Sunteți pe pagina 1din 4

DAFTAR PUSTAKA

DEFINISI
WOC (Web of Coution)
American Academy of Pediatric. (2004). Clinical Practice Guideline : Management of
Merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi HIPERBILIRUBIN hyperbilirubinemia in the newborn Infant 35 or more weeks of gestation. Jurnal
dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus yaitu Ida Ayu Kade Sri Widiastuti Pediatric. Vol. 114 No. 1 July 2004.
http://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/114/1/297
perubahan pada kulit, sklera dan kuku NPM : 1606859456
Dapat terjadi akibat peningkatan bilirubun tidak Bhethanabhotla,S., Thukral, A., Sankar, M. J., Agarwal, R., Paul, V. K. (2013). Effect of
terkonjugasi mau terkonjugasi. (Hockenberry & Wong: position of infant during phototherapy in management of hyperbilirubinemia in late
2009) preterm and term neonates : A rondomized controlled trial. Jurnal of Perinatology.
Vol 33 795 799. Nature Amerika, inc. http://www.nature.com/jp

Bulechek,G.M., Butcher,H.K., Dochterman, J.M & Wager,C.M. (2013). Nursing


Prevalensi : Intervention classification (NIC). USA : Mosby
HIPERBILIRUBIN
CMNRP. (2013). Newborn hyperbilirubinemia : A self learning module.
Sekitar 60 % dari kelahiran bayi cukup bulan http://www.cmnrp.ca/uploads/documents//CMNRP_Newborn_Hyperbilirubinemia_S
menderita joundice beberapa hari setelah kelahiran. elf_Learning_Module_FINAL_2013_02_05.pdf
Breast feeding joundice terjadi di minggu pertama
Division of nutrition of phyisical activiti and obesity. (2015). Joundice: Should a mother
kehidupan pada 1 dari 10 kelahiran bayi hidup, continue breastfeeding if her child has jaundice?. National center disease and
sedangkan kejadian breast milk joundice lebih sedikit prevention control. 1600 Clifton Road Atlanta, GA 30329-4027USA. 800-CDC INFO
https://www.cdc.gov/chronicdisease/
dibandingkan breast feeding joundice yaitu di
perkirakan 1 diantara 200 kelahiran bayi hidup Herdman, T.H& Komitsuru (Eds). (2014). NANDA Interntional Nursing Diagnosis :
Definitions and classification, 2015-2017. Philadelphia: Willey Black Well
(CDC,2015).
Hockenberry, M.J & Wilkinson, O.(2013). Wongs essential of pediatric nursing. Ninth
Joundice neonatal/hiperbilirubin terjadi pada 50 - Edition. Missoury:Mosby
70% bayi baru lahir cukup bulan dan sehat. Angka ini
Konukbay,D., Sarici, S. U., Akbayrak, N. (2014). Analysis of the relationship between
meningkat menjadi 80% pada bayi prematur dan serum bilirubin levels and frequency of urinations and stooling in infants in the first
beresiko terhadap encephalopathy ( kernikterus) week of life. International Jurnal of Caring Sciences. Vol 7 Issue 3, 864-872.

(Konukbay,D. et al. 2014) Mali, P. H,. (2004). Nurse responsibility in phototherapy. Nursing Jurnal of India. Vol.
XCV.;No. 1.; Jan 2004.
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir 5 -10 %
Patel, M., Munshi,S., Mehariya, K. M. (2014) Effect of fluid supplementation severe
memerlukan intervensi untuk yang patologis. Hampir neonatal hyperbilirubinemi. International Jurnal of Science and Research (IJSR). Vol. 3;
8% sampai 11% dari neonatus menderita issue 12; Desember 2014. Peper ID : SUB 141079
hiperbilirubinemia. Sekitar 60% -80% dari bayi yang Ridha,H.N.(2014). Buku ajar keperawatan anak. Cetakan 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
sehat menderita penyakit kuning neonatal idiopatik.
Szucs, K. A., Rosenman, M. B. (2013). Family centerd, evidance based phototherapy
Menurut National Neonatal Perinatal Database
delivery. Pediatrics. Vol 131; issue 6; June 2013 ; DOI : 101542/Peds 2012 3479.
(NNPD) kejadian hiperbilirubinemia pada neonatal
pada kelahiran hidup adalah 3,3%, sedangkan Ullah, S., Rahman,K., Hendayati, M. (2015) Hyperbilirubinemia in neonates: Types,
causes, clinical
morbiditas terjadi karena hiperbilirubinemia examinations, preventive measures and treatments: A narrative. Iran J Public Health,
mencapai angka 22,1% (Ullah,et al. 2015). Vol. 45; No.5; May 2016; pp.558-568.
ETIOLOGI Bayi aterm Faktor Resiko
Kadar bilirubin bertahap
naik 10 mg%

