Sunteți pe pagina 1din 24

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

KEBIJAKAN AKUNTANSI

Disusun Oleh:

ALDO YULIANDRA ( 023165010 )


DIAN PERTIWI ( 023165008 )
SYELVIRA SYAHARA ( 023165007 )
YASFRIDA PRATIWI ( 023165011 )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRISAKTI
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akuntansi Sektor Publik ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu, kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata,Kami berharap semoga makalahakuntansi sektor publik ini dapat bermanfaat untuk
masyarakat dan dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................................................................... i
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... ii
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kebijakan Akuntansi .................................................................................................... 4
2.1.1 Tujuan Kebijakan Akuntansi ....................................................................................................... 5
2.2 Pengertian Pelaporan Keuangan ..................................................................................................... 5
2.2.1 Tujuan Pelaporan Keuangan ....................................................................................................... 5
2.3 Pengertian Kas Dan Setara Kas ...................................................................................................... 6
BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 8
3.1 KEBIJAKAN AKUNTANSI ............................................................................................................ 8
3.1.1 Kebijakan Akutansi Bagi Pemakai Laporan Keuangan ............................................................... 8
3.1.2 Keanekaragaman Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapannya ................................................. 8
3.2 KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN ................................................................................. 10
3.2.1 Tujuan Kebijakan Pelaporan Keuangan ..................................................................................... 10
3.2.2 Ruang Lingkup........................................................................................................................... 10
3.2.3 Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan ...................................................................................... 11
3.2.4 Komponen-Komponen Laporan Keuangan ............................................................................... 12
3.2.5 Periode Pelaporan ...................................................................................................................... 12
3.2.7 Struktur Dan Isi .......................................................................................................................... 13
3.3 KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS ............................................................. 14
3.3.1 Definisi Kebijakan Kas dan Setara Kas ..................................................................................... 14
3.3.2 Jenis-Jenis .................................................................................................................................. 15
3.3.3 Pengakuan .................................................................................................................................. 16
3.3.4 Pengukuran ................................................................................................................................ 16
3.3.5 Penyajian Dan Pengungkapan .................................................................................................... 17
3.3.6 Perlakuan Khusus....................................................................................................................... 19
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 21

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Dalam Undang Undang (UU) 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara diamanatkan
bahwa pendapatan dan belanja baik dalam penganggaran maupun laporan
pertanggungjawabannya diakui dan diukur dengan basis akrual. Sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 30 ayat (2) UU 17 Tahun 2003, yang dimaksud dengan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN adalah laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri
dengan Laporan Keuangan Perusahaan Negara dan badan lainnya yang disusun sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan. Pengakuan dan pengukuran dengan basis akrual dimaksud
diungkapkan dalam UU 17 Tahun 2003 dengan rumusan definisi unsur anggaran sebagai berikut:

a) Pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
b) Belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.

Ketentuan Peralihan dalam UU 17 Tahun 2003 pada Pasal 36 ayat (1) menyatakan bahwa
ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16 Undang-Undang ini dilaksanakan
selambatlambatnya dalam 5 (lima) tahun. Hal tersebut ditegaskan kembali di dalam UU 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara pada Pasal 70 ayat (2) yang menyebutkan bahwa ketentuan
mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya pada Tahun Anggaran (TA) 2008. Selama pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.

Berdasarkan UU 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1, dinyatakan bahwa bentuk dan isi
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kemudian pada ayat 2 dinyatakan bahwa SAP
dimaksud disusun oleh suatu komite standar yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah (PP) setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Komite ini selanjutnya dikenal dengan nama Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP).

Pada Tahun 2005, Pemerintah telah menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
SAP berlaku untuk Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka menyusun laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam bentuk Laporan Keuangan. SAP
menganut basis kas untuk pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja, dan basis akrual
untuk pengakuan dan pengukuran aset, kewajiban, dan ekuitas. Kedua basis tersebut dipilih

1
untuk dapat menyusun laporan realisasi anggaran dengan menggunakan basis kas dan untuk
menyusun neraca dengan menggunakan basis akrual. Selanjutnya, basis ini disebut dengan basis
kas menuju akrual (cash towards accrual).

