Sunteți pe pagina 1din 24

BERITA 1

MASKAPAI PENERBANGAN LION AIR SALAH MENURUNKAN


PENUMPANG
1. KRONOLOGIS
10 Mei lalu tampaknya menjadi hari yang berat bagi maskapai swasta terbesar
di Indonesia, Lion Air. Bagaimana tidak, setelah terjadi keterlambatan di beberapa
penerbangan Lion Air, terjadi kesalahan menurunkan penumpang Lion Air rute
SingapuraJakarta JT161. 182 penumpang JT161 tersebut seharusnya melalui proses
clearance imigrasi, tapi karena terjadi kesalahan, beberapa penumpang yang ada dalam
satu bus justru diturunkan di terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta.
Dalam penjelasannya, pihak Lion Air menyatakan bahwa pesawat mendarat
pada pukul 19.20 WIB dan diarahkan untuk parkir di remote area 56 oleh petugas
ATC. Karena parkir pesawat bukan di terminal, maka penumpang harus menggunakan
bus yang telah disediakan.Terjadi kesalahan prosedur yang dilakukan oleh salah satu
pengemudi (pihak ketiga) shuttle bus yang mengantar penumpang JT161 ke terminal
kedatangan domestik 1B. Berdasarkan informasi, kesalahan ini terjadi saat pengemudi
yang diminta untuk mengangkut penumpang Lion Air dari Padang tersebut mengira
bahwa penumpang dari Singapura (JT161) adalah penumpang Lion Air dari Padang.
Hal ini terjadi karena pesawat dari Singapura dan dari Padang parkir berdekatan.
Kondisi diperparah karena ternyata pengemudi shuttle bus tersebut akan menjalani
pergantian shift kerja.
Menyadari ada kesalahan, maka petugas darat Lion Air segera mengarahkan
penumpang yang sudah terlanjur turun di terminal domestik 1B untuk kembali menuju
shuttle bus untuk diantarkan kembali ke terminal internasional karena diharuskan
untuk melalui proses imigrasi. Setelah dilakukan investigasi, terdapat 4 penumpang
yang terlewat belum melakukan proses imigrasi. Terkait kejadian ini, Lion Air telah
menghentikan kerja sama dengan pihak ketiga (pengelola bus) dan akan melakukan
penyelidikan terhadap kedua pengemudi shuttle bus bersama dengan pihak terkait
seperti Kepolisian untuk menemukan apakah ada unsur pidana atau murni kelalaian.
Karena kejadian ini pula Lion Air dijatuhi sanksi pembekuan sementara
operasional ground handling Lion Air di Bandara Soekarno-Hatta oleh Kementerian
Perhubungan. Pada konferensi pers yang diadakan di kantor pusat Lion Air di Lion
Tower, Jakarta, Kamis (19/5), pihak Lion Air melalui Direktur Umum Edward Sirait
mengkonfirmasi bahwa seluruh penumpang sudah melakukan proses clearance
imigrasi. Pada kesempatan yang sama, perwakilan ground handling Lion Air juga
memohon maaf atas kesalahan yang terjadi dan berharap kepada pemerintah agar adil
dan bijaksana dalam mengambil keputusan karena berhubungan dengan nasib 27 ribu
karyawan Lion Air.

1
2. Permasalahan
Maskapai penerbangan Lion Air salah menurunkan penumpang Lion Air rute
SingapuraJakarta JT161. Peristiwa salah turunkan penumpang Lion Air JT 161 terjadi
pada 10 Mei 2016. Pesawat itu bertolak dari Singapura ke Bandara Soekarno-Hatta
Tangerang Banten. Namun, sesampainya di Bandara Soekarno-Hatta penumpang tidak
diturunkan di terminal kedatangan internasional melainkan di terminal kedatangan
domestik. Akibatnya sejumlah 40 penumpang negara asing lolos pemeriksaan dari
petugas imigrasi, bea dan cukai.

3. A.PERSPEKTIF BISNIS
Ditinjau dari perspektif makro menyalahi kondisi yang diperlukan market sysem untuk
dapat efektif yaitu Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan
jasa. Dikarenakan pihak maskapai Lion Air lalai akan tanggung jawab terhadap
penumpang sehingga terjadi kesalahan menurunkan penumpang. Kesalahan tersebut
dapat mengakibatkan kerugian bagi pemerintah karena terdapat 40 penumpang warga
asing yang lolos pemeriksaan petugas imigrasi, bea dan cukai.
Ditinjau dari perspektif mikro Lion Air tidak etis dikarenakan kesalahan fatal bahkan
merupakan hal yang langka dalam dunia penerbangan yang diperbuat dengan salah
menurunkan penumpang menyebabkan konsumen kehilangan kepercayaan terhadap
maskapai penerbangan ini. Sedangkan perspektif mikro sendiri identik dengan
kepercayaan.

B. HUKUM
Ditinjau dari segi hukum Lion Air telah menyalahi Undang-Undang Penerbangan.
Pasal 232 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.
Dalam pasal tersebut disebutkan, pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat
atau ground handling terdiri atas pelayanan penumpang dan bagasi serta penanganan
kargo dan pos.
Maskapai Penerbangan Lion Air bisa mendapatkan sanksi pembekuan Ground
handling oleh Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. Sehingga Lion Air tidak
bisa melakukan aktifitas ground handling. Sanksi ini diberikan agar pihak maskapai
penerbangan melakukan perbaikan kinerja manajemen dan operasional jasa terkait
pelayanan bandar udara maskapai sehingga kesalahan yang sama tidak akan terjadi
lagi.

2
Ancaman pidana sesuai Pasal 114 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian,
Pasal 114 ayat (1) itu menyebutkan penanggung jawab alat angkut yang masuk atau
keluar wilayah Indonesia dengan alat angkutnya yang tidak melalui tempat
pemeriksaan imigrasi dihukum dengan pidana penjara paling lama satu tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 100 juta.

ayat (2) menyebutkan penanggung jawab alat angkut yang sengaja menurunkan atau
menaikkan penumpang yang tidak melalui pemeriksaan pejabat imigrasi atau petugas
pemeriksa pendaratan di tempat pemeriksaan imigrasi terkena pidana penjara paling
lama dua tahun dan atau pidana denda paling banyak Rp 200 juta.
Maskapai Penerbangan Lion Air melakukan kesalahan dengan salah menurunkan
penumpang asing sehingga penumpang kewarganegaraan asing tidak menjalani
pemeriksaan dari pihak imigrasi, bea dan cukai, dari hal tersebut Lion Air bisa
mendapatkan sanksi berdasarkan UUD Pasal 114 Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian.

