Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Nama: Ny.A
Umur : 38 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : -
Alamat : Banyumas
Nama : Tn.S
Pekerjaan : Wiraswasta
B. ALASAN MASUK
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Keluarga klien mengatakan klien pernah mengalami gangguan jiwa saat usia 25 tahun
dan klien sudah 3 kali kali dirawat di Rumah Sakit Jiwa dengan keluhan yang sama
yakni klien sering bicara kacau, marah-marah tanpa sebab, melempar barang-barang dan
sering keluyuran. Klien terakhir kali dirawat di RSJ pada bulan September 2014. Klien
dibawa pulang oleh keluarga karena sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, tetapi
pengobatan yang dilakukan kurang berhasil karena jaraknya jauh akibatnya klien tidak
rutin kontrol. Klien dibawa ke Rumah Sakit karena klien bicara kacau, marah-marah
tanpa sebab, melempar gelas dan piring. Keluarga klien mengatakan klien merupakan
orang yang mudah tersinggung, klien mempunyai beberapa masalah yang kurang
menyenangkan yaitu ditinggal suaminya menikah lagi. Selama kurang lebih 13 tahun
klien ditinggal oleh suaminya tanpa dinafkahi, klien membesarkan kedua anaknya
sendiri.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital
TD : 120/80 mmHg.
RR : 24 x / menit.
2. Pengukuran antopometri
TB : 150 cm.
BB : 68 kg.
3. Keadaan Fisik
1. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
Klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara, klien tinggal bersama ke dua anaknya dan
tinggal dengan bapaknya. Semua saudara klien sudah menikah mempunyai anak. Klien
sudah menikah dan mempunyai dua orang anak perempuan. Klien ditinggal suaminya
kurang lebih 13 tahun karena suaminya menikah lagi tapi belum bercerai. Klien tinggal
serumah dengan anak dan bapaknya. Hubungan klien dengan keluarga baik.
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien menyukai semua bagian tubuhnya dan bersyukur atas semua yang diciptakan
Tuhan. Klien mengatakan kurang puas dengan bentuk tubuhnya yang gemuk dan
rambutnya yang agak kriting yang sudah mulai beruban.
b. Identitas Diri
Klien mengetahui bahwa dirinya adalah seorang perempuan dan klien menerima
dengan ikhlas dia sebagai perempuan. Klien adalah anak pertama dari 6 bersaudara.
c. Peran
Klien seorang ibu rumah tangga, di rumah klien sudah terbiasa menyelesaikan semua
pekerjaan rumah seperti mencuci, masak, menyapu, mengepel dan lain-lain. Klien
adalah single parent bagi anak-anaknya. Klien tidak bekerja sehingga tidak bisa
menafkahi anaknya. Anaknya dinafkahi oleh ayah klien.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan ingin menafkahi anaknya sendiri, tetapi klien tidak bekerja, klien
tidak ingin membebani ayahnya.
e. Harga Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya kurang percaya diri dan merasa malu karena klien
dianggap orang sakit jiwa oleh tetangga-tetanganya dan penyakit yang diderita saat ini
tidak bisa sembuh, klien lebih suka menyendiri di rumah dari pada berkumpul dengan
tetangganya.
3. Hubungan Sosial
klien mengatakan tidak suka berkumpul dengan teman-temannya maupun perawat yang
ada ruangan. Klien tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Klien terlihat lebih suka
sendiri dikamarnya dan melamun.
Klien berkeyakinan pada agama Islam, kegiatan ibadah seperti sholat dilakukan ketika
belum masuk rumah sakit. Selama ini klien menyatakan jarang menjalankan sholat 5
waktu.
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Kebersihan dan kerapihan klien cukup baik, rapi dan pakaian yang dikenakan klien juga
sesuai.
2. Pembicaraan
3. Aktvitas Motorik
4. Alam Perasaan
5. Afek
Afek klien labil, emosinya cepat berubah-ubah, kadang senang, sedih dan gelisah.
Klien kooperatif ketika diajak ngobrol, tapi kontak mata klien kurang, klien mengatakan
mudah tersinggung jika mengobrol dengan orang lain.
7. Persepsi
Klien mengalami halusinasi dengar. Klien mendengar suara-suara yang muncul saat
klien sendirian melamun. Isi suara itu adalah suara ibunya yang sudah meninggal
kurang lebih 4 tahun yang lalu, yang selalu memberi nasehat pada klien agar tidak
hamil dan menikah lagi. Klien juga sering mendengar suara orang yang menyuruhnya
agar dia mati, suara-suara itu muncul kadang-kadang 2 sampai 3 kali sehari, klien
mendengar suara itu saat dia melamun, sendirian dan malam hari. Lama suara-suara itu
kurang lebih 7 menit. Saat klien mendengar suara-suara itu klien merasa takut, cemas
dan sangat mengganggu. Klien biasanya hanya berdo’a dan minta perlindungan dari
Allah SWT agar suara itu bisa hilang.
