Sunteți pe pagina 1din 14

Analisis Kasus Akuisisi Perusahaan Di Indonesia

(PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) mengakuisisi PT. Bank Agroniaga Tbk)

(Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan UKD III Mata Kuliah Hukum
Perusahaan kelas F pengampu bapak Dr. M Hudi Asrori S, S.H.,M.Hum)

Disusun Oleh:

Sartika Bani Kharisma

E0011282

Hukum Perusahaan (F)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa
sehingga penyusunan makalah ini dapat berjalan dengan baik dan lancar. Saya juga
berterimakasih kepada setiap pihak yang telah terlibat dan membantu saya dalam penyusunan
makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan UKD III Mata Kuliah Hukum
Perusahaan kelas F pengampu bapak Dr. M Hudi Asrori S, S.H.,M.Hum . Dalam kesempatan
ini saya mencoba menganalisis Kasus Akuisisi Perusahaan Di Indonesia yaitu PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) mengakuisisi PT. Bank Agroniaga Tbk). Makalah ini saya
susun sedemikian rupa dengan mencari dan menggabungkan sejumlah informasi yang kami
dapatkan baik melalaui buku, media cetak, elektronik maupun media lainnya. Saya berharap
dengan informasi yang di dapat dan kemudian kami sajikan ini dapat memberikan penjelasan
yang cukup tentang sistem pemilihan kepala daerah.
Demikian satu dua kata yang bisa kami sampaikan kepada seluruh pembaca makalah
ini. Jika ada kesalahan baik dalam penulisan maupun kutipan, kami terlebih dahulu memohon
maaf dan saya juga berharap semua pihak dapat memakluminya. Semoga semua pihak dapat
menikmati dan mengambil esensi dari makalah ini. Trimakasih.

Surakarta, Oktober 2013

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era perdagangan bebas persaingan usaha diantara perusahaan


semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan
strategi perusahaan agar dapat bertahan atau dapat lebih berkembang. Untuk itu,
perusahaan perlu mengembangkan suatu strategi yang tepat agar perusahaan bisa
mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya.

Perusahaan akan mengalami berbagai kondisi yaitu pertumbuhan dan


berkembangnya secara dinamis, berada pada kondisi statis dan mengalami proses
kemunduran. Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan
ekspansi bisnis dengan memilih salah satu diantara dua jalur alternatif yaitu
pertumbuhan dari dalam perusahaan, dan pertumbuhan dari luar perusahaan.

Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun


bisnis atau unit bisnis baru dari awal. Jalur ini memerlukan berbagai tahap mulai dari
riset pasar, desain produk, perekrutan tenaga ahli, tes pasar, pengadaan dan
pembangunan fasilitas produksi/operasi sebelum perusahaan menjual produknya ke
pasar. Sebaliknya pertumbuhan eksternal dilakukan dengan membeli perusahaan yang
sudah ada.

Akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur cepat


untuk mengakses pasar baru produk baru tanpa harus membangun dari awal. Terdapat
penghematan waktu yang sangat signifikan antara pertumbuhan internal dan eksternal
melalui merger dan akuisisi.

Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan


pada pertimbangan hukum, perpajakan, atau alasan lainnya. Di Indonesia didorong
oleh semakin besarnya pasar modal, transaksi merger dan akuisisi semakin banyak
dilakukan. Di Indonesia praktek akuisisi umumnya dilakukan oleh satu grup (internal
acquition) khusus pada perusahaan yang go publik.

