

kontak bagian tubuh atau cairan yang dapat menyebabkan transfer dengan pasangan

yang terinfeksi.

Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain tidak melakukan hubungan seks,

tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom setiap hubungan seks,

menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya dan

kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril.

Pengetahuan

Pengertian

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang menjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu.pengindraan terjadi melalui panca indra

yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 2003).

Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan

indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan bisa didapat dengan

pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.

Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2005) mengemukakan tentang tingkat pengetahuan

adalah sebagai berikut :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajar sebelumnya,

termasuk didalamnya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang

spesifik yang telah diterima oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.Ukuran dari tahu yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengedentifikasi,dan menyatakan.

2. Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat menggunakan hukum-hukum, rumus-

rumus, metode dan prinsip dalam situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam komponen-

komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan

kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan.

5. Sintesis (Syntesis)

Menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan menyusun, merencanakan,

meringkas, menyesuaikan terhadap teori yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

atau objek. Penelitian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau kriteria-kriteria yang telah ada.


Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2005) beliau menulis tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu (Soematno,1992). Pendidikan

diperlukan untuk mendapatkan informasi sehingga makin banyak pula

pengetahuan yang dimiliki sebaliknya. Pendidikan yang kurang akan

menghambat sikap seseorang terhadap nilai- nilai yang diperkenakan.

2. Usia

Semakin cukup umur seseorang pengetahuan akan lebih matang atau lebih baik

dalam berfikir dan bertindak, makin mudah seseorang akan mempengaruhi

tingkat pengetahauan seseorang (Susan Bastable, 2002).

3. Pengalaman

Pengalaman juga mempengaruhi pengetahuan karena dari pengalaman yang ada

pada dirinya maupun pengalaman orang lain dapat dijadikan sebagai acuan untuk

meningkatkan pengetahuan, sebab dari pengalaman itu ia tidak merasa canggung

lagi karena telah mengetahui seluruhnya.

4. Support sistem

Lingkungan yang ada di sekitar dapat mempengaruhi pengetahuan manusia

karena lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik, dapat meningkatkan

pengetahuan juga mengetahui sesuatu yang belum diketahui.


Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas(Notoadmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dimaksud untuk mengetahui status pengetahuan

seseorang dan disajikan dalam persentase kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang

bersifat kualitatif, yaitu baik (76%-100%), cukup (60%-75%), kurang (<60%)

(Nursalam, 2010).

Wanita Pekerja Seksual

Pengertian

Pelacuran atau prostitusi merupakan salah bentuk penyakit masyarakat yang

harus diberhentikan penyebarannya, tanpa mengabaikan usaha pencegahan dan

perbaikan. Pelacuran berasal dari bahasa Latin pro-stituere atau pro-stauree, yang

berarti membiarkan dan berbuat zina, melakukan persundalan, percabulan atau

sundal. Dikenal pula dengan istilah WTS atau tuna susila (Kartono, 2009).

Menurut Peraturan Pemerintah Daerah DKI Jakarta Raya tahun 1967

mengenai penanggulangan masalah pelacuran, menyatakan sebagai berikut; Wanita

tuna susila adalah wanita yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan kelamin

di luar perkawinan, baik dengan imbalan jasa maupun tidak.Pelacuran merupakan

profesi yang sangat tua usianya, setua umur kehidupan manusia itu sendiri. Yaitu

berupa tingkah laku lepas kendali dan cabul, karena adanya pelampiasan nafsu seks

dengan lawan jenisnya tanpa mengenal batas-batas kesopanan. Pelacuran itu selalu

ada pada semua negara berbudaya sejak zaman purba sampai sekarang. Pelacuran
senantiasa menjadi masalah sosial atau menjadi objek urusan hukum dan tradisi.

Selanjutnya, dengan perkembangan teknologi, industri dan kebudayaan manusia,

turut berkembang pula pelacuran dalam pelbagai bentuk dan tingkatan.

Statistik menunjukkan, bahwa kurang lebih 75% dari jumlah pelacur adalah

wanita-wanita muda dibawah umur 30 tahun. Mereka itu umumnya memasuki dunia

pelacuran pada usia yang muda, yaitu 13-24 tahun dan yang paling banyak adalah

usia 17-21 tahun. Tindak-tindak immoril seksual terang-terangan tanpa malu, sangat

kasar, dan sangat provokatif dalam coitus/bersenggama, dan dilakukan dengan

banyak pria (promiskuitas) pada umumnya dilakukan oleh kanak-anak gadis remaja

penganut seks bebas. Adakalanya relasi seksual itu tidak dibayar, karena dilandasi

motif-motif keisengan atau hyperseksualitas ataupun didorong oleh nafsu-nafsu seks

yang tidak terintegrasi dan tidak wajar, tidak ubahnya dengan ciri-ciri praktik

prostitusi yang kasar. Tindak immoril yang dilakukan oleh gadis-gadis muda itu

khususnya disebabkan oleh:

a. Kurang terkendalinya rem-rem psikis

b. Melemahnya sistem pengontrol diri

c. Belum atau kurangnya pembentukan karakter pada usia prapuber, usia puber

adolesens.