C. MORAL
Tindakan yang dilakukan oleh maskapai penerbangan ini merupakan kesalahan dari
pihak manajemen dan operasional maskapai sehingga prosedur yang seharusnya
dilakukan oleh penumpang asing tidak dilaksanakan.

4. TEORI YANG TERKAIT


a. Teori Utilitarianisme
Apabila kasus ini dikaitkan dengan teori Utilitarianisme, dilihat dari manfaatnya,
maskapai penerbangan Lion Air ini bermanfaat bagi para penumpang yang melakukan
perjalanan dengan waktu yang efektif. Akan tetapi dalam kasus ini pihak maskapai
dapat merugikan pemerintah dengan warga asing yang tidak menjalani prosedur
pemeriksaan keimigrasian, bea dan cukai.

b. Teori Keutamaan
Teori keutamakan memandang seseorang etis jika memiliki sifat-sifat keutamaan yaitu
sifat bijaksana, rendah hati, dan jujur. Maskapai penerbangan Lion Air telah
melakukan tugasnya terhadap penumpang asing akan tetapi pihak maskapai telah
melakukan kesalahan bahwa pihak dalam melakukan tugas tersebut sehingga prosedur
yang seharusnya di lakukan tidak bisa dilaksanakan.

3
5. KEADILAN YANG DILANGGAR
Keadilan Legal
Keadilan legal yaitu perlakuan yang sama terhadap semua orang sesuai dengan hukum
yang berlaku. Lion Air telah menyalahi keadilan legal ini karena seharusnya
penumpang asing setelah sampai harus melakukan pemeriksaan dari pihak migrasi,
bea dan cukai dikarenakan hal ini merupakan peraturan yang telah ditetapkan oleh
Negara.

6. TINDAKAN YANG DILAKUKAN


a. Penumpang
Penumpang harus melakukan tindakan sesuai prosedur yang telah ditetapka oleh
Negara.
b. Perusahaan
Perusahaan harus melakukan perbaikan kinerja manajemen dan operasional
perusahaan agar kejadian yang sama tidak akan terjadi lagi serta perusahaan
melakukan tindakan yang tepat guna menyelesaikan masalah yang terjadi dan tidak
ada pihak yang dirugikan.
c. Pemerintah
Pemerintah harus menangani permasalahan ini dengan tepat, melakukan tindakan yang
tegas terhadap permasalahan yang terjadi.

4
BERITA II
PENEMUAN BAHAN KIMIA KLORIN PADA PEMBALUT CHARM
1. KRONOLOGIS
JAKARTA - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan beredarnya
pembalut wanita yang mengandung klorin atau bahan kimia yang biasa dijadikan
sebagai bahan pemutih. Temuan ini berdasarkan pengujian kadar klorin pada pembalut
wanita dan pantyliner. YLKI menguji setidaknya sembilan merek pantyliner yang
dijual bebas di pasaran. "Dari sembilan merek tersebut, ada tujuh merek pembalut
mengandung klorin dengan rentang lima hingga 55 ppm.
Kandungan klorin paling tinggi pada pembalut merek Charm dengan 54,73
ppm, " ujar Anggota Harian YLKI, Ilyani Sudrajat dalam keterangan persnya, di
Jakarta, Selasa (7/7/2015). "Dari hasil pengujian serta analisa label bahwa pembalut
dan pantyliner yang berasal dari kertas memiliki kadar klorin lebih tinggi dibandingkan
yang berasal dari kapas," tuturnya.Efek dari klorin yang ada pada pembalut dan
pantyliner, sambung Ilyani, dapat menimbulkan gangguan kesehatan di antaranya
seperti gangguan alat reproduksi, keputihan, gatal-gatal, iritasi bahkan dapat
menyebabkan kanker.
Menurutnya, pembalut berklorin ini sangat jelas melanggar Pasal 4 Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Di mana disebutkan
bahwa hak yang mendasar bagi konsumen adalah hak atas keamanan produk, hak atas
informasi, hak untuk memilih, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya, hak atas
advokasi, pembinaan dan pendidikan, serta hak untuk mendapatkan ganti rugi.
Sementara itu, Ketua Harian YLKI, Tulus Abadi menyarankan agar
pemerintah membuat Standard Nasional Indonesia (SNI) yang menyangkut kadar
klorin pada pembalut. Pelaku usaha juga sebaiknya memerhatikan aspek keamanan
produk yang dibuatnya, apalagi untuk daerah sensitif bagi wanita. "Konsumen harus
berhati-hati memilih produk pembalut karena menyangkut keamanan dan kesehatan
alat reproduksinya," ujar Tulus.
Disamping hal ini pada (08/07/2015) PT Uni-Charm menyatakan bahwa
produk mereka aman dan tidak mengandung klorin dalam produksinya dengan adanya
pernyataan tertulis akan keamanan penggunaan produk dari PT uni-charm. Dan juga
menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan produk yang mereka
pasarkan selama ini. Pihaknya akan tetap mengembangkan produk yang bisa membuat
kehidupan konsumen di Indonesia lebih nyaman.

5
2. PERMASALAHAN

YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) melakukan pengujian terhadap


beberapa merk pembalut wanita dan menemukan adanya kandungan klorin klorin atau
bahan kimia yang biasa dijadikan sebagai bahan pemutih yang beredar di masyarakat.
Dari pengujian yang dilakukan dengan rentang 55 ppm terdapat pembalut yang
mengandung kadar klorin tertinggi yaitu produk Charm produksi PT Uni-Charm
Indonesia dengan 54,73 ppm. Hal ini merupakan tindakan yang tidak etis dan dapat
merugikan konsumen yang menggunakan produk tersebut.

