Sunteți pe pagina 1din 21

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK MENINGITIS

1 Pengkajian
1.1 Anamnesa
a. Identitas pasien.
b. Keluhan utama: sakit kepala dan demam
c. Riwayat penyakit sekarang
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala, demam, dan keluhan
kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan
stimulus apa yang sering menimbulkan kejang.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit TB paru, infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, tindakan bedah
saraf, riwayat trauma kepala dan adanya pengaruh immunologis pada masa sebelumnya perlu
ditanyakan pada pasien. Pengkajian pemakaian obat obat yang sering digunakan pasien, seperti
pemakaian obat kortikostiroid, pemakaian jenis jenis antibiotic dan reaksinya (untuk menilai
resistensi pemakaian antibiotic).
e. Riwayat psikososial
Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien juga penting untuk menilai
pasien terhadap penyakit yang dideritanya .dan perubahan peran pasien dalam keluarga dan
masyarakat. serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga
ataupun dalam masyarakat.

1.2 Pemeriksaan fisik


a. B1: Peningkatan kerja pernapasan pada fase awal
b. B2 : TD meningkat, nadi menurun, tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan
TIK dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardia, disritmia (pada fase akut) seperti disritmia
sinus
c. B3: afasia/ kesulitan dalam berbicara, mata (ukuran/ reaksi pupil), unisokor atau tidak
berespon terhadap cahaya (peningkatan TIK) nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus
menerus), kejang lobus temporal, otot mengalami hipotonia/ flaksid paralysis (pada fase akut
meningitis), hemiparese/ hemiplegi, tanda Brudzinski (+) dan atau tanda kernig (+) merupakan
indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut), refleks tendon dalam terganggu, babinski (+),
refleks abdominal menurun/ tidakl ada, refleks kremastetik hilang pada laki-laki
d. B4: Adanya inkontinensia dan/atau retensi
e. B5: Muntah, anoreksia, kesulitan menelan
f. B6: Turgor kulit jelek

2. Diagnosa
a. Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi
b. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari patogen.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral yang
mengubah/menghentikan darah arteri/virus
d. Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo
e. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan

Diagnosa 1 : Nyeri b.d proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi


Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 6 jam nyeri yang dirasakan pasien dapat berkurang,
dengan KH :
 Pasien tidak mengatakan nyeri yang dirasakan mulai berkurang
 Pasien mengatakan nyeri tertusuk tusuk mulai berkurang
 Nyeri yang dirasakan pada daerah kepala sudah berkurang
 Skala nyeri 0-6
 Nyeri sudah tidak dirasakan sewaktu – waktu
 Pasien tidak lagi meringis kesakitan
 RR 16-20x/menit
 Nadi 60-100x/menit
 Suhu 36-37ºC
Intervensi Rasional
1. Lakukan HE tentang penyebab nyeri yang dirasakan pasien
R : pengetahuan yang meningkat dapat menambah pengetahuan pasien tentang penyebab nyeri
yang dirasakannya.
2. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
R : Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
3. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif.
R : Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri atau
tidak nyaman tersebut
4. Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
R : Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/ rasa tidak nyaman
5. Observasi Skala nyeri dan TTV pasien
R : Skala nyeri dan TTV pasien dapat terpantau
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat seperti analgetik, asetaminofen,
codein
R : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat

Diagnosa 2: Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi b.d diseminata hematogen dari
patogen.
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam penyebaran infeksi tidak terjadi penyebaran
infeksi. Dengan KH :
 Tidak ada tanda – tanda penyebaran infeksi
 RR 16-20x/menit
 Nadi 60-100x/menit
 Suhu 36-37ºC

Intervensi Rasional
1. Lakukan Healt Education tentang akibat dan penyebaran infeksi
R : Pasien dapat mengetahui penyebab dan akibat penyebaran infeksi
2. Berikan isolasi sebagai pencegahan
R : Pada fase awal meningitis, isolasi mungkin diperlukan sampai organisme diketahui/dosis
antibiotik yang cocok telah diberikan untuk menurunkan resiko penyebaran pada orang lain
3. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
R : Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi
4. Ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan nafas dalam
R : Memobilisasi secret dan meningkatkan kelancaran secret yang akan menurunkan resiko
terjadinya komplikasi terhadap pernapasan
5. Observasi TTV pasien
R : TTV pasien dapat terpantau
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi seperti antibiotik iv: penisilin G,
ampisilin, klorampenikol, gentamisin
R : Obat yang dipilih tergantung pada tipe infeksi dan sensitivitas individu