Beberapa Peristiwa Penyebab Timbulnya Pelacuran

Menurut Kartono, (2009) ada beberapa peristiwa sosial penyebab timbulnya

pelacuran antara lain sebagai berikut :

a. Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran. Juga tidak ada larangan

terhadap orang-orang yang melakukan relasi seks sebelumnya pernikahan atau

diluar pernikahan.
b. Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk menyalurkan kebutuhan seks,

khususnya di luar ikatan perkawinan.

c. Komersialisasi dari seks, baik di pihak wanita maupun germo-germo dan

oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan pelayanan seks. Jadi, seks

dijadikan alat yang jamak guna (multipurpose) untuk tujuan-tujuan

komersialisasi di luar perkawinan.

d. Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan keagamaan pada saat-

saat orang mengenyam kesejahteraan hidup; dan ada pemutarbalikan nilai-

nilai pernikahan sejati.

e. Semakin besarnya penghinaan orang terhadap martabat kaum wanita dan

harkat manusia.

f. Kebudayaan ekspolitasi pada zaman modern ini, khususnya mengeksploitasi

kaum lemah/wanita untuk tujuan-tujuan komersil.

g. Ekonomi laissez-faire menyebabkan timbulnya sistem harga berdasarkan hukum

jual dan permintaanyang diterapkan pula dalam relasi seks.

h. Peperangan dan masa-masa kacau (dikacau oleh gerombolan-gerombolan

pemberontak) di dalam negeri meningkatkan jumlah pelacuran.

i. Adanya proyek-proyek pembangunan dan pembukaan daerah pertambangan

dengan konsentrasi kaum priasehingga mengakibatkan adanya

ketidakseimbangan rasio dan wanita di daerah-daerah tersebut.


j. Perkembangan kota-kota, daerah-daerah pelabuhan dan industri yang sangat

cepat dan menyerap banyak menyerap banyak tenaga buruh serta pegawai

pria.

Juga peristiwa urbanisasi tanpa adanya jalan keluar untuk mendapatkan

kesempatan kerja terkecuali menjadi wanita pekerja seksual bagi anak-anak

gadis.

k. Bertemunya macam-macam kebudayaan asing dan kebudayaan-kebudayaan

setempat. Di daerah-daerah perkotaan dan ibukota, mengakibatkan perubahan-

perubahan sosial yang cepat dan radikal, sehingga masyarakatnya menjadi

sangat instabil.

Motif-Motif yang Melatarbelakangi Pelacuran

Menurut Kartono, 2009 isi pelacuran atau motif-motif yang

melatarbelakangi tumbuhnya pelacuran pada wanita itu beraneka ragam. Di bawah

ini disebutkan beberapa motif, antara lain sebagai berikut.

1. Adanya kecenderungan melacurkan diri pada banyak wanita untuk

menghindarkan diri dari kesulitan hidup, dan mendapatkan kesenangan

melalui jalan pendek. Kurang pengertian kurang pendidikan, dan buta huruf,

sehingga menghalalkan pelacuran.

2. Ada nafsu-nafsu seks yang abnormal tidak terintegrasi dalam kepribadian, dan

keroyalan seks. Histeris dan hyperseks, sehingga tidak merasa puas

mengadakan relasi seks dengan satu pria/suami.


3. Tekanan ekonomi, faktor kemiskinan, ada pertimbangan-pertimbangan

ekonomis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, khususnya dalam

mendapatkan status sosial yang lebih baik.

4. Aspirasi materil yang tinggi pada diri wanita dan kesenangan ketamakan

terhadap pakaian-pakaian indah dan perhiasan mewah. Ingin hidup bermewah-

mewah, namun malas bekerja.

5. Kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior. Jadi ada adjustment yang

negatif, terutama sekali terjadi pada masa puber dan adolesens. Ada keinginan

untuk melebihi kakak. Ibu sendiri, teman putri, tante-tante atau wanita-wanita

mondain lainnya.

6. Rasa melit dan ingin tahu gadis-gadis cilik dan anak-anak puber pada masalah

seks, yang kemudian tercebur dalam dunia pelacuran oleh bujukan-bujukan

bandit-bandit seks.

7. Anak-anak gadis memberontak terhadap otoritas orang tua yang menekankan

banyak tabu dan peraturan seks. Juga memberontak terhadap masyarakat dan

norma-norma susila yang dianggap terlalu mengekang diri anak-anak remaja

mereka lebih menyukai pola seks bebas.

8. Pada masa kanak-kanak pernah melakukan relasi seks atau suka melakukan

hubungan seks sebelum perkawinan (ada premarital sexrelation) untuk

sekedar iseng atau untuk menikmati masa indah di kala muda. Atau sebagai

simbol keberanian dan kegagahan telah menjelajahi dunia seks secara nyata.
9. Gadis-gadis dari daerah slums (perkampungan-perkampungan melarat dan

kotor dengan lingkungan yang immoril yang sejak kecilnya selalu melihat

persenggamaan orang-orang dewasa secara kasar dan terbuka, sehingga

terkondisikan mentalnya dengan tindak-tindak asusila) lalu menggunakan

mekanisme promiskuilitas/pelacuran untuk mempertahankan hidupnya.