Pemerintah sudah mampu menyusun laporan keuangan mulai tahun 2004 dengan
pendekatan basis kas menuju akrual. Dengan pendekatan ini, neraca disusun berdasarkan basis
akrual, sedangkan laporan realisasi anggaran dan laporan arus kas disusun berdasarkan basis kas.
Walaupun laporan keuangan pemerintah tahun 2004 masih mendapatkan opini disclaimer dari
BPK, namun langkah besar ini patut mendapatkan apresiasi mengingat pada tahun-tahun
sebelumnya pemerintah belum dapat menyusun laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
anggaran berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP).

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Bab X


Ketentuan Peralihan, Pasal 36 mengamanatkan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual harus dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun.

Hal ini berarti bahwa dalam LKPP tahun 2008 seluruh entitas akuntansi harus sudah
mengakui pendapatan dan belanja secara akrual. Namun dalam kenyataannya, pelaksanaan
ketentuan ini tidak mudah. Dibutuhkan kesiapan dari seluruh unit entitas akuntansi, unit entitas
pelaporan, unit perbendaharaan dan unit pembuat standar akuntansi untuk bersama-sama
melaksanakan aksi sesuai dengan kewenangan dan peran masing-masing agar akuntansi berbasis
akrual dapat diterapkan dengan baik. Disamping itu, tren penggunaan akuntansi berbasis akrual
yang semakin luas terutama di negara- negara anggota Organization for Economic Co-operation
and Development (OECD) diyakini merupakan bagian integral dari reformasi manajemen
keuangan publik khususnya untuk tujuan meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan kualitas
pengambilan keputusan.

Dalam perkembangannya dan berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dengan DPR,


implementasi akuntansi berbasis akrual ditunda pelaksanaannya hingga tahun 2015. Hal ini
dituangkan dalam Undang Undang Pertanggungjawaban APBN yang ditindaklanjuti dengan
diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (Berbasis Akrual).

Dengan terbitnya PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP yang merupakan pengganti PP
Nomor 24 Tahun 2005, implementasi basis akrual telah mendapatkan landasan teknis
pelaksanaannya yang tertuang dalam Lampiran I tentang SAP berbasis akrual yang harus
dilaksanakan selambat-lambatnya tahun 2015. Berdasarkan SAP maka pemerintah pusat perlu
menetapkan kebijakan akuntansi berbasis akrual yang akan menjadi acuan dalam penyusunan
laporan keuangan pemerintah pusat.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Itu Kebijakan Akuntansi
2. Apa Itu Pelaporan Keuangan?
3. Apa Itu Kebijakan Laporan Keuangan?
4. Apa Itu Kas Dan Setara Kas?
5. Apa Itu Kebijakan Kas Dan Setara Kas?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dilakukannya penulisan ini agar penulis dan pembaca dapat mengetahui dan
memahami :
1. Kebijakan Akuntansi
2. Pelaporan Keuangan
3. Kebijakan Laporan Keuangan
4. Kas Dan Setara Kas
5. Kebijakan Kas Dan Setara Kas

3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kebijakan Akuntansi


Kebijakan akuntansi merupakan kebijakan yang dirumuskan oleh badan pemerintah,
yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Keuangan yang bekerjasama
dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang memberikan cara dalam hal mengatur
aktivitasaktivitas ekonomi, khususnya mengenai informasi keuangan.

Kebijakan akuntansi adalah proses pemilihan metode pelaporan, alternatif, sistem


pengukuran dan teknik pengungkapan tertentu diantara semua yang mungkin tersedia untuk
pelaporan keuangan oleh suatu perusahaan menurut Elden S Hendriksen diterjemahkan oleh
Marianus Sinaga (1996:109).

Sedangkan kebijakan akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2012:1) adalah :


Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip - prinsip, dasar - dasar, konvensi, peraturan dan
prosedur yang digunakan manajemen untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan.

Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh manajemen
dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan
secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk
pembuatan laporan keuangan. Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar,
konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek
yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan.
Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan
secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.

Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan
penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:

Pertimbangan Sehat

Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui dalam


penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia
atau disembunyikan.

4
Substansi Mengungguli Bentuk

Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan
hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau
kejadian.

Materialstis

Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup


material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan. Laporan keuangan harus jelas
dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi yang berbeda di antara suatu
perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu Negara maupun antar negara. Pengungkapan
kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat
dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai laporan keuangan, karena
kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu komponen neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari pengungkapan kebijakan
terpilih.