Penyebab terjadinya akuisisi adalah karena adanya deregulasi, persaingan


usaha, memperluas ukuran perusahaan dan persaingan ekonomi global, meningkatkan
teknologi yang dimiliki suatu perusahaan dan keinginan perusahaan untuk
mengalihkan bisnisnya ke bisnis baru. Martin dan Mc. Connel (1991)
mengidentifikasikan dua motif merger dan akuisisi, yaitu mendorong sinergi antar
perusahaan pengakuisisi (bidder) dan perusahaan yang terakuisisi (target) dalam
bentuk efisiensi karena adanya kombinasi operasi atau fisik sehingga dapat
berkompetisi di pasar, kemudian untuk mendisiplinkan atau mengontrol kinerja
menejer dari perusahaan terakuisisi agar dapat menciptakan keunggulan produk.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) mengalami akuisisi
dengan PT. Bank Agroniaga Tbk. Dan apa yang menyebabkan perusahaan-perusahan
di Indonesia mengalami akuisisi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
2.1 Landasan Teori

Akuisisi telah menjadi topik populer dalam beberapa tahun terakhir ini. Pada
awalnya, peristiwa akuisisi hanya terbatas pada kalangan komunitas pelaku bisnis,
namun sekarang masyarakat mulai familiar dengan akuisisi. Perubahan yang
signifikan dalam lingkungan bisnis seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan komputer
dan fragmentasi pasar menciptakan persaingan yang sangat ketat. Untuk itu
perusahaan perlu mengembangkan strategi yang tepat agar perusahaan bisa
mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya. Perusahaan bisa
memperluas usahanya dengan menambah kapasitas produksi, membangun perusahaan
baru atau dengan membeli perusahaan lain (Gunawan dan Hartanti, 2005).

Pada dasarnya penggabungan usaha merupakan bentuk penggabungan satu


perusahaan dengan perusahaan lain dalam rangka mendapatkan pengendalian atas
aktiva maupun operasional. Menurut data statistik Bursa Efek Jakarta berganti nama
menjadi Bursa Efek Indonesia antara tahun 1995-1997 (sebelum terjadinya krisis
moneter pada Juli 1997), jumlah perusahaan yang go public tercatat kurang lebih
sebanyak 259 perusahaan. Sebanyak 57 perusahaan yang melakukan penggabungan
usaha. Bentuk penggabungan usaha yang sering dilakukan dalam dua dekade terakhir
ini adalah akuisisidimana strategi ini dipandang sebagai salah satu cara untuk
mencapai beberapa tujuan yang lebih bersifat ekonomis dan jangka panjang
(Dharmasetya dan Sulaimin, 2009). Berdasarkan laporan yang diterbitkan KPMG
(Klynveld Peat Marwick Goerdeler) International yaitu salah satu perusahaan jasa
profesional terbesar di dunia dan juga merupakan salah satu anggota The Big Four
Auditors nilai transaksi merger dan akuisisi pada tahun 2007 diperkirakan mencapai
US$3,79 triliun. Pada semester kedua tahun 2007 mencatat rekor baru dimana secara
global transaksi merger mencapai US$1,65 triliun atau meningkat 90% dibanding
periode yang sama pada tahun 2006. Hal ini menunjukan masih tingginya aktivitas
akuisisi di kalangan pelaku perusahaan (Dharmasetya dan Sulaimin, 2009).

Perubahan-perubahan yang terjadi setelah perusahaan melakukan akuisisi


biasanya akan tampak pada kinerja perusahaan dan penampilan finansialnya. Pasca
akuisisi kondisi dan posisi keuangan perusahaan mengalami perubahan dan hal ini
tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang melakukan akuisisi. Untuk
menilai bagaimana keberhasilan akuisisi yang dilakukan, kita dapat melihatnya dari
kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi. Dasar logika dari pengukuran berdasar
akuntansi adalah bahwa jika skala bertambah besar ditambah dengan sinergi yang
dihasilkan dari gabungan aktivitas-aktivitas yang simultan, maka laba perusahaan juga
semakin meningkat sehingga kinerja perusahaan paska akuisisi seharusnya semakin
baik dibandingkan dengan sebelum akuisisi (Sijabat dan Maksum, 2009).

2.2 Pengertian Akuisisi

Akuisisi merupakan salah satu bentuk pengambil-alihan (Husnan, 2002).


