Sunteți pe pagina 1din 33

1

KANKER OVARIUM

A. Anatomi Fisologi Ovari


Organ reproduksi wanita terdiri atas organ eksterna dan organ interna.
Organ interna berfungsi dalam kopulasi, sedangkan organ interna berfungsi
dalam ovulasi, sebagai tempat fertilisasi sel telur dan perpindahan blastosis,
ovarium merupakan salah satu organ reproduksi wanita, serta sebagai tempat
implantasi; dapat dikatakan organ interna berfungsi untuk pertumbuhan dan
kelahiran janin.
1. Organ eksterna
2. Organ Internal
a. Vagina
Vagina merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang
ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior
vagina mempunyai panjang kurang lebih 7,5 cm dan dinding
posteriornya 9 cm. Vagina mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai
saluran keluar dari uterus, dilalui sekresi uterus, dan kotoran
menstruasi, sebagai organ kopulasi dan sebagai bagian jalan lahir saat
persalinan.
Dinding vagina terdiri atas empat lapisan : Lapisan epitel gepeng
berlapis : pada lapisan ini tidak terdapat kelenjar tetapi cairan akan
merembes melalui epitel untuk memberikan kelembaban, Jaringan
kolektif areoler yang dipasok pembuluh dengan baik, Jaringan otot
polos berserabut longitudinal dan sirkuler, Lapisan luar jaringan ikat
fibrosa berwarna putih.
Fornik berasal dari kata latin yang artinya selokan. Pada tempa
servik menuju kedalam kubah vagina terbentuk sebuah selokan
melingkar yang mengelilingi servik. Fernik ini terbagi menjadi empat
bagian: fornik posterior, anterior dan dua buah fernik latera.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


2

b. Uterus
Uterus merupakan organ muskuler yang sebagian tertutup oleh
peritoneum atau serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang
gepeng. Uterus wanita yang tidak hamil terletak pada rongga panggul
antara kandung kemih di anterior dan rectum posterior. Uterus wanita
nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan 9-10 cm pada wanita
multipara. Berat uterus wanita yang pernah melahirkan antara 50-70
gram sedangkan pada yang belum pernah melahirkan beratnya 80 gram
atau lebih. Uterus terdiri atas:
1) Fundus Uteri, merupakan bagian uterus proksimal, disitu kedua
tuba falopi berinsersi ke uterus. Di dalam klinik penting diketahui
sampai dimana fundus uteri berada, oleh karena tuanya kehamilan
dapat di perkirakan dengan perabaan fundus uteri.
2) Korpus Uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga
yang terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding
korpus uteri terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa.
Mempunyai fungsi utama sebagai perkembangan janin.
3) Servik Uteri, Servik merupakan bagian uterus dengan fungsi
khusus, terletak di bawah isthmus. Servik memiliki serabut otot
polos namun terutama terdiri atas jaringan kolagen, ditambah
jaringan elastin serta pembuluh darah. Kelenjar ini berfungsi
mengeluarkan secret yang kental dan lengket dari kanalis servikalis.
Jika saluran kelenjar servik tersumbat dapat berbentuk kista, retensi
berdiameter beberapa millimeter yang disebut sebagai folikel
nabothian.
Secara histology, uterus terdiri atas :
a) Endometrium di korpus uteri dan endoservik di servik uteri,
merupakan bagian terdalam dari uterus yaitu lapisan mukosa yang
melapisi rongga uterus pada wanita yang tidak hamil. Endometrium
terdiri atas epitel kubik,kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan
banyak pembuluh darah yang berkeluk-keluk. Ukuran endometrium
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
3

bervariasi yaitu 0,5 mm hingga 5 mm. Endometrium terdiri dari


epitel permukaan, kelenjar dan jaringan mesenkim antar kelenjar
yang di dalamnya banyak terdapat pembuluh darah. Epitel
permukaan endometrium terdiri dari satu lapisan sel kolumner
tinggi, bersilia dan tersusun rapat. Kelenjar uterus berbentuk tubuler
merupakan invaginasi dari epitel, kelenjar ini menghasilkan cairan
alkalis encer yang berfungsi menjaga rongga uterus tetap lembab.
b) Miometrium, Miometrium merupakan jaringan pembentuk
sebagian besar uterus dan terdiri dari kumpulan otot polos yang
disatukan jaringan ikat dengan banyak serabut elastin didalamnya.
Menurut Schwalm dan Dubrauszky, 1966 banyaknya serabut otot
pada uterus sedikit demi sedikit berkurang kearah kaudal, sehingga
pada servik otot hanya merupakan 10% dari massa jaringan. Selama
masa kehamilan terutama melalui proses hipertrofi, miometrium
sangat membesar, namun tidak terjadi perubahan yang berarti pada
otot servik.
c) Lapisan serosa, yakni peritoneum visceral, Uterus sebenarnya
terapung-apung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamentum yang menyokongnya. Ligamentum yang memfiksasi
uterus adalah:
Ligamentum kardial sinistra at dextra (mackenrodt), yaitu
ligamentum yang terpenting mencegah suplay uterus tidak turun,
terdiri atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari servik dan puncak
vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan
banyak pembuluh darah antara lain vena dan arteri uteria.
Ligamentum Sakro Uterinum Sinitra at Dextra, Yaitu
ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak,
berjalan dari servik bagian belakang, kiri dan kanan, kearah os
sacrum kiri dan kanan.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


4

Ligamentum Rotundum Sinistra at Dextra, Yaitu ligamentum


yang menahan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari fundus
uteri kiri dan kanan ke daerah inguinal kiri dan kanan.
Ligamentum Latum Sinistra at Dextra, Yaitu ligamentum yang
meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak banyak
mengandung jaringan ikat. Di bagian dorsal ligamentum ini di
temukan indung telur (ovarium sinistra at dextra).
Ligamentum Infudibula Pelvicum, Yaitu ligamentum yang
menahan tuba falopi berjalan dari arah infidibulum ke dinding
pelvis. Di dalamnya terdapat urat-urat saraf, saluran-saluran limfe,
arteri dan vena ovarica. Istmus adalah bagian uterus antara servik
dan korpus uteri diliputi oleh peritoneum visceral yang mudah
sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika
vesiaka uteria.
Uterus diberi darah oleh arteri uterine sinistra at dextra yang terdiri
dari istmus asenden dan desenden. Pembuluh darah yang lain yang
memperdarahi uterus adalah arteri ovarica sinistra at dextra. Inversasi
uterus terdiri atas system saraf simpatis, parasimpatis dan serebrospinal.
Yang dari system parasimpatis ini berada dalam panggul di sebelah kiri
dan kanan os sacrum, berasal dari saraf sacral 2, 3, dan 4. Dan
selanjutnya memasuki pleksus frankenhauser. Yang dari system
simpatis masuk ke dalam rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus
melalui biforkasio aorta dan promontorium terus ke bawah dan menuju
pleksus frankenhauser. Serabut saraf tersebut memberi inervasi pada
miometrium dan endometrium. Kedua system simpatik dan prasimpatik
mengandung unsure sensorik dan motorik. Simpatik menimbulkan
kontraksi dan vasokonstriksi sedangkan parasimpatik mencegah
kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
c. Tuba Falopi
Tuba falopi marupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat di dekat ovarium dan merupakan jalan
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
5

ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba falopi antara 8-14 cm, tuba
tertutup oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh membrane
mukosa. Tuba falopi terdiri atas Pars interstisialis (bagian yang terdapat
di dinding uterus), Pars Ismika (merupakan bagian medial tuba yang
sempit seluruhnya), Pars Ampularis (bagian yang terbentuk agak lebar,
tempat konsepsi terjadi), Pars Infudibulum (bagian ujung tuba yang
terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting
artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan kemudian menyalurkan ke
dalam tuba).

d. Ovarium
Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri
dan kanan uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang
oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan
sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14)
siklus menstruasi. Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan
mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi
penggumpalan darah pada ruang folikel.
Ovarium mempunyai 3 fumgsi, yaitu : Memproduksi ovum,
Memproduksi hormone estrogen, Memproduksi hormone progesterone.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


6

Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat


jaringan bulbus dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan
ovarium ini hanya terdapat pada wanita, letaknya di dalam pelvis di kiri
kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan ovum dan
menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar,
timbulnya siklus menstruasi. Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6
kg, bagian dalam ovarium disebut medulla ovary di buat di jaringan
ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut
kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-
folikel yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan
berisi ovum.

B. Definisi Kanker Ovarium


Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, mempunyai
kemampuan untuk menginvasi dan bermetastasi. Kanker ovarium terjadi
ketika sel-sel pada ovarium berubah dan tumbuh tidak terkendali. Banyak
jenis tumor yang bisa berawal di ovarium. Ada tumor yang menyebabkan
kanker dan ada pula yang tidak. Beberapa jenis tumor juga bisa keluar dari
ovarium dan menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Wanita mempunyai peluang lebih tinggi menderita kanker ovarium jika
berusia 40 tahun ke atas, sulit hamil, belum pernah hamil atau melahirkan.
Wanita juga mempunyai peluang lebih tinggi menderita kanker ovarium jika
mengidap kanker payudara atau kanker usus besar, mempunyai anggota
keluarga yang mengidap kanker payudara atau ovarium, menggunakan
hormon estrogen tanpa progesteron setelah masa menopause selama lebih dari
5 tahun, mempunyai latar belakang Yahudi Eropa Timur. Tumor ovarium
memiliki entitas patologik yang sangat beragam. Keberagaman ini disebabkan
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
7

oleh adanya tiga jenis sel yang membentuk ovarium normal yaitu : epitel
penutup (Coelomic) permukaan yang multipoten, sel germinativum yang
totipoten dan sel stroma multipoten. Setiap jenis sel ini menimbulkan
beragam tumor pada ovarium.

Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50-
70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut
melalui kelenjar getah bening dan melalui sistem pembuluh darah dapat
menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit didiagnosa dan
kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer.
Kanker ovarium berasal dari sel-sel yang menyusun, yaitu sel epithelial,
sel germinal, dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal
dari metastesis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon
tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium. Klasifikasi kanker
ovarium, yaitu terdiri dari :
1) Tumor Epithelial
Tumor epithelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium,
umumnya jenis tumor yang berasal dari epithelial adalah jinak, karsinoma
adalah tumor ganas dari epithelial ovarium (EOCs : Epithelial Ovarium
Carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering (85-90%) dan
penyebab kematian terbesar dari jenis kankner ovarium. Gambaran tumor
epithelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai
kanker dinamakan sebagai tumor borderline atautumor yang berpotensi
ganas.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


8

2) Tumor Germinal
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum atau sel
telur, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi
ganas. Bentuk keganasan sel germinal terutama adalah teratoma,
dysgerminoma dan tumor sinus endodermal. Insiden keganasan tumor
germinal terjadi pada usia muda kadang di bawah usia 20 tahun. Sebelum
era kombinasi kemoterapi, harapan hidupp satu tahun kanker ovarium
germinal stadium dini hanya mencapai 10-19% sekarang ini 90% pasien
kanker ovarium germinal dapat disembuhkan dengan fertilitas dapat
dipertahankan.
3) Tumor Stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang
memproduksi hormon esterogen dan progesteron. Jenis tumor ini jarang
ditemukan, bentuk yang didapati berupa tumor techa dan tumor sel sartoli-
leydig termasuk kanker dengan derajad keganasan yang rendah.

C. Prevalensi / Epidemologi
Kanker merupakan penyebab kematian utama kedua yang memberikan
kontribusi 13 % kematian dari 22 % kematian akibat penyakit tidak menular
utama di dunia. Masalah penyakit kanker di Indonesia antara lain hampir 70%
penderita penyakit ini ditemukan dalam keadaan stadium yang sudah lanjut.
Kenyataan yang ada antara lain sebagian besar kanker payudara yang berobat
ke RS/dokter sudah dalam keadaan stadium lanjut (>50%). Berdasarkan
laporan dari salah satu rumah sakit di Indonesia (tahun 1968) diketahui bahwa
kanker payudara hanya 22% sudah stadium operabel (Portman stadium I-II)
dan 78% kanker payudara stadium inoperabel (Portman III-IV). Sementara
Tjindarbumi (1984) mencatat bahwa stadium operabel 30-35%; dan
inoperabel (lanjut) 65-70% dan selanjutnya Ramli (1991) melaporkan bahwa
stadium operabel sudah 42% dan inoperabel 58%. Demikian pula hasil
Collaborative Study Indonesia Jepang tentang epidemiologi kanker payudara

