Sunteți pe pagina 1din 17

AMDAL Pelabuhan

Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan sekitar17.508 buah
pulau yang membentang sepanjang 5.120 km2 dari timur ke barat sepanjangkhatulistiwa dan
1.760 km2 dari utara ke selatan. Luas daratan Negara Indonesia mencapai1,9 juta km2 dan luas
perairan laut Indonesia sekitar 7,9 juta km . Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang
81.791km2. Mengingat perairan
pantai atau pesisir merupakanperairan yang sangat produkti f, maka panjangnya pantai
Indonesia merupakan potensisumber daya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan
ekonomi di negara ini.

Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah didukung oleh pengelolaan
pemenfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan ( environmental services ) yang
terdapat di kawasan pesisir, dengan melakukan penilaian menyeluruh ( comprehensive
assessment ) tentang kawasan pesisir berserta sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan yang
terdapat di dalamnya menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan kemudian merencanakan
serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya, guna mencapai pembangunan yang optimal
dan berkelanjutanecara menyeluruh dan terpadu

Pengelolaan wilayah pesisir ini juga sangat dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang
(UU) No 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada beberapa pasalnya berkaitan dengan
masalah wilayah pesisir dan laut. UU ini diharapkan segera diikuti dengan ketentuan seperti
Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pelaksanaannya, sehingga pengelolaan ataupun
pemanfaatan laut tidak semakin kacau. Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang
mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing, dan bertanggung
jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal
10 UU 22/1999) sehingga pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan ke pemerintah daerah,
bisa menimbulkan harapan baru untuk pengelolaan kawasan pesisir yang lebih baik. Sebaliknya
tanpa persiapan dan p embangunan institusi, UU itu bisa menjadi bencana karena akan terjadi
eksploitasi yang memperparah kerusakan.

1.2 Rumusan Masalah


Peruntukan wilayah pesisir menjadi kawasan pelabuhan menjadikan pelabuhan tersebut menjadi
suatu kawasan yang multi fungsi dengan beragam aktivitas di dalamnya membutuhkan adanya
pengembangan kawasan sehingga peningkatan aktivitas dan pengembangan kawasan pelabuhan
seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya.
Laporan dari Bapedalda menunjukkan terdapat beberapa masalah lingkungan yang terjadi di
kawasan Pelabuhan. Kegiatan diperairan berupa kegiatan kapal -kapal yang berlabuh di
pelabuhan menghasilkan banyak limbah baik berupa buangan minyak, sampah dan limbah cair
lainnya setiap harinya.

Aktivitas industri dalam proses produksinya juga menghasilkan buangan baik cair maupun gas
yang dapat menyebabkan pencemaran kawasan di sekitarnya. Aktivitas darat lainnya berupa
pergudangan, docking atau perbaikan kapal, industri dan perkantoran juga menghasilkan b
anyak limbah setiap harinya.

1.3 Tujuan

a) Untuk mengetahui dampak cemaran dari aktivitas pelabuhan yang semakin

meningkat. b) Untuk mengetahui prosedur ANDAL yang ada di pelabuhan.

c) Untuk mengetahui usaha untuk mengurangi dampak pencemaran di pelabuhan

1.4 Sasaran

Agar diperoleh ilmu dan keteramplan mengenai Analisa Mengenai Dampak Lingkungan
Terutama di daerah sekitar pelabuhan.

1.5 Luaran

Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber ilmu dan informasi tentang Analisa Mengenai
Dampak Lingkungan, sehingga meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman di
lapangan sehingga bisa menjawab permasalahan yang timbul di masyarakat tentang lingkungan
sekitar pelabuhan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelabuhan

Pengertian Pelabuhan menurut Peratuan Pemerintah RI no 69 Tahun 2001 tentang


Kepelabuhanan, adalah: Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan
batas -batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi dipergunakan
sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, untuk naik turun penumpang dan/ atau bongkar muat
barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Sedangkan
Kepelabuhanan meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan
pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan
fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan, dan ketertiban arus lalu lintas
kapal dan barang, serta tempat perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi.

