Sunteți pe pagina 1din 9

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PERILAKU


KOLABORASI DAN PRAKTIK KOLABORASI
INTERPROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP
RUMAH SAKIT PANTI RAPIH

Lucia Utami 1, Sunartini Hapsari2, Widyandana3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan St Carolus1, 2, 3
Kutipan: Utami, L., Hapsari, S., & Widyandana (2016). Hubungan Antara Sikap Dan Perilaku
Kolaborasi Dan Praktik Kolaborasi Interprofesional Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti
Rapih. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1 (2)

INFORMASI ABSTRACT

Korespodensi: Objective: examines the relationship between physicians–nurses


utami_lucia@yahoo.com collaboration attitude and behavior and interprofessional
collaboration practice in inpatient ward Panti Rapih Hospital,
Yogyakarta.

Methods: The descriptive study was conducted using a two group


design. The estimated available physicians (n=92) and nurses
Keywords: (n=145) were physically in the hospital at the time data collection.
Physician–Nurse Collaboration, Observations carried out on 10 physicians and 10 nurses in
Attitude, Behavior inpatient. The instrument used was the Jefferson Scale of Attitudes
toward Physician-Nurse Collaboration and The Stickler
Collaborative Behavior Scale. Mann Whitney test was used for
statistical analysis.

Results: The mean score of physician collaborative attitude was


48,24 (SD = 4,671) and nurses was 48,36 (SD = 2,325), p=0,752,
there was no statistically significant differences found. While, there
were statistical significance differences found between physicians
and nurses collaborative behavior (physicians mean score 69,8, SD
= 7,88 , nurses 60,31, SD = 9,5, p =0,001). And the correlation
between physicians–nurse attitude and behavior toward
interprofessional collaboration was significant (p=0,001).

Conclusion: both physicians and nurses expressed positive attitudes


toward collaboration. Physicians and nurse showed a high level of
interacting and interpersonal valuing in a collaborative relationship.
There was relationship between physician–nurse collaboration
attitude and behavior and interprofessional collaboration practice.

PENDAHULUAN dokter dan perawat merupakan faktor


Kolaborasi interprofesi adalah kerja penentu yang sangat penting bagi
sama antar profesi kesehatan dari latar kualitas proses perawatan (Barrere and
belakang profesi yang berbeda dengan Ellis, 2002).
pasien dan keluarga pasien untuk Praktik kolaborasi interprofesi
memberikan kualitas pelayanan yang berhubungan dengan berkurangnya
terbaik (WHO, 2010). Hubungan angka mortalitas, angka komplikasi,
kolaborasi interprofesi dalam pelayanan lama rawat di rumah sakit, durasi
kesehatan melibatkan sejumlah profesi pengobatan, serta mengurangi biaya
kesehatan, namun kolaborasi antara perawatan, meningkatkan kepuasan