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


9

sebagai berikut: stadium I 2%, stadium II 16%, stadium IlIa 23%, stadium IIIb
40% dan stadium IV 19%.
Negara yang memiliki angka tertinggi adalah sub sahara Afrika, termasuk
Afrika Selatan (40/100.000). Di Afrika, kebanyakan penderita dengan kanker
Ovarium umumnya terdeteksi pada stadium penyakit yang tinggi (59,3%
stadium III). Dimana penurunan insidens dan kematian kanker Ovarium
terdokumentasi di negara maju seperti Amerika, Kanada, dan Skandinavia,
trend ini tidak nyata terlihat pada negara berkembang dikarenakan kurangnya
atau kurang efisiennya program screening (Moodley M dkk 2008). Namun
data terbaru menunjukkan bahwa kanker ovarium merupakan penyebab
kematian kanker dikalangan perempuan di Amerika Serikat dan Eropa Barat
dan memiliki angka kematian tertinggi dari semua kanker ginekologis (Aletti
et al, 2007).
Di Indonesia penyakit kanker merupakan urutan ke 6 dari pola penyakit
nasional. Setiap tahunnya 100 kasus baru terjadi diantara 100.000 penduduk.
Meningkatnya pengguna rokok (57 juta orang), konsumsi alkohol, kegemukan
atau obesitas dan kurangnya aktifitas fisik/olahraga juga berperan dalam
peningkatan angka kejadian kanker di Indonesia. Diperkirakan kematian
akibat kanker mencapai 4,3 juta per tahun dan 2,3 juta di antaranya ditemukan
di negara berkembang. Penderita baru diperkirakan 5,9 juta per tahun dan 3,0
juta ditemukan di Negara berkembang. Dari tahun 1989-1992 terdapat 1726
kasus kanker ginekologik di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM,
Jakarta dan 13,6% adalah kanker ovarium.
Diperkirakan 70-80% kanker ovarium baru ditemukan setelah menyebar
luas atau telah bermetastasis jauh sehingga hasil pengobatan tidak seperti yang
diharapkan. Parameter tingkat keberhasilan pengobatan kanker termasuk
kanker ovarium adalah angka ketahanan hidup 5 tahun (five-year survival
rate) setelah pengobatan. Sampai saat ini permasalahan kanker ovarium di
Indonesia masih demikian komplek. Salah satunya adalah masih rendahnya
daya tahan hidup penderita. Diketahui bahwa Angka Ketahanan Hidup (AKH)

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


10
10

5 tahun kanker ovarium menurun sejalan dengan meningkatnya stadium


penyakit.
Angka ketahanan hidup pada stadium I sebesar 72,8%, stadium II 46,3%,
stadium III 17,2% dan stadium IV hanya 4,8%. Data di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa AKH 5 tahun kanker ovarium pada stadium Ia sebesar
65% dan pada stadium IV hanya 3%. Di Indonesia khususnya RSCM Jakarta
AKH 5 tahun penderita kanker ovarium masih belum didapatkan.
Berdasarkan laporan dari Badan Registrasi Kanker (BRK) Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2005 yang diperoleh dari 13
laboratorium pusat patologik anatomik di seluruh indonesia menunjukkan
bahwa frekuensi relatif kanker ovarium menempati urutan ke 4 diantara 10
tumor tersering menurut tumor primer yang terjadi pada pria dan wanita (4401
kasus) dan menempati urutan ke 6 tumor tersering menurut tumor primer yang
terjadi pada wanita di jakarta (871 kasus). Selama rentan waktu lima tahun
(2001-2005) terdapat 432 kasus kanker ginekologik di Rumah Sakit Umum
Wahidin Sudirohusodo, dimana kanker ovarium menempati urutan ketiga
sebanyak 23,45%.(Zuraidah E 2005). Sedangkan kejadian kanker ovarium di
rumah sakit umum pusat nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
selama tahun 2002 sampai 2006 juga menunjukkan proporsi tertinggi diantara
jenis kanker ginekologik, dan kematian yang diakibatkan oleh kanker ovarium
juga menunjukkan angka yang cukup tinggi, yaitu 34,1% dari 327 kasus
kematian akibat kanker ginekologik yang terjadi tahun 2002 sampai 2006.

D. Etiologi
Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, bayak
teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium. Adapun penyebab
dari kanker ovarium, yaitu :
1) Hipotesis incessant ovulation
Teori meyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium
untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


11
11

sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi


menjadi sel-sel tumor.
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau jumlah anak yang
dimiliki oleh seorang wanita. Dalam paritas terjadi pelepasan sel ovum
dari ovarium sehingga menyebabkan produksi estrogen untuk poliferasi
epitel ovarium. Walaupun ada beberapa hipotesis yang menghubungkan
antara paritas dengan kanker ovarium namun etiologi pasritas dengan
kanker ovarium belum begitu jelas. Beberapa hipotesis mengungkapkan
bahwa tingginya paritas justru menjadi faktor protektif terhadap kanker
ovarium, salah satunya adalah adalah hipotesis incessant ovulation yang
menyebutkan bahwa pada saat terjadinya ovulasi akan terjadi kerusakan
pada epitel ovarium. Untuk proses perbaikan kerusakan ini diperlukan
waktu tertentu.
Apabila kerusakan epitel ini terjadi berkali-kali terutama jika sebelum
penyembuhan sempurna tercapai, atau dengan kata lain masa istirahat sel
tidak adekuat,maka proses perbaikan tersebut akan mengalami gangguan
sehingga dapat terjadi transformasi menjadi sel-sel neoplastik. Hal ini
dapat menjelaskan bahwa wanita yang memiliki paritas = 2 kali akan
menurunkan risiko terkena kanker ovarium. Dalam sebuah penelitian
menunjukkan bahwa hasil bivariat dengan menggunakan uji Odds Ratio
(OR) diperoleh nilai OR = 1,533 dengan nilai Lower Limit (LL) = 0,797
dan Upper Limit (UL) = 2,948, oleh karena nilai LL dan UL mencakup
nilai 1 maka nilai 1,533 dianggap tidak bermakna. Sehingga paritas bukan
merupakan faktor risiko kanker ovarium.
2) Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peranan penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium
mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in vitro, androgen dapat
menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker
ovarium.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