Bila ditinjau dari segi pengusahaanya maka pelabuhan arti pelabuhan adalah :

a. Pelabuhan yang diusahakan

Pelabuhan yang diusahakan, yaitu pelabuhan yang sengaja diselenggarakan untuk memberikan
fasilitas- fasilitas yang diperlukan oleh kapal yang memasuki pelabuhan untuk melakukan
kegiatan bongkar muat dan kegiatan lainnya.Pelabuhan semacam ini tentu saja dilengkapi dengan
fasilitas -fasilitas yang untuk pemakaian oleh kapal dan muatannya, dikenakan pembayaran-
pembayaran tertentu

b. Pelabuhan yang tidak diusahakan, yaitu pelabuhan yang sekedar hanya merupakan tempat
kapal/
perahu dan tanpa fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh pelabuhan.

Sedangkan menurut UU No.21 Tahun 1992-PP. No. 70 Tahun 1996- Km No. 26 Tahun 1998,
Pengertian pelabuhan lebih diperluas yaitu :

a. Pelabuhan Umum, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh bermacam -macam kapal untuk
melakukan kegiatan bongkar muat barang-barang campuran juga penumpang dan hewan serta
dikelol a oleh instansi yang ditunjuk oleh pemerintah seperti PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia
II, sebagai contoh: Pelabuhan Teluk Bayur.

b. Pelabuhan Khusus, ialah pelabuhan yang dikunjungi oleh kapal - kapal yang bermuatan
tertentu untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang-barang tertentu atau khusus serta
dikelola oleh instansi terkait, sebagai contoh : Pelabuhan Teluk Kabung ( milik
PERTAMINA )

c. Pelabuhan Laut, yaitu pelabuhan yang bebas untuk dimasuki oleh kapal -kapal yang
berbendera negara asing. Jadi kalau sebuah kapal asing hendak memasuki pelabuhan laut, dia
boleh langsung masuk tanpa perlu meminta izin terlebih dahulu, karena pelabuhan laut memang
disediakan untuk perdagangan internasional.

d. Pelabuhan Pantai, yaitu pelabuhan yang dis ediakan untuk perdagangan dalam negeri dan
luar negeri dan oleh karena itu tidak terlalu bebas disinggahi oleh kapal yang berbendera asing.
Kapal asing tersebut masih dapat menyinggahi pelabuhan pantai, dengan cara terlebih dahulu
meminta izin kepihak pelabuhan terkait.

Pe Pengertian lainnya adalah

Menurut tujuan , adalah Kegiatan suatu pelabuhan dapat dihubungkan dengan kepentingan
ekonomi dan kepentingan pemerintah serta kepentingan lainnya . Dari segi Peraturan
Pemerintah yang berlaku saat ini yaitu Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1983 tentang
Pembinaan Kepelabuhan Bab 1 Pasal 1 ayat (4) menyebutkan:

Pelabuhan adalah :
" Tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal serta kendaraan air lainnya untuk
menaikkan dan menurunkan penumpang , bongkar muat barang dan hewan serta merupakan
daerah lingkungan kerja kegiatan ekonomi ".

Selanjutnya pada Peraturan Pemerintah yang sama Bab 11 pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa :

Pelabuhan sebagai tumpuan tatanan kegiatan ekonomi dan kegiatan pemerintah me rupakan
sarana untuk menyelenggarankan pelayanan jasa kepelabuhan dalam menunjang
penyelenggaraan angkutan laut .

Dalam perkembangan selanjutnya , pengertian Pelabuhan itu mencakup pengertian sebagai


Prasarana dan sistem , yaitu Pelabuhan adalah Suatu lingkuan kerja terdiri dari area daratan dan
perairan yang dilengkapi dengan fasilitas yang memungkinkan berlabuh dan bertambatnya
kapal untuk terselenggaranya bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari suatu
moda transportasi laut (kapal) ke moda transportasi lainnya atau sebaliknya (Ruskiwan, 2009).

