Sunteți pe pagina 1din 4

SEJARAH PERKEMBANGAN WAYANG WINDU

Star Energy Geothermal (Wayang Windu), merupakan salah satu pembangkit listrik
tenaga panas bumi terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki 2 unit pembangkit, yaitu
unit 1 dengan kapasitas produksi listrik sebesar 110 MW dan unit 2 dengan kapasitas
produksi listrik sebesar 117 MW, sehingga total daya listrik yang dibangkitkan adalah
sebesar 227 MW. Lapangan panas bumi Wayang Windu terletak 35 km tenggara Bandung,
Indonesia mulai beroperasi secara komersil pada bulan Juni 2000, Unit kedua mulai
beroperasi pada bulan Maret 2009. Lebih dari 90% uap yang produksi untuk dua unit ini
dipasok dari sistim dominasi uap dan zona dua fasa di sebelah utara . Simulasi numerik
dikembangkan untuk menentukan apakah Produksi zona dua fasa tersebut bisa beroperasi
secara berkelanjutan. Model ini menggunakan simulasi TOUGH-2 perangkat lunak. Kondisi
awal dan batasnya menggunakan data berdasarkan data yang didpatakan pada area sekitar
wilayah pengeboran. Seperti Distribusi porositas, tekanan, suhu dan kejenuhan air, serta
perubahannya.

Lapangan panas bumi Wayang Windu (Bogie et al., 2009) terletak di provinsi Jawa
Barat, Indonesia, kira-kira 35 km selatan ibukota provinsi tersebut, Lima lapangan panas
bumi highenthalpy terjadi di wilayah Bandung. Lapanagan ini dikaitkan dengan
andesiticstratovolcanos dari Arc Vulkanik Sunda. Selain Wayang Windu, lahan yang
dikembangkan meliputi Kamojang (200 MWe yang dipasang, Suryadharma 2010) dan
Darajat (260 MWe terpasang, Suryadharma et al, 2010), yang merupakan sistem panas bumi
yang didominasi uap di bawah sektor utama (Bogie et al ., 2010) ..

Seperti Wayang Windu, danau Patuha (Layman dan Soemarinda, 2003) dan Karaha-
Telaga Bodas (Moore et al, 2002) berada pada keadaan dengan tutup dua fasa yang
didominasi uap dan karena transisi antara sistem yang didominasi uap dan cair. Kedua
lapangan panas bumi tersebut telah dibor, tapi tidak dikembangkan.

Eksplorasi awal lapangan panas bumi Wayang Windu dimulai pada tahun 1982 ketika
Pertamina melakukan survei geokimia dan geofisika serta lubang gradien pengeboran suhu
(Sudarman et al, 1986). Pada tahun 1991di bor sebuah sumur eksplorasi yang dalam, WWA-1
(yang awalnya ditunjuk WWD-1) dibor (Budiardjo, 1992). Ini adalah penemuan yang baik
untuk sistem geothermal lapangan dan transisi; Sebagai zona dua fase pra-produksi yang
didominasi uap ditemukan di atas reservoir cair. Saat ini, sebanyak 39 sumur telah dibor di
Wayang Windu termasuk 17 sumur produksi aktif, dua sumur reinjeksi aktif dan lima lubang
ramping. Kedalaman sumur produksi antara 1120 m dan 2510 m.

Produksi komersial Unit-1 dimulai pada bulan Juni 2000 dengan turbin kondensasi
110 MWe tunggal. Turbin kondensasi kedua sepenuhnya berproduksi pada bulan Maret 2009
sehingga meningkatkan total kapasitas terpasang lapangan menjadi 227 MWe. Kedua unit
membutuhkan 450 kg / s uap. Sekitar 110 kg / s uap kondensat diproduksi pada 42 C dan
cairan yang terpisah sekitar 50 kg / s dengan entalpi 710 kJ / kg disuntikkan ke dalam sumur
yang terletak di bagian selatan lapangan. Ini dekat dengan batas reservoir dan sekitar 2 km
dari sumur produksi terdekat di pad WWA (Gambar 2).

Pengeboran kedua untuk Unit-2 terfokus pada zona dua fasa utara. Sumur yang sangat
produktif (rata-rata 40 kg / s uap) dibor pada bantalan MBA, MBB, MBD dan MBE, dengan
sebagian besar produksi berasal dari pad MBA. Hal ini mengakibatkan sekitar 90% dari total
produksi uap berasal dari zona dua fase utara. Penurunan lebih lanjut pada tekanan zona dua
fase utara terjadi dengan Unit 2 mulai on line, namun saat ini sedang dalam proses stabilisasi.