12
12

Dalam penelitian sebelumnya diketahui bahwa usia menarkhe dini


diduga merupakan risiko kanker ovarium, hal ini berhubungan dengan
produksi hormon oleh ovarium yaitu estrogen, estrogen sendiri terdiri dari
3 jenis hormon yaitu estradiol, estriol, dan estrion.
Estradiol dan estriol diduga bersifat karsinogenik, hal ini berhubungan
dengan poliferasi jaringan ovarium dimana kedua hormon ini memegang
peranan penting. Seperti dikatakan sebelumnya bahwa menarkhe
merupakan pertanda bahwa ovarium telah mulai menghasilkan hormon
estrogen. Dan pada faktanya bahwa usia menarkhe dini (<12 tahun)
menyebabkan usia menopause yang lebih lama, Sehingga keterpaparan
estrogen seorang wanita yang memiliki menarkhe dini lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang memiliki menarkhe normal.
Hasil analisis bivariat dengan uji Odds Ratio (OR) diperoleh nilai
OR=2,104, pada tingkat kepercayaan (CI)=95% diperoleh nilai Lower
Limit (LL) = 1,061 dan Upper Limit (UP) = 4,174. Oleh karena nilai LL
dan UL tidak mencakup nilai 1 maka nilai 2,104 dianggap bermakna
secara statistik, dengan demikian responden yang menarkhe pada umur <
12 tahun memiliki risiko 2,104 kali lebih besar untuk mengalami kanker
ovarium daripada responden yang menarkhe pada umur = 12 tahun.
Walaupun usia menarkhe yang terlalu dini dikaitkan dengan lamanya
terpapar oleh hormon estrogen dalam meningkatkan risiko kanker ovarium
namun teori yang kuat mengkaitkan menarkhe dengan kanker ovarium
adalah teori gonadrotopin,karena hormon gonadrotopin adalah hormon
penting selama dan pra pubertas, dimana hormon LH berfungsi
mematangkan ovarium dan memicu ovulasi serta sintesis dan sekresi
estrogen dan progesteron pada wanita sehingga pubertasi pada wanita
sangat dipengaruhi oleh hormon ini, adapun teori ini didasarkan pada
pengetahuan dari percobaan binatang dan data epidemiologi. Hormon
hiposa diperlukan untuk perkembangan tumor ovarium pada beberapa
percobaan pada binatang rhodentia. Pada percobaan ini ditemukan bahwa

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


13
13

jika kadar estrogen rendah di sirkulasi perifer, kadar hormon gonadotropin


meningkat.
Peningkatan kadar hormon gonadrotopin ini ternyata berhubungan
dengan makin bertambah besarnya tumor ovarium pada binatang tersebut.
Walaupun teori ini telah mencoba menjelaskan pengaruh peningkatan
hormon gonadrotopin terhadap kanker ovarium, namun teori ini masih
menjadi perdebatan selain karena teori ini didasarkan pada uji coba
binatang mamalia, namun struktrur anatomi dan fisiologi tubuh manusia
jauh berbeda bila dibandingkan dengan binatang rodentia, selain itu kadar
estrogen rendah pada tubuh manusia memicu peningkatan kadar hormon
gonadrotopin dalam tubuh manusia, dikarenakan salah satu fungsi hormon
gonadrotopin (LH) adalah meningkatkan sintesis dan pelepasan estrogen
dan progestin, sehingga hal ini dapat menyebabkan peningkatan yang
pesat pula pada hormon estrogen.
Adapun faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit kanker ovarium
antara lain diuraikan sebagai berikut :
a. Merokok
b. Alkohol
c. Diet tinggi lemak dan obesitas
Obesitas menyebabkan kadar estrogen dalam tubuh juga meningkat
serta beberapa zat lemak dapat menghasilkan estrogen yang pada
umumnya berbentuk estrion, maupun estradiol. Mekanisme perubahan
dari zat lemak (kolesterol) dapat dijelaskan melalui biosintesis hormon,
dimana semua hormon steroid termasuk estrogen berasal dari kolesterol.
d. Penggunaan bedak talk perineal
Penggunaan bedak pada area genital termasuk lipatan paha telah lama
berlangsung lama, baik dinegara maju maupun negara berkembang
namun penelitian mengenai bedak sebagai penyebab kanker baru dimulai
pada tahun 1980-an sehingga badan registrasi kanker dunia telah
menjadikan beberapa jenis bedak sebagai zat karsinogenik bila digunakan
dibeberapa daerah tertentu ditubuh termasuk di area genital maupun
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
14
14

lipatan paha. Sifat karsinogenetik ini disebabkan karena komposisi bedak


yaitu magnesium trisilikat yang bersifat basa dapat melakukan ikatan
dengan DNA sel, proses ini biasa disebut sebagai insersi atau penyusupan
suatu basa nitrogen kedalam molekul dna. Adapun proses masuknya
molekul ini kedalam ovarium belum dapat dipastikan secara kimiawi
namun beberapa penelitian menyebutkan bahwa molekul bedak mampu
bermigrasi ke ovarium melalui saluran kelamin melalui transpor pasif sel
dan beberapa jaringan sel ovarium yang telah menjadi tumor ringan
maupun ganas terdapat serat molekul bedak, sehingga beberapa penelitian
menghubungkan bedak dengan risiko kanker ovarium.
e. Riwayat kanker payudara, kolon, atau endometrium
f. Riwayat kelurga dengan kanker payudara atau ovarium
Adanya riwayat keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau
kanker payudara merupakan salah satu penyebab terjadinya kanker
ovarium pada seorang wanita. Dimana terdapat peningkatan risiko
keganasan pada wanita yang keluarganya menderita kanker ovarium.
Pengaruh riwayat keluarga secara teori dan beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa riwayat keluarga merupakan determinan dari kanker
ovarium. Beberapa studi genetik mengungkapkan bahwa adanya riwayat
keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker payudara telah
menyebabkan terjadinya mutasi pada genBRCA 1 dan BRCA 2. Gen
BRCA 1 dan BRCA 2 merupakan gen yang memiliki fungsi ntuk
mendeteksi terjadinya kerusakan dalam untai ganda DNA sel,
mekanismekerjanya adalah berikatan dengan protein RAD51 selama
perbaikan untai ganda DNAdimana gen ini mengadakan perbaikan
didalam inti sel dengan mekanisme rekombinashomolog yang
berdasarkan dari sel sebelumnya, rekombinasi ini menyesuaikan
dengankromosom dari sel induk, sehingga kerusakan pada gen ini
menyebabkan tidakterdeteksinya kerusakan gen didalam sel dan sel yang
mengalami mutasi tidak dapadiperbaiki sehingga tumbuh sel yang
bersifat ganas yang berpoliferasi menjadi jaringankanker.
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
15
15

g. Infertilitas
h. Menstruasi dini
i. Tidak pernah melahirkan

E. Patofisiologi
Kanker ovarium disebabkan oleh zat-zat karsinogenik sehingga terjadi
tumor primer, di mana akan terjadi infiltrasi di sekitar jaringan dan akan
terjadi implantasi. Implantasi merupakan ciri khas dari tumor ganas ovarium.
Gejala yang terjadi pada kanker ovarium adalah gejala samar dan ascites.
Ascites adalah kelebihan volume cairan di rongga perut, sedangkan gejala
samarnya, yaitu perut sebah, makan sedikit tapi cepat kenyang, sering
kembung, dan nafsu makan menurun.