2.2 Konsep Pembangunan Wilayah Pelabuhan

Secara umum perencanaan pelabuhan agak berbeda dengan perencanaan prasarana lainnya,
mengingat peran dan fungsi pelabuhan itu sendiri. Mengingat hal diatas, perencanaan pelabuhan
harus dapat memenuhi dan merefleksikan fungsi dan perannya. Selain itu perencanaan pelabuhan
harus dikaitkan pada aktifitas dan prasarana lainnya yang menunjang keberlangsungan pelabuhan
itu. Perencanaan pelabuhan merupakan multi disiplin ilmu dan mempunyai kompleksitas yang
cukup besar, sehingga berbagai disiplin ilmu terkait pada perencanaan pelabuhan ini. Seorang
perencana pelabuhan (Port Planner) harus memimpin dan mengkoordinasikan berbagai
keterkaitan disiplin ilmu tersebut menj adi suatu output perencanaan sesuai dengan tolok
ukur/acuannya.

Pembangunan di suatu wilayah/daerah pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi
di daerah lain, dan kebijakan ekonomi makro dari negara bersangkutan. Dengan demikian,
terdapat ketergantungan antar daerah, sehingga pertumbuhan produksi perkapita di suatu daerah
tidak hanya ditentukan oleh lokasi daerah dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, akan
tetapi juga kondisi dan aktivitas yang ada di daerah lain. Kondisi ketergantungan ini t elah
melahirkan paling tidak 2 (dua) teori yang berkaitan dengan kerangka konseptual pembangunan
daerah, yaitu :

1. Konsep Basis Ekonomi

Teori ini beranggapan bahwa permintaan terhadap input hanya dapat meningkat melalui
perluasan permintaan terhadap output yang diproduksi oleh parkir basis (ekspor) dan parkir
non basis (local). Permintaan terhadap produksi parkir local hanya dapat meningkat apabila
pendapatan local meningkat. Sementara disisi lain, peningkatan pendapatan iini hanya akan
terjadi apabi la parkir basis meningkat. Oleh karena itu, menurut konsep ini ekspor daerah adalah
merupakan faktor penentu dalam pembangunan ekonomi. Disinilah peranan mempromosikan
daerah dan subsidi langsung kepada investor menjadi sangat penting.
2. Konsep Perbedaan Tingkat Imbalan (Rate of Return)

Pemahaman dalam konsep perbedaan tingkat imbalan didasarkan pada pemikiran bahwa suatu
daerah terbelakang bukanlah disebabkan karena tidak beruntung atau kegagalan pasar, akan
tetapi disebabkan oleh produktivitasnya yang rendah. Oleh karena itu, investasi dalam prasarana
adalah penting sebagai sarana pembangunan daerah. Kedua teori di atas nampaknya sangat
relevan untuk dipergunakan sebagai landasan didalam melihat proses pembangunan yang terjadi
di suatu daerah. Oleh kar ena itu, dalam suatu proses pembangunan ada 3 (tiga) program yang
dapt dikelompokkan sebagai program prioritas, tanpa meninggalkan program-program penting
lainnya. Ketiga program prioritas tersebut adalah :

1. Pengembangan Sumberdaya Manusia yang Berkual itas

2. Pembangunan Bidang Infrastruktur

Program ini dimaksudkan untuk memperlancar system transportasi antar daerah sampai ke
daerah - daerah yang masih terisolasi. Prioritas ini secara lebih rinci dijabarkan melaluiprogram-
program sebagai berikut,

a) Prasarana jalan dan jembatan

b) Perhubungan darat, danau, sungai dan

penyebrangan c) Perhubungan laut

d) Perhubungan udara

e) Pos dan Telekomunikasi

3. Pembangunan Perekonomian Dalam Arti Luas

Program ini dimaksudkan untuk mewujudkan suatu parkir, apakah industri, pertanian atau
parkir lainnya, yang akan dijadikan tulang punggung perekonomian daerah (Muis, 2011).