3. A. PERSPEKTIF BISNIS
a. Ditinjau dari perspektif makro menyalahi kondisi yang diperlukan market sysem untuk
dapat efektif yaitu Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan
jasa dan termasuk dalam tindakan ang tidak etis yaitu deceptive information. PT uni-
charm Indonesia telah menyalahi hal tersebut dengan adanya klorin yang terdapat pada
merk pembalut charm. PT uni-charm tidak menginformasikan adanya klorin dalam
merk pembalutnya, hal ini dapat merugikan konsumen dan hak konsumen untuk
mengetahui informasi yang akurat untuk pertimbangan dalam mengkonsumsi suatu
produk. Sementara klorin merupakan bahan kimia yang biasa digunakan untuk
pemutih, tentunya bahan kimia ini memiliki beberapa dampak negatif yang dapat
merugikan konsumen dan membahyakan kesehatan konsumen diantaranya gangguan
alat reproduksi, keputihan, gatal-gatal, iritasi bahkan dapat menyebabkan kanker.

b. Ditinjau dari Perspektif mikro PT uni-charm melakukan tindakan yang tidak etis
dengan adanya klorin dalam merk pembalutnya, hal ini dapat membuat konsumen
merasa dirugikan apabila menggunakan produk tersebut. Dengan tidak memberikan
informasi yang jelas akan indikasi dari produk ini membuat konsumen tidak memiliki
kepercayaan lagi terhadap produk ini. Akan tetapi dengan pernyataan tertulis dari PT
Uni charm Indonesia akan keamanan produk nya dapat membuat konsumen memiliki
kepercayaan lagi terhadap produk ini.
B. HUKUM
Jika dilihat menurut UUD, PT uni-charm Indonesia sudah melanggar beberapa pasal,
yaitu :

1. Pasal 4, hak konsumen adalah :


6
Ayat 1 : hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang dan/atau jasa

Ayat 3 : hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan/atau jasa

PT. Uni-charm Indonesia tidak pernah memberi peringatan kepada


konsumennya tentang adanya zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya
kesehatan konsumen dapat dibahayakan apabila menggunakan produk ini.

2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :

Ayat 2 : memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan

PT Uni-charm tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk


mereka, dimana seharusnya apabila terdapat indikasi penggunaan, konsumen dapat
memiliki keputusan untuk menggunakan produk tersebut atau tidak.

3. Pasal 8

Ayat 1 : Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang


dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan

Ayat 4 : Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2)
dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari
peredaran

PT Uni-charm tetap memasarkan produknya, dengan adanya pernyataan bahwa


produk yang mereka produksi merupakan produk yang aman untuk digunakan dan
tidak ada tindakan penarikan produk dari peredaran di masyarakat.

C. MORAL

7
Penggunaan klorin dalam proses produksi merupakan tindakan yang tidak etis
dilakukan terlebih lagi produk beredar di masyarakat.

4. TEORI YANG BERKAITAN


A. Teori Egoisme
a. Teori Egoisme Pysikologis
Teori egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa tindakan yang
hanya menguntungkan diri sendiri dan mengabaikan atau merugikan orang lain adalah
benar atau baik. Dilihat dari kasus tersebut jika dianalisis menggunakan teori egoisme
psykologis tindakan yang dilakukan oleh PT Uni-charm semata-mata untuk
kepentingan perusahaan sendiri tanpa melihat dampak atau efek samping yang akan
dialami oleh konsumen dalam jangka panjang penggunaan produk pembalut tersebut.
b. Teori Egoisme Etis
Teori egoisme etis adalah Suatu tindakan yang menguntungkan orang lain namun
sebenarrnya tindakan itu hanya menguntungkan dirinya sendiri. Dalam hal ini PT Uni-
charm memberikan pernyataan tertulis akan keamanan produk yang di produksi
tersebut serta menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan produk yang
mereka pasarkan selama ini. Pihaknya akan tetap mengembangkan produk yang bisa
membuat kehidupan konsumen di Indonesia lebih nyaman.
B. Teori Utilitarianisme
Jika kasus ini dikaitkan dengan teori Utilitarianisme, Kalau dilihat dari manfaatnya,
Produk pembalut charm ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Dengan menggunakan
pembalut sangat membantu wanita saat mengalami masa adanya cairan yang keluar
dari organ vitalnya. Akan tetapi tidak etis apabila produk yang digunakan dapat
membahayan konsumen dengan adanya klorin dalam produk yang digunakan terlebih
lagi digunakan untuk area sensitif wanita.

8
C. Teori Deontologi
Etis atau tidaknya suatu tindakan tersebut tidak ada sangkut-pautnya dengan tujuan.
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan
asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan
seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan
produknya karena dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan
perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap produk itu sendiri.
D. Teori Hak
Teori hak ialah suatu perbuatan dikatakan baik atau etis jika sesuai dengan hak
manusia. Dalam kasus pembalut Charm tersebut sudah ada hak konsumen yang
dilanggar oleh PT uni-charm Indonesia karena produknya terdapat zat berbahaya yang
merugikan konsumen yang menggunakan produk tersebut. Hak atas informasi yang
benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan produknya. Pelanggaran yang
dilakukan yaitu dimana perusahaan tidak memberikan peringatan kepada
konsumennya mengenai kandungan yang ada pada produk mereka yang sangat
berbahaya untuk kesehatan. Berdasarkan kasus ini tidak etis jika dikaitkan dengan teori
hak diatas karena PT uni-charm Indonesia tidak memberikan hak konsumen terhadap
produk pembalut charm.
E. Teori Keutamaan
Teori keutamakan memandang seseorang etis jika memiliki sifat-sifat keutamaan yaitu
sifat bijaksana, rendah hati, dan jujur. PT uni-charm Indonesia dapat merugikan
konsumen karena terdapat zat berbahaya di dalam produknya yang dapat berdampak
bagi kesehatan konsumen dalam penggunaannya. Meskipun telah melakukan
pernyataan tentang keamanan produknya pelaku usaha seharusnya dapat membuktikan
hal tersebut sehingga aman jika digunakan oleh konsumen.

5. KEADILAN YANG DILANGGAR


Dalam kasus ini PT Uni-charm Indonesia telah melanggar Keadilan Komutatif dengan
menjual produk yang mengandung klorin dalam produknya dan dapat membahayakan
kesehatan konsumen dalam pemakainya.

9
6. TINDAKAN YANG DILAKUKAN
a) Tindakan yang dapat dilakukan oleh konsumen yaitu konsumen harus selektif dalam
memilih produk yang akan di gunakan sehingga akan mendapatkan manfaat dan tidak
mendapatkan kerugian.
b) Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu perusahaan telah menyatakan
pernyataan yang tertulis mengenai keamanan produk yang diproduksi dan
dipasarkannya. Perusahaan dan juga menyatakan bahwa masyarakat tidak perlu
khawatir dengan produk yang mereka pasarkan selama ini. Pihaknya akan tetap
mengembangkan produk yang bisa membuat kehidupan konsumen di Indonesia lebih
nyaman.
c) Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu pemerintah harus lebih mengawasi
produk yang beredar di masyarakat dan melakukan tindakan yang tepat terhadap
produk yang dapat merugikan konsumen dan menyalahi hak konsumen.