1. Faktor maternal : Usia gestasional (35-38 minggu), maternal diabetes, pre Hemolitik:
Gangguan ekresi Gangguan dalam proses Produkasi bilirubin yang eklampsi, penggunaan oksitosin selama persalinan, riwayat keluarga Gangguan fungsi hati
ambil dan konjugasi hepar berlebihan joundice, liver disease) Penyakit Rhesus, Inkompatibilitas ABO,
2. Faktor Neonatus (Asfiksia, fetal hipoksia, hipotermia, hipoglikemia,
polisitemia, sepsis,asidosis, kongenital enzim, endokrin disorders.
Bayi prematur
Kadar bilirubin 12,5 mg% Prematur, GI anomali, poor nutrition, dehidrasi, peningkatan sirkulasi
enterohepatik,) (CMNRP,2013)

Patofisiologi
Kemampuan hati mengonjugasi Rendahnya konsentrasi
Fisiologis bilirubin msh rendah krn albumin
terbatasnya produksi glukoronil Gangguan fungsi hati
transferase Ikatan plasma-bilirubin
rendah
Hemoglobin terpecah mjd 2 fraksii Massa sel darah merah
meningkat
Tingginya kebutuhan
Digunakan fungsi hepar setelah Hemolisis SDM
Heme Globin
tubuh kelahiran

Bilirubin tidak Terkonjugasi Pemecahan hemoglobin dan


Hepar tidak mampu protein
(suatu zat tidak larut yang
terikat pd albumun melakukan konjugasi
masuk hem lainnya
Dikonversi dengan cara reduksi
Suplai bilirubin tidak
Diserap mukosa usus dan terkonjugasi meningkat
Siklus Enterohepatik (SE)

HATI ditransport
Bilirubin tidak
terkonjugasi
Bilirubin tidak
Bilirubin dilepas meningkat
Enzim glukoronil terkonjugasi meningkat
dari molekul
transferase abumin HIPERBILIRUBIN

Dikonjugasikan dgn as.


Bilirubin tidak terkonjungasi
Glukoronil

Bilirubin indirect terikat dengan


Enzim B-glucuronidase albumin
Bilirubin glukoronat MK : Hipertermia
mengkonversi Bilirubin indirek yang
terkonjugasi Terpisah dari albumin pada bebas
hepatosit
Enzim glukoronil Dapat melewati sawar
Bakteri Diekresi Bilirubin otak ootakotadarah
mereduksi terkonjunggasi/direct kernikterus otak
bilirubin Usus empedu
terkonjugasi Sebagian Kembali ke hati melalui SE dema MK : Pemenuhan nutrisi
m
kurang dari kebutuhan tubuh
Bilirubin menumpuk pada
UROBILINOGEN Sebagian mengalami hidrolisis ganglia basal dan nukleus Tidak mau
batang otak menyusu
Diekresi

Iritabilitas Letargi
Sterkobilinogen <<< urine MK : Resiko gangguan
integritas kulit
>>> Feses Warna kuning
HIPERBILIRUBIN