2.1.1 Tujuan Kebijakan Akuntansi


1. Memberikan pedoman bagi entitas akuntansi dan entitas pelaporan
2. Memberikan pedoman dalam pelaksanaan sistem dan prosedur akuntansi

2.2 Pengertian Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan adalah segala aspek yang berkaitan dengan penyediaan dan
penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara lain lembaga yang terlibat
(misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari pemerintah atau pasar modal, organisasi
profesi, dan entitas pelapor), peraturan yang berlaku termasuk PABU (Prinsip Akuntansi
Berterima Umum atau Generally Accepted Accounting Principles/ GAAP).

2.2.1 Tujuan Pelaporan Keuangan


Untuk memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna informasi akuntansi
harus dapat memperoleh pemahaman mengenai kondisi keuangan dan hasil operasional
perusahaan lewat pelaporan keuangan yang akan digunakan untuk mengambil keputusan.

Untuk memberikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan untuk
membantu para pengguna informasi akuntansi dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahan
keuangan perusahaan.

5
2.3 Pengertian Kas Dan Setara Kas
Kas yaitu aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standar dan dasar
pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Kas terdiri dari uang logam, uang
kertas, dan dana yang tersedia pada deposito di Bank.

Setara Kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang dengan
cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang
signifikan.Setara kas terdiri dari : cek, giro, deposito, dan lain - lain.

Setara kas dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek, bukan untuk investasi
atau tujuan lain. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus dapat segera diubah
menjadi kas dalam jumlah yang diketahui tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan. Karenanya, suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagau setara kas hanya
segera akan jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Surat-surat berharga yang bisa diakui dengan setara kas harus mempunyai syarat-syarat
sebgai berikut :
1. Setiap saat dapat ditukar dengan kas.
2. Tanggal jatuh temponya sangat singkat, dalam waktu tiga bulan atau kurang.
3. Resiko perubahan nilai yang kecil atau kurang berarti.

Jadi tidak semua investasi jangka pendek dikelompokkan sebagai setara kas. Hal ini
tergantung pada kebijakan keuangan yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan. Suatu
perusahaan harus memiliki kebijakan yang jelas dalam menentukan perkiraaan-perkiraan apa
saja yang termasuk dan tidak termasuk adalam katagori sebagai setara kas, dan kebijakan ini
harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan serta harus dijalankan secara
konsisten dari waktu ke waktu.
Yang tidak termasuk dalam pengertian kas, baik menurut akuntansi maupun perpajakan adalah:

1. Deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover
Saldo rekening berupa deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan atau rollover tidak
termasuk dalam pengertian kas karena tidak dapat digunakan sewaktu-waktu.

2. Prangko dan Materai


Biasanya perusahaan mempunyai persediaan prangko dan materai yang dapat dipakai
sewaktu-waktu. Persediaan ini tidak termasuk dalam pengertian kas, sekalipun persediaan ini
sering disimpan oleh kasir perusahaan. Apabila jumlahnya cukup besar, persediaan ini dapat
digolongkan kedalam persediaan perlengkapan alat-alat kantor (supplies)

6
3. Kasbon atau uang muka
Kas bon merupakan bukti penerimaan uang muka dari pegawai tidak dapat digolongkan ke
dalam kas.Kertas-kertas tersebut tidak dapat digunakan sewaktu-waktu, sehingga tidak dapat
dianggap uang tunai.
4. Cek mundur dan cek kosong
Cek mundur tidak dapat diuangkan sampai jatuh temponya sehingga tidak memenuhi syarat
sebagai kas. Cek mundur yang diterima untuk melunasi piutang belum mengurangi saldo
piutang. Apabila dapat diuangkan karena tidak cukup dananya di bank,cek tersebut disebut
kosong. Cek kosong sama sekali tidak memiliki harga, sehingga tidak dapat dianggap sebagai
aset perusahaan.

7
BAB III PEMBAHASAN

3.1 KEBIJAKAN AKUNTANSI


Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebut yang dinilai oleh manajemen dari
entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara
wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk
pembuatan laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan


dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan
atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang
paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasil operasi.

3.1.1 Kebijakan Akutansi Bagi Pemakai Laporan Keuangan


Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti
pemegang saham, kreditur dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan,
organisasi perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi,
petugas pajak dan pihak yang berwenang membuat peraturan.

Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan akuntansi terpilih


sebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk membuat penilaian, dan keputusan
keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak dapat membuat penilaian handal jika laporan
keuangan tidak mengungkapkan dengan jelas kebijakan akuntansi terpilih yang penting dalam
penyusunan laporan keuangan.

3.1.2 Keanekaragaman Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapannya


Tugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika menggunakan berbagai
kebijakan beberapa bidang (akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan lain-lain) atau
wilayah akuntansi yang berbeda (wilayah akuntansi per negara, kumpulan negara dan lain-lain).

Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal kebijakan akuntansi dapat digunakan bersama-
sama, sehingga para pemakai dapat memilih dari daftar tunggal itu, sehingga perbedaan pilihan
kebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat dan kondisi yang serupa.

8
Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan perbedaan kebijakan akuntansi dan
karena itu diperlukan pengungkapan atas perlakuan akuntansi terpilih:

1. Umum

a) Kebijakan konsolidasi
b) Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan dan kerugian
pertukaran
c) Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum, nilai
penggantian
d) Peristiwa setelah tanggal neraca
e) Sewa guna usaha, sewa beli atau transaksi cicilan dan bung
f) Pajak
g) Kontrak jangka panjangh. Franchise atau waralaba

2. Aktiva

a) Piutang
b) Persediaan (persediaan dan barang dalam proses) dan beban pokok penjualannya
c) Aktiva dapat disusutkan dan penyusutan
d) Tanaman belum menghasilkan
e) Tanah yang dimiliki untuk pembangunan dan biaya pembangunan
f) Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam perusahaan asosiasi dan investasi lain
g) Penelitian dan pengembangan
h) Paten dan merek dagang
i) Goodwill

3. Kewajiban dan Penyisihan

a) Jaminan
b) Komitmen dan kontinjensi
c) Biaya pensiun dan tunjangan hari tua
d) Pesangon dan uang penggantian

4. Keuntungan dan kerugian

a) Metode pengakuan pendapatan


b) Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaanpenambahan
(improvement)
c) Untung-rugi penjualan aktiva
d) Akuntansi Dana, wajib atau tak wajib, termasuk pembebanan dan pengkreditan langsung
ke perkiraan surplus

9
Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh diungkapkan
dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam bentuk, kejelasan dan
kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara maupun antar negara atas kebijakan
akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi
yang penting telah diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak
diungkapkan.

Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan akuntansi


penting, tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman metode pengungkapan.
Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi keuangan internasional telah
memperbesar kebutuhan keseragaman laporan keuangan melewati batas Negara.

Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode


sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan
perlu diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan.

Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun
perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang
akan datang.

3.2 KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN


3.2.1 Tujuan Kebijakan Pelaporan Keuangan
Tujuan Kebijakan Akuntansi Pelaporan Keuangan adalah mengatur penyajian laporan
keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas
akuntansi dan entitas pelaporan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kebijakan ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam
rangka penyajian laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan
minimum isi laporan keuangan.

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna.

3.2.2 Ruang Lingkup


Kebijakan ini berlaku untuk entitas pelaporan dan entitas akuntansi dalam penyajian
laporan keuangan. Entitas pelaporan yaitu Pemerintah Daerah, sedangkan entitas akuntansi yaitu
SKPD dan PPKD di lingkungan Pemerintah Daerah, tidak termasuk perusahaan daerah dan
BLUD yang pelaksanaannya tersendiri sesuai peraturan perundang-undangan.

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, DPRD,
lembaga pemeriksa/pengawas, pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi,

10
dan pinjaman, serta pemerintah yang lebih tinggi (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi).
Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari laporan
keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan

Informasi dalam laporan keuangan tersebut relevan untuk memenuhi tujuan sebagaimana
yang dinyatakan sebelumnya, namun tidak dapat sepenuhnya memenuhi tujuan tersebut.
Informasi tambahan, termasuk laporan nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan
laporan keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas
suatu entitas pelaporan selama satu periode.

Entitas pelaporan menyajikan informasi tambahan untuk membantu para pengguna dalam
memperkirakan kinerja keuangan entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan
dan evaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi. Informasi tambahan ini
termasuk rincian mengenai output entitas dan outcome dalam bentuk indikator kinerja keuangan,
laporan kinerja keuangan, tinjauan program dan laporan lain mengenai pencapaian kinerja
keuangan entitas selama periode pelaporan.

Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi spesifik dan peristiwa-


peristiwa yang lain, diatur dalam Kebijakan Akuntansi Akun

3.2.3 Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan


1. Tanggung jawab penyajian laporan keuangan berada pada pimpinan entitas, dimana Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah penanggungjawabnya adalah Bupati, sedangkan Laporan
Keuangan SKPD penanggungjawabnya adalah Kepala SKPD. Dalam rangka
pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah, BUD/PPKD selaku Entitas Akuntansi
bertangggungjawab menyusun laporan keuangan sesuai kewenangannya.

2. Selaku penanggungjawab entitas pelaporan, Bupati bertanggungjawab atas penyajian laporan


keuangan Pemerintah Daerah, dimana laporan keuangan tersebut dinyatakan telah disusun
berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai, dan isinya telah menyajikan informasi
pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan secara layak sesuai dengan SAP

3. Dalam pelaksanaannya tanggungjawab penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah


dilaksanakan oleh Kepala SKPKD selaku PPKD sesuai kewenangannya menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan. Secara teknis operasional, penyusunan dan penyajian laporan
keuangan tersebut dilaksanakan oleh unit yang melaksanakan fungsi akuntansi dan pelaporan
keuangan pada SKPKD. Sementara itu, penyusunan dan penyajian laporan keuangan dalam
rangka pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah, secara teknis operasional
dilaksanakan oleh unit yang melaksanakan fungsi perbendaharaan, pengelolaan kas daerah
dan/atau fungsi pengelolaan anggaran SKPKD.

4. PPKD menyusun Laporan Keuangan tersebut untuk selanjutnya disampaikan kepada Bupati
dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

11
5. Selaku penanggungjawab entitas akuntansi, Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran
menyusun Laporan Keuangan SKPD sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD pada
SKPD yang bersangkutan, dan menyampaikan Laporan Keuangan dimaksud kepada Bupati
melalui PPKD. Secara teknis operasional, penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut
dilaksanakan oleh PPKSKPD.

3.2.4 Komponen-Komponen Laporan Keuangan


Komponen-komponen yang terdapat dalam satu kesatuan laporan keuangan adalah:

1. Laporan Realisasi Anggaran


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Neraca
5. Laporan Operasional
6. Laporan Arus Kas
7. CaLK

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas akuntansi


antara lain Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas, Lembaga Teknis dan perangkat daerah
lainnya, kecuali:

1. Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh BUD


2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh PPKD dalam
menjalankan fungsi selaku entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan
konsolidasian.

3.2.5 Periode Pelaporan


1. Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun, kecuali LRA yang
harus disajikan semesteran dan tahunan.

2. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan keuangan suatu entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun,
maka entitas pelaporan harus mengungkapkan informasi sekurang-kurangnya dalam CaLK,
sebagai berikut:

a) Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun


b) Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas dan
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.

3.Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus mengubah tanggal pelaporannya, misalnya
sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran. Pengungkapan atas perubahan tanggal
pelaporan adalah penting agar pengguna laporan keuangan menyadari bahwa jumlah-jumlah

12
yang disajikan untuk periode sekarang dan jumlah-jumlah komparatif tidak dapat
diperbandingkan.

4. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dan 3 juga berlaku bagi entitas akuntansi yang
mengalami pemekaran satu SKPD menjadi dua atau lebih, penggabungan dua atau lebih SKPD
menjadi satu SKPD, atau penghapusan suatu SKPD sesuai peraturan perundang-undangan.
Terhadap hal tersebut, tanggal pelaporan keuangan disesuaikan dengan pemberlakuan secara
efektif atas peraturan perundang-undangan yang melandasinya.

3.2.6 Peraturan Pelaporan Keuangan di Indonesia

Di Indonesia diatur mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Peraturan


mengenai ketepatan waktu tersebut diatur oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
Peraturan tersebut diatur dalam UU No.8tahun 1995 dan Peraturan Bapepam No. X.K.2
keputusan ketua BapepamNo.80/PM/1996 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan
berkala setiap perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangantahunan yang sudah
diaudit selambat-lambatnya 120 hari sejak tanggalberakhirnya tahun buku.