10
BERITA III
PENEMUAN KOSMETIK YANG MENGANDUNG BAHAN KIMIA
BERBAHAYA
1. KRONOLOGIS
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) menemukan dan juga merilis
daftar merk nama jenis kosmetika mengandung bahan berbahaya yang terdiri dari 13
jenis dari luar negeri dan 17 dari dalam negeri. Temuan itu didapat BPOM dalam
pemeriksaan kosmetik. Jenis macam alat kosmetika berbahaya itu antara lain adalah
lipstik, krim pemutih wajah, perona mata, perona pipi, dan sabun muka. Produk ini
beredar di kota besar seperti Jakarta, Medan, Semarang, Bandung, Surabaya.
Kandungan Zat Beracun Berbahaya Pada Kosmetika Berikut beberapa jenis macam
zat beracun bahan-bahan kosmetika yang berbahaya bagi kesehatan dan bisa
menimbulkan berbagai macam penyakit termasuk di dalamnya penyakit kanker kulit,
kanker hati dan penyakit kulit lainnya.
Adanya kandungan Merkury atau Hg /air raksa banyak terdapat di kosmetik
berbahaya untuk pencerah pemutih wajah. Merkury adalah zat yang sangat beracun
bersifat zat karsinogenik. Penggunaan zat ini menjadikan sebuah produk menjadi
kosmetik berbahaya, meskipun awalnya memakai bahan alami. Dampak akibat bahaya
pemakaian merkuri dalam kosmetika bisa menimbulkan hal-hal sebagai berikut :
Alergi, Kerusakan permanen pada susunan syaraf, otak, ginjal bila dipakai dalam
jangka waktu yang lama, Iritasi kulit, Gangguan perkembangan janin,Bintik-bintik
hitam pada kulit dan perubahan warna pada kulit.
Hidrokinon, Ini merupakan zat reduktor yang mudah larut dalam air. Fungsi
hidrokuinon adalah menghambat pembentukan melanin atau sebagai pencerah kulit.
Penggunaan jangka panjang dan dosis tinggi bisa menyebabkan hiperpigmentasi, yaitu
kulit berwarna kehitaman biasanya penggunaan selama 6 bulan dan kemungkinan
tidak bisa pulih kembali. Penggunaan jangka panjang menengah menyebabkan
hilangnya pigmen sehingga kulit menjadi pucat secara tidak beraturan. Krim yang
mengandung hidrokuinon akan terakumulasi dalam kulit. Penggunaan jangka panjang
bersifat karsinogenik. Hidrokinon yang banyak disalahgunakan sebagai bahan pemutih
atau pencerah kulit dapat menyebabkan iritasi kulit dan menimbulkan ochronosis (kulit
berwarna kehitaman). Dalam dunia industri hidrokinon digunakan untuk pewarna
rambut, cat kuku, senyawa untuk produksi cat, bahan bakar minyak dan juga pernis.
Dampak minimal dari hidrokinon adalah iritasi dan kulit terbakar. Namun yang paling
mengerikan pada pemakain kosmetik berbahaya adalah munculnya sejumlah penyakit,
seperti Vitiligo (pigmen kulit hilang sehingga terbentuk area putih seperti panu).
Rhodamin B adalah zat pewarna sintetis yang biasa digunakan pada industri
kertas dan tekstil. Seperti halnya air dan alkohol terutama metanol serta etanol,
rhodamin B juga bersifat polar dan sangat banyak digunakan pada berbagai macam
jenis produk kosmetika yang masuk dalam kategori berbahaya. Rhodamin B sangat
berbahaya jika mengenai kulit, terhirup, mengenai mata dan tertelan. Akibat yang
ditimbulkan dapat berupa: iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada

11
mata, iritasi saluran pencernaan, dan bahaya kanker hati. Itu hanya sebagian hal yang
buruk akibat penggunaan kosmetik berbahaya.
2. PERMASALAHAN
Produk kosmetik yang mengandung bahan-bahan berbahaya telah beredar di
masyarakat, hal ini dapat merugikan konsumen dan merupakan tindakan yang tidak
etis yang dilakukan oleh pelaku usaha.
3. A. PERSPEKTIF BISNIS
a. Ditinjau dari perspektif makro kasus ini menyalahi kondisi yang diperlukan market
system untuk dapat efektif yaitu ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan
barang dan jasa. Produk kosmetik ini tidak memberikan informasi yang akurat
terhadap konsumen, adanya bahan kimia yang berbahaya di dalam produk kosmetik
ini membuat konsumen dirugikan karena dapat berdampak negatif terhadap kesehatan
konsumen.
b. Ditinjau dari Perspektif mikro kasus ini menyebabkan persepsi ketidakpercayaan
konsumen terhadap suatu perusahaan yang telah memproduksi kosmetik yang
mengandung bahan kimia yang berbahaya.

B. HUKUM
Jika ditinjau menurut UUD produk kosmetik yang menggunakn bahan kimia
berbahaya ini melanggar beberapa pasal yaitu:
1. Pasal 4, hak konsumen adalah :
Ayat 1 : hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa
Ayat 3 : hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa
Pelaku usaha tidak pernah memberi peringatan kepada konsumennya tentang
adanya zat-zat berbahaya di dalam produk mereka. Akibatnya, kesehatan konsumen
dibahayakan dengan alasan mengurangi biaya produksi kosmetik.
2. Pasal 7, kewajiban pelaku usaha adalah :
Ayat 2 : memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan
dan pemeliharaan
Pelaku usaha tidak pernah memberi indikasi penggunaan pada produk mereka,
dimana penggunaan kosmetik tersebut dapat membahayakan kesehatan konsumen.
3. Pasal 8

12
Ayat 1 : Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Ayat 4 : Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat
(2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya
dari peredaran
Pelaku usaha tetap meluncurkan produk mereka walaupun produk kosmetik
tersebut tidak memenuhi standar dan ketentuan yang berlaku bagi barang tersebut.
4. Pasal 19 :
Ayat 1 : Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas
kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang
dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan
Ayat 2 : Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pengembalian uang atau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara
nilainya, atau perawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Ayat 3 : Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh)
hari setelah tanggal transaksi
Dalam hal ini Pelaku usaha tidak bertanggung jawab akan tindakannya, karena
beberapa produk tersebut masih ada dipasaran.
C. MORAL
Dalam hal ini pelaku usaha melakukan tindakan yang tidak etis dan menyalahi
hak-hak konsumen dan cenderung merugikan konsumen serta Memasarkan produk
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. TEORI TERKAIT
a. Teori Egoisme Psikologis
Teori egoisme psikologis adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa tindakan yang
hanya menguntungkan diri sendiri dan mengabaikan atau merugikan orang lain.
Dilihat dari kasus ini jika dianalisis menggunakan teori egoisme psikologis tindakan
yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan peusahaan sendiri tanpa melihat
dampak atau efek samping yang akan dialami oleh konsumen dalam jangka panjang
penggunaan produk kosmetik berbahaya tersebut.