Diagnosa 3 : Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema
serebral yang mengubah/menghentikan darah arteri/virus
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam tidak terjadinya perubahan perfusi jaringan
serebral, dengan KH :
 Tidak ada tanda perubahan perfusi jaringan serebral
 RR 16-20x/menit
 Nadi 60-100x/menit
 Suhu 36-37ºC
Intervensi Rasional
1. Lakukan Healt Education tentang penyebab perubahan perfusi jaringan serebral
R : Pasien mengetahui penyebab perubahan perfusi jaringan serebral yang terjadi pada pasien
2. Tirah baring dengan posisi kepala datar
R : Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi batang otak yang
memerlukan tindakan medis dengan segera
3. Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan.
R : Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan intratorak dan intraabdomen yang dapat
meningkatkan TIK.
4. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat.
R : Peningkatanaliran vena dari kepal akna menurunkan TIK
5. Observasi TTV pasien
R : TTV pasien dapat terpantau
6. Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ).
R : Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK.
7. Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen
R : Menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi edema serebral, mengatasi kelainan
postur tubuh atau menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan konsumsi oksigen dan
resiko kejang

Diagnosa 4 : Risiko tinggi terhadap trauma b.d kejang umum/fokal, kelemahan umum,
vertigo.
Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x24 jam resiko trauma tidak terjadi, Dengan KH :
 Resiko terjadinya trauma tidak tampak pada pasien
Intervensi Rasional
1. Lakukan Healt Education tentang penyebab trauma
R : Pengetahuan yang meningkat dapat membuat pasien mengerti tentantang penyebab trauma
2. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
R : Melindungi pasien bila terjadi kejang
3. Berikan tirah baring selama fase akut
R : Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo, sinkop, atau ataksia
4. Observasi adanya resiko terjadinya trauma
R : Resiko terjadinya trauma dapat terpantau
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapiseperti : venitoin, diaepam, venobarbital.
R : Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang
Diagnosa 5 : Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskular, penurunan
kekuatan
Tujuan : Setelah dilakukan selama 1x24 jam kerusakan mobilitas fisik tidak terjadi, Dengan
KH :
 Pasien dapat melakukan mobilisasi dengan baik
Intervensi Rasional
1. Lakukan Healt Education tentang faktor dan penyebab kerusakan mobilitas fisik
R : pasien dapat mengerti tentang faktor dan penyebab kerusakan mobilitas fisik
2. Bantu latihan rentang gerak.
R : Mempertahankan mobilisasidan fungsi sendi/posisi normal akstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
3. Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab.
R : Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit
4. Berikan matras udara atau air, perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional.
R : Menyeimbangkan tekanan jaringan, meningkatkan sirkulasi dan membantu meningkatkan
arus balik vena untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan.
5. Observasi mobilisasi pasien
R : Mobilisasi pasien dapat teppantau
6. Lakukan kolaborasi dengan tim medis tetang program latihan dan penggunaan alat
mobiluisasi.
R : Proses penyembuhan yang lambat seringkali menyertai trauma kepala dan pemulihan secara
fisik merupakan bagian yang amat penting dari suatu program pemulihan tersebut.
Pengkajian keperawatan

 Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma, riwayat pembedahan pada
otak, cedera kepala
 Pengkajian neurologik

 Kaji status hidrasi

 Kaji adanya defisit sensoris

 Kaji respon keluarga

1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra kranial

b. Hipertermia b.d proses infeksi

c. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran

d. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral

e. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

2. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial

Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol

Intervensi/rasional :

 Ciptakan lingkungan yang tenang

Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan

 Tingkatkan tirah baring


Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri

 Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit

Rasional : menurunkan iritasi meningeal

 Kolaborasi : pemberian analgetik

Rasional : menghilangkan nyeri yang berat

3. Hipertermi b.d proses infeksi

Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal

Intervensi /rasional :

 Ukur suhu badan anak setiap 4 jam

Rasional : suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius

 Pantau suhu lingkungan

Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal

 Berikan kompres hangat

Rasional : Untuk mengurangi demam

 Berikan selimut pendingin

Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C

 Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik

Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus

3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran

Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi

Intervensi/rasional :