Manifestasi klinik terutama berupa rasa tidak enak di perut bagian bawah
atau tenesmus. Pada stadium awal dapat timbul acites; dengan cepat kanker
tumbuh melapaui kavum pelvis hingga teraba massa, menstruasi tidak teratur,
dapat timubl pendarahan per vaginam. Tanda dan gejala pada pasien kanker
ovarium bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa menstruasi
yang tidak teratur, ketegangan menstrual yang meningkat, menoragia, nyeri
tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen,
dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah setelah
makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama


tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan,
aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

1) Akibat pertumbuhan, di mana adanya tumor di dalam perut bagian bawah


bisa menyebabkan pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya,
disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain
gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,
tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


16
16

2) Aktivitas-aktivitas hormonal, di mana pada umumnya tumor ovarium


tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan
hormon.

3) Akibat Komplikasi

a. Pendarahn pada kista: Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak


sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan
menimbulkan nyeri perut.

b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui


ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan
menimbulkan rasa sakit.

c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor
ada tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau
salpingitis akut.

d. Robekan inding kista : Robekan pada kista disertai hemoragi yang


timbul secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga
peritonium dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus.

e. Perubahan keganasan : Dapat terjadi pada beberapa kista jinak,


sehingga setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasan. Tumor ganas merupakan kumpulan tumor dan histiogenesis
yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast
(ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam, kira-kira 60% terdapat pada usia peri
menopause 30% dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para
aorta, medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke
alat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


17
17

ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita tumor ganas


ovarium.

F. Stadium
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International
of Ginecologies and Obstetricians) 1987 adalah :

1) Stadium I
Pada stadium I, pertumbuhan sel kanker terbatas pada ovarium.
a. Stadium 1a
Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi
sel ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
b. Stadium 1b
Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas berisi sel
ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
c. Stadium 1c
Rumor dengan stadium 1a dan 1b, tetapi ada tumor di permukaan luar
atau kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel
ganas atau ddengan bilasan peritoneum positif.
2) Stadium II
Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul.
a. Stadium 2a
Perluasan atau metastesis ke uterus dan atau tuba.
b. Stadium 2b
Perluasan jaringan pelvis lainnya.
c. Stadium 2c
Tumor stadium 2a dan 2b, tetapi pada tumor dengan permukaan satu
atau kedua varium, kapsul pecah atau dengan asitas yangmengandung
sel ganas dengan bilasan peritoneum positif.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


18
18

3) Stadium III
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum
di luar pelvis dan atau ratroperitonial positif. Tumor terbatas dalam pelvis
kecil tetapi sel histologi terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
a. Stadium 3a
Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negative
tetapi secara histologi dari konfirmasi secara mikroskopis terdapat
adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal.
b. Stadium 3b
Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di
permukaan peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatif.
c. Stadium 3c
Implant di abdomen dengan diameter >2 cm dan atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
4) Stadium IV
Pertumbuhan dengan mengenai satu atau kedua ovarium dengan
metastasis jauh.. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam
stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver. Derajad keganasan
kanker ovarium :
- Derajad 1 : differensiasi baik
- Derajad 2 : differensiasi sedang
- Derajad 3 : differensiasi buruk

Dengan derajad differensiasi semakin rendah, pertumbuhan dna prognosis


akan lebih baik.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


19
19

G. Diagnosis
Sebelum melakukan diagnosis terhadap penyakit kanker ovarium, perlu
diketahui lebih awal tentang gejala-gejala terhadap penyakit kanker ovarium,
antara lain :

1) Stadium Awal
Gangguan haid
Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
2) Stadium Lanjut
Asites
Penyebaran ke omentum (lemak perut)
Perut membuncit
Kembung dan mual
Gangguan nafsu makan
Gangguan BAB dan BAK

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


20
20

Sesak nafas
Dyspepsia

Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu,
apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat
jinak atau ganas (kanker ovarium). Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu
pada keadaan :

Kista cepat membesar

Kista pada usia remaja atau pascamenopause

Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan

Kista dengan bagian padat

Tumor pada ovarium

Pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat dugaan kea rah kanker


ovarium,antara lain sebagai berikut :

1) Tes darah CA125, di mana CA 125 merupakan protein yang terdapat pada
permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. CA 125 juga
dikenal sebagi tumor marker terhadap sel kanker ovarium. Kandungan
CA-125 meningkat sekitar 80% pada pasien yang terkena kanker ovarium

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


21
21

epithelial. Akan tetapi metode ini tidak terlalu akurat untuk mendiagnosa
kanker ovarium karena protein CA-125 juga dapat meningkat dalam
kondisi non-kanker, seperti saat terjadi endometriosis dan radang usus
buntu.
2) Pemeriksaan Pelvik, yaitu pemeriksaan permukaan vulva, uterus serta
ovarium untuk mencari perubahan abnormal.
3) USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah, dengan USG dapat
memastikan letak benjolan pelvis, ukuran, dan sifat, kistik atau substansial.
Pemeriksaan USG dengan cara pemeriksaan transvaginal ultrasound, yaitu
memasukkan alat ultrasound ke dalam vagina. Pemeriksaan juga dapat
dilakukan melalui pemeriksaan ultrasound eksternal di mana alat
ultrasound diletakkan di atas perut. Gambar yang dihasilkan kemudian
akan menunjukkan ukuran serta tekstur dari ovarium Anda, sekaligus kista
yang mungkin ada.
4) Jika diperlukan, pemeriksaan CT-Scan/MRI, yaitu dengan pemindaian
visual pada bagian perut, dada dan pelvik ini dapat membantu untuk
mendeteksi tanda-tanda terjadinya kanker pada bagian tubuh yang lain.
5) Pemeriksaan X-Ray, dapat mengetahui letak dan sifat benjolan pelvis,
menentukan stadium tumor, membantu pemeriksaan kekambuhan pasca
operasi.
6) Biopsis, dengan laparoskopi mengambil jaringan ovarium untuk diperiksa
di bawah mikroskop. Biopsi adalah satu-satunya cara memastikan
diagnosa kanker ovarium. Diagnosis dini kanker ovarium sangat sulit,
gabungan dari berbagai cara diagnosis membantu mendiagnosis dini
kanker ovarium.
7) Pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca-724, beta-HCG dan
alfafetoprotein.
Menurut Jurnal Artificial Intelligence in Medicine (2008 :43, 207-222),
beberapa diagnosis yang dapat dilakukan terhadap kanker ovarium, antara lain
dimuat dalam tabel berikut :

