Sunteți pe pagina 1din 10

Studi Kelayakan

Outer Ring Road Semarang Tahun


2009 Sebagai Alternatif Penentuan
Kebijakan PemDA
CAROLINE
Universitas Sultan Fatah Demak
email: carolinehamboro@yahoo.com

ABSTRACT

Each Organization public sector or private have a goals. Strategy need reach a goal of
organization. It is describe at activities. Organization need reins management system for
guarantee to do of strategy organization effective and efficient system. The system for
guarantee to do of strategy organization is decision maker at government region. The example
is Outer ring road Semarang. Semarang have strategy position for national road, Outer ring
road Semarang. Semarang have strategy position for national road, Outer ring road Semarang.
Semarang has a strategy position for national road, province road, regency road and city road.
In order to do need strategy management coordination each regent. Central Government have
plan build ring road Semarang-Solo need supported Government Semarang. The Conclusion
is, first alternative Trase (Gunung Pati street, Cangkiran, Kalimas, Mangkang) have high
feasibility views. First alternative have some problem. Problem solving need a good branch
of road, consistency middle ring road plan at BSB (Bukit Semarang Baru Regency). Second
alternative (Pramuka Street, New street, Kalimas and Mangkang) have feasibility stage two.
Second alternative needs progress anticipate for conservation region plan, middle ring road
plan, space regulation specific for growth ple, intensive socialization society.

Keywords : Management Strategic, Visibility Study, Outer Ring Road Semarang, Analysis
Financial

PENDAHULUAN syarakat dan dapat dikatakan bahwa trans-


Kawasan perkotaan di Indonesia saat portasi menjadi salah satu tulang punggung
ini mengalami pertumbuhan dan perkem- perekonomian suatu negara.
bangan yang pesat. Sebagai realisasinya Keberadaan transportasi sebagai
adalah meningkatnya aktivitas perekono- pendukung pergerakan masyarakat akan
mian di kawasan perkotaan. Kondisi terse- memberikan implikasi positif terhadap se-
but berimplikasi pula pada pertumbuhan makin meningkatnya pertumbuhan dan ke-
maupun perkembangan aktivitas lain di majuan suatu kota. Namun perlu disadari
kawasan perkotaan yang ditandai dengan bahwa, perkembangan transportasi sampai
munculnya beberapa kawasan permuki- saat ini tidak hanya memberikan implikasi
man baru, kawasan industri, perdagangan positif tetapi juga implikasi negatif, seperti
dan jasa (komersial). kemacetan, kesemrawutan dan kecela-
Sejalan dengan pertumbuhan dan kaan lalu lintas. Implikasi negatif tersebut
perkembangan tersebut, maka suatu kota disebabkan oleh meningkatnya pertumbu-
tidak akan pernah lepas dari keberadaan han penduduk yang memberikan penga-
sektor transportasi yang merupakan pen- ruh pada meningkatnya demand terhadap
dukung pergerakan barang dan manusia, sarana maupun prasarana transportasi.
sehingga kebutuhan/ demand terhadap Lebih kompleks lagi, timbulnya permasa-
transportasi akan semakin mengalami pen- lahan transportasi adalah terjadinya keti-
ingkatan. Sektor transportasi merupakan dakseimbangan antara demand dan supply
sektor yang penting dalam kehidupan ma- transportasi, pengaturan ruang dan peng-