JOUNDICE / IKTERUS NEONATORUM

JAUNDIS MK: Ikterik neonatus BREAST MILK Penyakit Hemolitik


Intervensi: BREAST FEEDING JAUNDICE
FISIOLOGIS
1. Monitoring bayi baru lahir: mengukur dan JAUNDICE Penyebab : Penyebab :
Penyebab :
Penyebab : Kemungkinan ada faktor (pregniol. As. Inkompatibilitas antigen darah
Fungsi hepatik imatur ditambah mengintrepetasikan status fisiologis neonatus
Berkurangnya asupan susu Lemak dan B-glucuronidase) dalam ASI menyebabkan hemolisis SDM.
peningkatan beban bilirubin dari pada 24 jam pertama setelah kelahiran sehubungan dengan sedikitnya kalori yang mencegah konjugasi bilirubin . Hati tidak mampu mengonjugasikan dan
hemolisis sel darah merah. 2. Fototerapi neonatus. yang dikonsumsi oleh bayi sebelum Defekasi lebih jarang ( menuyebabkan mengeksresi kelebihan bilirubin akibat
Awitan : Meningkatkan efektifitas fototerapi dengan produksi ASI mencukupi. reabsopsi bilirubin dlm feses smkin lama) hemolisis.
Setelah 24 jam (aterm) memberikan posisikan bayi agar lebih Awitan : Awitan : Awitan :
>> 24 Jam (preterm)
banyak permukaan tubuh bayi yang terkena Hr.2 hr.4 Hr.5 hr. 7 Selam 24 jam pertama
Puncak :
fototerapi. (Bhethanabhotla, S. et al, 2013) Puncak : Puncak : (kadar meningkat lebih cepati 5 mg/dl/hr)
72 90 Jam
Hr.3 hr.5 Hr.10 hr. 15 Puncak :
Durasi: 3. Minitor kadar serum bilirubin setiap 4 jam
Durasi: Durasi: Bervariasi
Menurun hr.5 hr.7 atau sesuai standar prosedur instansi. Bervariasi Bisa tetap jaundis 3 -12 mgg atau lebih Durasi:
Bergantung pada beratnya dan
penanganannya.

jika kadar bilirubin >5mg/dl atau lebih Kadar bilirubin indirect 17 22 mg/dl Frekuensi menyusu tidak Kadar bilirubin indirect meningkat (4-7 hr I) Pascanatal
adekuat

Acut Bilirubin Ensefalopati


FOTOTERAPI Asupan Asi/ nutrisi kurang Resiko dehidrasi jika kadar bilirubin >5mg/dl jika kadar bilirubin > 20
Menggunakan LEDs spectrum biru-hijau mg/dl
(460-490nm) dengan iradadian sedikitnya
30 M W/CM2/nm menutupi seluruh
permukaan tubuh (AAP,2004) FOTOTERAPI
MK. Ansietas orang tua
Tranfusi Tukar

Skin Rush/ burn sianosis diare dehidra


si Hipertonia
demam High pitced cry
letargi Arching
MK : Pemenuhan nutrisi MK : Resiko kurang opistotonus
MK : Gangguan
MK : Resiko gangguan MK : Resiko injuri retrocolis
perfusi jaringan kurang dari kebutuhan volume cairan
integritas kulit tubuh MK : Gangguan mobilitas MK : Hipertermia MK : Gnagguan rasa
fisik (kelemahan) nyaman nyeri
Intervensi Keperawatan : Bayi dengan Hiperbilirubin