Pengembangan lapangan lebih lanjut akan difokuskan untuk mengekstraksi lebih


banyak uap dari zona dua fasa di bagian utara Wayang Windu. Ini meminimalisir biaya
pengeboran, untuk mengakses reservoir yang sangat permeabel, dengan pengoperasian dan
perawatan sederhana dari fasilitas permukaan.

The Wayang Windu geothermal field is located 35 km southeast of Bandung,


Indonesia and started commercial operation in June 2000 at 110 MWe. A second unit came
on line in March 2009, to produce a total of 227 MWe. More than 90% of the steam
production for the two units is supplied from a vapordominated two-phase zone in the north
of the field. A numerical simulation was developed to establish if this production from the
two-phase zone is sustainable. The model uses TOUGH-2 simulation software. Initial and
boundary conditions were defined based on available data from the drilled area. The
distribution of porosity, pressure, temperature and water saturation, and their respective
changes in response to exploitation were assessed. The model was verified by matching
measured downhole temperatures prior to exploitation and downhole pressure and flowing
enthalpies during exploitation. There is good agreement between field data and the
simulation for the two-phase zone.
The Wayang Windu geothermal field (Bogie et al., 2009) is located in the province of
West Java, Indonesia, approximately 35 km south of the provincial capital, Bandung.

Five high\enthalpy geothermal fields occur in the Bandung area. The fields are
associated with andesitic stratovolcanos of the Sunda Volcanic Arc. Besides Wayang Windu,
the developed fields include Kamojang (200 MWe installed, Suryadharma et al, 2010) and
Darajat (260 MWe installed, Suryadharma et al, 2010), which are both vapor-dominated
geothermal systems beneath major sector collapses (Bogie et al., 2010). Like Wayang Windu,
both Patuha (Layman and Soemarinda, 2003) and Karaha Telaga Bodas (Moore et al, 2002)
are liquiddominated at depth with vapor-dominated two-phase caps and are thus transitional
between vapordominated and liquid-dominated systems. Bot fields have been drilled, but not
developed. Initial exploration of the Wayang Windu geothermal field began in 1982 when
Pertamina undertoo geochemical and geophysical surveys as well as drilling temperature
gradient holes (Sudarman et al, 1986). In 1991 a deep exploration well, WWA- (originally
designated WWD-1) was drilled (Budiardjo, 1992). This was the discovery well for the field
and transitional geothermal systems; as a pre-production vapor-dominated two-phase zone
was found lying above a deep liquid reservoir. Currently, a total of 39 wells have been drilled
at Wayang Windu including 17 active production wells, two active reinjection wells and five
slim holes. The depths of the producing wells are between 1120 m and 2510 m. The
commercial production of Unit-1 started in June 2000 with a 110 MWe single condensing
turbine. A second condensing turbine was fully commissioned in March 2009 thus increasing
the total installed capacity of field to 227 MWe. The two units require 450 kg/s of steam.
Around 110 kg/s steamcondensate is produced at 42C and the liquid separate of around 50
kg/s with an enthalpy of 710 kJ/kg is injected into wells located in the southern part of the
field. This is close to the reservoir boundary and about 2 km from the nearest production
wells at the WWA pad .(source, Mulyadi1 and Ali Ashat2)
METODE VOLUMETRIK

kandungan energi panas di dalam reservoir

He = A.h.[(1-) r cr T + (SL L uL + Sv v uv)

He = Kandungan energi panas (kJ)


A= Luas daerah panas bumi (m2)
H = Tebal reservoir (m)

T = Temperatur reservoir (oC)

SL= Saturasi air (fraksi)

SV = Saturasi uap (fraksi)

UL = Energi dalam air (kJ/kg)

Uv = Energi dalam uap (kJ/kg)


= Porositas batuan reservoir (fraksi)
cr= Kapasitas panasbatuan(kJ/kgoC)
r=Density batuan (kg/m3)
L=Density air (kg/m3)
V=Density uap (kg/m3)\
Energi maksimum yang dapat dimanfaatkan :

Hth = Hei Hef


Hth = 147.844.269.936 x 106 - 26.494.409.206,4 x 106
Hth = 121.349.860.729,6 x 106 Mw

S-ar putea să vă placă și