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


22
22

H. Terapi Farmakologi

1. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi sel-sel
kanker :
a. Prinsisp Kerja Obat Kemoterapi
Sebagian besar obat kemoterapi (sitostatika) yang digunakan saat
ini bekerja terutama terhadap sel-sel kanker yang sedang berproliferasi,
semakin aktif sel-sel kanker tersebut berproliferasi maka semakin peka

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


23
23

terhadap sitostatika hal ini disebut Kemoresponsif, sebaliknya semakin


lambat prolifersainya maka kepekaannya semakin rendah, hal ini
disebut kemoresisten.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, di antaranya adalah :

1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan


Antibiotik Anthrasiklin obst golongsn ini bekerja dengan antara lain
mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel tersebut tidak bisa
melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa
inti sel, yang berakibat menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan
Taxanes bekerja pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga
terjadi hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan
menghambat sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam
sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker tersebut.
b. Pola Pemberian Kemoterapi
1) Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau
jumlah sel kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar
(Bulky Mass Tumor) atau pada keganasan darah seperti leukemia
atau limfoma, disebut juga dengan pengobatan penyelamatan.
2) Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti
pembedahan atau radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan
sel-sel kanker yang masih tersisa atau metastase kecil yang ada
(micro metastasis).
3) Kemoterapi Primer
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas,
diberikan pada kanker yang bersifat kemosensitif, biasanya
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
24
24

diberikan dahulu sebelum pengobatan yang lain misalnya bedah


atau radiasi.
4) Kemoterapi Neo Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain
seperti pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan
kemoterapi lagi. Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa
tumor yang besar sehingga operasi atau radiasi akan lebih berhasil
guna.

c. Cara Pemberian Obat Kemoterapi


1) Intravena (IV) : kebanyakan sitostatika diberikan dengan cara ini,
dapat berupa bolus IV pelan-pelan sekitar 2 menit, dapat pula per
drip IV sekitar 30 120 menit, atau dengan continous drip sekitar
24 jam dengan infusion pump upaya lebih akurat tetesannya.
2) Intratekal (IT) : Diberikan ke dalam canalis medulla spinalis untuk
memusnahkan tumor dalam cairan otak (liquor cerebrospinalis)
antara lain MTX, Ara.C.
3) Radiosensitizer, yaitu jenis kemoterapi yang diberikan sebelum
radiasi, tujuannya untuk memperkuat efek radiasi, jenis obat untukl
kemoterapi ini antara lain Fluoruoracil, Cisplastin, Taxol, Taxotere,
Hydrea.
4) Oral : Pemberian per oral biasanya adalah obat Leukeran,
Alkeran, Myleran, Natulan, Puri-netol, hydrea, Tegafur,
Xeloda, Gleevec.
5) Subkutan dan Intramuskular : Pemberian sub kutan sudah sangat
jarang dilakukan, biasanya adalah L-Asparaginase, hal ini sering
dihindari karena resiko syok anafilaksis. Pemberian per IM juga
sudah jarang dilakukan, biasanya pemberian Bleomycin.
6) Topical
7) Intra arterial : intraactivity
8) Intraperitonial/Intrapleural
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
25
25

Intraperitoneal diberikan bila produksi cairan acites hemoragis


yang banyak pada kanker ganas intra-abdomen, antara lain
Cisplastin. Pemberian intrapleural yaitu diberikan kedalam cavum
pleuralis untuk memusnahkan sel-sel kanker dalam cairan pleura
atau untuk mengehntikan produksi efusi pleura hemoragis yang
amat banyak, contohnya Bleocin.
d. Tujuan Pemberian Kemoterapi
Mengurangi massa tumor selain pembedahan atau radiasi.
Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.
Mengurangi komplikasi akibat metastase.
e. Persiapan dan Syarat Kemoterapi
Persiapan
Sebelum pengotan dimulai maka terlebih dahulu dilakukan
pemeriksaan yang meliputi:
- Darah tepi; Hb, Leuko, hitung jenis, Trombosit.
- Fungsi hepar; bilirubin, SGOT, SGPT, Alkali phosphat.
- Fungsi ginjal; Ureum, Creatinin dan Creatinin Clearance Test
bila serim creatinin meningkat.
- Audiogram (terutama pada pemberian Cis-plastinum)
- EKG (terutama pemberian Adriamycin, Epirubicin).
Syarat
- Keadaan umum cukup baik.
- Penderita mengerti tujuan dan efek samping yang akan terjadi,
informed concent.
- Faal ginjal dan hati baik.
- Diagnosis patologik
- Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
- Riwayat pengobatan (radioterapi/kemoterapi) sebelumnya. 7)
Pemeriksaan laboratorium menunjukan hemoglobin > 10 gram
%, leukosit > 5000 /mm, trombosit > 150 000/mm.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


26
26

f. Efek Samping Kemoterapi


Efek samping dapat terjadi dalam beberapa cara :
Efek amping segera terjadi (Immediate Side Effects) yang timbul
dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya mual dan muntah
Efek samping yang awal terjadi (Early Side Effects) yang timbul
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian, misalnya
netripenia dan stomatitis.
Efek samping yang terjadi belakangan (Delayed Side Effects) yang
timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya
neuropati perifer, neuropati.
Efek samping yang terjadi kemudian (Late Side Effects) yang
timbul dalam beberapa bulan sampai tahun, misalnya keganasan
sekunder.