8. Proses Fikir
Saat berinteraksi klien mampu menjawab apa yang ditanyakan lawan bicara secara
berurutan sesuai dengan topik tanpa menunggu lama, Klien menjawab pertanyaan yang
diberikan dengan pembicaraan yang cepat dan lancar.
9. Isi Pikir
Klien sering curiga dan berprasangka buruk pada orang lain yang belum ia kenal. Klien
juga merasa bahwa dirinya bisa menyembuhkan orang sakit.
10.Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran klien masih cukup baik. Klien dapat mengetahui apakah ini pagi,
siang, sore atau malam. Klien juga mengetahui kalau saat ini sedang di Rumah sakit.
Klien masih ingat siapa saja yang semalam tidur seruang dengan dia. Klien bisa
mengenali perawat.
11. Memori
c. Saat Ini : Baik, klien dapat mengingat nama nama ayah dan klien juga ingat
menu makanan apa saja yang sudah dimakan tadi.
Klien mampu mengambil keputusan sederhana misalnya “Apabila ibu diminta milih
maka ibu milih makan dulu atau mandi dulu ?” klien menjawab “Saya memilih makan
dulu baru mandi, karena setelah makan harus cuci piring nanti bisa kotor kalau pilih mandi
dulu”.
14. Daya Tilik Diri
Klien menyadari bahwa klien saat ini mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat
di RSJ 3 kali.
1. Makan
Klien makan 3 kali sehari (pagi, siang, sore) habis seporsi dengan menu yang berbeda
yang disediakan di rumah sakit, klien makan sendiri tanpa bantuan.
2. Minum
3. BAB / BAK
Klien BAB 2 kali sehari dan BAK 4-6 kali sehari. Klien melakukan sendiri tanpa
bantuan.
4. Mandi
Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore dengan memakai sabun, menggosok gigi
setiap mandi dan dua hari sekali keramas.
5. Berpakaian
Klien mampu memakai pakaian sendiri tanpa bantuan, klien berpakaian cukup rapi.
6. Istirahat / Tidur
Klien dapat istirahat cukup dan tidur selama kurang lebih 8 jam tiap harinya, pada siang
hari Ny.A tidur kurang lebih 1 jam dan tidur malam dari jam 21.00 wib sampai 04.00
wib, saat tidur malam terkadang Ny.A terbangun karena mendengar suara-suara.
7. Penggunaan Obat
Klien minum obat teratur dibantu ayahnya, dan rutin control ke RS sebulan sekali
H. MEKANISME KOPING
Jika klien mendapatkan masalah klien lebih memilih untuk memendamnya sendiri
(menyendiri) dengan alasan malu menceritakan masalahnya kepada orang lain.
Klien mengatakan “Saya lebih suka menyendiri dikamar dari pada berkumpul dengan
teman-teman saya yang ada diruangan”
- Mulut komat-kamit.
- Klien mondar-mandir.
- Koping maladaptif.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pasien mampu :
Tindakan Keperawatan.
A. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
c. Kontrak :
2. Fase Kerja .
Apakah A mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya A mendengar suara
tersebut, tetapi saya sendiri tidak mendengar suara itu. Apakah W mnedengarnya trus
menerus atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering A mendengar suara itu? Berapa
kali dalam sehari A mendengarnya? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri? Apa yang A rasakan ketika mendengar suara itu? Bagaimana perasaan A
ketika mendengar suara tersebut? Kemudian apa yang A lakukan? Apakah dengan cara
tersebut suara-suara itu hilang? Apa yang A alami itu namanya Halusinasi. Ada empat cara
untuk mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap, dan
melakukan aktifitas.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan menghardik, apakah A
bersedia? Bagaimana kalau kita mulai ya.. baiklah saya akan mempraktekan dahulu baru A
mempraktekkan kembali apa yang telah saya lakukan. Begini A jika suara itu muncul
katakan dengan keras “ pergi..pergi saya tidak mau dengar.. kamu suara palsu” sambil
menutup kedua telinga A. seperti ini ya A. coba sekarang A ulangi lagi seperti yang saya
lakukan atdi. Bagus sekali A, coba sekali lagi A. wah bagus sekali A.