2.3 Konsep Perencanaan Pelabuhan

Secara umum perencanaan/pengembangan pelabuhan d apat direfleksikan oleh sifat


kelembagaannya, ada yang berorientasi bisnis (bussiness oriented) dan ada yang berorientasi
kepada kepentingan umum. Pelabuhan yang berorientasi pada keuntungan, perencanaan
pengembangan dilakukan secara bertahap dan dikaitkan pada pengembangan yang memberikan
keuntungan langsung. Sebaliknya pelabuhan yang berorentasi pada kepentingan umum,
perencanaan pengembangan dilaksanakan dalam jangka panjang dan komprehensif serta
diarahkan pada pelabuhan sebagai prasarana umum yang menu njang perkembangan sosial
ekonomi daerah dan nasional, guna memperoleh keuntungan menyeluruh.
Menurut (Anonim, 2010) Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
pelabuhan, diantaranya:

Kebutuhan akan ruang dan lahan

Perkembangan ekonomi dae rah hinterland pelabuhan

Perkembangan industri yang terkait pada pelabuhan

Arus dan komposisi barang yang ada dan diperkirakan

Jenis dan ukuran kapal

Hubungan transportasi darat dan perairan dengan hinterland

Akses dari dan menuju laut

Potensi pengembangan fisik

Aspek nautis dan hidraulik

Keamanan/keselamatan dan dampak lingkungan

Analisis ekonomi dan finansial

Fasilitas dan struktur yang ada.

2.4 Investasi dan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan

Keberhasilan proyek pembangunan pelabuhan bu kan pada kehadiran fisiknya akan tetapi lebih
dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang kelancaran dan pertumbuhan arus
barang dalam pola perdagangan maupun pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional
(Muis, 2010).

Secara umum investasi dapat berupa aktifitas:

Ekspansi/pengembangan, penilaian kelayakan atas perluasan lini produk yang ada seperti
investasi baru untuk dermaga, bangunan, gudang dan modal kerja.

Penghematan biaya, misalnya investasi di bidang teknologi baru harus dinilai dari p
enghematan atau output yang lebih besar.

Penggantian (replacement), memutuskan perlu tidaknya dan waktunya penggantian


peralatan tua dengan peralatan baru, untuk menghemat biaya operasi dan meningkatkan
kualitas.

Pilihan alternatif, memutuskan diantara al ternatif investasi untuk mencapai hasil yang sama,
sedangkan rasio antara modal dengan biaya investasi yang harus dikeluarkan berbeda.

2.5 Manajemen Sanitasi Pelabuhan


Penerapan manajemen pada usaha Sanitasi Tempat-Tempat Umum (STTU) pada umumnya
dibutuhkan pendekatan terhadap aspek sosial. Untuk melakukan pendekatan aspek sosial
diperlukan penguasaan pengetahuan antara lain tentang kebiasaan hidup, adat istiadat,
kebudayaan, keadaan ekonomi, kepercayaan, komunikasi dan motivasi (Depkes RI, 1996).
Menurut Suparlan (1988) dalam Adriyani (2005) pendekatan aspek sosial membutuhkan
berbagai pertimbangan terhadap berbagai macam faktor dari kehidupan masyarakat, diantaranya
faktor:

1. Pengertian

Pengertian karyawan serta masyarakat tentang pentingnya serta manfaat suatu usaha kesehatan
masyarakat sangat diperlukan sebab tanpa adanya pengertian ini segala sesuatunya akan berjalan
tanpa arah. Pengertian merupakan dasar pokok guna memperoleh kesadaran dan pengetahuan
untuk bertindak secara aktif.

2. Pendekatan

Pendekatan yang baik perlu dilakukan terutama terhadap Pimpinan maupun karyawan
perusahaan Tempat-Tempat Umum (TTU), biasanya dilakukan dengan memberikan beberapa
bentuk motivasi. Titik pangkal suksesnya usaha STTU banyak bergantung dari cara pendekatan
ini, ada 2 macam pendekatan terhadap pimpinan dan karyawan yang dapat ditempuh yaitu:

a. Pendekatan formal

Pendekatan formal yaitu suatu pendekatan terhadap pimpinan secara

resmi. b. Pendekatan informal

Pendekatan informal yaitu suatu pendekatan terhadap karyawan bawahan dimana pekerja
berada dan dilakukan di tempat kerjanya.