Studi Kelayakan . (Caroline) 397


gunaan lahan yang tidak tepat, mening- wasan Banyumanik. Realisasi pemban-
katnya intensitas kepemilikan angkutan / gunan jalan ini diharapkan akan mampu
kendaraan pribadi, menurunnya tingkat pe- mengurangi beban arus transportasi dl ka-
layanan jalan, meningkatnya jumlah pelaku wasan pusat kota yang diakibatkan lalulin-
perjalanan, tumbuhnya aktivitas / kawasan tas regional/nasional menerus dan wilayah
komersial dan sebagainya.
Fenomena ter- selatan (seperti dari Kota Solo) ke wilayah
sebut saat ini terjadi pada sarana-prasarana Kota-Kota di wilayah sebelah Barat pulau
transportasi di Indonesia dan salah satunya Jawa (antara lain Pekalongan, Tegal, Cire-
adalah pada sarana-prasarana transportasi bon, Bandung, Jakarta).
di Kawasan Perkotaan Metropolitan Sema- Oleh karena itu, dalam rangka mewu-
rang. judkan rencana tersebut perlu disusun ka-
Jalan merupakan prasarana penghu- jian kelayakan (FS/Feability Study) terh-
bung melalui darat yang digunakan untuk adap aspek teknis dan ekonomis. Tujuan
lalulintas manusia maupun barang dari su- kegiatan penyusunan Studi Kelayakan
atu tempat menuju tempat lainnya. Selain Outer Ring Road Kota Sernarang, Tahun
fungsi pokok transportasi itu pada aspek 2009 adalah : Melakukan kajian kelayakan
kegiatan penataan ruang, jaringan jalan ekonomi finansial pembangunan outer Ring
memiliki manfaat untuk mengarahkan per- Road (Jalan llngkar luar) Kota Semarang.
tumbuhan sebuah kawasan yang dilintasi-
nya. Sebagaimana telah ditetapkan dalam KAJIAN PUSTAKA
PERDA No. 5 Tahun 2004 tentang Rencana Proses Pengendalian Manajemen Sektor
Tata Ruang Wilayah Kota Semarang dan Publik
PERDA No. 6 sampai PERDA No. 15 Tahun Proses Pengendalian Manajemen
2004 tentang Rencana Detail Tata Ruang Sektor Publik dapat dilakukan dengan
Kota (RDTRK) Bagian Wilayah Kota (BWK) menggunakan saluran komunikasi formal
I sampai Bagian Wilayah Kota (BWK) X, maupun informal. Saluran komunikasi for-
Kota Semarang menetapkan rencana struk- mal terdiri dari aktivitas formal dalam or-
tur jaringan transportasi yang dimaksudkan ganisasi, yang meliputi: 1). Perumusan
untuk mengarahkan pemerataan pelayanan Strategi, 2). Perencanaan Strategi, 3).
Pen-
transportasi dan perkembangan wilayah ganggaran, 4). Pelaksanaan Anggaran, 5).
Kota Semarang. Evaluasi Kinerja. Saluran komunikasi infor-
Salah satu rencana pengembangan mal yang dilakukan secara langsung, perte-
jaringan jalan tersebut adalah Rencana muan informal, diskusi dan metoda mana-
Jaringan Lingkar Luar (Outer Ring Road), gement by walking around.
yaitu rencana sistem jaringan jalan yang
dimaksudkan untuk mengarahkan dan Definisi Transportasi
mencegat pergerakan regional/nasional Transportasi diartikan juga sebagai
yang bersifat lintasan (traffic trought) agar usaha pemindahan atau pergerakan sesua-
pergerakannya tidak membebani ruas-ruas tu dari suatu lokasi ke lokasi lainnya dengan
jalan di kawasan perkotaan wilayah Kota menggunakan suatu alat tertentu. Dengan
Semarang. Ruas-ruas jalan outer ringroad demikian, maka transportasi memiliki di-
tersebut adalah ruas jalan outer ringroad mensi, seperti lokasi (asal dan tujuan), alat
menyisir pantai dari kawasan pantai Kabu- (teknologi) dan keperluan tertentu (Miro,
paten Kendal, kawasan Tugu, kawasan pe- 1997 dalam Gunawan, 2003).
labuhan, kawasan Genuk sampai Kawasan Suatu ruas jalan dapat diturunkan
Pantai Kabupaten Demak dan outer ring- statusnya menjadi lebih rendah apabila
road selatan dan Kawasan Tugu, Kawasan terjadi hal-hal yang berlawanan dengan
Mijen, Kawasan Gunungpati-Kawasan Ba- yang tersebut diatas. Peralihan status
nyumanik-Kawasan Tembalang, kawasan suatu jalan dapat diusulkan oleh pembina
Pedurungan sampai Kawasan Genuk. jalan semula kepada pembina jalan ditu-
Salah satu ruas rencana jaringan ju. Pembina jalan yang menerima usulan
jalan outer ring road yang cukup strategis atau saran memberikan pendapatnya ke-
adalah ruas dari Kawasan Tugu, Kawasan pada pejabat yang menetapkan status
Mijen, Kawasan Gunungpati, sampai Ka- semula. Penetapan status ruas jalan di-

398 EKOBIS Vol.11, No.1, Januari 2010 : 397 - 406


laksanakan oleh pejabat yang berwenang Payback Periode.
menetapkan status baru dari ruas jalan
yang bersangkutan, setelah mendengar HASIL DAN PEMBAHASAN
pendapat pejabat yang menetapkan sta- Rencana struktur tata ruang wi-
tus semula. layah Kota Semarang terbagi dalam be-
berapa hirarki yaitu: Pusat Permukiman
METODE PENELITIAN Perkotaan skala Regional dan Nasional,
Sumber dan Metode Pengumpulan yaitu kawasan pusat kota dengan fungsi
Data perdagangan, jasa, perkantoran, trans-
Data yang digunakan dalam studi portasi, pendidikan, dan olah raga. Pusat
ini adalah data sekunder yaitu berasal Permukiman Perkotaan skala Kota, meli-
dari Bappeda,DLLAJR, BPS Propinsi. puti; Pusat Permukiman Perkotaan BWK
Sedangkan data primer yang digunakan IV di Terboyo, dengan fungsi industri, dan
adalah hasil survey seperti harga lahan, transportasi. Pusat Permukiman Perko-
luas lahan. taan BWK V di Pedurungan, dengan
fungsi perdagangan, dan jasa. Pusat Per-
Analisis Data mukiman Perkotaan BWK VII di Banyu-
Data yang diperoleh dihitung manik, dengan fungsi transportasi, per-
dengan NPV, IRR dan BC Ratio serta dagangan dan jasa, serta militer. Pusat
Tabel 1
Pembagian Wilayah Pengembangan Kota Semarang

