Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Troctus Infection adalah sutatu keadaan adanya
infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001).
Infeksi Saluran Kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang di sebabkan
oleh bakteri terutama escherichia coli: resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti
refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen
baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk,1998).
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001).
B. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. uretra (uretritis)
3. prostat (prostatitis)
4. ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik, anatomic
maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama mengenai penderita wanita
dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit
diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika, sering
terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan
sebagai berikut:
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi,
atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh.
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp yang
memproduksi urease.
C. Etiologi
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih
yang kurang efektif
2. Mobilitas menurun
3. Nutrisi yang sering kurang baik
4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5. Adanya hambatan pada aliran urin
6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
D. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat infeksi
terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending dan
hematogen. Secara asending yaitu:
1. masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana
pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden
terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal,
pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian
kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.
2. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
E. Manifestasi KLinik
Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3. Hematuria
4. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
1. Demam
2. Menggigil
3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih
5. Malaise
6. Pusing
7. Mual dan muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
b. Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung
aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya
infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk
pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes
pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin
normal menjadi nitrit.
b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):Uretritia akut akibat organisme menular secara
seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
c. Tes- tes tambahan:Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi
yang resisten.
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
a. Gejala : sukar tidur
b. Tanda : palpebra hitam
2. Eliminasi
a. Gejala : Perubahan pola berkemih biasanya , peningkatan frekuensi, poliuria, oliguria,
Disuria, ragu-ragu, dan retensi Abdomen kembung
b. Tanda : Perubahan warna urine
3. Makanan/Cairan
a. Gejala : Peningkatan BB (edema), penurunan BB, (dehidrasi)
b. Tanda : Edema bagian pelvis
4. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri, hipertermi
b. Tanda : Gelisah
5. Neurosensori
a. Gejala : Keram otot/kejang
B. Diagnosa
1. Nyeri dan ketidak nyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
2. Ganguan pola eliminasi berhubungan dengan nyeri ketika miksi ( dysuria )
3. Hipertermi berhubugan dengan pelepasan toksin oleh bakteri.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya aktivasi sistem RAS
5. Ansietas berhubungan dengan stress psikologis
6. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah
C. Intervensi
D. Implementasi
1. Diagnosa
a. Memantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih,
masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
b. Mencatat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
c. Memberikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat
d. Membantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
e. Memberikan perawatan perineal
f. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.
2. Doagnosa 2
a. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
b. Mendorong meningkatkan pemasukan cairan
c. Mengkaji keluhan kandung kemih penuh
d. Mencatat status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
e. Berkolaborasi
1) Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
2) Memberikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
3) Memberikan antibiotic.
4) Membuat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . emberian air
sampai 2400 ml/hari.
3. Diagnosa 3
a. Mengkaji tingkat kecemasan
b. Memberi kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
c. Menberi dorongan spiritual
d. Memberi penjelasan tentang penyakitnya
4. Diagnosa 4
a. Menentukan kebiasaan tidur biasanya dan perubahan yang terjadi.
b. Memberikan tempat tidur yang nyaman.
c. Mengurangi kebisingan.
d. Mendorong posisi nyaman , bantu dalam mengubah posisi.
e. Meningkatkan regimen kenyamanan waktu tidur mis; masase, segelas susu air hangat.
5. Diagnosa 5
a. Mengobservasi tanda-tanda vital.
b. Memberi kompres dingin pada daerah dahi dan ketiak.
c. Menganjurkan klien untuk minum banyak.
d. Menganjurkan pada klin untuk isti-rahat total.
6. Diagnosa 6
a. Mengkaji tingkat pemahaman klien tentang penyakitnya
b. Mengkaji ulang proses pemyakit dan harapan yang akan datanng
c. Memberikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran
singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan
d. Memastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan
lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah pemeriksaan
e. Menginstruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak
kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.
f. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan
masalah tentang rencana pengobatan.
E. Evaluasi
1. Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2. Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri,
disuria)
3. Klien tidak gelisah.
4. Klien puas dengan tidurnya.
5. Suhu tubuh klien menjadi normal.
6. Klien memahami tentang penyakitnya sehingga tidak gelisah.
KASUS
Bapak Huseng.M pada hari kamis tanggal 20 januari 2013 di rujuk ke Rumah Sakit Abunawas.
