Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Atelektasis berkenaan dengan kolaps dari bagian paru. Kolaps ini dapat meliputi
subsegmen paru atau seluruh paru. Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria
dan dapat terjadi pada semua ras. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang
lebih muda daripada anak yang lebih tua dan remaja.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan
atelektasis (atau kolaps) dari suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan suatu
bayangan yang homogen dengan tanda pengempisan lobus. Secara patologik,
hampir selalu ada pula kelainan-kelainan lain di samping tidak adanya udara
daripada lobus dan posisi yang disebabkannya daripada dinding-dinding alveolar
dan bronkhiolar.
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
1.Mengidentifikasipengertianatelektasis
4.Mengidentifikasipembagian atelektasis
8.Mengidentifikasi prognosisatelektasis
9.Mengidentifikasi pengobatanatelektasi
10. Mengidentifikasipencegahanatelektasis
11.Pathway
1.4Manfaat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Kolapsnya paru atau alveolus disebut atelektasis, alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan
kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009)
2.2Etiologi
1. atelektasisbawaan
2.atelektasisdidapat
b. Gangguanpadadiafragma,
misalkarenaparalisisaraffrenikusataukarenatekanandarirongga abdomen.
d.
Tekananlangsungterhadapbronkusataualveolus,misalnyakarenapembesarangetahbening
,tumorintratoraksdanlain-lain.
2.3 Patogenesis
Padasaatterjadisumbatanpadabronkus,udarabagianparu yang
bersangkuatanakanterjebak. Lambatlaunudaratersebutakandihisapolehalirandarah yang
melaluidaerahitu.Cepatlambatnyaatauluastidaknya atelectasis yang
terjadiakantergantungolehbeberapahal,misalnya: susunan gas yang adadidalamudara
yang terjebak,yaituoksigenakanlebihcepatdiserapdaripada nitrogen atau helium,
adatidaknyasaluran yang dapatmeloloskanudara yang terjebakitudankemungkinan yang
dapat terjadi adalah adanya ventilasi korateral sehinga udara dapat lolos melalui pori
yang terdapat antara alveoli atau melalui fistula bronkiolo-alveolar yang terjadi antara
daerah atelektasis dengan daerah paru disekelilingnya yang tak terjadi penyumbatan.
Adanyamasaintratoraksdapatmenyebabkanterjadinyakempisparukarenapenekananlangs
ungolehmasatersebutterhadapparumisaloleh tumor atausaluranpencernaan yang
masukkedalamronggatorakskarenaadanya hernia
diafrakmatikaataueventerasidiafragma. Meningginyatekananintrapleuraldapat pula
menyebabkanterjadinyaatelektasis,
misalbilaterjadipengumpulanudara,darah,eksudatdan lain laindalamrongga pleura.
Gambaran khas yaitu tumor ganas bronkus dengan atelectase lobus superior paru.
2.5Patologi
Gejala klinis sangat berfariasi, tergantung pada sebab dan luas atelectasis. Pada
umumnya atelectasis yang terjadi pada penyakit tuberkolosis, limfoma, neoplasma,
asma dan penyakit yang disebabkan oleh infeksi misalnya bronchitis, bronkopneumonia
dan lain-lain jarang menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali bila terjadi obstuksi
pada bronkus utama. Jika daerah atelectasis itu luas dan terjadi dengan cepat, akan
terjadi dispnu dengan pola pernafasan yang cepat dan dangkal , takikardi dan sering
terjadi sianosis. Pada perkusi redup dan mungkin pula normal bila terjadi emfisema
kompensasi. Pada atelectasis yang luas atau atelectasis yang melibatkan lebih dari 1
lobus , bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak terdengar. Kalau diteliti lebih
lanjut biasanya akan diketahui adanya perbedaan gerak dinding toraks, gerak sela iga
dan diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser,
letak diafragma mungkin meninggi. Pada anak yang sehat tapi tiba-tiba menderita sesak
nafas disertai sianosis, kita harus waspada terhadap terjadinya atelectasis yang luas atau
massif yang disebabkan oleh penyumbatan salah satu bronkus utama oleh benda asing.
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas yang
ringan.
Gejalanya bisa berupa :
1. Gangguan Pernafasan
2. Nyeri Dada
3. Batuk
Jika disertai infeksi, bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung, kadang-kadang
sampai terjadi syok (tekanan darah sangat rendah).
2.7 Diagnosis
2. Perubahan letak hilus atau fisura ( keatas atau ke bawah ). Pada keadaan normal letak
hilus kanan lebih rendah dari hilus kiri
3. Pergeseran trakea, mediastinum atau fisura interlobaris ke arah bagian paru yang
kolaps
2.8 Prognosis
Pada umumnya atelektasis dapat hilang jika penyebab obstruksi telah dihilangkan,
kecuali jika ada infeksi sekunder. Cepat lambatnya penyembuhan tergantung pula pada
luas daerah atelektasis, letak atelektasis, karena gerakan mukosilier pada bronkus yang
bersangkutan terganggu, sehingga efek batuk tidak bekerja. Jika infeksi ini berlangsung
lebih lanjut dapat pula menyebabkan bronkiektasis atau abses paru.
2.9 Pengobatan
5. Postural drainase
8. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau
menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu
diangkat. Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang
mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan
parut ataupun kerusakan lainnya.