13
b. Teori Utilitarianisme
Jika kasus kasus ini dikaitkan dengan teori Utilitarianisme, sangat tidak etis karena
tidak ada manfaat yang didapatkan oleh konsumen. Kosmetik yang mengandung zat
berbahaya ini sangat merugikan konsumen terlebih jika penggunaan dengan jangka
yang panjang.
c. Teori Deontologi
Etis atau tidaknya suatu tindakan tersebut tidak ada sangkut-pautnya dengan tujuan.
Melakukan apa saja untuk mendapatkan keuntungan pada dasarnya boleh dilakukan
asal tidak merugikan pihak mana pun dan tentu saja pada jalurnya. Disini perusahaan
seharusnya lebih mementingkan keselamatan konsumen yang menggunakan
produknya karena dengan meletakkan keselamatan konsumen diatas kepentingan
perusahaan maka perusahaan itu sendiri akan mendapatkan keuntungan yang lebih
besar karena kepercayaan / loyalitas konsumen terhadap produk itu sendiri.
d. Teori Hak
Teori hak ialah suatu perbuatan dikatakan baik atau etis jika sesuai dengan hak
manusia. Dalam kasus tersebut sudah ada hak konsumen yang dilanggar oleh
Perusahaan karena produknya terdapat zat berbahaya yang merugikan konsumen yang
menggunakan produk tersebut. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi dan jaminan produknya. Pelanggaran yang dilakukan yaitu dimana
perusahaan tidak memberikan peringatan kepada konsumennya mengenai kandungan
yang ada pada produk mereka yang sangat berbahaya untuk kesehatan. Berdasarkan
kasus ini tidak etis jika dikaitkan dengan teori hak diatas karena perusahaan tidak
memberikan hak konsumen terhadap produk kosmetik.
e. Teori Keutamaan
Teori keutamakan memandang seseorang etis jika memiliki sifat-sifat keutamaa yaitu
sifat bijaksana, rendah hati, dan jujur. Perusahaan sudah melakukan perbuatan yang
sangat merugikan dengan memasukkan 3 zat berbahaya pada produk mereka yang
berdampak buruk bagi konsumen yang menggunakan produk mereka.

5. KEADILAN YANG DILANGGAR

14
Dalam kasus ini Perusahaan kosmetik yang bersangkutan telah melanggar Keadilan
Komutatif dengan menjual produk yang mengandung zat berbahaya yaitu merkuri,
hidrokinon dan Rodhamin B dalam produknya dan dapat membahayakan kesehatan
konsumen dalam pemakainya.

6. TINDAKAN YANG DILAKUKAN


a. Tindakan yang dilakukan oleh konsumen yaitu konsumen harus lebih selektif dalam
memilih produk yang di pakai.Tindakan yang dilakukan perusahaan yaitu Perusahaan
harus bertanggung jawab terhadap tindakan yang telah dilakukan yang telah berakibat
merugikan konsumen.
b. Tindakan yang dilakukan semata-mata untuk kepentingan perusahaan sendiri tanpa
melihat dampak atau efek samping yang akan dialami oleh konsumen dalam jangka
panjang penggunaan produk kosmetik berbahaya tersebut.
c. Tindakan yang dilakukan Pemerintah yaitu Pemerintah menarik dan menyita produk
kosmetik yang mengandung zat berbahaya. Pemerintah harus melakukan tindakan
yang tegas terhadap oknum yang terkait dan membrikan sanksi yang tegas agar tidak
ada pihak yang dirugikan.

15
BERITA IV
NASABAH BANK MANDIRI KEHILANGAN UANG
1. KRONOLOGIS

Bank Mandiri adalah bank terbesar di Indonesia bila dilihat dari sektor jumlah aset,
pinjaman dan deposito. Bank ini telah melayani banyak nasabah dengan berbagai
fasilitas yang ditawarkan, sehingga bank ini merupakan salah satu bank retail dengan
nasabah terbanyak di Indonesia. Tetapi akhir-akhir ini terdapat pengakuan dari dua
nasabah Bank Mandiri mengenai hilangnya uang mereka. Untuk diketahui, dua orang
nasabah Bank Mandiri cabang Bengkulu mengaku kehilangan uang mereka masing-
masing sebesar Rp 49 juta dari rekening tabungannya.
Mereka adalah Firdaus kehilangan uang sebesar 49.157.889. (15/6/2015. "Pada 15
Juni 2015 saya melakukan transaksi internet banking transfer uang ke rekan bisnis
sebesar Rp 8.405.000 juta, uang tersebut terkirim dan diterima rekan saya. Sebelum
transfer, saldo di rekening ada uang Rp 109.845.727, uang didapat baru empat hari
sebelumnya dari berutang untuk bisnis," ungkap Firdaus, Selasa (11/8/2015). Setelah
melakukan transfer uang Rp 8.405.000, dia lalu mengecek saldo. Dia terkejut karena
saldonya tersisa Rp 52.216 338. Firdaus mengaku langsung menghubungi pihak Bank
Mandiri. Namun, pihak customer service bank mengaku tak bisa lagi mengecek
aktivitas transaksi nasabah karena aturan baru. Buku tabungan saya cetak dan memang
ada uang Rp 49.157.889 ditransfer ke rekening BTN saat itu. Belum diketahui siapa
pemilik rekening itu," tuturnya. Saat melakukan konfirmasi ke BTN, Firdaus
mengetahui bahwa pemilik rekening itu adalah Risto Matillah, warga negara Finlandia,
pemilik rekening BTN di Nusa Dua, Bali. "Lalu pada 19 Juni 2015, saya cek internet
banking dan uang yang hilang tersebut kembali ke rekening saya, namun tak dapat
saya akses. Saya menghubungi Bank Mandiri, saya diminta untuk log out dan masuk
lagi. Mendadak ditemukan uang sejumlah Rp 100 triliun. Saya kontak pihak bank lagi,
saat saya log in, semua uang hilang menjadi Rp -99.999," katanya. Sejauh ini, pihak
Bank Mandiri hanya memberikan keterangan bahwa Firdaus merupakan korban
tindakan phishing dan komputernya diserang virus sehingga seluruh data rahasia dapat
diakses. Namun, korban menyangkal karena, menurut dia, komputernya dilindungi
antivirus berbayar dan tahapan penggunaan internet banking normal dilakukan.
Pemilik rekening kedua adalah Seprinaldi Syukron uang tabungan miliknya
berkurang sebesar Rp 49.657.432. Belakangan diketahui, uang miliknya lari ke
rekening salah seorang nasabah Bank Sinar Mas juga terdaftar di Cabang Bali. Pada
tanggal 29 Juni 2015, Seprinaldi melakukan transaksi internet banking senilai Rp 10
juta. Transaksi tersebut sempat mengalami gangguan, tetapi akhirnya berhasil. Setelah
itu, Seprinaldi mengecek saldo dan ternyata uangnya hilang sekitar Rp 49 juta. Dari
saldo yang seharusnya sekitar Rp 65 juta, hanya tersisa Rp 6 juta. Kedua nasabah
meminta Bank Mandiri bertanggung jawab atas kejadian ini serta memperbaiki sistem
server dan sumber daya manusia yang mengelola teknologi informasi di Bank Mandiri.