7
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

pasien dan tim profesi kesehatan, yang dapat diterapkan dalam sistem
mengurangi ketegangan dan konflik kesehatan setempat. Kolaborasi
diantara tim kesehatan (Jones and interprofesi merupakan strategi yang
Fitzpatrick, 2009). Hambatan dalam efektif dan efisien untuk meningkatkan
kolaborasi interprofesi dapat menjadi kualitas pelayanan dan hasil kesehatan
penyebab utama terjadinya medical pasien dengan semakin beragamnya
error, nursing error atau kejadian tidak profesi di bidang kesehatan dan
diharapkan lainnya. Oleh karena itu semakin kompleksnya permasalahan
kolaborasi interprofesi dokter–perawat pasien.
sangat diperlukan dan perlu mendapat
prioritas bagi institusi pemberi
pelayanan kesehatan. METODE
Kolaborasi dokter–perawat dari banyak Penelitian ini menggunakan rancangan
hasil penelitian telah diketahui deskriptif analitik dengan pendekatan
memberi banyak manfaat, namun cross sectional. Teknik pengumpulan
hambatan dalam pelaksanaan praktik data dilakukan dengan survei dan
kolaborasi interprofesi masih terjadi observasi. Pengambilan sampel secara
karena berbagai kendala. Bagaimana purposive sampling untuk sampel
sikap dan perilaku dokter-perawat dokter dan simple randomized sampling
terhadap kolaborasi interprofesi dapat untuk sampel perawat.
menjadi kendala atau pendukung Survei dilakukan terhadap 134 orang
kesuksesan pelaksanaan praktik sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
kolaborasi interprofesi. Observasi dilakukan terhadap 10
Sikap dokter dan perawat terhadap perawat dan 10 dokter di instalasi
kolaborasi interprofesi adalah suatu rawat inap. Instrumen yang
kecenderungan atau keyakinan untuk digunakan untuk mengukur sikap,
mendukung maupun tidak mendukung perilaku dokter dan perawat terhadap
kolaborasi interprofesi yang kolaborasi adalah The Jefferson Scale
dipengaruhi oleh pandangan dan of Attitudes toward Physician Nurse
pengetahuan dokter dan perawat Collaboration dan The Stichler
terhadap kolaborasi. Sedangkan Collaborative Behavior Scale. Teknik
perilaku kolaborasi dokter dan perawat observasi digunakan untuk mengetahui
adalah interaksi antara dokter dan pelaksanaan praktik kolaborasi perawat
perawat yang bekerjasama sebagai dan dokter di instalasi rawat inap.
mitra dan setara sebagai suatu tim
dengan saling mengakui kompetensi
HASIL
dan kontribusi masing-masing, saling
menghormati dan menghargai, saling Responden dalam penelitian adalah
menaruh kepercayaan satu dengan yang dokter spesialis dan perawat yang
lain dalam mencapai tujuan. terlibat dalam pelayanan di Instalasi
Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Panti
WHO pada tahun 2010 mengeluarkan
Rapih, Yogyakarta. Sampel yang
kerangka aksi untuk pendidikan
memenuhi kriteria inklusi berjumlah
interprofesi dan praktik kolaborasi
134 orang (perawat 84 orang dan dokter
(Framework for action on
50 orang). Usia berkisar antara 20 – 60
interprofessional education and
tahun, lama bekerja antara 2 – 34 tahun,
collaborative practice) mengidentifikasi
sebagian besar tingkat pendidikan
mekanisme yang membentuk
dokter adalah sarjana S 2 dan perawat
kesuksesan kerja sama tim kolaborasi
adalah akademik D 3. Sebagian besar
dan menguraikan serangkaian tindakan
perawat adalah perempuan (99%),

8
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

sedangkan dokter sebagian besar laki- (22%).


laki (78%) dan dokter perempuan

Tabel 1. Sikap kolaborasi antara perawat dan dokter


Elemen Kolaborasi Perawat Dokter (n=84) p
Perawat–Dokter (n=84) x + SD
x + SD
Berbagi pengetahuan
23,57 +2,325 22,76+2,471 0,067
dan kerja sama
Caring versus curing 10,17+1,325
9,78+1,166 0,114
Otonomi perawat
10,57+1,067 10,56+1.198 0,958
Otoritas dokter
4,04+1,058 5,08+1,412 <0,001 *
Total 48,36 + 4,176 48,24+4,671 0,752
* skor > 37 menunjukkan sikap responden yang positif atau mendukung kolaborasi

Hasil penelitian perilaku dokter dan 60,31dengan nilai p 0,001 (p<0,05),


perawat terhadap kolaborasi menunjukkan secara statistik terdapat
ditampilkan pada tabel 2, skor rerata perbedaan yang bermakna.
dokter adalah 69,8 dan perawat

Tabel 2. Perilaku dokter dan perawat terhadap kolaborasi


Variabel x + SD Median P

Perawat 60,31+9,56 60
<0,001*
Dokter 69,8+7,88 69,50

Hasil observasi pelaksanaan kolaborasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
interprofesi Dokter–Perawat di Instalasi dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Observasi praktik kolaborasi interprofesi dokter-perawat


Dokter Perawat
Dimensi Kolaborasi Dilakukan Dilakukan
% %
Ya Tdk Ya Tdk
Berbagi pengetahuan dan kerjasama
- Berbagi informasi tentang pasien mengenai 9 1 93 10 - 100
kondisi dan pengobatan yang diberikan
- Saling mendengarkan dan menghargai 9 1 10 -
pendapat yang diberikan
- Memecahkan bersama masalah yang 9 1 10 -
dihadapi pasien
- Melaksanakan tugas dan tanggung jawab 10 - 10 -
masing-masing sebagai dokter dan perawat
Caring and Curing
- Mendiskusikan efek samping yang tidak 6 4 87 10 - 93
diharapkan yang terjadi pada pasien
- Menghargai keputusan yang diambil 10 - 8 2
masing-masing sesuai dengan peran,