Akuisisi dapat dibedakan menjadi akuisisi saham dan akuisisi asset. Akuisisi saham
merupakan pengambil-alihan atau pembelian saham suatu perusahaan dengan
menggunakan kas, saham atau sekuritas lain. Akuisisi saham biasanya melalui tahap
penawaran (tender offer) oleh para perusahaan penawar (bidder firm) kepada para
pemegang saham target. Akuisisi ini tidak membutuhkan persetujuan pihak
manajemen dan dapat dilakukan meskipun pihak manajemen tidak menyetujui
pembelian saham perusahaan. Oleh karena itu akuisisi ini disebut bentuk pengambil-
alihan yang tidak bersahabat (hostile takeover). Sedangkan akuisisi asset dilakukan
dengan cara membekukan sebagian aset perusahaan target oleh perusahaan
pengakuisisi. Akuisisi jenis ini membutuhkan suara pemegang saham perusahaan
target untuk menyetujui pengambil-alihan perusahaan tersebut (Rachmawati dan
Tanderlilin, 2001). Akuisisi mempunyai manfaat bagi perusahaan antara lain
(Lestari,2008):

1) Komplementaris

Penggabungan dua perusahaan sejenis atau lebih secara horisontal dapat


menimbulkan sinergi dalam berbagai bentuk, misalnya: perluasan produk, transfer
teknologi, sumber daya manusia yang tangguh dan sebagainya.

2) Pooling Kekuatan

Perusahaan-perusahaan yang terlampau kecil untuk mempunyai fungsi-fungsi


penting untuk perusahaannya, misalnya: research and development, akan lebih efektif
jika bergabung dengan perusahaan lain yang memiliki fungsi tersebut.
3) Mengurangi Persaingan

Penggabungan usaha diantaranya perusahaan sejenis akan mengakibatkan


adanya pemusatan pengendalian sehingga dapat mengurangi pesaing.

4) Menyelamatkan Perusahaan dari Kebangkrutan

Bagi perusahaan yang kesulitan likuiditas dan terdesak oleh kreditur,


keputusan akuisisi dengan perusahaan yang kuat akan menyelamatkan perusahaan
dari kebangkrutan.

2.3 Motif Melakukan Akuisisi

Pada prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan


melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif ekonomi
berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan atau
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain, motif non ekonomi
adalah motif yang bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi
didasarkan pada keinginan subyektif atau ambisi pribadi pemilik atau manajemen
perusahaan (Moin, 2003 dalam Hadiningsih, 2007).

2.3.1 Motif ekonomi

Esensi tujuan perusahaan dalam perspektif manajemen keuangan adalah


seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value creation) bagi perusahaan
dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki motif ekonomi yang tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mencapai peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh
aktivitas dan pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini.
Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas akuisisi dilakukan untuk
mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan keunggulan kompetitif dalam
industri (Hadiningsih, 2007).

2.3.2 Motif Sinergi

Salah satu motivasi atau alasan utama perusahaan melakukan akuisisi adalah
menciptakan sinergi. Sinergi merupakan nilai keseluruhan perusahaan setelah akuisisi
yang lebih besar dari pada penjumlahan nilai masing-masing perusahaan sebelum
akuisisi.Sinergi dihasilkan melalui kombinasi aktivitas secara simultan dari kekuatan
atau lebih elemen-elemen perusahaan yang bergabung sedemikian rupa sehingga
gabungan aktivitas tersebut menghasilkan efek yang lebih besar dibandingkan dengan
penjumlahan aktivitas-aktivitas perusahaan jika mereka bekerja sendiri. Pengaruh
sinergi bisa timbul dari beberapa sumber:

I. Penghematan operasi, yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen,


pemasaran, produksi atau distribusi;
II. Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih rendah dan
evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas;
III. Peningkatan penguasaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham,
2001).

2.3.3 Motif diversifikasi.

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan


melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitas bisnis dan
operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi jika melakukan
diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka perusahaan tidak lagi berada
pada koridor yang mendukung kompetensi inti (core competence). Disamping
memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan pengalokasian modal, diversifikasi
juga membawa kerugian yaitu adanya subsidi silang.