 Kaji tingkat kesadaran sensorik

Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya injury
 Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan reflek-reflek
tertentu

Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh
terhadap keamanan pasien

 Hilangkan suara bising

Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan

 Bicara dengan suara yang lembut dan pelan

Rasional : dapat membantu pasien dalam berkomunikasi

4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral Kriteria hasil :
Perfusi jaringan serebral maksimal

Intervensi :

 Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam

Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran kerusakan serebral

 Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang

Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningeal

 Pantau tanda vital

Rasional : kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti kerusakan vascular serebral

 Pantau pola dan irama pernafasan

Rasional : dapat mengindikasikan peningkatan TIK

 Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan

Rasional : untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK

 Kolaborasi dengan tim medis : pemberian steroid, asetaminofen

Rasional : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga pembentukan edema serebral dapat
diminimalkan

5. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
Kriteria hasil : Masukan nutrisi adekuat

Intervensi/rasional :

 Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi

Rasional : Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan

 Timbang BB setiap hari

Rasional : Menunjukkan status nutrisi

 Auskultasi bising usus

Rasional : Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi

 Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

Rasional : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang diberikan

 Kolaborasi dengan tim gizi

Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien
PENGKAJIAN
1.Anamnesa :
.Riwayat penyakit sekarang :
- Gambaran gejala yang dialami saat ini, kapan mulai, gejala menurun/meningkat,
bagaimana mengatasinya
Riwayat penyakit masa lalu:
Pasien pernah mengalami Penyakit pernafasan, trauma kepala/fraktur, infeksi sinus,
hidung,telinga, penyakit jantung, DM,Ca, pembedahan, bedah syaraf/telingga
2.. Pengkajian fisik
- Manifestasi klinis
- Tingkat kesadaran, Orientasi
- Reaksi pupil dan pergerakan mata
- Respon motorik
- Tanda awal : Lethargi, perubahan memori, gangguan perhatian, perubahan tingkah
laku (kepribadian)
- Tanda penyakit lanjut: Stupor, nyeri kepala berat, nyeri otot, pupil reaktif terhadap
cahaya (photo phobia), Nistagmus, Disfungsi syaraf III,IV,VI,VII,VIII
- Hemiparesis, hemaplegia, tonus otot menurun
- Kaku kuduk, kernig’s, Bruzinski, nyeri kepala
- Nausea, muntah, panas, Tachicardia
12.DIAGNOSA & INTERVENSI
1. Gangguan perfusi jaringan b.d peningkatan ICP/edema otak
Tujuan : meningkatkan perfusi jaringan ke otak
Kriteria hasil :- kesadaran pasien penuh
- TTV normal : TD 110/70 mmHg, Rr, N,
- Pasien tidak kejang dan bisa orientasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat kesadaran, TTV, dan status neurologic.
2. Ciptakan lingkungan tenang (cegah agitasi-peningkatan TIK).
3. Pertahankan tirah baring dengan posisi datar.
4. Pantau sesuai indikasi setelah dilakukan punksi lumbal.
5. Kaji adanya rigiditas nuksi, gemetar, kegelisahan yang meningkat, peka rangsangan ,
dan adanya serangan kejang.
6. Catat kejadian berhubngan status neurologis: Kejang, disorientasi.
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d iritasi meningeal
Tujuan : menurunkan rasa nyeri
Kriteia hasil : - skala nyeri pasien menurun
- Pasien merasa nyaman
- Pasien bisa istirahat dengan cukup
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri
R / untuk mengetahui seberapa berat tinggkat nyeri yang dirasakan klien.
2. Berikan posisi nyaman dan aman (pasang sidedriil)
R/ untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien.
3. Berikan analgesik sesuai program (monitor reaksi dan respon pasien)
R/ untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.