I. Terapi Non Farmakologi

1. Usaha Operasi Maksimal


Ada axiom diantara banyak ahli ginekologi onkologi bahwa adalah
bijaksana untuk mengeksisi sebanyak mungkin tumor yang dapat dieksisi
bila ditemukan penyebaran penyakit pada saat operasi primer untuk kanker
ovarium. Telah diketahui bahwa terapi yang bermakna dapat dicapai
dengan reduksi atau mengurangi beban tumor yang berat.
Munnell, melaporkan angka survival 5 tahun sebesar 28% pada pasien
yang menjalani usaha operasi maksimal dibandingkan dengan angka
survival 5 tahun sebesar 9% pada pasien yang menjalani reseksi parsial
dan 3% pada pasien yang hanya menjalani biopsy. Pada 14 pasien yang
bertahan pada Munnells, usaha operasi maksimal yang terdiri dari
histerektomi, bilateral salpingo-oophorectomy, dan omentectomy (TAH-
BSO Omentektoy). Peningkatan survival yang signifikan diantara pasien
penyakit stadium III yang semua tumornya diangkat. Hasil yang serupa
diperoleh oleh Griffiths dkk, yang menggunakan multiple linear regression
equation dengan survival sebagai variabel dependen untuk mengontrol
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
27
27

terapiutik multiple dan faktor biologis yang mempengaruhi hasil akhir


pasien secara simultan. Faktor yang paling penting adalah grade histologi
tumor dan ukuran massa residu terbesar setelah operasi primer. Operasi
sendiri tidak mempengaruhi survival kecuali mempengaruhi reduksi
ukuran massa residu terbesar tumor hingga dibawah batas 1,6 cm.
Sitoreduksi komplit berhasil dilakukan pada 86% pasien. Keseluruhan
median survival adalah 54 bulan, namun didapatkan survival 64 bulan
pada mereka yang tumornya menjalani debulking optimal. Peranan
limfadenektomi pada pasien dengan penyakit stadium lanjut masih terus
didebatkan. Semua studi menunjukkan keterlibatan limfonodi yang
signifikan pada penyakit stadium lanjut (>50%).
Burghardt, ahli yang pertama menunjukkan manfaat terapeutik
tindakan ini. Data yang didapatkan menunjukkan bahwa bahkan dengan
limfonodi positif, pasien dengan penyakit stadium lanjut memiliki survival
yang lebih baik daripada pasien yang serupa yang tidak menjalani evaluasi
limfonodi. Telah disebutkan bahwa beberapa metastase pada limfonodi
tidak merespon kemoterapi begitu juga dengan metastasis intraperitoneal
sehingga sebaiknya limfonodi diangkat. Pernyataan yang berlawanan
muncul pada kasus pasien yang mengalami kekambuhan, yang juga terjadi
di intraperitoneal dan jarang hanya terjadi di rongga retroperitoneal,
sehingga status limfonodi hanya memiliki sedikit dampak pada perjalanan
alamiah penyakit.
Dua studi dari Italia, walaupun tidak identik dalam hal desain,
mengungkapkan temuan yang berbeda. Parazzini dkk, mengevaluasi 456
wanita dengan penyakit stadium III-IV dalam sebuah uji kemoterapi
randomisasi prospektif. Ada 161 pasien dengan limfonodi positif. Mereka
menemukan bahwa tumor grade 3 lebih banyak menunjukkan status
limfonodi positif dibandingkan dengan tumor grade 1 dan 2. Hal ini juga
berlaku bagi penyakit stadium IV dibandingkan dengan stadium III.
Mereka tidak menemukan perbedaan dalam hal survival antara mereka
yang memiliki limfonodi positif atau negatif; apakah pengangkatan
Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo
28
28

limfonodi positif dengan operasi mempengaruhi survival masih belum


diketahui. Status limfonodi 98 pasien kanker stadium IIIc-IV yang tidak
memiliki residu massa makroskopik setelah operasi dibandingkan dengan
44 pasien yang tidak menjalani limfadenektomi. Survival ditemukan
meningkat secara signifikan pada mereka yang menjalani limfadenektomi.
Studi ini menunjukkan bahwa pada sekelompok tertentu pasien,
limfadenektomi memiliki efek terapeutik. Analisis uji SCOTROC-1
sebelumnya juga menunjukkan bahwa limfadenektomi mungkin memiliki
manfaat terapeutik.
Dalam praktek, sebaiknya dilakukan limfadenektomi pelvik dan
paraaorta secara rutin bila tumor pasien dapat didebulking secara optimal.
Manfaat limfadenektomi pada pasien dengan residu bulky masih
dipertanyakan. Saat ini tampaknya sesuai bila pasien dengan diagnosis
kanker ovarium stadium lanjut harus menjalani reseksi semua massa yang
terlihat secara teknis. Antusiasme debulking kanker ovarium mengarah
pada berbagai teknik yang berkembang untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa dokter telah mengusulkan penggunaan ultrasound surgical
aspirator. Yang lain mengusulkan electrosurgical debulking dengan sinar
argon sebagai koabulator. Lainnya mengusulkan bahwa reseksi
peritoneum atau otot diafragma mungkin berperan dalam sitoreduksi.
Ada peningkatan usaha dalam mengevaluasi pasien kanker ovarium
dengan laparoskopi bukan laparotomi. Secara teknis hal ini dapat
dilakukan, walaupun kebijaksanaan mengangkat massa adnexa yang besar
dengan laparoskopi masih dipertanyakan. Rekurensi kanker pada lokasi
insisi operasi juga pernah terjadi namun jarang walaupun ada kanker
intrabdominal. Faktor resiko yang mungkin berperan dalam kekambuhan
dini pada lokasi kanker ginekologi, kanker ovarium adalah neoplasma
maligna yang paling sering menimbulkan metastasis pada lokasi utama
kanker tumbuh. Hal ini terjadi pada pasien dengan atau tanpa asites, pada
pasien dengan tumor makroskopik dalam rongga abdominal, pada pasien

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


29
29

yang menjalani prosedu diagnostik atau paliatif, dan pada penyakit


stadium dini.

2. Terapi Radiasi
Teknik terapi radiasi mencakup instilasi kromium fosfat radioaktif ke
intraperitoneal dan radiasi external beam ke abdomen dan pelvis. Pasien
dengan karsinoma epithelial ovarium yang dipilih untuk mendapat
irradiasi pasca operasi harus mendapat terapi pada seluruh abdomen dan
juga radiasi padapelvis. Lapangan terapi yang luas ini didasarkan pada
analisis terhadap kekambuhan pasca irradiasi pada tumor stadiumI dan II,
yang menunjukkan bahwa sebagian besar kekambuhan atau rekurensi
terjadi diluar pelvis. Tidak ada penutup pada pelvis, dan sel-sel maligna
akan meluruh dari tumor ovarium primer dan bersirkulasi melalui seluruh
rongga abdomen. Penyebaran limfatik juga mungkin terjadi.
Terapi radiasi bekerja dengan cara merusak DNA sel. Kerusakan ini
disebabkan oleh foton, elektron, proton, neutron, atau sinar ion langsung
atau tidak langsung ionisasi atom yang membentuk rantai DNA. Ionisasi
tidak langsung terjadi sebagai akibat dari ionisasi air, membentuk radikal
bebas, radikal hidroksil terutama, yang kemudian merusak DNA.
Dalam bentuk yang paling umum dari terapi radiasi, sebagian besar dari
efek radiasi adalah melalui radikal bebas. Karena sel memiliki mekanisme
untuk memperbaiki kerusakan DNA, melanggar DNA pada kedua untai
terbukti menjadi teknik yang paling signifikan dalam memodifikasi
karakteristik sel. Karena sel-sel kanker umumnya dibedakan dan stem cell
seperti, mereka mereproduksi lebih, dan memiliki kemampuan yang
berkurang untuk memperbaiki kerusakan sub-letal dibandingkan dengan
sel dibedakan paling sehat. Kerusakan DNA diwariskan melalui
pembelahan sel, terakumulasi kerusakan pada sel-sel kanker,
menyebabkan mereka mati atau mereproduksi lebih lambat.
Dua teknik terapi radiasi yang berbeda telah digunakan untuk irradiasi
abdomen. Biasanya digunakan portal yang besar, dengan dosis 2500-3000

