Sunteți pe pagina 1din 14

DOSEN PEMBIMBING : MUSLIMIN SIRAJA, S.Kep Ns, M.

Mkes

MATA KULIAH : KEPARAWATAN MEDIKAL BEDAH III

DISUSUN OLEH:

OLEH

KELOMPOK XII

1. NUR SIDANG RAHAYU


2. YUNUS
3. SRI HARTATI SAMPARAJA

AKADEMI KEPERAWATAN KABUPATEN


BUTON
2010

i
BAB I
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Diabetes mellitus ( DM ) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai


berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.

B. KLASIFIKASI

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :

1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)


Diabetes mellitus tipe I adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakadaan
absolute insulin. Penyakit ini disebut DM dependent insulin ( IDDM ). Sebelumnya
dikenal sebagai diabetes juvenile. Pengidap penyakit ini harus mendapat insulin
pengganti. DM tipe I biasanya dijumpai pada orang yang tidak gemuk berusia
kurang dari 30 tahunnamun juga dapat terjadi pada semua usia. Seseorang
dengan IDDM seringkali mengalami tanda-tanda perubahanpada kadar glukosa
darah dan cenderung untuk ketosis.

2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)


Dahulu awalnya dikenal sebagai maturitas diabetes NIDDM. Terjadi pada
semua golongan usia lebih sering terjadi pada seseorang yang lebih tua dan
mempunyai kelebihan berat badan. Itu dihubungkan dengan kekurangan produksi
insulin yang absolute. NIDDM dikatakan resisten terhadap ketosis dan seringkali
dapat dikendalikan dengan diet sendiri.

3. Diabetes mellitus gestasional (GDM)


Diabetes jenis ini terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap
DM. sekitar 50 % wanita mengidap kelainan ini akan kembali ke status non
diabetes setelah kehamilan berakhir namun resiko mengalami diabetes tipe II
pada waktu mendatang lebih besar daripada normal.
Diabetes gestasional dapat menimbulkan efek negative pada kehamilan
dengan meningkatkan resiko mall formasi congenital, lahir mati dan bayi
bertubuh besar yang dapat menimbulkan masalah pada persalinan.

2
C. ETIOLOGI

Secara umum diabetes mellitus disebabkan oleh :


a. Akibat inadekuat pembentukan pembentukan dan penggunaan insulin
b. Resistensi insulin
c. Melalui genetic

Factor resiko yang dapat menyebabkan diabetes mellitus adalah :

 DM tipe I
 Faktor genetik
 Faktor imunologi
 Factor lingkungan

 DM tipe II
 Usia
 Obesitas
 Riwayat keluarga dengan DM tipe II
 Kebiasaan diet
 Kurang berolahraga
 Stress
 Hormonal

 DM gestasional ( GDM )

Penyebab diabetes ini dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energy


dan kadar estrogen dan hormone pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama
kehamilan.

3
PATOFISIOLOGI

Multifactor
(genetic, resistensi insulin,lingkungan, imunologi dll)

Defisiensi insulin

Glukogen  penurunan pemakaian glukosa


 oleh sel
Glukoneogenesis  badan-badan keton
hiperglikemia mengendap dalam
 pembuluh darah
Lemak protein glycosuria 
   daya tahan tubuh 
Ketogenesis BUN  osmotic dieresis 
   resiko tinggi infeksi
Ketonemia nitrogenurine  dehidrasi
 
Mual muntah  PH  hemokonsentrasi kekurangan volume
   cairan
Nutrisi kurang Asidosis makrovaskuler trombosis
Dari kebutuhan  
 Koma aterosklerosis
 kematian jantung serebral ekstremitas
  
Infark stroke gangren klien sering bertanya
miokard 
kerusakan integritas kulit kurang terpajan informasi kurang pengetahuan

4
D. MANIFESTASI KLINIK

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus adalah sebagai berikut :
1. Poliuri
2. Polidipsi
3. Polifagia
4. Berat badan menurun
5. Luka yang tidak sembuh-sembuh
6. lemas, lekas lelah, tenaga kurang
7. Mata kabur
8. Gatal, kesemutan
9. Impotensi pada pria, serta pruritus vulva pada vagina

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Glukosa dalam urine diperiksa dengan : Reduksi urine ( benedict ) atau dengan BRI set.
Glukosuria renal dapat terjadi pada kehamilan karena penurunan ambang renal dan
glikosa, terutama setelah kehamilan 16 minggu.
 Glukosa dalam darah : kadar glukosa darah puasa lebih dari 130 mg, kadar gula darah 2
jam setelah makan ( post pranial ) lebih 170 mg disertai glukosuria pada saat yang sama.
 Tes toleransi glukosa

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi akut dan kronik. Jika klien berhasil mengatasi
diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin. Pada penderita
dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis untuk selamanya.

Ada beberapa komponen dalam penatalaksanaan diabetes mellitus :


1. Perencanaan makanan ( meal planning )
2. Latihan jasmani
3. Obat berkhasiat hipoglikemik
4. Pemantauan
5. Terapi (jika diperlukan)
6. Pendidikan

G. KOMPLIKASI
A. Akut
 Hypoglikemia

5
 Ketoasidosis
 Diabetik
B. Kronik
 Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak.
 Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati
diabetik.
 Neuropati diabetic

6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data

Klien mengeluh sering lapar


Klien mengeluh mual dan muntah
Klien mengeluh lukanya tidak sembuh
Klien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya
Klien sering bertanya
Dehidrasi
Turgor kulit jelek
BB menurun
Klien tampak lemah
Klien tampak tidak banyak bergerak

2. Klasifikasi data

Data subjektif :
Klien mengeluh sering lapar
Klien mengeluh mual dan muntah
Klien mengatakan tidak paham tentang penyakitnya
Klien mengeluh lukanya tidak sembuh