No Wilayah Bagian Wilayah Kota Prioritas Peruntukan


Pengembangan
1 Wilayah 1. Bagian wilayah kota I: Kec Perkantoran, Perdagangan, dan
Pengembangan Semarang Tengah, Kec Jasa
Kota I Semarang Timur, Kec
Semarang Selatan
2. Bagian wilayah kota II: Kec Pendidikan dan Olah raga
Gajah Mungkur, Kec
Candisari
3. Bagian wilayah kota III: Transportasi
Kec Semarang Barat dan
Kec Semarang Utara
2 Wilayah 1. Bagian Wilayah Kota IV: Sub urban, wilayah Industri,
Pengembangan Wilayah Genuk transportasi
Kota II 2. Bagian Wilayah Kota X: Sub Urban, wilayah industri, dan
Wilayah Kec Tugu dan Kec perumahan dengan kepadatan
Ngaliyan rendah
3 Wilayah 1. Bagian Wilayah Kota V: Pemukiman dan Pendidikan
Pengembangan Kec Gayamsari dan Kec
Kota III Pedurungan
2. Bagian Wilayah Kota VI: Pendidikan dan Pemukiman
Kec Tembalang
3. Bagian Wilayah Kota VII: Militer dan Pemukiman
Kec Banyumanik
4 Wilayah 1. Bagian Wilayah Kota VIII- Wilayah cadangan pengembangan
Pengembangan Kec Gunung Pati pendidikan dan pengembangan
Kota IV sektor pertanian, meliputi:
perkebunan, peternakan, kehutanan,
dan perikanan darat
2. Bagian Wilayah Kota IX- Wilayah cadangan pengembangan:
Kec Mijen Kawasan pertumbuhan baru sebagai
kota baru; Industri non polutif dan
teknologi tinggi, rekreasi, dan olah
raga: Pengembangan sektor
pertanian yang meliputi; perkebunan,
peternakan, kehutanan, dan
perikanan darat
Sumber: RTRW Kota Semarang 2000-2010

Studi Kelayakan . (Caroline) 399


Permukiman Perkotaan BWK IX di Mijen, Kota Semarang juga menjadi pusat
dengan fungsi industri, perdagangan, dan pendidikan unggulan dalam lingkup nasio-
jasa. Pusat Permukiman Perkotaan skala nal seperti UNDIP, UNNES, UNISSULA,
Bagian Wilayah Kota. Pusat Permukiman UNTAG dan lembaga pendidikan lainnya
Perkotaan BWK VI di Tembalang, dengan menjadikan peranan kota ini semakin vital.
fungsi perdagangan dan jasa. Pusat Per-
mukiman Perkotaan BWK VIII di Gunung- Kedudukan Kota Semarang Dalam Ling-
pati dan Sekaran, dengan fungsi perda- kup Provinsi
gangan dan jasa. Pusat Perdesaan Hirar- Melihat kedudukan Kota Semarang
ki I , meliputi; BWK VIII, di Sumurejo, dan dalam lingkup Propinsi Jawa Tengah, kota
Pongangan, sebagai pendukung kegiatan ini berfungsi sebagai pusat pemerintahan
pertanian kawasan perdesaan BWK VIII. provinsi. Sedangkan peran Kota Semarang
BWK IX, di Polaman, sebagai pendukung sendiri sebagai Pusat Kegiatan Nasional
kegiatan pertanian kawasan perdesaan (PKN) bagi Propinsi Jawa Tengah. Dalam
dan agrowisata. Pusat Perdesaan Hirarki rumusan RTRW Propinsi Jawa Tengah,
II, berada di pusat-pusat desa lain di ka- Kota Semarang bersama dengan Kota Ci-
wasan perdesaan, dengan fungsi pendu- lacap, Surakarta, Purwokerto dan Kudus
kung kegiatan pertanian. Secara lengkap, mempunyai fungsi skala pelayanan nasio-
Pembagian wilayah pengembangan, BWK nal (PKN), yang diantaranya berfungsi se-
beserta prioritas peruntukannya di Kota bagai: (1) Pusat yang mempunyai potensi
sebagai pintu gerbang ke kawasan-kawa-
Semarang dapat dilihat pada tabel1.
san internasional dan mempunyai potensi
untuk mendorong daerah sekitarnya. (2).
Kedudukan Kota Semarang Dalam
Pusat jasa-jasa pelayanan keuangan/bank
Lingkup Nasional dan Pulau
yang melayani nasional/beberapa propinsi.
Dalam skala regional dan nasional,
(3) Pusat pengolahan/pengumpul barang
Kota Semarang memiliki peranan yang
secara nasional/beberapa propinsi. (4) Sim-
sangat penting. Kota ini menjadi salah
pul transportasi secara nasional/beberapa
satu PKN (Pusat Kegiatan Nasional) di
propinsi. (5) Pusat jasa-jasa publik yang
Indonesia. Hal