3. Hiperthermia b.d proses infeksi dan edema cerebral


Tujuan : menurunkan panas
Kriteria hasil :- TTV normal
Intervensi :
1. Kaji TTV,
R/ untuk mengetahui perkembangan pasien.
2. Berikan Kompres hangat.
R/ untuk membantu penurunan suhu tubuh.
3. Monitor temperatur secara kontinue
R/ untuk memantau apakah ada kenaikan atau penurunan suhu tubuh klien.
4. Ganti baju kain bila basah
R/ untuk mengurangi resiko adanya iritasi pada kulit.
5. Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai program
R/ untuk terapi pengobatan penurunan suhu tubuh.
4. Resti defisit volume cairan b.d meningkatnya temperatur, menurunnya intake cairan
Tujuan : kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
Intervensi :
1. Monitor intake-output, monitor CVP bila ada
R/ untuk mengkaji seberapa intake dan output klien, dan memonitor devisit
cairan.
2. Beri cairan IV sesuai program, cegah over-load cairan
R/ untuk ketepatan cairan intravena yang diberikan dan mengurangi resiko
devisit volume cairan yang berlebihan.
3. Menurunkan edema
R/ mengurangi pembengkakan pada selebri.
5.. Gangguan orientasi b.d defisit neurologis
Tujuan :
Intervensi :
1. Pantau status neorologi klien.
R/ untuk mengetahui status kesadaran klien.
2. Berikan motivasi pada klien bila klien sadar.
R/ untuk menguranggi stress atau ketidak nyamanan klien.

3. Ikutkan keluarga pada setiap prosedur yang akan dilakukan.


R/ untuk kenyamanan klien dan mengurangi ketegangan.
4. Hindari perkataan yang menyinggung perasaan klien.
R/ untuk menghindari tingkat stress klien.
. Pengkajian keperawatan
1. Riwayat keperawatan : riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma, riwayat pembedahan
pada otak, cedera kepala
2. Pengkajian neurologik
3. Kaji status hidrasi
4. Kaji adanya defisit sensoris
5. Kaji respon keluarga

J. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan intra cranial
b. Hipertermia b.d proses infeksi
c. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran
d. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral
e. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah

K. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan kranial
Kriteria hasil : Anak akan melaporkan nyeri kepala hilang atau terkontrol
Intervensi/rasional :
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi reaksi terhadap stimulan dari lingkungan
b. Tingkatkan tirah baring
Rasional : Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
c. Dukung untuk menentukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
Rasional : menurunkan iritasi meningeal
d. Kolaborasi : pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri yang berat

2. Hipertermi b.d proses infeksi


Kriteria hasil : suhu badan anak dalam batas normal
Intervensi /rasional :
a. Ukur suhu badan anak setiap 4 jam
Rasional : suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius
b. Pantau suhu lingkungan
Rasional : Untuk mempertahankan suhu badan mendekati normal
c. Berikan kompres hangat
Rasional : Untuk mengurangi demam
d. Berikan selimut pendingin
Rasional : Untuk mengurangi demam lebih dari 39,5 0C
e. Kolaborasi dengan tim medis : pemberian antipiretik
Rasional : Untuk emngurangi demam dengan aksi sentralnya di hipotalamus

3. Perubahan persepsi sensori b.d penurunan tingkat kesadaran


Kriteria hasil : Mempertahankan fungsi persepsi
Intervensi/rasional :
a. Kaji tingkat kesadaran sensorik
Rasional : Tingkat kesadaran sensorik yang buruk dapat meningkatkan resiko terjadinya injury
b. Kaji reflek pupil, extraocular movement, respon terhadap suara, tonus otot dan reflek-reflek
tertentu
Rasional : Penurunan reflek menandakan adanya kerusakan syaraf dan dapat berpengaruh
terhadap keamanan pasien
c. Hilangkan suara bising
Rasional : Menurunkan stimulan dari lingkungan
d. Bicara dengan suara yang lembut dan pelan
Rasional : dapat membantu pasien dalam berkomunikasi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan serebral b.d edema serebral Kriteria hasil :
Perfusi jaringan serebral maksimal
Intervensi :
a. Observasi tingkat kesadaran dan nilai status neurology setiap 1-2 jam
Rasional : Berguna untuk menentukan lokasi dan luasnya penyebaran kerusakan serebral
b. Kaji adanya regiditas nukal, gemetar, kegelisahan yang meningkat, kejang
Rasional : Merupakan indikasi iritasi meningeal
c. Pantau tanda vital
Rasional : kehilangan fungsi autoregulasi mungkin dapat mengikuti kerusakan vascular serebral
d. Pantau pola dan irama pernafasan
Rasional : dapat mengindikasikan peningkatan TIK
e. Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan
Rasional : untuk mencegah kelelahan yang dapat meningkatkan TIK
f. Kolaborasi dengan tim medis : pemberian steroid, asetaminofen
Rasional : Dapat menurunkan permeabilitas kapiler sehingga pembentukan edema serebral
dapat diminimalkan
5. Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual, muntah
Kriteria hasil : Masukan nutrisi adekuat
Intervensi/rasional :
a. Kaji kemampuan pasien untuk mengunyah, menelan, batuk dan mengatasi sekresi
Rasional : Berpengaruh terhadap pemilihan jenis makanan
b. Timbang BB setiap hari
Rasional : Menunjukkan status nutrisi
c. Auskultasi bising usus
Rasional : Menentukan respon makan atau berkembangnya komplikasi
d. Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan
e. Kolaborasi dengan tim gizi
Rasional : Merupakan sumber yang efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi pasien
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan: riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat pembedahan pada