Data objektif :
BB menurun
Klien tampak lemah
Klien tampak tidak berdaya
Klien sering bertanya
Dehidrasi
Turgor kulit jelek

7
3. Analisa data

NO Symptom Etiologi Problem


1 Ds : klien mengeluh mual dan Defisiensi insulin Kekurangan
muntah volume cairan
Do : Penurunan, pemakaian glukosa
Dehidrasi oleh sel
Turgor kulit jelek
Klien tampak lemah Hyperglikemia

Osmotik diuresis

Kekurangan volume cairan


2 Ds : klien mengeluh anaknya Defisiensi insulin Nutrisi kurang
sering lapar dari kebutuhan
Do : Glukogen meningkat
Klien tampak lemah
BB menurun Glukoneogenesis

Nutrisi kurang dari kebutuhan


3 Ds : klien mengeluh lukanya Ateroklorosis Kerusakan
tidak sembuh integritas kulit
Do : klien tampak tidak Makrovaskuler
berdaya
Ekstremitas

Gangren

Kerusakan integritas kulit


4 Ds : klien mengatakan tidak Gangren Kurang
paham tentang penyakitnya pengetahuan
Do : klien sering bertanya Pasien sering bertanya

Kurang terpajan informasi

Kurang pengtahuan
5 Ds :- Hiperglikemia Resiko tinggi
Do : - infeksi
Badan-badan keton mengendap
dalam pembuluh darah

Daya tahan tubuh menurun

Resiko tinggi infeksi

8
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,
penurunan masukan oral.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa I
“Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik”.
Tujuan : klien akan menunjukan hydrasi adekuat dengan criteria :
 Turgor kulit baik
 Dehidrasi hilang/berkurang
 Volume cairan yang edekuat

Intervensi
1. Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
Rasional : hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia .
2. Pantau suhu, warna kulit, atau kelembabannya
Rasional : demam dengan kulit yang kemerahan, kering mungkin sebagai cerminan dari
dehidrasi.
3. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membrane mukosa
Rasional : merupakan indicator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi yang adekuat.
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine
Rasional : memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
keefektifan dari terapi yang diberikan.
5. Pantau pemeriksaan laboraturium seperti hemotokrik (Ht)
Rasional : mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat akibat
hemokonsentrasi yang terjadi setelah diuresis osmotic.

Diagnosa 2

“Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan
masukan oral”.

Tujuan : kilen akan menunjukan perbaikan nutrisi dengan criteria :


 Berat badan dalam batas normal
 Tidak Nampak mual, muntah

Intervensi
9
1. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
2. Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk absorbsi dan utilisasinya).
3. Kaji masukan kalori dan pola makan dalam 24 jam
Rasional : membantu dalam mengevaluasi pemahaman klien tentang mentaati aturan diet.
4. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam perencanaan makan,
kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
5. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien.
6. Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.

Diagnosa 3
“ Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya ganggren ”.
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat berkurang/teratasi dengan criteria :
 Luka dapat sembuh/berkurang
 Klien tidak tampak lemah

Intervensi
1. Kaji area dan kulit sekitar luka
Rasional : sebagai data dasar untuk intervensi selanjutnya.
2. Lindungi permukaan yang sehat dengan mengoleskan cairan copolymer skin sealant dan
masase dengan lembut kulit yang kasar.
Rasional : copolymer skin sealant untuk mencegah infeksi pada kulit yang sehat masase
berguna untuk merangsang sirkulasi dan mempercepat penyembuhan luka.
3. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan luka
Rasional : mencegah infeksi sekunder akibat mikroorganisme
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotik.
Rasional : antibiotic sebagai pencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan .

Diagnosa 4

“Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajannya informasi”.


Tujuan : klien akan menunjukan pemahaman tentang penyakitnya dengan
kriteria :
 Klien tampak tenang
10
 Klien dapat menerima setiap prosedur tindakan yang dilakukan padanya.

Intervensi
1. Ciptakan lingkungan saling percaya dengan mendengarkan penuh perhatian, dan selalu
ada untuk pasien.
Rasional : menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum pasien bersedia
mengambil bagian dalam proses belajar.
2. Demonstrasikan cara pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick dan
beri kesempatan pasien untuk mendemonstrasikan kembali.
Rasional : melakukan pemeriksaan gula darah oleh diri sendiri 4 kali atau lebih dalam
setiap harinya memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan diri.
3. Diskusikan tentang rencana diet.
Rasional : kesadaran tentang pentingnya control diet akan membantu pasien dalam
merencanakan makan/mentaati program.
4. Tinjau kembali pemberian insulin oleh pasien sendiri dan perawatan terhadap
peralatan yang digunakan.
Rasional : mengidentifikasikan pemahaman dan kebenaran dari prosedur atau masalah
yang potensial dapat terjadi sehingga solusi alternatif dapat ditentukan
untuk pemberian insulin tersebut.

Diagnosa 5
“Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh menurun”.
Tujuan : menghindarkan tubuh dari infeksi dan cedera yang dapat memperberat penyakit.

Intervensi
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada
luka.
Rasional : pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah mencetuskan keadaan
ketosidosis atau dapat mengalami infeksi nosokomial.
2. Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasive.
Rasional : kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi
pertumbuhan kuman.
3. Pasang kateter/lakukan perawatan perineal dengan baik.
Rasional : mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran kemih
4. Berikan obat antibiotic yang sesuai
Rasional : penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC,
1997.
2. Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati,
Jakarta : EGC, 1999.
3. Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih,
Jakarta : EGC, 1997.

12
4. Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Jakarta : EGC, 2002.
5. Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi
ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
6. Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2002

13
14

S-ar putea să vă placă și