Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
DEFINISI
WOC (Web of Coution)
American Academy of Pediatric. (2004). Clinical Practice Guideline : Management of
Merujuk pada tingginya kadar bilirubin terakumulasi HIPERBILIRUBIN hyperbilirubinemia in the newborn Infant 35 or more weeks of gestation. Jurnal
dalam darah ditandai dengan jaundis dan ikterus yaitu Ida Ayu Kade Sri Widiastuti Pediatric. Vol. 114 No. 1 July 2004.
http://pediatrics.aappublications.org/content/pediatrics/114/1/297
perubahan pada kulit, sklera dan kuku NPM : 1606859456
Dapat terjadi akibat peningkatan bilirubun tidak Bhethanabhotla,S., Thukral, A., Sankar, M. J., Agarwal, R., Paul, V. K. (2013). Effect of
terkonjugasi mau terkonjugasi. (Hockenberry & Wong: position of infant during phototherapy in management of hyperbilirubinemia in late
2009) preterm and term neonates : A rondomized controlled trial. Jurnal of Perinatology.
Vol 33 795 799. Nature Amerika, inc. http://www.nature.com/jp
(Konukbay,D. et al. 2014) Mali, P. H,. (2004). Nurse responsibility in phototherapy. Nursing Jurnal of India. Vol.
XCV.;No. 1.; Jan 2004.
Hiperbilirubin pada bayi baru lahir 5 -10 %
Patel, M., Munshi,S., Mehariya, K. M. (2014) Effect of fluid supplementation severe
memerlukan intervensi untuk yang patologis. Hampir neonatal hyperbilirubinemi. International Jurnal of Science and Research (IJSR). Vol. 3;
8% sampai 11% dari neonatus menderita issue 12; Desember 2014. Peper ID : SUB 141079
hiperbilirubinemia. Sekitar 60% -80% dari bayi yang Ridha,H.N.(2014). Buku ajar keperawatan anak. Cetakan 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
sehat menderita penyakit kuning neonatal idiopatik.
Szucs, K. A., Rosenman, M. B. (2013). Family centerd, evidance based phototherapy
Menurut National Neonatal Perinatal Database
delivery. Pediatrics. Vol 131; issue 6; June 2013 ; DOI : 101542/Peds 2012 3479.
(NNPD) kejadian hiperbilirubinemia pada neonatal
pada kelahiran hidup adalah 3,3%, sedangkan Ullah, S., Rahman,K., Hendayati, M. (2015) Hyperbilirubinemia in neonates: Types,
causes, clinical
morbiditas terjadi karena hiperbilirubinemia examinations, preventive measures and treatments: A narrative. Iran J Public Health,
mencapai angka 22,1% (Ullah,et al. 2015). Vol. 45; No.5; May 2016; pp.558-568.
ETIOLOGI Bayi aterm Faktor Resiko
Kadar bilirubin bertahap
naik 10 mg%
1. Faktor maternal : Usia gestasional (35-38 minggu), maternal diabetes, pre Hemolitik:
Gangguan ekresi Gangguan dalam proses Produkasi bilirubin yang eklampsi, penggunaan oksitosin selama persalinan, riwayat keluarga Gangguan fungsi hati
ambil dan konjugasi hepar berlebihan joundice, liver disease) Penyakit Rhesus, Inkompatibilitas ABO,
2. Faktor Neonatus (Asfiksia, fetal hipoksia, hipotermia, hipoglikemia,
polisitemia, sepsis,asidosis, kongenital enzim, endokrin disorders.
Bayi prematur
Kadar bilirubin 12,5 mg% Prematur, GI anomali, poor nutrition, dehidrasi, peningkatan sirkulasi
enterohepatik,) (CMNRP,2013)
Patofisiologi
Kemampuan hati mengonjugasi Rendahnya konsentrasi
Fisiologis bilirubin msh rendah krn albumin
terbatasnya produksi glukoronil Gangguan fungsi hati
transferase Ikatan plasma-bilirubin
rendah
Hemoglobin terpecah mjd 2 fraksii Massa sel darah merah
meningkat
Tingginya kebutuhan
Digunakan fungsi hepar setelah Hemolisis SDM
Heme Globin
tubuh kelahiran
HATI ditransport
Bilirubin tidak
terkonjugasi
Bilirubin tidak
Bilirubin dilepas meningkat
Enzim glukoronil terkonjugasi meningkat
dari molekul
transferase abumin HIPERBILIRUBIN
Iritabilitas Letargi
Sterkobilinogen <<< urine MK : Resiko gangguan
integritas kulit
>>> Feses Warna kuning
HIPERBILIRUBIN
jika kadar bilirubin >5mg/dl atau lebih Kadar bilirubin indirect 17 22 mg/dl Frekuensi menyusu tidak Kadar bilirubin indirect meningkat (4-7 hr I) Pascanatal
adekuat
MK : Ansietas orang tua MK : Diare MK : Resiko injuri MK : Gangguan perfusi MK : Pemenuhan nutrisi
Intervensi: Intervensi: Intervensi: jaringan kurang dari kebutuhan
1. Berikan dukungan pada keluarga 1. Manajemen diare 1. Berikan penutup mata, pantau Intervensi: tubuh
selama perawatan bayi 2. Pantau jumlah,intensitas, penutup mata 2-4 jam. 1. Monitor kepatenan jalan nafas. Intervensi:
2. Berikan penkes tentang perosedur bentuk, warna dan frekuensi 2. Bersihkan mata dengan air steril. 2. Observasi adanya sianosis, 1. Berikan suport, dukungan dan
dan kerjasama orang tua dalam BAB / 24 jam (3-4 x) sampai 3. Ukur kualitas foto terapi akral dingin. saran yang tepat kepada ibu
pemulihan kondisi bayi. dihari ke 4 adalah bukti menggunakan fotometer. 3. Kaji capilary refiel time (CRT) dalam pemberian ASI ,
3. Berikan informasi kepada orang adekuat intake ASI (Konukbay, 4. Gunakan pelindung di daerah bayi. menyusui bayi 8-12 kali/hari
tua baik lisan maupun tulisan D. Et all, 2014). genitalia bayi. 4. Monitor saturasi o2 bayi. selama beberapa pertama
tentang ikterus pada bayi. 3. Bersihkan daerah perianal bayi 5. Cek intensitas lampu setiap 2-4 5. Posisikan bayi untuk (AAP.2004)
4. Libatkan keluarga dalam merawat dengan hati hati setiap kali jam atau sesering mungkin. memfasilitasi ventilasi/perfusi 2. Konseling laktasi
bayi (FCC), rooming in selama bayi BAB.
3. Manajemen nutris.
fototerapi, Fasilitasi orang tua
Timbang BB bayi setiap hari.
selama menyusui anaknya,
4. Pemberian suplemen rutin
mendorong orang tua untuk
pada bayi non dehidrasi
berinteraksi dengan bayu
breastfeed (joudice breast
(membelai, memeluk, kontak
feeding) dengan air atau
mata, berbicara dengan bayi
dextrose (AAP, 2004)
selama menyusui. (Szucs &
Rosenman, 2013)