Klien mengeluh nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus kebelakang sejak hari rabu
tanggal 19 januari 2013. Klien mengatakan bahwa nyeri tersebut sangat terasa ketika klien buang
air kecil. Akibatnya klien buang air kecil dalam jumlah sedikit. Dari hasil pemeriksaan fisik di
dapat data TTV: TD:140/90 mmHg, R:20x/menit, N:80x/menit, S:36,5o C.
A. Pengkajian
1. Identitas
a. Nama :Heseng.M
b. Umur :55 tahun
c. Jenis kelamin :laki-laki
d. Alamat :toronipa (desa telaga biru)
e. Sts. Perkawinan :nikah
f. Agama :islam
g. Suku :bugis-buton
h. Pendidikan :SMP
i. Lama kerja :30 tahun
j. Tgl. Masuk RS :20 januari 2013
k. Sumber informasi :klien
l. Keluarga yg dpt dihubungi: -
4. Riwayat keluarga
Genogram:
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: klien
Komentar:
Generasi II: klien, istri klien, saudara kandung klien, dan ipar klien.
5. Riwayat lingkungan
Kebersihan/bahaya/polusi: klien tinggal di toronipa, desa telaga biru. Dimana daerah
tersebut memeliki sumber air yang tinggi kandungan kapurnya. Dan klien mengonsumsi
air tersebut tiap harinya untuk di minum dan keperluan sehari-hari.
6. Aspek psikososial
a. Pola pikir dan persepsi
1) Alat bantu yang digunakan (kacamata/alat pendengar/dll) :-
2) Kesulitan yang dialami
a) Menurunnya sensitifitas terhadap sakit :-
b) Menurunnya sensitivitas terhadap panas atau dingin :-
c) Membaca dan menulis :-
b. Persepsi sendiri
1) Hal yang amat dipikirkan saat ini: klien mengatakan ingin cepat sembuh dan
dapat keluar dari Rumah Sakit. Serta ingin dapat kerja kembali seperti sedia kala.
2) Harapan setelah perawatan: klien mengatakan agar penyakit dapat disembuh total
dan tidak ingin masuk Rumah Sakit lagi.
3) Perubahan setelah sakit: klien tidak mengalami perubahan persepsi apa pun
setelah dia sakit.
c. Suasana hati: cukup baik. Klien terlihat tidak terlalu bersedih tentang penyakitnya,
bahkan klien sangat bersemangat ingin cepat sembuh.
d. Hubungan/komunikasi:
1) Tempat tinggal: bersama dengan istri dan anak-anaknya yang belum menikah.
2) Bicara :
( ) jelas
( ) relevan
( ) mampu mengekspresikan
( ) mampu mengerti orang lain
Bahasa utama : bahasa Indonesia
Bahasa daerah : bugis buton
3) Kehidupan keluarga
a) Adat istiadat yang dianut : bugis buton
b) Pembuat keputusan keluarga : klien
c) Pola komunikasi : hubungan timbal balik antara klien dan istri
serta anak-anaknya.
d) Pola keuangan : ( ) memadai ( ) kurang
4) Kesulitan dalam hubungan keluarga : -
e. Kebiasaan seksual
1) Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi :-
2) Pemahaman tentang seksual :
f. Pertahanan koping
1) Pengambilan keputusan:
( ) sendiri
( ) dibantu orang lain
2) Yang di sukai tentang diri sendiri: klien bangga bahwa ia adalah kepala keluarga
yang pekerja keras dan dapat menyekolahkan anaknya sampai ke tingkat sarjana.
3) Yang ingin diubah dari kehidupan: ingin sembuh
4) Yang dilakukan jika stress:
( ) pemecahan ( ) makan
( ) tidur ( ) makan obat
( ) cari pertolongan ( ) diam/marah/dll
5) Apa yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman: perawat memberikan
tindakan perawatan sesuai dengan yang dibutuhkan serta yang di keluhkan oleh
klien.
g. System nilai dan kepercayaan
1) Siapa atau apa sumber kekuatan : Tuhan dan keluarga.
2) Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting bagi anda : ya
3) Kegiatan agama yang dilakukan (macam dan frekuensi) : sholat lima waktu.
4) Kegiatan agama /kepercayaan yang ingin dilakukan di RS : sholat
h. Tingkat perkembangan
Usia Karakteristik
7. Pengkajian fisik
a. Kesadaran : kompos mentis
Keadaan umum : baik
TTV : TD: 140/90 mmHg N: 80x/menit P: 20x/menit S: 36,50C
b. Kepala:
1) Inspeksi
a) Bentuk kepala : simetris
b) Kesimetrisan muka/ tengkorak :
c) Warna/distribusi rambut/kulit kapala : rambut hitam dan tidak mengalami
kebotakan
2) Palpasi
a) Massa : normal
b) Nyeri tekan: -
3) Keluhan yang berhubungan:
Pusing/sakit kepala/dll: -
c. Mata
1) Inspeksi:
a) Kelopak mata : normal
b) Konjungtiva : pink
c) Sclera : pink
d) Ukuran pupil : normal isokor: visus:
e) Reaksi terhadap cahaya : baik
f) Gerakan bola mata : baik
2) Palpasi
a) TIO :-
b) Massa tumor :-
c) Nyeri tekan :-
3) Lain-lain
Fungsi penglihatan:
a) Baik/ kabur/ tidak jelas/ dua bentuk
b) Rasa sakit : -
c) Operasi :-
d) Lain-lain : -
d. Hidung
1) Inspeksi
a) Bentuk/ kesimetrisan : mancung
b) Bengkak :-
c) Septum :-
d) Secret :-
2) Palpasi
a) Sinus :-
b) Nyeri tekan/bengkak :-
3) Lain-lain
a) Passase udara :-
b) Reaksi alergi :-
e. Mulut dan tenggorokan
1) Gigi geligi :
2) Caries :
3) Sulit/ gangguan bicara :-
4) Kesulitan menelan :-
5) Pemeriksaan gigi terakhir :-
f. Leher
1) Inspeksi
a) Bentuk/ kesimetrisan :
b) Mobilisasi leher :
2) Palpasi
a) Kelenjar tiroid :
b) Kelenjar limfe :
c) Vena jugularis :
g. Dada, paru-paru, jantung
1) Inspeksi
a) Bentuk dada : lapang
b) Ekspansi dada : Normal
2) Palpasi
a) Nyeri tekan :-
b) Massa tumor :-
c) Taktil fremitus :-
d) Denyut apeks :-
3) Auskultasi
a) Suara napas: vesikuler
4) Perkusi: -
h. Abdomen
1) Inspeksi
Kesimetrisan dan warna sekitar
2) Auskultasi:
Peristaltic
3) Perkusi
Identifikasi batas organ:
4) Palpasi
Hepar/ lian/ ginjal/ kandung kemih:
i. Genitalia dan status reproduksi
Prostat :
Penggunaan kateter :-
j. Status neurologis:
GCS: 15
k. Ekstremitas
Keadaan ekstremitasbaik
Kesimetrisanya
Atropitidak. ROM-
Edematidak.
Sianosis-.. AkralKekuatan
ototbaik. Nadi
perifer..Capillary refilling
Nyeritidak Palpitasi (+/-)-.. Perubahan
warna (kulit, kuku,bibir, dll)-.. Clubbing (+/-
).. Baal (+/-).
8. Data penunjang
Laboratorium
KIMIA URINE
Tes Hasil Rujukan
Warna Kuning muda Kuning muda
Kekeruhan Jernih Jernih
Berat jenis 1.020 1.003- 1.029
Ketone - Negative
Billirubin - Negative
Glukosa - < 30 mg/ dl
Nitrite - Negative
Urobilinogen - < 1 mg/ dl
Protein - < 10 mg/ dl
PH 6,0 4,8-7,4
Eritrosit - Negative
Leukosit - Negative
Vitamin C - Negative
SEDIMEN URIN
DARAH RUTIN
Tes Hasil Rujukan
Hemoglobin 12,4 12-16 g/dl
Leukosit 7,8 (4-10)x103
Eritrosit 6,06 (4-6)x106
Hematokrik 39,5 37-48%
MCV 65,1 80-100 fl
MCH 20,4 26-34 pg
MCHC 3,3 32-36 g/dl
Trombosit 286 (150-400)x103/mm3
LED/jam - -
CT - -
BT - -
APTT - -
PT - -
9. Terapi medis
Obat-obatan:
a. Inj. Ceptriakson (antibiotic) 1 gr/12 jam/IV.