ini dapat terlihat dalam be- lain untuk nasional/beberapa propinsi.
berapa hal diantaranya: Melihat kedudukan Kota Semarang
Kota Semarang memiliki bandar dalam lingkup perwilayahan salah satu
udara Ahmad Yani dan Pelabuhan Tan- bentuknya adalah kedudukan Kota Sema-
jung Emas yang dikembangkan dengan rang dalam lingkup Joglosemar (Jogyakar-
standar internasional; Keberadaan dua ta, Solo dan Semarang) yang ketiga kota
infrastruktur ini jelas memberikan andil tersebut (Jogya, Solo dan Semarang)
yang sangat besar bagi perkembangan berfungsi sebagai simpul pertumbuhan.
beberapa wilayah di Indonesia. Kedua Antar simpul pertumbuhan yang ada di-
sarana transportasi ini menjadi pintu ger- hubungkan dengan koridor jalan dengan
bang bagi masyarakat dalam negeri mau- batasan fungsi koridor Semarang-Jogya-
pun luar negeri. Dengan semakin mudah karta sebagai arena pusat pengemban-
dan cepatnya aktivitas masyarakat yang gan pertanian dan koridor Semarang-Jo-
ada, tentunya semakin mempercepat gyakarta dikembangkan berbagai macam
perkembangan wilayah di sekitarnya. kegiatan industri.
Kota Semarang merupakan kota
unggulan yang berkontribusi dalam Kedudukan Kota Semarang dalam Ka-
perkembangan perekonomian nasional; wasan Kedungsepur
Keberadaan berbagai aktivitas ekonomi Kawasan Strategis Kedungsepur
(industri) yang berskala nasional mem- merupakan salah satu kawasan strate-
berikan andil besar bagi pertumbuhan gis di Provinsi Jawa Tengah, yang terdiri
perekonomian nasional. Dengan berbagai dari 6 (enam) kabupaten/kota. Kawasan
macam aktivitas industri yang ada, menjadi ini memiliki posisi yang strategis dalam
sumber lapangan pekerjaan bagi masyara- pengembangan perwilayahan Provinsi
kat di luar Kota Semarang. Jawa Tengah maupun dalam konteks

400 EKOBIS Vol.11, No.1, Januari 2010 : 397 - 406


perwilayahan yang lebih luas. Semarang yang ada, sektor perdagangan, hotel dan
merupakan pusat kegiatan perekonomi- restoran merupakan sektor yang mem-
an, pemerintahan, sosial dan budaya bagi berikan kontribusi terbesar perekono-
wilayah lainnya di Provinsi Jawa Tengah. mian Kota Semarang. Hal ini diperlihat-
Di Provinsi Jawa Tengah terda- kan kontribusi sektor ini yang mencapai
pat 5 (lima) jenis kawasan tertentu, yaitu 35%. Sedangkan sektor industri sebagai
kawasan kerjasama strategis dalam sektor penunjang utama yang diperlihat-
provinsi, kawasan kerjasama perbatasan kan dengan kontribusinya sebesar 31%.
antar provinsi, kawasan konservasi ekol- Sedangkan sektor jasa sebagai sektor
ogis dan perlindungan terhadap bencana ketiga terbesar yang memberikan kon-
alam, kawasan tertinggal, serta kawasan tribusi, yaitu sebesar 13%. Untuk sektor
khusus pertahanan keamanan. Sedang- lain, onribusi yang diberikan berkisar an-
kan yang masuk ke dalam Kawasan Ke- tara 0 8%.

Tabel 2
Perkembangan Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Total PDRB
Kota Semarang Tahun 2002-2007 (dalam %)
SEKTOR/SUB SEKTOR 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pertanian 1,16 0,79 0,68 0,68 0,66 0,66
Pertambangan dan Penggalian 0,25 0,25 0,26 0,26 0,25 0,25
Industri Pengolahan 31,97 31,41 31,56 31,86 31,34 31,04
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,45 1,45 1,43 1,52 1,61 1,67
Bangunan 3,51 3,57 3,63 3,59 3,54 3,71
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 35,01 35,74 35,39 35,34 35,83 35,62
Pengangkutan dan Komunikasi 6,75 7,09 7,35 7,30 7,51 7,97
Lembaga Keuangan, Persewaan 6,47 6,63 6,48 6,35 6,31 6,22
Jasa 13,40 13,06 13,23 13,10 12,95 12,84
TOTAL 100 100 100 100 100 100
Sumber : PDRB Kota Semarang 2002 2007, BPS

