Sunteți pe pagina 1din 4

a.

Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam


Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
Rencana tindakan :
1. Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap
terlentang
R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan
memungkinkan darah keotak dan organ lain.
2. Monitor tanda vital
R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat.
3. Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
4. Evaluasi kandung kencing
R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
5. Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan
diatas simpisis.
R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan
placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri.
6. Batasi pemeriksaan vagina dan rektum
R/ Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan
terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada
serviks/perineum atau terdapat hematom bila tekanan darah semakin turun,
denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk,
perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.
7. Berikan infus atau cairan intravena
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular .
8. Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri ).
R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.
9. Berikan antibiotik
R/ Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan .
Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ).
R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
b. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal.
Rencana keperawatan :
1. Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital.
2. Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit.
R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan
perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang
dingin.
3. Kaji ada / tidak adanya produksi ASI.
R/ perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin di mana diperlukan
dalam produksi ASI.
4. Tindakan kolaborasi.
a. Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH
merupakan tanda hipoksia jaringan).
b. Berikan terapi oksigen (Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan
transportasi sirkulasi jaringan ).
c. Cemas/ketakutan berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman
kematian
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan
mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
1. Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan.
R/ Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya.
2. Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon
fisiologis.
3. Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung.
R/ Memberikan dukungan emosi.
4. Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan.
R/ Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang
tidak diketahui.
5. Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya.
R/ Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas.
6. Kaji mekanisme koping yang digunakan klien.
R/ Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme
koping yang tepat.
d. Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan
Tujuan : Tidak terjadi infeksi ( lokea tidak berbau dan TV dalam batas
normal ).
Rencana tindakan :
1. Catat perubahan tanda vital
R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya
infeksi.
2. Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus
yang lembek, dan nyeri panggul.
R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia,
shock yang tidak terdeteksi.
3. Monitor involusi uterus dan pengeluaran lokhea
R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran
lokea yang berkepanjangan.
4. Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi
saluran nafas, mastitis dan saluran kencing.
R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan.
5. Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah.
R/ pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.
6. Tindakan kolaborasi
a. Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan ).
b. Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan
untuk keadaan infeksi ).
e. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.
Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran
dan tanda-tanda dalam batas normal)
Rencana tindakan :
1. Anjurkan pasien untuk banyak minum.
R/ Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume
intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular
yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
2. Observasitanda-tandavital tiap 4 jam .
R/ Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator
terjadinya dehidrasi secara dini.
3. Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak
ditangani secara baik.
4. Observasi intake cairan dan output
R/ Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran
cairan yang berlebihan.
5. Kolaborasi dalam
a. Pemberian cairan infus / transfusi
R/ Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular
yang dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat
mencegah terjadinya shock.
b. Pemberian koagulantia dan uterotonika .
R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan
uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol
perdarahan.

S-ar putea să vă placă și