Pada tanggal 30 September 2003 Bapepam mengeluarkan PeraturanBapepam No X.K.2,


Lampiran keputusan ketua Bapepam No. Ke.36/PM/2003tentang kewajiban penyampaian
laporan keuangan berkala untuk memperbaharui keputusan ketua Bapepam No.80/PM/1996.
Pada keputusan ketua Bapepam dijelaskan bahwa laporan keuangan harus disertai dengan
laporan akuntan dengan pendapat lazim dan disampaikan kepada Bapepam selambat-
lambatnya pada akhir bulan ketiga atau 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Apabila perusahaan tidak menyampaikan laporan keuangannya secara tepat waktu maka
akan dikenakan sanksi administratif. Dari peraturan tersebut diketahui bahwa ketepatan waktu
penyampaian laporan keuangan tersebut sangat penting. Perusahaan yang tidak menyampaikan
laporan keuangannya secara tepat waktu maka akan dikenakan sanksi administratif berupa denda
sesuai dengan ketentuan pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang
penyelenggaraan kegiatan di Bidang Pasar Modal yang menyatakan bahwa: Emiten yang
pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp 1.000.000
(satu juta rupiah) atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan dengan ketentuan jumlah
keseluruhan denda paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)

3.2.7 Struktur Dan Isi


1. Pernyataan Kebijakan Akuntansi ini :
a) Mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada lembar muka (on the face) laporan
keuangan;
b) Mensyaratkan pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan keuangan atau
dalam CaLK
c) Merekomendasikan format sebagai bagian dari kebijakan ini yang dapat diikuti oleh
entitas akuntansi dan entitas pelaporan sesuai dengan situasi masing-masing.

13
2. Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara jelas dari informasi lainnya dalam
dokumen terbitan yang sama.

3. Kebijakan Akuntansi ini hanya berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi lain
yang disajikan dalam suatu laporan tahunan atau dokumen lainnya. Oleh karena itu, penting bagi
pengguna untuk dapat membedakan informasi yang disajikan menurut kebijakan akuntansi dari
informasi lain, namun bukan merupakan subyek yang diatur dalam kebijakan akuntansi ini.

4. Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi secara jelas. Di samping itu, informasi
berikut harus dikemukakan secara jelas dan diulang pada setiap halaman laporan bilamana perlu
untuk memperoleh pemahaman yang memadai atas informasi yang disajikan :

a) Nama entitas akuntansi/pelaporan meliputi SKPD, PPKD dan atau Pemerintah Daerah,
atau sarana identifikasi lainnya
b) Cakupan entitas pelaporan, apakah satu entitas tunggal atau gabungan dari beberapa
entitas akuntansi
c) Tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan, yang sesuai dengan
komponen-komponen laporan keuangan
d) Mata uang pelaporan yakni Rupiah
e) Satuan angka untuk menunjukan tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian
angka-angka pada laporan keuangan.

5. Berbagai pertimbangan digunakan untuk pengaturan tentang penomoran halaman, referensi,


dan susunan lampiran sehingga dapat mempermudah pengguna dalam memahami laporan
keuangan.

6. Laporan keuangan seringkali lebih mudah dimengerti bilamana informasi disajikan dalam
ribuan atau jutaan rupiah. Penyajian demikian ini dapat diterima sepanjang tingkat ketepatan
dalam penyajian angka-angka diungkapkan dan informasi yang relevan tidak hilang.

3.3 KEBIJAKAN AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS


3.3.1 Definisi Kebijakan Kas dan Setara Kas
Kas dan Setara Kas merupakan kelompok akun yang digunakan untuk mencatat kas dan
setara kas yang dikelola oleh Bendahara Umum Negara dan Kementerian Negara/Lembaga.

Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintahan.

Setara Kas adalah investasi jangka pendek pemerintah yang siap dicairkan menjadi kas,
bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan, serta mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga)
bulan atau kurang, terhitung dari tanggal perolehannya

14
3.3.2 Jenis-Jenis
Dilihat dari bentuknya maka Kas dan Setara Kas dapat dibagi dalam 3 klasifikasi besar
yaitu:

1. Uang Tunai. terdiri atas uang kertas dan koin dalam mata uang rupiah yang dikuasai oleh
pemerintah, termasuk didalamnya uang tunai dan koin dalam mata uang asing.