Selain pendekatan di atas menurut Buku Pedoman Sanitasi Tempat -Tempat Umum (1996),
pendekatan yang biasa digunakan pada aspek ini adalah pendekatan edukatif yang ditujukan
kepada masy arakat umum dan masyarakat pengunjung TTU khususnya perlu diberi pengertian
dan kesadaran tentang usaha STTU. Dengan adanya pengertian dari pengunjung bahwa TTU yang
tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya kecelakaan dan menyebarkan
penyakit, maka pengunjung/masyarakat akan berusaha untuk senantiasa memelihara STTU.

3. Kesadaran

Faktor kesadaran terutama karyawan pelabuhan dibutuhkan sekali guna pelaksanaan program,
tanpa kesadaran makan pelaksanaan program STTU akan mengalami hambatan dan k esulitan,
karena tidak diketahui dan disadari akan pentingnya serta manfaatnya baik bagi perusahaan
maupun bagi pribadi karyawan yang bersangkutan. Faktor kesadaran diperoleh sebagai hasil
pendekatan edukatif melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

4. Partisipasi
Faktor partisipasi dari karyawan Pelabuhan secara total sangat dibutuhkan dalam rangka
memelihara, membina dan mengembangkan usaha Sanitasi. Partisipasi penuh dari karyawan
dapat diperoleh dan ditingkatkan dengan cara memberikan pengertian se rta motivasi tentang
pentingnya Hygiene dan STTU dipandang dari segi kesehatan maupun dari segi bisnis
operasional.

5. Kerja sama

Usaha kesehatan masyarakat khususnya usaha Hygiene dan STTU dibutuhkan adanya
kerjasama dalam tim. Tanpa kerja sama yang baik maka usaha ini tidak akan berjalan dengan
baik.

6. Keuangan

Dimana terdapat suatu usaha terutama dalam usaha Hygiene dan STTU khususnya yang
berhubungan dengan masalah perbaikan dan penyempurnaan tentu membawa konsekuensi
biaya, tanpa ditunjang biaya yang memadai ini maka kegiatan ini tidak akan berjalan
semestinya. Kegiatan ini sangat membutuhkan adanya anggaran khusus terutama guna
pelaksanaan pemeliharaan.

Kegiatan pemeliharaan sanitasi di lingkungan pelabuhan hendaknya menjadi komitmen bagi


seluruh pekerja di pelabuhan. Tentu saja hal ini diikuti dengan manajemen pemeliharaan
sanitasi yang baik antara lain berupa kecukupan personil kebersihan, alokasi dana yang
mencukupi dari pihak pengelola pelabuhan.

2.6 Undang-Undang No.23 Tahun 1997 Tentang Lingkungan Hidup

setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup, setiap orang mempunyai hak
atas imformasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Untuk menjamin pelestarian fungsi lingkungan hidup setiap usaha dan ataukegiatan
dilarang melanggar baku- mutu dan kreteria baku kerusakan lingkungan hidup, setiap rencana
usaha dan atau kegiatan yang kemungkinannya dapat menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan hidup *wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.*

Setiap usaha dan atau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup untuk memperoleh izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib memiliki
analisis mengenai dampak lingkungan hidup dalammenerbitkan izin melakukan usaha dan
atau kegiatan wajib diperhatikanrencana tata ruang, pendapat masyarakat, pertimbangan dan
rekomendasi pejabat yang berwenang dan berkaitan dengan usaha atau kegiatan tersebut.

*Pelanggaran terhadap proses itu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha *dalam
rangka peningkatan kinerja usaha dan atau kegiatan,pemerintahmendorong penanggung jawab
usaha atau kegiatan untuk melakukan audit lingkungan hidup.

Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan kepengadilan dan atau melap orkan ke
penegak hukum terhadap berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan pri kehidupan
masyarakat//bahkan Undang-undang pun meng-amanahkan sanksi pidana terhadap pelanggaran
dampak lingkungan hidup dimaksud. Permasalahan dan kendala penerapan AMDAL dalam
pengelolaan
lingkungan hidup serta pra kondisi penerbitan berbagai perizinan suatu kegiatan usaha akhirnya
menjadi pertanyaan besar (Buana, 2010).

BAB III

PEMBAHAS

AN

3.1 Proyeksi lalu lintas pelabuhan

Secara umum kebutuhan suatu rencana pengembangan pelabuhan laut dipengaruhi oleh berbagai
perkembangan social -ekonomi dan daerah layanannya, baik daerah layanan belakang (hinterland)
maupun daerah layanan depan (foreland). Yang menjadi daerah layanan belak ang dari pelabuhan
yang direncanakan paling tidak mencakup wilayah satu Kabupaten atau bahkan bias juga satu
propinsi, sedangkan daerah layanan depannya adalah daerah -daerah lain di seluruh Indonesia
yang menjadi asal dan tujuan para penumpang/barang angkutan laut. Potensi pengguna dari
pelabuhan yang direncanakan terutama berkaitan dengan fungsi pelabuhan ini apakah akan
berfungsi sebagai pelabuhan Internasional, pelabuhan regional, atau pelabuhan local. Perkiraan
arus bongkar muat barang di Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pertumbuhan lalulintas
barang yang ada di wilayah hinterland yang bersangkutan. Perkiraan pertumbyhanarus bongkar
muat barang ini dapat dilakukan antara lain berdasarkan :

1. Metode Gravitasi (Bangkitan-tarikan). Proyeksi pertumbuhan bongkar muat barang dengan


metode Gravitasi didasarkan pada teori bahwa adanya aktivitas dalam suatu zona (daerah) akan
menyebabkan timbulnya kebutuhan perjalanan baik dalam zona itu sendiri atau perjalanan ke
zonalain. Berdasarkan besarnya bangkitan dan tarikan perjalanan dari dan ke suatu zona, dapat
dilakukan peramalan volume perjalanan beberapa tahun mendatang dengan menggunakan
model estimasi distribusi perjalanan (trip distribution). Ada banyak faktor yang mempengaruhi
bangkitan dan tarikan perj alanan, miasalnya jumlah penduduk, PDRB, jumlah rumah tangga,
jumlah industri, dan jumlah kendaraan bermotor. Penentuan model terbaik dilakukan dengan
meninjau parameter-parameter berikut ini :

Memiliki koefisien korelasi (r2) terbesar, yang menunjukkan ke dekatan hubungan antara model
dengan data real.

Memiliki konstanta persamaan / intercept yang terkecil yang menunjukkan faktor -faktor yang
tidak diperhitungkan / faktor pemaaf. Makin kecil konstanta persamaan, berarti pengaruhdari
faktor -faktor yang tidak diperhitungkan semakin kecil.

Kesesuaian ekspektasi antara dugaan dan real.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pertumbuhan PDRB ini digunakan sebagai
parameter pertumbuhan arus bongkar muat barang yang patut dipertimbangkan. Angka
pertumbuhan juml ah
bongkar muat barang di pelabuhan diasumsikan sesuai dengan rata-rata pertumbuhan PDRB di
daerah yang bersangkutan. Angka pertumbuhan PDRB ini diambildari rata-rata pertumbuhan
PDRB beberapa tahun terakhir.

3. Perkiraan kompromi, yaitu laju pertumbuhan rata-rata dari proyeksi menggunakan model
matematis dengan proyeksi berdasarkan pertumbuhan PDRB. Skenario ini kita sebut Skenario
Moderat.