9
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

wewenang dan tanggung jawab masing-


masing
- Memberikan pendidikan kesehatan bagi 10 - 10 -
pasien
Otonomi Perawat
- Membaca catatan perawat dalam form MR 7 3 83 10 - 100
“Catatan Perkembangan Terintegrasi”
- Bersama-sama aktif berpartisipasi dalam 9 1 10 -
program-program di rumah sakit
- Bertukar pendapat dalam pemberian 9 1 10 -
pengobatan dan perawat bagi pasaien
Otoritas Dokter
- Memutuskan bersama dalam pemulangan 7 3 57 8 2 93
pasien
- Mengetahui penjelasan yang diberikan 10 - 10 -
kepada pasien mengenai kondisi dan
pengobatan yang diberikan
- Melaksanakan terapi spesifik yang - 10 10 -
merupakan program medis

Tabel 4. Korelasi antara sikap dan perilaku dokter & perawat dengan praktik kolaborasi
Total Perawat dan Dokter Skala Jefferson Skala Stichler

Skala Jefferson Korelasi 1.000 .446


Koefisien
Sig (2-tailed) .000
N 134 134

Skala Stichler R .446 1.000


Sig (2-tailed) .000
N 134 134

Gambar 1. Scatter plot korelasi sikap dan perilaku dokter & perawat
terhadap praktek kolaborasi

10
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Korelasi antara sikap, perilaku dokter– dokter seperti budaya, perbedaan status,
perawat dengan praktik interprofesi dan perbedaan gender. Di dalam
dapat dilihat pada tabel 4. Hasil uji pelayanan kesehatan dokter masih
korelasi Spearman didapatkan r 1,000, dipandang superior dan perawat
dengan nilai signifikansi 0,000 subordinat, serta masih adanya
(p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan pandangan dimana hubungan perawat
terdapat korelasi yang positif dan dan dokter tidak setara dan hirarkis.
korelasi yang sangat kuat, serta secara Sikap dokter dan perawat
statistik terdapat korelasi yang terhadap kolaborasi interprofesi
bermakna. berdasarkan hasil penelitian
dipengaruhi oleh 3 hal yaitu tingkat
pendidikan, pengetahuan kolaborasi
PEMBAHASAN interprofesi, dan pemahaman peran
Hasil penelitian sikap dokter– masing-masing profesi kesehatan yang
perawat terhadap kolaborasi interprofesi dimiliki oleh dokter dan perawat.
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Semakin tinggi pendidikan maka
Panti Rapih didapatkan nilai p 0,752 profesionalisme juga akan semakin
(p>0,05), yang menunjukkan secara tinggi dan kolaborasi interprofesi antara
statistik tidak terdapat perbedaan yang dokter dan perawat akan semakin baik.
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan Pengetahuan dan pemahaman tentang
baik dokter maupun perawat memiliki kolaborasi interprofesi akan memberi
sikap yang positif terhadap kolaborasi pandangan dan nilai-nilai baru kepada
interprofesi. Hal tersebut menunjukkan dokter dan perawat yang akan
adanya kecenderungan sikap dokter dan mempengaruhi sikap dokter dan
perawat yang semakin positif terhadap perawat terhadap kolaborasi
kolaborasi. interprofesi. Pemahaman peran
Sikap dokter dan perawat masing-masing profesi secara tepat dan
terhadap kolaborasi interprofesi benar akan mempengaruhi sikap
berdasarkan hasil penelitian terhadap kolaborasi interprofesi
menunjukkan baik dokter maupun menjadi lebih positif.
perawat memiliki sikap yang positif. Sikap dapat ditumbuhkan dan
Namun masih ada dokter (46%) dan dikembangkan melalui proses belajar.
perawat (22%) yang menyatakan bahwa Interaksi antara pemahaman, motivasi
dokter memiliki kewenangan yang dan sikap terjadi dalam proses belajar.
dominan dalam semua masalah Pemahaman akan menimbulkan
kesehatan, serta masih ada dokter (26%) kesadaran baru dan motivasi, motivasi
dan perawat (9%) yang menyatakan menumbuhkan sikap untuk merubah
tugas utama perawat adalah perilaku. Proses belajar dalam diri
melaksanakan instruksi dokter. Hasil individu dapat membawa
tersebut menunjukkan kenyataan di perkembangan atau perubahan sikap
dalam pelayanan kesehatan masih ada kearah yang lebih baik. Oleh karena itu
dokter dan perawat yang belum sebagai usaha agar dokter dan perawat
memahami peran masing-masing memiliki sikap yang positif terhadap
profesi secara tepat dan benar. kolaborasi interprofesi dapat dilakukan
Masih adanya sebagian dokter dengan mengadakan seminar atau
yang melihat diri mereka sebagai workshop kolaborasi interprofesi,
pemegang dominasi dalam semua program pendidikan interprofesi di
masalah kesehatan dalam kolaborasi rumah sakit untuk dokter dan perawat,
disebabkan karena iklim dan kondisi atau pelatihan-pelatihan. Materi dalam
sosial masih mendukung dominasi pendidikan, seminar atau workshop, dan