2. Saldo Simpanan di Bank. adalah seluruh saldo rekening pemerintah yang setiap saat dapat
ditarik atau digunakan untuk melakukan pembayaran.

3. Setara Kas. adalah investasi jangka pendek pemerintah, yang siap dicairkan menjadi kas,
bebas dari risiko perubahan nilai yang signifikan, serta mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga)
bulan atau kurang, terhitung dari tanggal perolehannya. Termasuk Setara Kas antara lain adalah
deposito pemerintah yang berumur 3 (tiga) bulan.

Sedangkan apabila dilihat berdasarkan unit pengelolanya maka kas dan setara kas dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:

Kas dan setara kas Yang Dikelola Bendahara Umum Negara (BUN)
Kas dan setara kas yang dikelola oleh BUN atau Kuasa BUN terdiri atas:
a) Kas dan setara kas pada Rekening Kas Umum Negara dan sub Rekening Kas Umum
Negara (sub RKUN) di Bank Sentral
b) Kas dan setara kas pada Rekening Pemerintah Lainnya di Bank Sentral atau Bank Umum
c) Kas pada Rekening Bank Persepsi dan Bank Operasional yang dikelola Kuasa BUN
d) Rekening khusus (special account) pemerintah yaitu rekening yang dibuka oleh Menteri
Keuangan selaku BUN pada Bank Indonesia atau Bank Umum untuk menampung dana
pinjaman dan/atau hibah luar negeri.

Kas dan Setara Kas yang Dikelola Non BUN (K/L dan BLU)

Kas dan setara kas yang penguasaan, pengelolaan, dan pertanggungjawabannya tidak
dilakukan oleh Bendahara Umum Negara, yang antara lain terdiri dari:

a) Kas di Bendahara Penerimaan


Kas di Bendahara Penerimaan adalah saldo kas yang dikelola oleh bendahara
penerimaan untuk tujuan pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian/lembaga
setelah memperoleh persetujuan dari pejabat yang berwenang sesuai peraturan
perundang-undangan.
b) Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Pengeluaran adalah saldo uang persediaan yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran yang harus dipertanggungjawabkan dalam rangka pelaksanaan
pengeluaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja.
c) Kas dan setara kas di Badan Layanan Umum (Kas di BLU)

15
Kas di BLU adalah saldo kas pada instansi pemerintah yang menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU di kementerian negara/lembaga yang merupakan bagian dari
kekayaan negara yang tidak dipisahkan. Kas di BLU dapat disimpan dalam bentuk tunai
atau disimpan pada rekening di bank oleh bendahara penerimaan atau bendahara
pengeluaran.
d) Kas dan setara kas lainnya yang dikelola Kementerian Negara/Lembaga (KL) dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan.
Kas lainnya yang dikelola KL dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
adalah saldo kas pada KL selain dari Kas di Bendahara Pengeluaran, Kas di Bendahara
Penerimaan dan Kas di BLU. Saldo tersebut dapat berupa pendapatan seperti bunga, jasa
giro, pungutan pajak, dan pengembalian belanja yang belum disetor ke kas negara,
belanja yang sudah dicairkan akan tetapi belum dibayarkan kepada pihak ketiga, dan kas
dari hibah langsung KL.

3.3.3 Pengakuan
Kas dan setara kas diakui pada saat:

1. Memenuhi definisi kas dan/atau setara kas


2. Penguasaan dan/atau kepemilikan kas telah beralih kepada pemerintah.

3.3.4 Pengukuran
Kas dan Setara Kas dicatat berdasarkan nilai nominal yang disajikan dalam nilai rupiah.
Apabila terdapat saldo kas dalam valuta asing maka nilainya disajikan dalam neraca berdasarkan
nilai translasi (penjabaran) mata uang asing tersebut terhadap rupiah menggunakan kurs tengah
bank sentral pada tanggal neraca.