otak, cedera kepala

b. Pada Neonatus: kaji adanya perilaku menolak untuk makan, reflek menghisap kurang, muntah

atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menangis lemah

c. Pada anak-anak dan remaja: kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti

dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,

halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda

Kernig dan Brudzinsky positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus

d. Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): kaji adanya demam, malas makan, muntah,

mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk, dan

tanda Kernig dan Brudzinsky positif

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

b. Resiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi pada selaput

otak

c. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kejang,reflek meningkat


d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

3. Perencanaan keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

1) Tujuan 1 :

Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak

2) Intervensi keperawatan/Rasional:

a) Biarkan anak mengambil posisi yang nyaman:

- Gunakan posisi miring, bila ditoleransi, karena kaku kuduk

- Tinggikan sedikit kepala tempat tidur tanpa menggunakan bantal karena hal ini seringkali

menjadi posisi yang paling tidak nyaman

b) Berikan analgesik sesuai ketentuan, terutama asetaminofen dengan kodein

3) Hasil yang diharapkan:

Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri atau tanda-tanda nyeri yang dialami anak minimum

b. Resiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi pada selaput

otak.

1) Tujuan:

Tekanan intra karanial (TIK) tetap atau berkurang menuju normal

2) Intervensi keperawatan/rasional:

a) Kaji tanda vital, GCS (jika dapat dilakukan) dan tanda-tanda dari terjadinya penurunan

kesadaran

b) Ciptakan dan pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman

c) Beri posisi head up ± 3 cm

d) Ukur lingkar kepala setiap hari


e) Olaborasi dalam pemberian cairan adekuat

f) Berikan obat sesuai dengan program; antibiotic, antipiretik, dan antikonvulsan

g) Ikut sertakan keluarga dalam perawatan bayi secara aktif

3) Hasil yang diharapkan:

Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial selama dalam masa perawatan, dengan kriteria;

reaksi pupil terhadap cahaya (+), refleks normal, gerak dan tangis yang kuat, respirasi spontan,

suhu dalam batas normal.

c. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kejang,reflek meningkat

1) Tujuan 1:

Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

2) Intervensi keperawatan/Rasional:

a) Bantu praktisi kesehatan mendapat kultur yang diperlukan untuk mengidentifikasikan organisme

penyebab

b) Berikan antibiotic, sesuai resep, dan segera setelah diinstruksikan

c) Pertahankan rute intravena untuk pemberian obat

3) Hasil yang diharapkan:

Anak menunjukkan bukti-bukti penurunan gejala

4) Tujuan 2:

Pasien tidak menyebabkan infeksi ke orang lain

5) Intervensi keperawatan/ Rasional:

a) Implementasikan pengendalian infeksi yang tepat:

- Tempatkan anak di ruang isolasi selama sedikitnya 24 jam setelah awal terapi antibiotik
- Pantau tanda-tanda vital untuk tanda awal proses infeksi

- Observasi adanya tanda-tanda infeksi khusus pada penyakit anak

b) Instruksikan orang lain (keluarga, anggota staf) tentang kewaspadaan yang tepat

c) Berikan vaksinasi yang tepat:

- Berikan vaksin rutin sesuai usia (mis., vaksin untuk mencegah H. influenzae tipe B [Hib])

- Identifikasi kontak erat dan anak berisiko tinggi yang dapat memperoleh manfaat dari vaksinasi

(mis., vaksinasi meningokokus)