3.2 Sistematika Pelabuhan

Kinerja pelabuhan dapat ditunjukkan oleh kualitas pelayanan terhadap kapal maupun barang d i
suatu pelabuhan. Variabel yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan atau kinerja operasional
pelabuhan antara lain produktifitas bongkar muat yang antara lain diukur melalui variabel ship
output, sedangkan kinerja operasional antara lain terdiri atas waiting time, berthing time, turn
round time. Ship output (TSHP) sendiri merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk
mengukur besarnya produktifitas bongkar muat kapal. Peralatan bongkar muat sangat
mempengaruhi lamanya kapal di dermaga, apabila alat bongkar muat kurang memadai maka
produktifitas bongkar muat rendah, sebaliknya peralatan bongkar muat memadai serta SDM
yang profesional maka produktifitas bongkar muat akan tinggi, dengan sendirinya kapal akan
cepat meninggalkan dermaga atau berthing tim e dapat diperkecil. Peranan Pelabuhan sebagai
salah satu pelabuhan tujuan bagi pelayaran domestik dan pelayaran rakyat yang akan melakukan
aktivitas bongkar muat berjenis barang keperluan rumah tangga dan bangunan
dari berbagai daerah di seluruh pelosok nu santara, dan juga sekali merupakan tempat kegiatan
ekonomi bagi suatu negara, oleh sebab itu dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai
sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepelabuhan.

3.3 Pelabuhan dan Fasilitas Utamanya

Pelabuhan adalah suatu kawasan yang mempunyai beberapa fasilitas untuk menunjang
kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut ditujukan untuk melancarkan kegiatan usaha
di pelabuhan. Fasilitas pelabuhan dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas pokok dan
fasilitas penunjang. Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap kegiatan
pelabuhan itu sendiri. Fasilitas pokok pelabuhan terdiri dari :

Alur pelayaran

Kolam pelabuhan

Penahan gelombang (breakwater)

Dermaga

Alur pelayaran: Alur pelayaran dalam istilah kepelabuhanan mempunyai pengertian bahwa
daerah yang dilalui kapal sebelum masuk ke dalam wilayah pelabuhan. Batas wilayah pelabuhan
sendiri dibatasi oleh pemecah gelombang (breakwater). Hampir di semua pelabuhan yang
diusahakan ada aturan bahwa
setiap kapal yang masuk ke daerah alur pelayaran harus membayar Jasa Labuh (biaya
berlabuh di wilayah pelabuhan).

Kolam Pelabuhan: Kolam pelabuhan adalah perairan yang berada di depan dermaga yang
digunakan untuk bersandarnya kapal.

Penahan Gelombang: Penahan gelombang (breakwater) merupakan bagian fasilitas


pelabuhan yang dibangun dengan bahan batu kali dengan berat tertentu atau dengan bahan
buatan yang berbentuk tertentu seperti tetraods, quadripods, hexapods ataudengan dinding
tegak (caison).

Dermaga: Sarana-sarana tambahan adalah sarana dimana kapal -kapal bersandar untuk memuat
dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang-penumpang. Yang
dimaksud dengan tambatan adalah: Dermaga (quaywalls), pelampung tambatan (mooring piles),
pil ed piers, ponton-ponton, dermaga-dermaga ringan (lighter wharves) dan jalan-jalan rel
(slipways).

3.4 Persyaratan Sanitasi di Pelabuhan

Persyaratan sanitasi standar yang harus dimiliki oleh sebuah pelabuhan antara lain:

a. Bagian luar

1) Tempat parkir

Harus bersih, tidak ada sampah berserakan, dan tidak ada genangan air.

2) Tempat sampah

Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup dan kedap air serta dalam jumlah
yang cukup.

3) Pencahayaan

Penerangan harus cukup dan tidak menyilaukan mata, terutama pada pintu masuk dan keluar
tempat parkir.

b. Bagian dalam

1) Ruang tunggu

a) Ruangan harus bersih.

b) Tempat duduk harus bersih dan bebas dari kutu busuk.

c) Pencahayaan harus cukup dan tidak menyilaukan mata (minimal 10 fc) sehingga dapat
diguna kan untuk membaca.
d) Penghawaan harus cukup, minimal 10% dari luas

lantai. e) Lantai tidak licin, kedap air, dan mudah

dibersihkan.

f) Tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam jumlah
yang cukup.