2.3.4 Motif non-ekonomi.

Aktivitas akuisisi terkadang dilakukan bukan untuk kepentingan ekonomi saja


tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-ekonomi, seperti prestisedan ambisi.
Motif non-ekonomi bisa berasal dari manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

2.4 Keunggulan dan Kelemahan Aktivitas Akuisisi

Alasan mengapa perusahaan melakukan akuisisi adalah ada keuntungan yang


diperoleh meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara spesifik keunggulan
akuisisi antara lain (Wiriastari, 2010):

1. Akusisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara pemegang
saham sehingga jika pemegang saham tidak menyukai tawaran Bidding firm,
mereka dapat menahan sahamnya dan tidak menjual kepada pihak Bidding firm.
2. Perusahaan yang mengakuisisi dapat berurusan langsung dengan pemegang
saham perusahaan yang diakuisisi dengan melakukan tender offer, sehingga tidak
diperlukan persetujuan manajemen perusahaan.
3. Akuisisi saham dapat digunakan untuk pengambil alihan perusahaan yang tidak
bersahabat.
4. Akuisisi aset memerlukan suara pemegang saham tetapi tidak memerlukan
mayoritas suara pemegang saham. Seperti pada akuisisi saham sehingga tidak ada
halangan bagi pemegang saham minoritas, jika mereka tidak menyetujui akuisisi.
Disamping memiliki keunggulan, Wiriastari (2010) juga mengemukakan
kelemahan akuisisi diantaranya :
1.1 Jika para pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap pengambil
alihan cukup banyak, maka akuisisi akan batal. Pada umumnya anggaran
dasar perusahaan menentukan paling sedikit dua pertiga (67%) suara setuju
pada akuisisi agar akuisisi terjadi.
1.2 Bila perusahaan pengakuisisi mengambil alih seluruh saham yang di beli
maka terjadi merger.
1.3 Pada dasarnya pembelian setiap aset dalam akuisisi asset harus secara hukum
dibalik nama sehingga menimbulkan biaya legal yang tinggi.

2.5 Tipe-Tipe Akuisisi

Moin (2003) dalam Lestari (2008),mengklasifikasikan akuisisi secara umum


menjadi lima tipe yaitu akuisisi horisontal, vertikal, konglomerat, ekstensi pasar dan
ekstensi produk.

1. Akuisisi horizontal adalah akuisisi antara dua atau lebih perusahaan yang
bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi akuisisi perusahaan-
perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar atau industri yang sama.
2. Akuisisi vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-perusahaan yang
bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau operasi. Akuisisi tipe ini
dilakukan jika perusahaan yang berada pada industri hilir memasuki industri hilir
menjadi industri hulu.
3. Akuisisi konglomerat adalah akuisisi perusahaan yang masing masing bergerak
dalam industri yang tidak terkait atau bisnisnya tidak berhubungan, tetapi tidak
termasuk dalam kategori akuisisi horisontal dan akuisisi vertikal.
4. Akuisisi ekstensi pasar adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk secara bersama-bersama memperluas area pasar. Tujuan
akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran bagi produk masing-
masing perusahaan.
5. Akuisisi ekstensi produk adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.