3. Terminasi.
Bagaimana perasaan A setelah kita kita bercakap-cakap? Jadi suara-suara melarang untuk
hamil dan menikah lagi?, terus menerus terjadi dan terutama kalau sendiri dan A merasa
kesal. Seperti yang telah kita perlajari bila suara-suara itu muncul A bisa mengatakan “
pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu”
b. RTL :
A lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu selama 3 kali sehari yaitu
jam 09:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku kegiatan harian adalah sesuai dengan
jadwal keegiatan harian yang telah kita buat tadi ya A? . Jika A melakukanya secara
mandiri makan A menuliskan M, jika A melakukannya dibantu atau diingatkan oleh
keluarga atau teman maka A buat W, Jika A tidak melakukanya maka A tulis T. apakah A
mengerti? Coba A ulangi? Naah bagus A.
1. Topik :
Baik lah A bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara yang kedua
yaitu denganminum obat untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah A bersedia?
2. Waktu :
3. Tempat :
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
· Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan fisik 1: teknik nafas
dalam
Tindakan Keperawatan :
· Diskusikan dengan klien akibat negative (kerugian) cara yang dilakukan pada diri
sendiri, orang lain/keluarga, dan lingkungan
· Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara fisik : teknik
napas dalam
Strategi Komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu. Perkenalkan saya perawat dari Puskesmas,Hari ini saya bertugas
untuk berkunjung ke rumah ibu, ibu suka dipanggil apa?
b. Evaluasi/validasi
bagaimana perasaan ibu saat ini? Saya lihat Bapak sering tampak marah dan kesal,
sekarang ibu masih merasa kesal atau marah ?”
c. Kontrak :
· Topik
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang hal-hal yang membuat ibu marah
dan bagaimana cara mengontrolnya? Ok. bu?”
· Waktu
Berapa lama punya waktu untuk berbincang-bincang dengan saya? Bagaimana kalau
15 menit saja?
· Tempat
ibu senangnya kita berbicaranya dimana?. Dimana saja boleh kok, asal Ibu merasa
nyaman. Baiklah, berarti kita berbicara di teras ruangan ini saja ya, bu”
· Tujuan
Agar ibu dapat mengontrol marah dengan kegiatan yang positif yaitu dengan latihan
fisik 1 : teknik nafas dalam dan tidak menimbulkan kerugian untuk diri sendiri
maupun orang lain.
2. Fase Kerja
“Nah, sekarang coba ibu ceritakan, Apa yang membuat ibu merasa marah? ”
Apakah sebelumnya ibu pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan
yang sekarang?”
“Lalu saat ibu sedang marah apa yang ibu rasakan? Apakah ibu merasa sangat kesal,
dada berdebar-debar lebih kencang, mata melotot, rahang terkatup rapat dan ingin
mengamuk?
“Menurut ibu adakah cara lain yang lebih baik? Maukah ibu belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Jadi, ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, ibu. Salah satunya adalah
dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik, rasa marah ibu dapat tersalurkan.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar 1 cara dulu? Namanya teknik napas
dalam”
”Begini bu, kalau tanda-tanda marah tadi sudah ibu rasakan, maka ibu berdiri atau
duduk dengan rileks, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiup
perlahan –lahan melalui mulut”
“Ayo bu coba lakukan apa yang saya praktikan tadi, bapak berdiri atau duduk dengan
rileks tarik nafas dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5
kali. “
“ Nah.. ibu tadi telah melakukan latihan teknik relaksasi nafas dalam, sebaiknya
latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu
muncul ibusudah terbiasa melakukannya”
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi
· Subyektif
”Coba ibu sebutkan lagi apa yang membuat ibu marah, lalu apa yang ibu rasakan
dan apa yang akan ibu lakukan untuk meredakan rasa marah”. Coba tunjukan pada
saya cara teknik nafas dalam yang benar.
“Bagaimana kalau kegiatan ini rutin dilakukan 5 kali dalam 1 hari dan di tulis
dalam jadwal kegiatan harian ibu.
· Topik :“ Nah, bu. Cara yang kita praktikkan tadi baru salah 1 nya saja. Masih
ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi marah ibu. Cara yang ke-2 yaitu
dengan teknik memukul bantal .
· Waktu : “Bagaimana kalau kita latihan cara yang ke-2 ini besok, Bagaimana
kalau 15 menit lagi saja?
· Tempat : “Kita latihannya dimana, Pak? Di teras ruangan ini saja lagi , bu”.
“ok, bu