16
3.3.5 Penyajian Dan Pengungkapan
Kas dan Setara Kas disajikan dalam Neraca. Berikut adalah ilustrasi penyajian Kas dan
Setara Kas pada neraca:

PEMERINTAH ABC

NERACA

Per 31 Desember 20X1

URAIAN JUMLAH

ASSET

ASSET LANCAR

Kas dan setara kas

Kas

Kas di rekening kas umum Negara XXXXX

Kas di KPPN XXXXX

Kas di rekening pemerintah lainnya XXXXX

Kas di bendahara penerimaan XXXXX

Kas di bendahara pengeluaran XXXXX

Kas di badan layanan umum XXXXX

Setara Kas XXXXX

INVESTASI JANGKA PANJANG XXXXX

ASSET TETAP XXXXX

ASSET LAINNYA XXXXX

KEWAJIBAN XXXXX

EQUITAS XXXXX

17
Disamping disajikan dalam Neraca, Kas dan Setara Kas juga disajikan dalam Laporan
Arus Kas. Berikut adalah ilustrasi penyajian pada LAK, apabila terdapat kenaikan atau
penurunan atas kas dan setara kas:

PEMERINTAH ABC

LAPORAN ARUS KAS

Untuk Periode yang Berakhir tanggal 31 Desember 20X1

URAIAN JUMLAH

ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI XXX

ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI XXX

ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN XXX

ARUSKAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS XXX

Total Kenaikan(Penurunan) Kas XXXX

Saldo Awal Kas Di BUN XXXX

Unrealised Gain/Loss XXXX

Saldo Awal Kas di Bendahara Pengeluaran XXXX

Saldo Akhir Kas di BUN Dan Bendahara Pengeluaran XXXX

Saldo Akhir Kas di BUN Dan Bendahara Penegluaran XXXX

Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXXX

Saldo Akhir Kas di Badan Layanan Umum XXXX

Setara Kas XXXX

Saldo Akhir Kas XXXX

Penyajian Kas dan Setara Kas di Neraca dan Laporan Arus Kas dijelaskan, diperinci dan
diberikan analisa dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Beberapa hal yang perlu
diungkapkan dalam CaLK antara lain:

18
1. Penjelasan dan sifat serta penggunaan dari rekening yang dimiliki dan dikuasai
pemerintah

Pengungkapan informasi penting lainnya yang disyaratkan oleh PSAP yang belum
disajikan pada lembar muka laporan keuangan.

3.3.6 Perlakuan Khusus


1. Dalam hal terjadi pemindah bukuan/transfer/kiriman uang dari satu rekening pemerintah ke
rekening pemerintah lainnya yang terjadi pada akhir periode pelaporan, namun rekening yang
dituju belum menerima kas dimaksud dan baru diterima pada awal periode pelaporan berikutnya,
maka saldo kas yang dipindahbukukan/ditransfer/ dikirimkan tersebut disajikan sebagai Kas
dalam Transito.

2. Rekening Dana Kelolaan pada BLU adalah rekening yang dipergunakan untuk menampung
dana yang tidak dimasukkan ke dalam rekening Operasional BLU dan Rekening Pengelolaan
Kas BLU. Rekening Dana kelolaan ini digunakan untuk menampung antara lain Dana bergulir
dan/atau dana yang belum menjadi hak BLU serta dana yang dibatasi penggunaanya. Dengan
demikian, Rekening Dana Kelolaan tidak dapat diklasifikasikan sebagai Kas atau Setara Kas
melainkan sebagai Aset Lainnya.

19
BAB IV KESIMPULAN
Kebijakan akuntansi adalah prinsip khusus, dasar, konvensi, peraturan dan praktik yang
diterapkan perusahaan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Kas adalah uang tunai yang paling liquid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada
urutan teratas dari aset.Sedangkan setara kas adalah investasi yang sifatnya liquid, berjangka
pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi
risiko perubahan nilai yang signifikan.Yang tidak termasuk dalm pengertian kas, menurut
akuntansi adalah:

1. Deposito yang jatuh temponya Deposito yang jatuh temponya lebih dari tiga bulan rollover.

2. Peramgko dan materai.

3. Kas bon atau uang muka.

4. Cek mundur dan cek kosong.

Karena kas merupakan aset yang mudah untuk disalahgunakan, perusahaan harus
memiliki Pengendalian Intern terhadap Kas tersebut.

20
DAFTAR PUSTAKA
Hendriksen, Eldon S. dan Breda, Michael F. Van. 2000. Teori Akunting Edisi kelima. Batam:
Interaksara.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2012. Standar Akuntansi Keuangan. PSAK. Cetakan Keempat, Buku
Satu, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

21

S-ar putea să vă placă și