16
"Bank Mandiri tak hanya salahkan nasabah yang menjadi tindakan phishing sebagai
alasan, karena ini belum tentu phishing, bisa jadi ada kelemahan di internal Mandiri.
Kami juga telah serahkan perkara ini ke Polda Bengkulu," ungkap Firdaus.

2. PERMASALAHAN
Terdapat dua nasabah yang telah kehilangan uangnya masing-masing Firdaus sebesar
Rp 49.157.889. dan Seprinaldi Syukron sebesar Rp 49.657.432. setelah melakukan
transaksi internet banking untuk transfer. Pihak Bank Mandiri menyatakan
permasalahan yang terjadi kepada dua nasabah tersebut dikarenakan adanya tindakan
Phishing. Phishing merupakan aksi pengambilan informasi atau data pribadi seperti
user ID, password, dan data-data lainnya dengan menyamar sebagai orang yang
berwenang melalui email. Data itu dipergunakan untuk melakukan berbagai jenis
kejahatan dan penipuan keuangan sehingga nasabah kehilangan uang dalam
rekeningnya.

3. A. PERSPEKTIF BISNIS
1. Perspektif Makro
Pertumbuhan suatu negara tergantung pada market system yang berperan lebih efektif
dan efisien daripada command system dalam mengalokasikan barang dan jasa.
Beberapa kondisi yang diperlukan market sysem untuk dapat efektif :
a) Hak memiliki dan mengelola properti swasta
b) Kebebasan memilih dalam perdagangan barang dan jasa
c) Ketersediaan informasi yang akurat berkaitan dengan barang dan jasa
Jika salah satu subsistem dalam market system melakukan perilaku yang tidak etis,
maka hal ini akan mempengaruhi keseimbangan sistem dan menghambat pertumbuhan
sistem secara makro. Dilihat dari kasus yang dialami oleh nasabah Bank Mandiri
tersebut jika dianalisis menggunakan Perspektif Makro yang termasuk dalam
Pengaruh dari perilaku tidak etis pada perspektif makro:
a) Penipuan
Hilangnya uang nasabah dikarenakan adanya tindakan Panishing yang termasuk dalam
kategori penipuan. Nasabah terindikasi menjadi korban penipuan yang dilakukan oleh
pihak yang tidak bertanggung jawab dengan mencuri data-data nasabah melalui virus
yang disebarkan ke komputer milik yang bersangkutan.
b) Pencurian
yang merupakan tindakan mengambil sesuatu yang bukan hak miliknya. Pencurian
disini dikaitkan dengan nasabah yang kehilangan uangnya oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab dan tiba-tiba berpindah di rekening orang lain. Perilaku tersebut
sangat tidak etis untuk dilakukan karena dapat merugikan orang lain.

2. Perspektif Mikro

17
Perilaku etis dapat terjadi jika semua pelaku bisnis saling dapat berperan dengan baik
dan saling berhubungan. Setiap pelaku bisnis wajib menjaga etika sehingga
kepercayaan yang mendasari hubungan bisnis dapat terjaga dengan baik.
- Dalam hal ini Bank Mandiri bertindak kurang etis saat menanggapi aduan dari
nasabah karena mengatakan bahwa penyebab terjadinya kehilangan uang yang terjadi
kepada nasabah dikarenakan komputer nasabah yang terserang virus, dan tindakan
punishing sebagai alasan, karena belum tentu merupakan phishing bisa saja adanya
kelemahan di internal Bank Mandiri.

B. HUKUM
Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Bank Selaku Konsumen Ditinjau dari Peraturan
Perundang-Undangan di Bidang Perbankan
a). Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengamanatkan dibentuknya Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS) dan mewajibkan setiap bank untuk menjamin dana
masyarakat yang disimpan dalam bank yang bersangkutan.
b). Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan.
Adapun yang menjadi fungsi dari lembaga ini adalah menjamin simpanan nasabah
penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan
kewenangannya.

Bank Mandiri belum sepenuhnya menjamin keamanan dana nasabah, akibatnya


nasabah kehilangan dana yang disebabkan oleh pelaku yang tidak bertangguangjawab.

c). Pasal 1 angka 4 PBI No. 7/7/PBI/2005 tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah,
Pengaduan didefinisikan sebagai ungkapan ketidakpuasan Nasabah yang disebabkan
oleh adanya potensi kerugian finansial pada Nasabah yang diduga karena kesalahan
atau kelalaian Bank.
d). Pasal 2 PBI No. 7/7/PBI/2005, maka bank wajib menetapkan kebijakan dan
memiliki prosedur tertulis tentang penerimaan pengaduan, penangangan dan
penyelesaian pengaduan, serta pemantauan penanganan dan penyelesaian pengaduan.