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


30
30

cGy diberikan selama 4-5 minggu ke seluruh abdomen. Ginjal dan


kemungkinan lobus kanan hepar dilindungi untuk membatasi dosis hingga
2000-25000 cGy. Biasanya prosedur ini menyebabkan mual dan muntah,
dan terapi biasanya terganggu. Pada beberapa pusat irradiasi abdomen
dilakukan dengan teknik moving-strip. Baik teknik seluruh abdomen dan
moving-strip biasanya diakhiri dengan boost pelvik dengan dosis
mendekati 20003000 cGy. Karena pemahaman terhadap kemoterapi pada
kanker ovarium semakin mendalam, peranan radiasi dalam terapi penyakit
ini semakin berkurang. Pola penyebaran kanker ovarium dan beda jaringan
normal yang terlibat dalam terapi neoplasma inilah yang mempersulit
terapi radiasi efektif. Bila residu tumor setelah laparotomi adalah bulky,
maka terapi radiasi tidak efektif. Seluruh abdomen harus dianggap
berisiko, sehingga dibutuhkan volume irradiasi yang besar, dan
menyebabkan limitasi multiple pada ahli radioterapi.

3. Terapi Isotope
Radioisotope telah banyak digunakan dalam terapi kanker ovarium.
Baik beta emitter radioactive chromium phosphate (waktu paruh 14,2 hari)
dan radioactive gold (waktu paruh 2,7 hari) telah digunakan. Isotop ini
mengemisi radiasi dengan penetrasi maksimal efektif 4-5 mm sehingga
hanya bermanfaat pada penyakit minimal. Kedua agen diambil oleh
makrofag serosa dan ditransportasikan ke limfonodi retroperitoneal dan
mediastinal. Kemungkinan bahwa koloid radioaktif akan mengeradikasi
metastasis limfonodi dengan uptake limfatik selektif masih diragukan
karena studi-studi menunjukkan bahwa limfonodi maligna tidak
mengambil isotop, namun tumor dengan limfonodi bersih mengambil
isotop. Telah diperkirakan bahwa 6000 cGy dikirim ke omentum dan
permukaan peritoneal dan 7000 cGy pada beberapa struktur
retroperitoneal.
Beberapa uji telah dilakukan untuk membandingkan 32 P
intraperitoneal dengan atau tanpa irradiasi pelvik dengan radiasi seluruh

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


31
31

abdomen atau kemoterapi agen tunggal dalam berbagai kondisi klinis


kanker ovarium. Karena 32 P intraperitoneal gagal menunjukkan
peningkatan hasil akhir dan sulit secara teknis, pilihan ini dikeluarkan dari
rencana terapi yang ada.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


32
32

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Apa yang Disebut dengan Kanker Ovarium.


http://www.parkwaycancercentre.com/

Anonim. 2014. Radiation Therapy Mechanism. Modern Cancer Hospital


Guangzhou. http://www.news-medical.net/

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC:
Jakarta
Donges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.

Fachlevy, Andi F., Zulkifly Abdullah, Syamsiar S. R. 2011. Faktor Resiko Kanker
Ovarium di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar.

Gondo, Harry K. 2011. Terapi Terkini untuk Kanker Ovarium. Fakultas


Kedokteran Udayana-RS. Sanglah. Denpasar, Bali.

Oemiati, R., Ekowati Rahajeng, Antonius Yudi K. 2011. Prevalensi Tumor dan
Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia. Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Vol.39. No.4.

Sihombing, M., Anna Maria Sirait. 2007. Angka Ketahanan Hidup Penderita
Kanker Ovarium di RS. Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Artikel
Penelitian : Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.57. No.10.

Tan, Tuan Zea., Chai Quek, Geok See Ng, Khalil R. 2008. Ovarian Cancer
Diagnosis With Complementary Learning Fuzzy Neural Network.
Artificial Intelligence in Medicine. Vol 43: 207-222.

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo


33
33

Pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tdak ada asietas yang


berisi sel ganas, tdak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul
Ia
utuh.

Pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas berisi sel


Ib
ganas, tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
Stadium
I Rumor dengan stadium 1a dan 1b, tetapi ada tumor di
permukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul pecah

Ic atau dengan asietas berisi sel ganas atau ddengan


bilasan peritoneum positif.

IIa Perluasan atau metastesis ke uterus dan atau tuba.

IIb Perluasan jaringan pelvis lainnya.


Stadium
II Tumor stadium 2a dan 2b, tetapi pada tumor dengan permukaan satu
atau kedua varium, kapsul pecah atau dengan asitas yangmengandung
IIc
sel ganas dengan bilasan peritoneum positf.

Tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatve


IIIa tetapi secara histologi dari konfrmasi secara mikroskopis terdapat
adanya pertumbuhan (seeding) di permukaan peritoneum abdominal.

Stadium Tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di


III IIIb permukaan peritoneum dan terbukt secara mikroskopis, diameter
melebihi 2 cm, dan kelenjar getah bening negatf.

Implant di abdomen dengan diameter >2 cm dan atau kelenjar getah


IIIc
bening retroperitoneal atau inguinal positf.

Pertumbuhan dengan mengenai satu atau kedua ovarium dengan


metastasis jauh.. Bila efusi pleura dan hasil sitologinya positf dalam
Stadium IV stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver. Derajad
keganasan kanker ovarium :

Sakinah F1F111023 Farmasi Universitas Halu Oleo

S-ar putea să vă placă și