B. Analisis Kasus PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) mengalami akuisisi
dengan PT. Bank Agroniaga Tbk
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI) resmi mengakuisisi PT. Bank Agroniaga
Tbk. Hal itu ditandai dengan penandatanganan Akta Akuisisi Saham PT. Bank
Agroniaga Tbk. antara BRI dengan Dana Pensiun Perkebunan (Dapenbun) di Jakarta.
PT Bank Agroniaga (Bank Agro) mengganti nama menjadi PT Bank Rakyat Indonesia
Agroniaga (BRI Agro). Bank Agro yang khusus bergerak di bidang pertanian ini
memang menjadi anak usaha PT BRI Tbk (BRI). Selain itu, BRI Agro juga mengganti
logonya.
Dengan ditandatanganinya akta akuisisi itu, maka terhitung sejak 3 Maret 2011
Bank BRI resmi menjadi Pemegang Saham Pengendali pada PT Bank Agroniaga Tbk.
BRI menjadi pemilik 3.030.239.023 lembar saham atau 88,65 persen dan sisanya
dikuasai oleh publik termasuk Dapenbun. Saham Bank Agro dibeli dengan harga
Rp109 per lembar saham atau total nilai akuisisi adalah sebesar Rp330,3 miliar.
Sofyan Basir, Direktur Utama Bank BRI mengatakan, pengambilalihan Bank
Agro dapat menciptakan sinergi yang berujung pada peningkatan shareholders value.
Bank Agro pascaakuisisi diupayakan mampu menyediakan produk dan jasa perbankan
pada seluruh lapisan masyarakat dan pembiayaan harus difokuskan pada segmen Usaha
Kecil dan Menengah (UKM), khususnya sektor agrobisnis.
Head of Technical Analyst PT Batavia Prosperindo Securities Billy Budiman
menuturkan, aksi korporasi yang dilakukan BRI akan menguntungkan kedua belah
pihak, baik BRI maupun Bank Agro.
BRI akan diuntungkan karena penyaluran kredit mikronya makin terintegrasi.
Sementara untuk Bank Agro mereka mendapat induk yang berpengalaman dan
membuat bisnis mereka lebih baik, ungkapnya.
(http://economy.okezone.com/read/2011/03/04/278/431264/bri-resmi-akuisisi-
bank-agro)
Kasus akuisisi antara Bank Agro dan Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah
akuisisi horisontal, karena keduanya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
yang sama yaitu perbankan.
Alasan Pengambilalihan Saham
Alasan BRI
1) Pengambilalihan Bank Agro merupakan langkah awal strategi pertumbuhan
secara non organik untuk mengembangkan sektor agribisnis;
2) Terciptanya sinergi antara BRI dan Bank Agro yang akan memperkuat posisi
Bank BRI di segmen UMKM, khususnya di sektor agribisnis. Sehingga BRI
akan membangun sebuah bank komersial terkemuka yang fokus pada sektor
pertanian.
Alasan Bank Agro
1) Langkah Bank Agro untuk meningkatkan kinerja dan permodalan sesuai dengan
kerangka arsitektur Perbankan Indonesia;
2) Bank Agro dapat mewujudkan visi dan misi secara lebih optimal melalui
dukungan permodalan, teknologi dan infrastruktur dari BRI;
3) Keberadaan BRI akan meningkatkan credit standing dan jangkauan pasar Bank
Agro;
4) Terjadinya pola pembinaan dan pengembangan pekerja yang lebih baik
sehingga dapat meningkatkan kompetensi, keahlian dan profesionalisme
terutama pengembangan produk dan pelayanan perbankan di sektor agribisnis.

Dasar hukum
Dasar hukum yang digunakan dalam kasus ini yaitu undang-undag perseroan
terbatas nomor 1 tahun 1995 serta peraturan pelaksanaannya yakni peraturan
pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang penggabungan, peleburan, dan
pengambilalihan perseroan terbatas. Selain ketentuan tersebut, terdapat pula berbagai
ketentuan lain yang mengatur tentang akuisisi ini, khusus untuk perseroan terbatas
tertentu saja seperti ketentuan akuisisi untuk bank.