b. Inj. Renitidin (antihistamin) 1 amp/8 jam/ IV.
c. Inj. Ketorolak (analgetik) 1 amp/8 jam/ IV.
10. Patofisiologi
Klien yang berusia lanjut terkena ISK disebabkan karena adanya sisa urin dalam
kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap
atau kurang efektif, system imunnitas yang menurun, adanya hambatan pada saluran
kemih.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat adanya hambatan pada
saluran kemih yaitu pengendapan kapur pada kandung kemih mengakibatkan distensii
yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibatkan penurunan
resistensi terhadap invasi bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri
yang selanjutnya akan mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan
ini secara hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius.
B. Diagnosa
1. Perubahan pola eliminasi BAK : retensi urine berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekunder
terhadap struktur
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan permeabilitas membran, peradangan saluran
kemih
C. Intervensi
1. Perubahan pola eliminasi BAK : retensi urine berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang teknik pengosongan kandung kemih akibat penyumbatan sfingter sekunder
terhadap struktur
Kriteria Evaluasi:Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi.
b. Tentukan pola berkemih pasien
Rasional: menentukan tentang adanya retensi urin
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung
kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi:
1) Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
2) Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah
berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan asam urin.
Rasional: asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari
buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
2. Nyeri berhubungan dengan peningkatan permeabilitas membran, peradangan saluran
kemih
Kriteria evaluasi:Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih, masukan
dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil
yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas, skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra.
f. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik
ke saluran perkemihan.
g. Kolaborasi:
1) Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Pola berkemih berubah, sering berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut
dan perlu pemeriksaan luas
2) Berikan analgesic sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
3) Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar .
Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu
membilas saluran berkemih.
D. Implementasi
1. Diagnosa 1
a. Mengawasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin.
b. Menentukan pola berkemih pasien.
c. Mendorong meningkatkan pemasukan cairan.
d. Mengkaji keluhan kandung kemih penuh.
e. Mengobservasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran.
f. Mengecualikan jika dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam.
g. Berkolaborasi:
1) Mengawasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
2) Melakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah
berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan aam urin.
2. Diagnosa 2
a. Memantau haluaran urine terhadap perubahan warna, bau dan pola berkemih,
masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang.
b. Mencatat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
c. Memberikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat.
d. Membantu atau dorong penggunaan nafas berfokus.
e. Memberikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra.
h. Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari.
i. Berkolaborasi:
1) Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap,
berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah
sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau
bertambah sakit.
2) Memberikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya.
3) Memberikan antibiotic.
4) Membuat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air
sampai 2400 ml/hari.
E. Evaluasi
1. Diagnosa 1:
S: klien mengatakan masih buang air kecil sedikit-sedikit.
O: TD: 140/90 P: 20x/menit N: 80x/menit S: 36,5oC.
A: masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
2. Diagnosa 2:
S: Klien masih mengeluh nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus kebelakang.
O: skala nyeri 5.
A: nyeri belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan.
PENYIMPANGAN KDM ISK
Nyeri
Daftar Pustaka
Brunner, Suddarth. 2001. Keperawatan medical bedah ed.8 vol.2. Penerbit buku kedokteran
EGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC:
Jakarta.
Price, A.sylvia. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit ed.6 vol.2. penerbit
buku kedokteran EGC: Jakarta.
MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
KELAS : D2 KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
OLEH:
FITRIYANI
DENI DERMAWAN
FAHRUL M MAHFUD
HASNIAR
EDI BALAMBA
ELYAS ALE
FERNANDUS
ERMA WATI