dungsepur yang menjadikan Kota Sema- Berdasarkan tabel 2 di atas da-


rang sebagai pusatnya adalah Kawasan pat dilihat bahwa pada selama 6 tahun
Kerjasama Strategis dalam Provinsi ; a) terakhir Sektor Perdagangan, Hotel dan
Kedungsepur (Kendal, Ungaran, Sema- Restoran merupakan sektor yang paling
rang, Salatiga, Demak, dan Purwodadi). besar memberikan kontribusi. Secara ku-
b) Kawasan Sentra Produksi Rawapen- antitatif sektor ini memberikan kontribusi
ing. Kawasan Konservasi Ekologis dan yang stagnan, yaitu sebesar 35%. Hal ini
Perlindungan terhadap Bencana Alam; juga ditunjukan oleh kontribusi sektor indu-
a) Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) stri pengolahan yang cenderung mengala-
Kaligarang. b) Kawasan Penanganan mi penurunan dan besar kontribusinya juga
Banjir Jawa Tengah Bagian Utara. Ka- stagnan dikisaran 31%.
wasan Khusus Pertahanan Keamanan Untuk sektor lainnya, secara umum
(Hankam), Kawasan ini secara umum juga menujukkan kondisi yang sama. Stag-
merupakan lahan olahan yang digunakan nasi kontribusi dari beberapa sektor yang
dan dikuasai oleh institusi pertahanan ke- ada. Untuk sektor pertanian berkisar di an-
amanan negara (Kodam IV/Diponegoro tara 0,6-1,1%, untuk sekitar pertambangan
dan Polda Jawa Tengah) untuk kepentin- berkisar pada nilai 0,25%, untuk lembaga
gan pertahanan dan keamanan yang le- keuangan, persewaan berkisar pada nilai
taknya tersebar di wilayah Provinsi Jawa 6,2-6,4%. Justru sektor listrik, gas, air dan
Tengah. sektor pengangkutan, komunikasi terlihat
perkembangannya, yaitu pada nilai 1,4-
Struktur Ekonomi Kawasan Kota/Per- 1,6% dan 6,7-7,9%. Peningkatan ini lebih
kotaan disebabkan faktor pertumbuhan penduduk
Apabila melihat kontribusi sektoral Kota Semarang yang terus membutuhkan
peningkatan pelayanan kedua sektor ini.

Studi Kelayakan . (Caroline) 401


Pertumbuhan Ekonomi gaan Pasar Gunungpati Pertigaan Cang-
Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten kiran; Ruas Jalan Raya Mijen Boja, dari
Semarang (Berdasarkan harga Konstan Pertigaan Cangkiran Perempatan Jalan
2000) Tahun 2007 cukup tinggi yaitu beki- Kalimas. E1 Ruas Jalan Ngadirgo Gang
sar antara 4,72 persen. Rowosari V (Depan Terminal Mangkang).E2
Di tahun 2007 Kabupaten Sema- Ruas Jalan Ngadirgo- Jalan Raya Kaliwun-
rang termasuk dalam kuadran III dalam Kla- gu-Kendal. Ruas Segmen Alternatif Jalan
son Tipologi yaitu PDRB per kapita tinggi Pramuka Perempatan Jalan Kalimas
(Rp. 9.080.095,10juta) dan pertumbuhan Alternatif 1 terdiri dari segmen A-D
PDRB Per Kapita rendah (4,72%). sedangkan alternatif 2 terdiri dari segmen
Berdasarkan hasil perhitungan E dan F.
LQ (Location Quotient)Tahun 2007 dike-
tahui bahwa sektor unggulan (sektor ba- Penentuan Alternatif Trase
sis) Kabupaten Semarang adalah industri Dari berbagai kajian yang sudah dila-
(1,78),listrik dan air bersih (1,04). Sedang- kukan, didapatkan 4 (empat) alternatif trase
kan sektor Non Basis lainnya adalah Keu- jalan tembus Srondol-Sekaran. Alternatif-
Tabel 3
Klason Tipologi
PDRB Perkapita Jawa Tengah Tahun 2007 Rp. 8.419.159,50 juta dan pertumbuhan ekonomi Jawa
Tengah 5,97 %
Kuadran I
PDRB Per Kapita rendah,pertumbuhan Kuadran II
tinggi PDRB Per Kapita tinggi ,pertumbuhan tinggi
Kabupaten Purworejo (6.478.747,52) Kota Semarang (21.053.394,04 juta) (5,98%)
(6,08%) Kabupaten Semarang (9.080.095,10) (4,72)

Kuadran IV
PDRB PerKapita rendah,pertumbuhan Kuadran III
rendah PDRB Perkapita Tinggi ,pertumbuhan rendah
Kota Salatiga (7.843.013,64), (5,39) Kab. Semarang (9.080.095,10) (4,72%)

angan, persewaan dan jasa perusahaan alternatif tersebut mempertimbangkan be-


(0,86),perdagangan, hotel dan restoran berapa hal sebagai berikut : (1) Efisiensi
(0,85),jasa-jasa (0,83),pertanian (0,68), waktu tempuh perjalanan Pudak Payung
bangunan (0,61),angkutan dan komuni- Ngaliyan. (2) Meminimalisir pembebasan
kasi (0,47), pertambangan dan penggalian lahan sehingga sedapat mungkin menggu-
(0,12). nakan trase jalan yang sudah ada. (3) Me-
minimalisir biaya pembangunan dan biaya
Sektor Basis dan pemeliharaan OUTER RING ROAD ini.(4)
Analisis Finansial Outer Ring Road Keterkaitan dengan jaringan jalan yang su-
Semarang dah ada dan perencanaan jaringan jalan ke
Trase rencana outer ring road akan depan (terutama middle ring road).
melalui wilayah Kecamatan Banyumanik, Trase OUTER RING ROAD Sema-
Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Mi- rang direncanakan terdiri dari beberapa al-
jen, Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan ternatif rute sebagai berikut; Segmen yang
Tugu. Untuk memudahkan kajian prospek menghubungkan Jalan Raya Semarang-
pengembangan trase outer ring road ini, Ungaran dengan Perempatan Kalimas Se-
pembahasan akan terbagi ke dalam 5 seg- marang. Segmen ini memiliki dua alternatif
men penggal jalan dan 1 kemungkinan seg- rute yaitu: Alternatif A B C D, yang
men alternatif, meliputi: terdiri dari segmen A, segmen B, segmen
A1.Ruas Jalan Pramuka SMP Ne- C dan segmen D. Segmen A terdiri dari 2
geri 24 Semarang; A2.Jalan Raya Unga- alternatif, yaitu:
ran- SMP Negeri 24 Semarang; Ruas Ja- i. Alternatif A1, menghubungkan Daerah
lan Raya Gunungpati, dari SMP Negeri 24 Pudak Payung dengan Pertigaan SMP 24
Semarang Pertigaan Pasar Gunungpati; Semarang.
Ruas Jalan Raya Gunungpati, dari Perti- ii. Alternatif A2, menghubungkan Terminal