Sebagaimana diketahui bahwa disamping berlakunya ketentuan dalam


undang-undang perseroan terbatas yang menyangkut dengan akuisisi perusahaan,
maka untuk perseroan terbatas yang bergerak dibidang perbankan berlaku juga
ketentuan tentang perbankan yang berkenaan dengan akuisisi ini. Ketentuan akuisisi
yang dilakukan oleh bank, baik bank sebagai perusahaan target, ataupun bank sebagai
pihak yang mengakuisisi, bersumber dari undang-undang perbankan nomor 10 tahun
1998 yang merupakan perubahan atas undang-undang nomor 7 tahun 1992. Ketentuan
tentang akuisisi bank adalah sebagai berikut:

a. Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 Sebagai Dasar Hukum Akuisisi


Bank
Pasal-pasal dari undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998 Jo Undang-
undang nomor 7 tahun 1992 tersebut yang mengatur akuisisi bank adalah pasal
28, yang dalam hal ini mengatur akuisisi bank bersama-sama dengan merger dan
konsolidasi, dan pasal 27 yang mengatur tentang perubahan kepemilikan bank.
b. Peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1999 tentang merger, konsolidasi dan
akuisisi bank sebagai dasar hukum akuisisi bank
c. Surat keputusan direksi BI Nomor 32/51/KEP/DIR tentang persyaratan dan tata
cara merger, konsolidasi dan akuisisi bank umum sebagai dasar hukum akuisisi
bank.
d. Surat keputusan direksi BI Nomor 32/52/KEP/DIR tentang bank perkreditan
rakyat sebagai dasar hukum akuisisi bank.
e. Surat keputusan direksi BI Nomor 32/52/KEP/DIR tentang persyaratan dan tata
cara merger, konsolidasi dan akuisisi BPR sebagai dasar hukum akuisisi bank.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alasan utama perusahaan lebih melakukan merger dan akuisisi adalah sebagai
strategi utama perusahaan dalam pengembangan perusahaannya, karena dengan
strategi tersebut perusahaan tidak perlu memulai awal bisnis yang baru karena bisnis
share perusahaan telah terbentuk sebelumnya, sehingga tujuan perusahaan akan dapat
dengan cepat terwujud. Selain itu banyak keuntungan lain yaitu peningkatan SDM
perusahaan, peningkatan kemampuan dalam hal pemasaran, skill manajerial, riset,
perpindahan atau transfer teknologi, dan adanya efisiensi biaya produksi perusahaan.
Bagi pihak manajemen, keputusan akuisisi yang tepat, akan mampu
meningkatkan harga saham perusahaan juga akan memberikan kesejahteraan bagi
pemegang saham. Atas hal tersebut manajemen akan memperoleh insentif atau bonus
atas keputusan akuisisi tersebut. Hal tersebut dikarenakan manajer yang bertindak
sebagai pengambil keputusan dapat mempengaruhi perilaku dan kinerja perusahaan.
Dari studi kasus di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan di
Indonesia melakukan penggabungan baik melalui merger atau akuisisi adalah strategi
pertumbuhan eksternal yang bertujuan untuk meningkatkan sinergi perusahaan,
memperluas pasar, menaikkan harga saham, peningkatan kualitas SDM dan teknologi,
serta mewujudkan visi atau misi secara lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Bengtsoon, Ann McDonagh, 1994. Manajemen Merger dan Akuisisi. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo
Fuandy Munir, 2001. Hukum Tentang Akuisisi, Take Over dan LBO. Bandung : Citra
Aditya Bakti.
Hitt, M. A, 2002. Merger dan Akuisisi: Panduan Bagi Para Pemegang Saham Untuk
Meraih Laba, Terjemahan. Cetakan Pertama, Erlangga:Jakarta.
Moin, Abdul, 2003. Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 1. Yogyakarta: Ekonisia.
Muhammad Abdulkadir, 2002. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : Citra Aditya
Bakti.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, No 1 tahun 1995, tentang akuisisi dan yang
mengatur akuisisi bersama-sama dengan merger.

INTERNET

http://eprints.undip.ac.id/15640/1/Ida_Safitri_Kusmargiani.pdf (diakses pada tanggal


10/11/2013 jam 10.20)
http://economy.okezone.com/read/2011/03/04/278/431264/bri-resmi-akuisisi-bank-agro
(diakses pada tanggal 10/11/2013 jam 11.55)

S-ar putea să vă placă și