11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

pelatihan dapat meliputi kepemimpinan, Hal tersebut menjadi hambatan dalam


komunikasi efektif, mengelola emosi, pelaksanaan kolaborasi interprofesi
manajemen konflik, kerjasama tim, yang efektif. Masih adanya
kompetensi kolaborasi interprofesi, kesenjangan pendidikan antara dokter
serta penentu keberhasilan dalam dan perawat yang masih cukup jauh
kolaborasi interprofesi. Materi tersebut dapat menjadi penyebab utama
sangat diperlukan untuk dapat hambatan tersebut terjadi.
melaksanakan kolaborasi interprofesi Meningkatkan dan
secara efektif mengembangkan kerjasama dan
Kesimpulan yang dapat ditarik interaksi dalam kolaborasi interprofesi
dari hasil penelitian perilaku dokter dan dokter–perawat antara lain dapat
perawat terhadap kolaborasi interprofesi dilakukan dengan mengadakan
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit pertemuan secara berkala untuk
Panti Rapih dengan rerata skor perilaku merencanakan program bagi pasien,
dokter terhadap kolaborasi 69,18 dan menyelenggarakan pertemuan-
skor perawat 60,31 yaitu perilaku pertemuan yang memberi kesempatan
dokter dan perawat baik, dengan untuk berdiskusi dengan terbuka,
interaksi dan kerja sama dalam melibatkan dokter dan perawat dalam
kolaborasi interprofesi yang cukup program-program yang diadakan di
tinggi. Hasil penelitian tersebut rumah sakit, melakukan interaksi sosial
menunjukkan interaksi antara dokter bersama, menciptakan lingkungan kerja
dan perawat sekarang ini telah semakin yang kondusif yang dapat mendukung
mencerminkan kolaborasi, dokter dan kolaborasi interprofesi, memberikan
perawat telah saling berbagi ide dan dukungan untuk menumbuhkan
pandangan dari sudut perspektif hubungan kolaborasi interprofesi, saling
masing-masing. Hasil penelitian menghormati, membangun saling
menunjukkan interaksi dan kerja sama percaya dan melakukan pengambilan
antara dokter dan perawat telah cukup keputusan bersama sesuai dengan
tinggi. Akan tetapi masih ada dokter kompetensi dan wewenang masing-
(6%) dan perawat (19%) yang merasa masing, menghargai pendapat dan
belum selalu berbagi informasi tentang kontribusi masing-masing profesi untuk
pasien secara terbuka, masih ada dokter meningkatkan perawatan bagi pasien,
(4%) dan perawat (14%) merasa belum menyadari dokter dan perawat
selalu bekerja sama sebagai tim, dan memiliki tujuan yang sama untuk
masih ada dokter (12%) dan perawat memberikan hasil yang terbaik bagi
(31%) belum selalu merasa pasien, memiliki visi misi yang sama,
memecahkan masalah bersama. dukungan organisasi dan keterlibatan
Diketahui pula dari hasil pimpinan dalam pengambangan
observasi praktik kolaborasi interprofesi kolaborasi interprofesi, serta melakukan
dokter–perawat di Instalasi Rawat Inap evaluasi terhadap pelaksanaan
Rumah Sakit Panti Rapih menunjukkan kolaborasi interprofesi secara berkala
adanya interaksi dan kerja sama yang untuk semakin meningkatkan dan
baik antara dokter dan perawat. mengembangkan kolaborasi
Dengan demikian pelaksanaan interprofesi.
kolaborasi interprofesi dokter–perawat Pelaksanaan praktik kolaborasi
telah berjalan dengan baik. Namun interprofesi di Rumah Sakit Panti Rapih
masih nampak dokter lebih dominan, memiliki beberapa kendala antara lain:
belum ada kesetaraan antara dokter dan sebagian besar tenaga keperawatan
perawat, dalam praktik perawat lebih belum dibekali dengan Interprofessional
cenderung mengikuti instruksi dokter. Education (IPE), belum