10. Anak-anak gadis dan wanita-wanita muda yang kecanduan obat bius (hash-

hish, ganja, morfin, heroin, candu, minuman dengan kadar alkohol tinggi, dan

lain-lain) banyak menjadi pelacur untuk mendapatkan uang membeli obat-obat

tersebut.

11. Ajakan teman-teman sekampung/sekota yang sudah terjun terlebih dahulu

dalam dunia pelacuran.

2.5.4. Beberapa Akibat yang Ditimbulkan oleh Pelacuran

Beberapa akibat yang ditimbulkan oleh pelacur ialah sebagai berikut :

1. Menimbulkan dan menyebarluaskan penyakit kelamin dan kulit. Penyakit

yang paling banyak adalah syphilis dan gonorrhea (kencing nanah).

2. Merusak sendi-sendi kehidupan keluarga.

3. Mendemoralisasi atau memberikan pengaruh demoralisasi kepada lingkungan

khususnya anak-anak muda remaja pada masa puber dan adolensi.

4. Berkorelasi dengan kriminalisasi dan kecanduan bahan-bahan narkotika.

5. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum dan agama.

6. Adanya pengeksploitasian manusia oleh manusia lain. Pada umumnya wanita-

wanita pekerja seksual itu cuma menerima upah sebagian kecil saja dari
pendapatan yang harus diterimanya, karena sebagian besar harus diberikan

kepada germo, calo-calo dan lain-lain.

7. Bisa menyebabkan terjadinya disfungsi seksual, misalnya: impotensi,

anorgasme, nymfomania, ejakulasi prematur yaitu pembuangan sperma

sebelum zakar melakukan penetrasi dalam vagina atau liang senggama, dan

lain-lain.

Beberapa Hasil Penelitian yang Berkaitan dengan Pencegahan Infeksi


Menular Seksual

Menurut penelitian Nik Amanah (2011), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pencegahan infeksi menular seksual pada penjaja seks (WPS)

adalah komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) secara rutin dan WPS selalu

didampingi dalam pelayanan kesehatan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reta (2009), diperoleh hasil

bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan yang bermakna dengan

tindakan pencegahan infeksi menular seksual dengan nilai p<0,05. Sedangkan

menurut hasil penelitian Silalahi, R (2009), ternyata pengetahuan dan sikap PSK

ada hubungan yang bermakna terhadap tindakan untuk menggunakan kondom

dengan hasil p<0,05. Artinya pengetahuan dan sikap yang baik akan

mempengaruhi pelanggan menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual.

Penelitian prevalensi IMS pada WPS, yang diselenggarakan oleh Sub

DirektoratAIDS dan PMS, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan

PenyehatanLingkungan Depertemen Kesehatan Indonesia bekerjasama dengan


Badan Penelitiandan Pengembangan Kesehatan dan Program ASA pada tahun

2003, melaporkanbahwa 7 kota yang diteliti terdapat 62%-93% WPS jalanan yang

terinfeksi IMS,54%-74% WPS lokalisasi, dan 48%-77% WPS tempat hiburan.

Hasil penelitian Chandra (2009), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermaknaantara pengetahuan PSK dengan tindakan pencegahan penyakit

Infeksi MenularSeksial (IMS) dengan (p=0,50) dan tidak ada hubungan yang

bermakna antara sikapPSK dengan tindakan pencegahan penyakit Infeksi Menular

Seksual (IMS) dengan(p=0,10).

Landasan Teori

Menurut Lawrence Green (1991), bahwa faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap pencegahan penyakit menular seksual adalah faktor prediposisi,

pendorong dan penguat.

Faktor Predisposisi
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai-nilai
5. Tradisi
6. Umur

Faktor Pemungkin Perilaku


1. Sarana dan prasarana
2. Keterjangkauan Fasilitas

Faktor Penguat
1. Perilaku Petugas Kesehatan
2. Sikap
3. Peraturan undang-undang

Kerangka Teori Menurut Green (1991)


Landasan teori menurut Lawrence Green (1991) tidak semuanya akan

diteliti pada penelitian ini, dengan berbagai pertimbangan dan melihat situasi

dilapangan bahwa variabel yang diambil harus dapat diukur dan disesuaikan

dengan kepustakaan yang ada menurut peneliti. Variabel yang di ambil variabel

pengetahuan, sikap pekerja seks komersial dan pemanfaatan dijadikan variabel

penelitian.

Kerangka Konseptual

Pengetahuan

1. Pemanfaatan Klinik IMS


2. Tindakan Pencegahan
Infeksi Menular Seksual

Sikap

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

S-ar putea să vă placă și