402 EKOBIS Vol.11, No.1, Januari 2010 : 397 - 406


Ungaran dengan Pertigaan SMP 24 Sema- SOCC (bunga bank yang berlaku umum),
rang. artinya investasi ini dinyatakan feasible un-
Segmen B menghubungkan Per- tuk dikembangkan.
tigaan SMP 24 Semarang dengan Pasar Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio)
Gunungpati, segmen C menghubungkan Perbandingan antara net benefit yang telah
Pasar Gunungpati dengan Pertigaan Cang- didiscount positip dan net benefit yang telah
kiran, dan segmen D menghubungkan Per- di discount negatif menghasilkan nilai lebih
tigaan Cangkiran dengan Persimpangan besar dari satu, artinya investasi dinyata-
Kalimas. kan feasible (layak) untuk dikembangkan.
Alternatif ini sudah memiliki embrio DF = 10% 0,80
pada keseluruhan panjang segmen, karena DF = 12% 0,52
pada alternatif rute ini merupakan rute yang DF = 14% 0,30
menghubungkan daerah Pudak Payung, Pay Back Periode (PBP) Jumlah arus
Gunungpati dan Ngaliyan. penerimaan secara kumulatif sama dengan
Alternatif F ini terdiri dari segmen jumlah investasi yang ditanamkan dalam
F yang menghubungkan daerah Pudak bentuk present value. Investasi dinyatakan
Payung dengan Persimpangan Kalimas. feasible (layak) untuk dijalankan, karena
Alternatif F ini sudah memiliki embrio pada masa pengembalian investasi berada di ba-
beberapa segmen jalan dan merupakan wah usia investasi.
pembangunan jalan baru di beberapa seg-
men jalan yang lainnya. Ada rute ini juga Analisis Kelayakan Finansial Alternatif 2
memerlukan pembangunan jembatan yang Net Present Value (NPV) yang di-
baru karena alternatif F ini sama sekali be- hasilkan dengan menggunakan berbagai
lum memiliki jembatan yang menghubunga- tingkat social opportunity cost of capital
kan rute yang harus melintasi sungai. (SOCC) sebagai discount factor baik kon-
Segmen yang menghubungkan Pe- disi optimis maupun pesimis lebih besar
rempatan Kalimas dengan Jalan Raya Se- dari (0) nol, dengan demikian dinyatakan
marang Kendal. feasible (layak) untuk dikembangkan.
Segmen ini memiliki dua alternatif DF = 10% Rp 1.273.997.149.640
rute, yaitu: Alternatif E1, menghubungkan DF = 12% Rp 938.435.739.875
Perempatan Kalimas dengan Jalan Raya DF = 14% Rp 675.552.683.677
Mangkang. Alternatif E2, menghubungkan Internal Rate Of Return (IRR). Ting-
Perempatan Kalimas dengan Jalan Raya kat discount rate yang menghasilkan NPV
Semarang-Kendal di depan Terminal Mang- sama dengan (0) nol menghasilkan IRR
kang. (internal rate of return) yang lebih besar dari
SOCC (bunga bank yang berlaku umum),
Analisis Kelayakan Finansial Alternatif artinya investasi ini dinyatakan feasible un-
Hasil perhitungan kelayakan in- tuk dikembangkan.
vestasi menggunakan Net BCR, NPV, IRR DF = 10% Rp 13 Tahun (Rp
dan PBP dapat diuraikan sebagai berikut : 100.596.581.122 )
Net Present Value (NPV) yang di- Net Benefit Cost Ratio (Net B/C ratio).
hasilkan dengan menggunakan berbagai Perbandingan antara net benefit yang telah
tingkat social opportunity cost of capital didiscount positip dan net benefit yang telah
(SOCC) sebagai discount factor baik kon- di discount negatif menghasilkan nilai lebih
disi optimis maupun pesimis lebih besar besar dari satu, artinya investasi dinyatakan
dari (0) nol, dengan demikian dinyatakan feasible (layak) untuk dikembangkan.
feasible (layak) untuk dikembangkan. DF = 10% 1,46 (Go)
DF = 10% Rp 928.001.261.480 DF = 12% 1,08 (Go)
DF = 12% Rp 599.796.182.438 DF = 14% 0,78 (No Go)
DF = 14% Rp 342.876.841.855 Pay Back Periode (PBP) Jumlah arus
Internal Rate Of Return (IRR) ting- penerimaan secara kumulatif sama dengan
kat discount rate yang menghasilkan NPV jumlah investasi yang ditanamkan dalam
sama dengan (0) nol menghasilkan IRR bentuk present value. Investasi dinyatakan
(internal rate of return) yang lebih besar dari feasible (layak) untuk dijalankan, karena