6) Hasil yang diharapkan: Orang lain tetp bebas dari infeksi

7) Tujuan 3 : Pasien tidak mengalami komplikasi

8) Intervensi keperawatan/ Rasional:

a) Observasi dengan ketat adanya tanda-tanda komplikasi, terutama peningkatan TIK, syok, dan

distres pernapasan, sehingga dapat dilakukan tindakan kedaruratan

b) Pertahankan hirasi optimal sesuai ketentuan

c) Pantau dan catat masukan dan keluaran untuk mengidentifikasi komplikasi seperti ancaman syok

atau peningkatan akumulasi cairan yang berhubungan dengan edema serebral atau efusi subdural

d) Kurangi stimulus lingkungan, karena anak mungkin sensitif terhadap kebisingan, sinar terang,

dan stimulus eksternal lainnya

e) Implementasikan kewaspadaan keamanan yang tepat karena anak sering gelisah dan kejang

f) Jelaskan pentingnya perawatan tindak lanjut pada orang tua karena sekuel neurologis, termasuk

penurunan pendengaran mungkin tidak tampak selama penyakit akut

9) Hasil yang diharapkan:

Anak tidak mengalami komplikasi

d. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius
1) Tujuan :

Pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat

2) Intervensi keperawatan/Rasional:

a) Dorong keluarga untuk mendiskusikan perasaan untuk meminimalkan rasa bersalah dan saling

menyalahkan

b) Yakinkan keluarga bahwa awitan meningitis bersifat tiba-tiba dan bahwa mereka sudah

bertindak dengan penuh tanggung jawab dengan mencari bantuan medis untuk meminimalkan

rasa bersalah dan saling menyelahkan

c) Pertahankan agar keluarga tetap mendapat informasi tentang kondisi anak, kemajuan, prosedur,

dan tindakan untuk mengurangi kecemasan

3) Hasil yang diharapkan: Anak (keluarga) mendapatkan dukungan yang cukup

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.

Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

5. Evaluasi

Angka motalitas meningitis sangat bervariasi, tergantung pada usia pasien dan patogen

penyebab. Pasien dengan meningitis meningokokus tanpa meningokoksemia berat mempunyai

angka fatalitas sebesar hanya 20%, sedangkan neonatus dengan meningitis gram negative

meninggal dalam 70 kasus. Angka kematian akibat H. influenzae dan S. pneumoniae masing-

masing adalah sekitar 3% dan 6%.


Gejala sisa penyakit terjadi pada kira-kira 30% penderita yang bertahan hidup, tetapi juga

terdapat predileksi usia serta petogen, dengan insidensi terbesar pada bayi yang sangat muda

serta bayi yang terinfeksi bakteri gram negative dan S. pneumoniea.

Gejala sisa neurologi tersering adalah tuli, yang terjadi pada 3-25% pasien; kelumpuhan

saraf kranial pada 2-7% pasien; dan cidera berat seperti hemiparesis atau cidera otaku mum pada

1-2% pasien. Lebih dari 50% pasien dengan gejala sisa neurologi pada saat pemulangan dari RS

akan membaik seiring waktu, dan keberhasilan dalam implant koklea belum lama ini memberi

harapan pada anak dengan kehilangan pendengaran.

Pencegahan meningitis saat ini terdiri atas dua bentuk: kemoprokfilaksis terhadap

individu rentan yang diketahui terpajan pada pasien yang mengidap penyakit (pasien indek) serta

imunisasi aktiv. Sekarang, kemoprokfilaksis diindikasikan untuk mencegah meningitis sekunder

yang disebabkan oleh H. influenzae dan N. meningitides.

Imunisasi aktiv terhadap H. influenzae telah menghasilkan penguangan dramatis pada

penyakit invasive, dengan pengurangan sebanyak 70-80% pada meningitis akibat organisme

tersebut. Saat ini imunisasi dianjurkan untuk bayi sebagai rangkain imunisasi tiga dosis pada usia

2,4,6 bulan.

6. Penkes
a. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat dan pemantauan efek samping.
b. Ajarkan bagaimana untuk mempertahankan nutrisi yang adekuat ; makanan rendah lemak.
c. Jelaskan pentingnya istirahat.
d. Ajarkan cara mencegah infeksi.
e. Ajarkan pada orang tua untuk memantau komplikasi jangka panjang serta tanda dan gejalanya.

S-ar putea să vă placă și