Bank Mandiri dalam hal ini sudah melakukan permintaan maaf terhadap nasabah yang
bersangkutan dan berjanji akan memproses pengaduan nasabah,

1. Ketentuan mengenai kebijakan dan prosedur tertulis dimaksud diatur dalam Surat
Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 7/24/DPNP tertanggal 18 Juli 2005, antara lain
sebagai berikut:
a) Kewajiban Bank untuk menyelesaikan Pengaduan mencakup kewajiban
menyelesaikan Pengaduan yang diajukan secara lisan dan atau tertulis oleh Nasabah
dan atau Perwakilan Nasabah, termasuk yang diajukan oleh suatu lembaga, badan
hukum, dan atau bank lain yang menjadi Nasabah Bank tersebut. b) Setiap Nasabah,
termasuk walk-in customer, memiliki hak untuk mengajukan pengaduan.

18
c) Pengajuan pengaduan dapat dilakukan oleh Perwakilan Nasabah yang bertindak
untuk dan atas nama Nasabah berdasarkan surat kuasa khusus dari Nasabah.

Dalam Pasal 10 PBI No. 7/7/PBI/2005 disebutkan bahwa bank wajib menyelesaikan
Pengaduan paling lambat 20 (dua puluh) hari kerja setelah tanggal penerimaan
Pengaduan tertulis, kecuali terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan bank dapat
memperpanjang jangka waktu. Yaitu:
a) Kantor Bank yang menerima Pengaduan tidak sama dengan Kantor Bank tempat
terjadinya permasalahan yang diadukan dan terdapat kendala komunikasi diantara
kedua Kantor Bank tersebut;
b) Transaksi Keuangan yang diadukan oleh Nasabah dan atau Perwakilan Nasabah
memerlukan penelitian khusus terhadap dokumen-dokumen Bank;
c) Terdapat hal-hal lain yang berada diluar kendali bank, seperti adanya keterlibatan
pihak ketiga diluar Bank dalam Transaksi Keuangan yang dilakukan Nasabah.

Bank Mandiri telah menerima aduan dari nasabah akan tetapi belum menyelesaikan
pengaduan nasabah dengan jarak minimal yaitu 20 hari. Bank Mandiri melibatkan OJK
dan pihak kepolisian dalam menangani kasus ini.
C. MORAL
Tindakan yang dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab ini merupakan
tindakan yang buruk dan dapat merugikan pihak lain yang terkait.

4. TEORI TERKAIT
A. Teori Utilitarianisme
Jika kasus ini dikaitkan dengan teori Utilitarianisme, Kalau dilihat dari manfaatnya,
Menyimpan dana di bank merupakan tindakan yang efektif untuk mengamankan harta
yang dimiliki, begitupun juga saat melakukan transaksi menggunakan internet banking
untuk mentransfer uang sangat efektif dan dapat menghemat waktu, kita tidak perlu
pergi ke bank atau cabang-cabang bank untuk melakukan transfer. Akan tetapi tidak
etis apabila terdapat orang lain yang dirugikan saat melakukan transaksi tersebut
seperti yang dialami oleh nasabah yang kehilangan uangnya setelah melakukan
transaksi menggunakan internet banking.

B. Teori Deontologi
Dalam teori deontologi, yang menjadi dasar baik buruknya perbuatan adalah
kewajiban. Deontologi mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada
kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.
Disini seharusnya pihak bank cepat mengatasi masalah yang ada, tidak bersikap
menyalahkan nasabah atas kejadian yang terjadi sehingga pihak bank akan tetap
mendapat kepercayaan dari nasabah.
C. Teori Hak

19
Teori hak ialah suatu perbuatan dikatakan baik atau etis jika sesuai dengan hak
manusia. Dalam kasus ini nasabah mempunyai hak untuk melakukan pengaduan dan
mendapatkan penyelesaian dari masalah tersebut. Dalam kasus ini Bank Mandiri telah
memberikan hak nasabah terhadap permasalahan yang terjadi.

D. Teori Keutamaan
Teori keutamakan memandang seseorang etis jika memiliki sifat-sifat keutamaa yaitu
sifat bijaksana, rendah hati, dan jujur. Bank Mandiri telah menyalahkan nasabah atas
peristiwa yang terjadi dengan anggapan komputer yang dipakai oleh nasabah telah
terkena virus sehingga pihak yang tidak bertanggungjawab dapat meakukan tindakan
Pishing. hal ini tidak etis jika dikaitkan dengan teori keutamaan.

5. KEADILAN YANG DILANGGAR


Kasus ini telah melanggar keadilan komunikatif (Iustitia Communicativa) Merupakan
keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa yang menjadi
bagiannya dengan berdasarkan hak seseorang pada suatu objek tertentu. Nasabah
mendapatkan kerugian dengan kehilangan uangnya oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab. Hal ini bertentangan dengan keadilan komunikatif dimana nasabah tidak
mendapatkan hak nya tetapi nasabah kehilangan uangnya.

6. TINDAKAN YANG DILAKUKAN


a. Konsumen
Nasabah telah melakukan tindakan pengaduan terhadap permasalahan yang dihadapi
karena merupakan haknya dan harus segera ada penyelesaian dari pihak Bank.
b. Perusahaan
Pihak Bank telah menindaklanjuti pengaduan yang dilayangkan oleh nasabah, pihak
bank bersama dengan OJK dan pihak berwajib telah memproses kasus ini. Pihak
perusahaan harus melakukan tindakan yang sesuai dengan permasalahan ini sehingga
tidak akan ada pihak yang dirugikan.
c. Pemerintah
Pemerintah melakukan investigasi terhadap kasus yang terjadi dan mengambil
tindakan yang tepat terhadap pihak yang bersangkutan.

20
BERITA V
PT INTERINDO DUTA TEKNO PECAT 114 KARYAWAN TANPA PESANGON
1. KRONOLOGIS
PT Interindo Duta Tekno yang beralamatkan di Jalan Raya Narogong KM 13,5
Bantargebang, Kota Bekasi melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap
114 buruhnya secara sepihak tanpa memberikan pesangon. PHK sendiri, merupakan
buntut dari aksi mogok kerja yang dilakukan oleh karyawan sebagai bentuk
solidaritas para karyawan atas dimutasinya 9 orang karyawan di perusahaan tersebut.
Menurut Anggota Komisi D DPRD Kota Bekasi, Syaherallayali saat ini kasus
tersebut sedang ditangani Komisi D DPRD Kota Bekasi.
Komisi D DPRD Kota Bekasi kata dia, sudah beberapa kali melakukan rapat
pembahasan berkaitan dengan kasus tersebut. Mulai dari dengan pihak buruh,
perusahaan maupun Pemkot Bekasi.Kasus ini merupakan aduan dari pihak buruh
yang di PHK. Sedangkan sejauh ini kami sudah beberapa kali rapat baik dengan
Dinas Tenaga Kerja, buruh dan PT Interindo. Khusus untuk pihak perusahaan sudah
3 kali pemanggilan, pihak perusahaan hanya mengirim pengacara dan kami tolak
itu, ujarnya, Kamis (8/10). Pria yang akrab disapa Ral itu mengatakan, seharusnya
jika pihak perusahaan membayarkan pesangaon terhadap para karyawan maka setiap
karyawan mesti diberi pesangon sekitar Rp98 juta karena karyawan yang dipecat
sudah bekerja selama 15 tahun lamanya. Hitungan karyawan mengacu pada undang-
undang, maka pesangon yang semestinya dibayarkan perusahaan itu mencapai Rp98
juta untuk satu orang, kata dia.
Sementara menurut dia, berdasarkan rekomendasi dari Dinas Tenaga Kerja Kota
Bekasi, pihak PT Interindo diminta untuk mempekerjakan kembali karyawan yang
sudah diberhentikan secara sepihak. Karyawan harus dan wajib dipekerjakan
kembali. Hal itu berdasarkan rekomendasi Dinas Tenaga Kerja Kota Bekasi,
pungkasnya. (Ical)