2) Pembuangan kotoran manusia

a) Tersedia jamban yang memenuhi syarat (tipe leher angsa) minimal 1 jamban untuk 100
pengunjung, atau minimal 2 buah jamban.

b)Tersedia peturasan (urinoir) yang baik, minimal 1 peturasan untuk 200 orang pengunjung dan
tersedia pasokan air yang mencukupi.

c) Harus ada tanda yang jelas untuk membedakan antara jamban pria dengan jamban

wanita. d) Jamban dan peturasan harus dalam keadaan bersih dan tidak berbau.

3) Pembuangan sampah

a) Harus tersedia tempat penampungan sampah sementara yang tertutup, kedap air, dan dalam
jumlah yang cukup.

b) Pengangkutan sampah dilakukan setiap hari sehingga tidak ada sampah yang menumpuk.

4) Pembuangan air limbah

Air limbah dan air hujan dialirkan melalui saluran tertutup dan dibuang ke septic tank atau ke
saluran a ir kotor perkotaan.

5) Tempat cuci tangan

Harus tersedia tempat cuci tangan yang baik, minimal satu, dilengkapi dengan sabun dan kain

serbet. Lain-lain

1) Tersedia alat perlengkapan untuk P3K.

2) Terdapat alat pemadam kebakaran.

3) Bar atau restoran atau rumah makan yang ada ahrus memenuhi syarat higiene dan sanitasi
makanan dan minuman (Chandra, 2006).

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

a. kegiatan masuknya ikan impor sesuai peraturan AMDAL nomor 23 Thn 2007
sebenarnya harus memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) guna
mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak Lingkungan lainnya baik itu di wilayah
Pelabuhan maupun di lokasi lainnya.

b. Sarana-sarana tambahan adalah sarana dimana kapal -kapal bersandar untuk


memuat dan menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang-
penumpang.

c. fasilitas pelabuhan ditujukan untuk melancarkan kegiatan usaha di pelabuhan.

d. Perkiraan arus bongkar muat barang di Pelabuhan akan didasarkan pada perkiraan pert
umbuhan lalulintas barang yang ada di wilayah hinterland yang bersangkutan.

e. Keberhasilan proyek pembangunan pelabuhan bukan pada kehadiran fisiknya akan tetapi
lebih dititik beratkan pada peran dan fungsinya dalam menunjang kelancaran dan pertumbu han
arus barang dalam pola perdagangan maupun pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional.

4.2 Saran

a. Lokasi pelabuhan hendaknya dituntut tersedianya fasilitas pelabuhan yang memadai


sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepelabuhan.

b. Lokasi pelabuhan harus memiliki sarana sanitasi.

Daftar Pustaka

Adriyani, Retno. 2005. Manajemen Sanitasi Pelabuhan Domestik di Gresik. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. (On-line), Vol. 1, No. 2: 130-141.
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-04.pdf, diakses 12
Juli 2009.

Anonim, 2010. Konsep Perencanan Pelabuhan. http://muislife.com/367.html . diakses tanggal 12


Juli
2009.
Buana, 2010. Kegiatan Ikan Impor Harus Memiliki AMDAL.
http://www.sanggahbuana.com/archives/1390. diakses tanggal 12 Juli
2009.
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Depkes RI. 1996. Buku Pedoman Sanitasi Tempat-Tempat Umum. Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Muis, 2010. Investasi dan Pembangunan Fasilitas Pelabuhan. http://muislife.com/investasi


-dan- pembangunan-fasilitas-pelabuhan.html. diakses tanggal 12 Juli 2009.

Muis, 2011. Konsep pembangunan wilayah pelabuhan. http://muislife.com/konsep -


pembangunan- suatu-wilayah.html. diakses tanggal 12 Juli 2009.

Ruskiwan, 2009. Pengetian Pelabuhan.

S-ar putea să vă placă și