2.10 Pencegahan
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya atelektasis :
Kelainan-kelainan radiologik
Bilamana seluruh paru-paru mengempis, akan ada suatu bayangan homogen pada belah
itu, dengan jantung dan trakhea beranjak ke jurusan itu dan diafragma terangkat.
Bilamana hanya satu lobus yang atelaktasis disebabkan oleh penyumbatan bronkhial,
mungkin kelihatan dua kelainan yang karakteristik. Kelainan pertama adalah suatu
bayangan yang homogen daripada lobus yang kempis itu sendiri, yang akan menempati
ruangan yang lebih kecil daripada bilamana ia berkembang sama sekali.
Suatu lobus kanan atas yang kempis akan kelihatan sebagai suatu daerah yang opak
pada puncak, dengan batas tegas yang bersifat konkaf di bawahnya di dekat klavikula
yaitu yang diakibatkan oleh fisura horizontalis yang terangkat.
Lobus kiri atas bilamana kempis biasanya mencakup lingula, dan bayangan yang
diakibatkannya adalah lebih tidak tegas tanpa batas bawah yang tegas. Akan tetapi pada
proyeksi lateral akan kelihatan suatu bayangan berbentuk lidah dengan puncaknya
dekat diafragma; di sebelah anterior, ini mungkin sampai kepada sternum, atau mungkin
dipisahkan oleh suatu daerah yang translusen yang disebabkan oleh paru-paru kanan
yang menyelip diantaranya dan sternum di sebelah posterior bayangan itu mempunyai
batas yang tegas dengan batas konkaf yang disebabkan oleh fisura besar yang terdesak
ke depan.
Suatu lobus tengah akan menyebabkan suatu bayangan yang sangat tidak tegas pada
proyeksi anterior, akan tetapi mungkin mengaburkan batas daripada jantung kanan,
pada proyeksi lateral ia akan kelihatan sebagai suatu bayangan berbentuk pita yang
membujur dari hilus ke angulus sterno-diafragmatikus. Batas atasnya yang tegas
dibentuk oleh fisura horizontalis yang terdekat, sedangkan batas belakangnya yang
konkaf oleh fisura mayor yang terdesak ke depan.
Lobus bawah yang kempis menyebabkan suatu bayangan berbentuk segitiga, dengan
batas lateral yang tegas yang membujur ke bawah dan keluar dari daerah hilus ke
diafragma. Oleh karena ia biasanya terletak di belakang bayangan jantung, ia hanya
dapat dilihat bilamana radiograf adalah baik. Pada proyeksi lateral bayangan mungkin
kabur sekali, akan tetapi biasanya kehadirannya memberikan tiga gambar; vertebrae
torakalis di sebelah bawah akan kelihatan lebih berwarna abu-abu daripada hitam
daripada vertebrae di sebelah tengah; bagian posterior daripada bayangan diafragma
kiri akan tidak dapat dilihat; dan akhirnya, daerah vertebrae bawah di belakang
bayangan jantung akan kurang hitam daripada daerah translusen di belakang sternum.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
I. Indentitas
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Status perkawinan :
Suku :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Tgl masuk RS :
No. RM :
Ruang :
Diagnosa Medis :
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan thoraks yang cermat, yang mencakup inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, seringkali menunjukkan diagnosis kelainan paru yang terjadi. Hasil
pemeriksaan fisik pada atelektasis (obstruksi lobaris) yang sering ditemukan
adalah :
Tanda-tanda vital
TD : hipertensi
S : hipertermi >39C
RR : dipsnea 30x/mnt
N : takikardi 130x/mnt
Inspeksi berkurangnya gerakan pada sisi yang sakit,
adanya sianosis pada bibir dan ujung jari
pasien terlihat pucat
Palpasi fremitus berkurang, trakea dan jantung bergeser
Perkusi batas jantung dan mediastinumm akan bergeser
letak diagfragma meninggi
Auskultasi suara nafas melemah,dan terdengar ronki
Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen dada
Menunjukan adanya daerah bebas udara di paru-paru.
2. CT scan
Menentukan penyebab terjadinya penyumbatan.
3. GDA
Untuk menunjukan derajat hipoksemia dan keadekuatan ventilasi alveolar.
Analisa Data
NO
DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
DX
1. Ds : keluarga px Gangguan Gangguan pertukaran gas
mengatakan px sesak pengembangan
saat bernafas. paru/kolaps
Do : - Px terlihat alveoli
lemah. Ventilasi &
Bunyi nafas ronki pervusi tdk
Bunyi nafas pasien seimbang
melemah Gangguan
Frekwensi nafas px pertukaran gas
>16x/m
2.
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
1
Ds : keluarga px mengatakan px sesak saat bernafas.
Do : - Px terlihat lemah.
Bunyi nafas ronki
Bunyi nafas pasien melemah
Frekwensi nafas px >16x/m
2
Ds: -Dispnea
-Sakit kepala pada saat bangun
-Gangguan penglihatan
Do:-Gas darah arteri yang tidak normal
-Ketidaknormalan frekuensi, irama, dan kedalaman pernafasan
-Sianosis
-Takikardia
Trjd dg cpt dan luas
dispnu
Pola nafas cepat dan dangkal
2.Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu
terjadinyaatelektasis dan meningkatkanpencegahan.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Richard. Kliegman, robert. 1999.Ilmu kesehatan anak nelson. Vol
2. EGC: Jakarta
Staf pengajar ilmu kesehatan anak. 1985.Buku kuliah ilmu kesehatan anak. FKUI:
Jakarta
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. Jakarta:
EGC