Studi Kelayakan . (Caroline) 403


masa pengembalian investasi berada di ba- Alternatif Trase II (Jalan Pramuka,
wah usia investasi. Badan jalan baru, Kalimas, Mangkang)
DF = 10% 20 Tahun (Layak) dari sisi kelayakan teknis dan ekonomi
DF = 12% 18 (Layak) menunjukkan kelayakan dengan prioritas
DF = 14% Tidak Layak kedua setelah alternatif I, namun terdapat
Dari penilaian kajian teknis diam- masalah-masalah yang harus diantisipasi
bil kesimpulan alternatif trase jalan outer jika trase ini dibangun. Untuk itu diperlu
Ring Road dengan urutan prioritas sesuai langkah-langkah antisipasi sebagai berikut:

Tabel 7
Analisis Finansial Alternatif 1 dan 2
No. Analisis Alternatif 1 Alternatif 2
Finansial
1 Nilai investasi Rp 1.156.683.637.705 Rp 870.741.928.785
2 Masa investasi 20 Tahun 20 Tahun
3 Net Present DF=10%Rp. 928.001.261.480 DF=10%Rp 1.273.997.149.640
Value (NPV) DF=12%Rp. 599.796.182.438 DF=12%Rp 938.435.739.875
DF=14%Rp. 342.876.841.855 DF=14%Rp 675.552.683.677

4. Payback Periode Dengan batas masa investasi 20 Dengan batas masa investasi 20
tahun, maka didapatkan : tahun, maka didapatkan :
1. DF 10%, Payback periode 4. DF 10%, Payback periode
adalah 14 tahun adalah 20 tahun
2. DF 12%, Payback periode 5. DF 12%, Payback periode
adalah 12 tahun adalah 19 tahun
3. DF 14%, Payback periode 6. DF 14%, Payback periode
adalah 10 tahun adalah tidak layak
4. Benefit Cost DF=10% 0,80 (Tidak Layak) DF=10% 1,4 (Layak)
Ratio (B/C Ratio) DF=12% 0,52 (Tidak Layak) DF=12% 1,08 (Layak)
DF=14% 0,30 (Tidak Layak) DF=14% 0,78 (Tidak Layak)

urutan prioritas sebagai berikut dan dita- Perlu perencanaan dengan wilayah konser-
mpilkan dengan hasil kelayakan teknis dan vasi, perlu perencanaan ulang ruas midle
kelayakan ekonomi : Alternatif I; Segmen A ring road, pengaturan tata ruang khusus di
B C D - E ( Jalan Raya Gunung Pati, sekitar jalan untuk mengendalikan pertum-
Cangkiran, Kalimas, Mangkang ). Alternatif buhan, dan perlunya sosialisasi yang in-
II : Segmen F E (Jalan Pramuka, Badan tensif dengan masyarakat. Terkait dengan
jalan baru, Kalimas, Mangkang) studi ini maka rekomendasi yang diberikan
untuk rencana Outer Ring Road adalah se-
SIMPULAN DAN SARAN bagai berikut:
Simpulan yang diperoleh dalam studi Penyusunan zonning regulation
ini adalah sebagai berikut : dan RTBL sebagai arahan atau pedoman
Alternatif Trase I (Jalan Raya Gu- mengenai zonasi pada suatu kawasan dan
nung Pati, Cangkiran, Kalimas, Mangkang) penggunaan lahan yang lebih detail di da-
dari sisi kelayakan teknis dan ekonomi lamnya. Melihat jalur yang dilalui outer ring
memberikan tingkat kelayakan paling tinggi road ini terdapat kawasan konservasi maka
, namun terdapat masalah-masalah yang diperlukan suatu pengendalian bangu-
harus diantisipasi jika trase ini dibangun. nan, untuk meminimalisir konversi lahan
Untuk itu diperlu langkah-langkah antisi- konservasi menjadi terbangun. Selain itu,
pasi sebagai berikut; Perlu perencanaan juga mempertahankan kekhasan wilayah
Simpang dengan baik, konsistensi rencana Gunungpati dan Mijen sebagai penyangga
midlle ring road melalui BSB (Bukit Sema- Kota Semarang. Penyusunan RTBL disesu-
rang Baru). Pengaturan tata ruang khu- aikan dengan rencana tata ruang kota dan
sus di sekitar jalan outer ring road untuk rencana penggunaan lahan yang tertuang
mengendalikan pertumbuhan. dalam RTRW dan RDTRK Kota Semarang.