MK : Ansietas orang tua MK : Diare MK : Resiko injuri MK : Gangguan perfusi MK : Pemenuhan nutrisi
Intervensi: Intervensi: Intervensi: jaringan kurang dari kebutuhan
1. Berikan dukungan pada keluarga 1. Manajemen diare 1. Berikan penutup mata, pantau Intervensi: tubuh
selama perawatan bayi 2. Pantau jumlah,intensitas, penutup mata 2-4 jam. 1. Monitor kepatenan jalan nafas. Intervensi:
2. Berikan penkes tentang perosedur bentuk, warna dan frekuensi 2. Bersihkan mata dengan air steril. 2. Observasi adanya sianosis, 1. Berikan suport, dukungan dan
dan kerjasama orang tua dalam BAB / 24 jam (3-4 x) sampai 3. Ukur kualitas foto terapi akral dingin. saran yang tepat kepada ibu
pemulihan kondisi bayi. dihari ke 4 adalah bukti menggunakan fotometer. 3. Kaji capilary refiel time (CRT) dalam pemberian ASI ,
3. Berikan informasi kepada orang adekuat intake ASI (Konukbay, 4. Gunakan pelindung di daerah bayi. menyusui bayi 8-12 kali/hari
tua baik lisan maupun tulisan D. Et all, 2014). genitalia bayi. 4. Monitor saturasi o2 bayi. selama beberapa pertama
tentang ikterus pada bayi. 3. Bersihkan daerah perianal bayi 5. Cek intensitas lampu setiap 2-4 5. Posisikan bayi untuk (AAP.2004)
4. Libatkan keluarga dalam merawat dengan hati hati setiap kali jam atau sesering mungkin. memfasilitasi ventilasi/perfusi 2. Konseling laktasi
bayi (FCC), rooming in selama bayi BAB.
3. Manajemen nutris.
fototerapi, Fasilitasi orang tua
Timbang BB bayi setiap hari.
selama menyusui anaknya,
4. Pemberian suplemen rutin
mendorong orang tua untuk
pada bayi non dehidrasi
berinteraksi dengan bayu
breastfeed (joudice breast
(membelai, memeluk, kontak
feeding) dengan air atau
mata, berbicara dengan bayi
dextrose (AAP, 2004)
selama menyusui. (Szucs &
Rosenman, 2013)

MK : Resiko gangguan MK : Hipertermia MK : Gangguan rasa MK : Gangguan MK : Resiko kurang volume


integritas kulit Intervensi: nyaman (nyeri) mobilitas fisik cairan
Intervensi: 1. Monitor tanda tanda vital setiap Intervensi: Intervensi:
(kelemahan)
1. Meminimalkan penekanan pada 4 jam. 1. Posisikan inkubator jauh dari 1. Manajemen elektrolit dan elektrolit
Intervensi:
bagian-bagian tubuh. 2. Monitor suhu inkubator / kebisingan ( misalnya dekat : pantau ststus cairan dan elektrolit.
1. Kaji penyebab kelemahan
2. Monitor temperatur 2-4 jam fototerapi secara berkala 2 4 wastapel, alaram, telpon, 2. Observasi frekuen BAK bayi/ 24 jam,
pada bayi.
atau sesering mungkin jika jam atau sesering mungkin. aktivitas yang banyak dll). jika BAK 4-6 kali ampai hari ke 4
2. Lakukan masage ringan pada
fluktuasi suhu tercatat. (Mali, P. 3. Observasi tanda - tanda dehidrasi 2. Ukur skala nyeri bayi. adalah bukti adekuat intake ASI
ekstremitas/ perawatan kulit
H., 2004). karena penguapan krn 3. Berikan sentuhan lembut bayi (Konukbay, D. et al, 2014)
pada area gesekan/ tonjolan
3. Posisikan bayi terlentang atau peningkatan suhu tubh dan atau dan ajak bayi berkomunikasi. 3. Monitor intake output cairan, catat
tulang.
miring. inkubator. tanda tanda dehidrasi.
3. Monitor adanya komplikasi
4. Pantau kondisi kulit dan masase 4. Penuhi kebutuhan cairan bayi 4. monitor turgor kulit dan mukosa
imobilisasi. (lecet
pada daerah tonjolan tulang. dengan baik. (atur jadwal breast bayi.
/kemerahan pada tonjolan
5. Jaga bayi dalam kondisi bersih feeding sehingga asupan cairan 5. Pemberian cairan ekstra di 2- 3 jam
tulang).
dan kering, pertahan kan dan nutrisi terpenuhi untuk pertama BBL, dapat mengurangi
kelembaban kulit bayi (AAP,2004) meminimalkan resiko penguapan peningkatan serum bilirubin levels
tubuh / peningkatan suhu). pada BBL tanpa gangguan hemolitik
(Patel,M.et al, 2014)

S-ar putea să vă placă și