2. PERMASALAHAN
PT Interindo Duta Tekno melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap
114 buruhnya secara sepihak tanpa memberikan pesangon. Hal ini tentunya
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak pekerja mengenai PHK.
3. A. HUKUM
Dalam pasal 151 ayat (1) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU
Ketenagakerjaan) disebutkan bahwa pengusaha, pekerja/buruh, serikat
pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan
agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).
ayat (2) menjelaskan bahwa jika pemutusan hubungan kerja tidak bisa dihindarkan
wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan
pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota
serikat pekerja/serikat buruh.
PT Interindo Duta Tekno melakukan PHK terhadap 115 buruhnya secara sepihak dan
tanpa memberikan pesangon, tentunya hal ini tidak sesuai dengan prosedur dan

21
hukum yang berlaku. PHK tidak boleh dilakukan secara sepihak melainkan harus
melalui perundingan terlebih dahulu. Kemudian, apabila hasil perundingan tersebut
tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja
dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial.

Pasal 156 ayat (1) UU Ketenagakerjaan yang berbunyi:


Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar
uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak
yang seharusnya diterima.
PT Interindo Duta Tekno tidak memenuhi ketentuan yang berlaku dengan tidak
memberikan pesangon terhadap buruh yang di PHK. Seharusnya jika pihak
perusahaan membayarkan pesangaon terhadap para karyawan maka setiap karyawan
mesti diberi pesangon sekitar Rp98 juta karena karyawan yang dipecat sudah bekerja
selama 15 tahun lamanya. Hitungan pesangon karyawan mengacu pada undang-
undang, maka pesangon yang semestinya dibayarkan perusahaan itu mencapai Rp98
juta untuk satu orang.

B. MORAL
Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan merupakan tindakan yang tidak adil bagi
karyawan yang di PHK terlebih lagi karyawan ini telah bekerja selama 15 tahun.
Seharusnya pihak perusahaan memberikan pesangon dan melakukan tindakan yang
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4. TEORI YANG TERKAIT


a. Teori Egoisme
Dalam hal ini dapat dikaitkan dengan teori egoisme dapat dilihat bahwa karyawan
tidak mendapatkan hak yang seharusnya dan perusahaan menagmbil keputusan
sepihak untuk kepentingan perusahaan sendiri.
b. Teori Utilitarianisme
Sangat tidak etis apabila dikaitkan dengan teori ini dikarenakan pemecatan karyawan
merupakan tindakan yang tidak memiliki manfaat dan cenderung merugikan
karyawan terlebih lagi tidak adanya pesangon yang diberikan perusahaan untuk
karyawan.
c. Teori Deontologi
Dalam hal ini seharusnya perusahaan mengambil keputusan yang bijak terhadap
karyawannya tidak memutuskan dengan sepihak, perusahaan harus mementingkan
kehidupan bagi karyawannya terlebih lagi karyawan ini sudah mengabdi selama 15
tahun lamanya.
d. Teori Hak
Karyawan tidak mendapatkan haknya sebagai pekerja, perusahaan telah memutuskan
hubungan secara sepihak dan tidak memberikan pesangon.
e. Teori Keutamaan

22
Teori keutamakan memandang seseorang etis jika memiliki sifat-sifat keutamaan
yaitu sifat bijaksana, rendah hati, dan jujur. Dalam hal ini perusahaan telah
memberikan kerugian terhadap karyawannya. Mengenai hal itu jelas bahwa pihak
perusahaan tidak bijaksana dalam mengambil keputusan dan cenderung merugikan
pihak yang bersangkutan.

5. KEADILAN YANG DILANGGAR


a. Keadilan Komunikatif (Iustitia Communicativa)
Merupakan keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa
yang menjadi bagiannya dengan berdasarkan hak seseorang pada suatu objek
tertentu. Dalam hal ini perusahaan telah melanggar keadilan komunikatif dengan
tidak memberikan hak buruh yang di PHK yaitu tidak memberikan pesangon.
b. Keadilan Distributif (Iustitia Distributiva)
Merupakan keadilan yang memberikan kepada masing-masing orang terhadap apa
yang menjadi hak pada suatu subjek hak yaitu individu. Keadilan distributive adalah
keadilan yang menilai dari proporsionalitas atau kesebandingan berdasarkan jasa,
kebutuhan, dan kecakapan. Seharusnya jika pihak perusahaan membayarkan
pesangon terhadap para karyawan maka setiap karyawan mesti diberi pesangon
sekitar Rp98 juta karena karyawan yang dipecat sudah bekerja selama 15 tahun
lamanya.

6. TINDAKAN YANG DILAKUKAN


a. Tindakan yang dilakukan Pekerja adalah menuntut hak yang seharusnya di
dapatkan oleh pekerja, termasuk pesangon yang sudah menjadi hak pekerja yang di
PHK.
b. Tindakan yang dilakukan Perusahaan adalah Perusahaan harus melakukan
tindakan yang sesua dengan prosedur hukum yang berlaku mengenai pemutusan
hubungan pekerja, sehingga tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan dalam hal
ini.
c. Tindakan yang dilakukan Pemerintah adalah pemerintah melakukan investigasi
terhadap kasus ini agar kasus ini dapat terselesaikan dengan mengacu pada hukum
dan undang-undang yang berlaku.

23
24

S-ar putea să vă placă și