404 EKOBIS Vol.11, No.1, Januari 2010 : 397 - 406


Untuk mengendalikan bangunan di taan metropolitan Kedungsepur, diharap-
sepanjang outer ring road, maka jalan yang kan dapat mencerminkan ciri khas kawasan
akan direncanakan dilengkapi dengan jalur metropolitn, berkaitan dengan struktur kota.
hijau sepanjang 10 meter kanan dan kiri ja- Alternatif yang diusulkan adalah jaringan ja-
lan. Jalur hijau ini selain berfungsi sebagai lan outer ring road di ujung selatan melalui
pengendali bangunan juga sebagai green- jalan raya Ungaran Gunungpati.
belt dan kawasan resapan air. Berkaitan dengan rencana outer ring
Rencana outer ring road Kota Se- road ini yang akan melalui jalan Ungaran
marang akan berdampak pada perubahan - Gunungpati, sehingga akan ada lintas
guna lahan baik itu, adanya pembebasan daerah. Untuk itu, perlu adanya koordinasi
lahan di sekitar ring road maupun pembu- yang kuat dan jelas karena menyangkut
kaan lahan baru. Kebutuhan jalan selebar dua kewenangan daerah yang berbeda.
50m (25m ke kanan dan 25m kekiri) di be- Rencana Jalan Outer Ring Road
berapa titik akan mengakibatkan pembeba- harus segera disusuli Rencana Detail De-
san lahan permukiman. Dengan adanya la- sain sehingga perubahan-perubahan di
han yang baru di sepanjang outer ring road lapangan dapat diminimalisir. Untuk me-
ini akan menimbulkan aktivitas baru yang maksimalkan managemen lalu lintas perlu
perlu diwadahi dan dibatasi dengan ketat adanya simpang-simpang yang didesain
sehingga tetap mempertahankan fungsinya khusus adalah sebagai berikut; Simpang
sebagai kawasan konservasi. Jalan Pramuka, Simpang Cangkiran, Sim-
Merencanakan rest area di salah satu pang Kalimas, Simpang Mangkang.
kawasan yang dilalui outer ring road. Selain Direkomendasikan struktur jalan
sebagai tempat peristirahatan pengemu- dalam bentuk fronted road dengan akses
di, dapat sebagai kawasan rekreasi yang masuk yang dibatasi
berkonsep rekreasi alam yang dapat mem-
pertahankan kawasan hijau.
Pembangunan jaringan jalan di
Kota Semarang sebagai kawasan perko-

DAFTAR PUSTAKA

Davis, K. & Newstrom, J.W. (1996), Perilaku dalam organisasi, Ahli bahasa Agus Dharma,
Edisi kedua, jilid -1, Erlangga, Jakarta.
Dessler, G. (2000), Human Resource Management, Eighth Edition. Prentice Hall International
Inc., USA.
Gomolski, B.C. (1998), Technies Want More Than Pay, Journal of Computerworld, Vol. 11,
pp. 49-50.
Hariandja, M.T.E. (2002), Manajemen SDM: Pengadaan, Pengembangan, Pengkompensasian
dan Peningkatan Produktivitas Pegawai. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
Jakarta.
Indrawijaya, Adam Ibrahim. (2000), Perilaku Organisasi, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Mangkunegara, A.P. (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Pertama, Rosda,
Bandung.
Meilan Sugirato, Taher Alhabsy, Al-Musadieq, (2001), Pengaruh Kompensasi dan Karakteristik
Pekerjaan terhadap Kepuasan Kerja, Wacana, Vol. 4, No. 1, Surabaya
Moh. (1998), Psikologi Industri. Edisi kelima, liberty, Yogyakarta.
Mondy, R.W. & Noe, R.M. (1993), Human Resource Management, Sixth Edition, Allyn & Bacon
Inc, USA.
Muhammad Choiri, Bambang Swasto, Al-Musadieq, (2001), Faktor Individu dan Faktor
Lingkungan sebagai Pembentuk Perilaku Kerja.. Wacana, Vol. 1, Surabaya.
Nimran, Umar. (1993), Perilaku Organisasi. Cetakan Pertama, CV. Astramedia, Surabaya
Robbin,
Siparmoko (2002), Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Penerbit
Andi, Yogyakarta.

Studi Kelayakan . (Caroline) 405


Stephen P. (2001), Perilaku Organisasi. Konsep Kontroversi, Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia,
Jilid 1, Alih bahasa Hadyana Pujaatmaka Benjamin Molan, PT. Prenhallindo, Jakarta.
Thoha, Miftah. (2001), Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Umar, Husein. (1999), Riset Sumber Daya Manusia dalam organisasi, Edisi revisi dan
perluasan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wexley, K.N. & Yuki, G.A. (1992), Perilaku Organisasi dan Psikologi Perusahaan, Rineka
Cipta, Jakarta.
Winardi, J. (2001), Motivasi dan pemotivasian dan Manajemen, Edisi 1, cetakan 1, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Zulkarnain, J. (1993), Perencanaan dan Analisa Proyek, Lembaga Penerbitan Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

406 EKOBIS Vol.11, No.1, Januari 2010 : 397 - 406

S-ar putea să vă placă și