12
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

tersosialisasinya pengetahuan masih memiliki beberapa kendala


kolaborasi interprofesi di Rumah Sakit namun demikian kolaborasi interprofesi
sehingga mengakibatkan masih adanya antara dokter dan perawat di Rumah
perbedaan persepsi tentang makna Sakit Panti Rapih dari hasil observasi
kolaborasi interprofesi, serta peran telah dipraktikkan dalam pemberian
dokter dan perawat yang belum pelayanan kepada pasien di Instalasi
dipahami secara benar. Kendala yang Rawat Inap dengan baik. Hal tersebut
lain, masih adanya kesenjangan tingkat menurut peneliti dapat terjadi karena
pendidikan dokter dan perawat dimana Rumah Sakit Panti Rapih memiliki
dokter memiliki tingkat pendidikan Guiding Principles Spiritualitas CB
sarjana sedangkan sebagian besar Pelayanan Kesehatan yang menjadi
perawat memiliki tingkat pendidikan nilai-nilai institusi. Nilai-nilai itulah
akademi, serta sistem pendukung yang menjadi arah dan dasar dalam
kolaborasi interprofesi yang belum penentuan kebijakan, kegiatan
dikembangkan dengan sempurna. operasional dan pengembangan karya
Kondisi di Rumah Sakit Panti kesehatan. GPCB yang dapat menjadi
Rapih yang mendukung pelaksanaan inspirasi, pegangan dan motivasi bagi
praktik kolaborasi interprofesi adalah siapa saja yang terlibat dalam pelayanan
nilai-nilai yang dimiliki Rumah Sakit keseharan di Rumah Sakit Panti Rapih
Panti Rapih yang tertuang dalam Visi telah terbukti dapat digunakan sebagai
Misi yaitu: memandang pasien sebagai pendekatan dalam peningkatan dan
sumber inspirasi dan motivasi kerja pengembangan kolaborasi interprofesi.
dengan memberikan pelayanan kepada
siapa saja secara profesional dan penuh KESIMPULAN
kasih, serta berpihak kepada yang Dokter dan perawat memiliki sikap
berkekurangan. Visi Misi tersebut yang positif dan perilaku yang baik
berlandaskan pada Spiritualitas Suster terhadap praktik kolaborasi interprofesi
CB, spiritualitas tersebut merupakan serta memiliki interaksi dan kerja sama
“roh” yang menjiwai pelayanan. yang cukup tinggi dalam praktik
Spiritualitas itu dituangkan dalam kolaborasi interprofesi. Terdapat
Guiding Principles Spiritualitas CB hubungan antara sikap dan perilaku
Pelayanan Kesehatan (GPCB) yang kolaborasi dokter serta perawat
memiliki unsur-unsur sebagai berikut terhadap praktik kolaborasi interprofesi.
1) Iman yang dalam, 2) Cinta kasih Semakin positif sikap dokter dan
tanpa syarat dan berbelarasa, 3) perawat terhadap kolaborasi
Hormat terhadap hidup dan martabat interprofesi, maka akan semakin baik
manusia, 4) Keberpihakan pada yang perilaku kerja sama dan interaksi dokter
miskin, tersisih, berkesesakan hidup dan dan perawat dalam praktik interprofesi.
menderita karena ketidak adilan, 5) Hasil tersebut sesuai dengan teori yang
Ketulusan hati, 6)Kerelaan berkorban menyatakan bahwa antara sikap dan
demi sesama yang dilayani; 7) perilaku adalah konsisten, semakin baik
Ketangguhan dan ketegaran dalam sikap maka akan diikuti perilaku yang
menanggapi tantangan jaman, 8) semakin baik juga. Nilai-nilai yang
Makna penderitaan. GPCB merupakan dihidupi oleh institusi dan diwujudkan
prinsip panduan dalam karya kesehatan dalam pelayanan sangat penting. Nilai-
yang dikelola oleh Suster Kongregasi nilai institusi dapat menjadi motivasi
Cinta Kasih Carolus Borromeus (Suster bagi semua yang terlibat dalam
CB) pemberian pelayanan kesehatan untuk
Pelaksanaan kolaborasi melayani dengan hati atas dasar kasih.
interprofesi di Rumah Sakit Panti Rapih Telah terbukti nilai-nilai yang dihidupi

13
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

institusi mendukung peningkatan dan using principle of “Greet-


pengembangan kolaborasi interprofesi Invite-Discuss”
antar profesi kesehatan. Hughes and Fitzpatrick, 2010. Nurse-
physician collaboration in an
SARAN acute care community hospital.
Journal of Interprofessional
Kolaborasi interprofesi merupakan Care, 24(6), 625-632.
strategi yang efektif dan efisien untuk
meningkatkan kualitas pelayanan dan Huron Perth Healthcare Alliance. 2011.
hasil kesehatan pasien sehingga perlu HPHA Interprofessional
terus menerus diupayakan untuk Practice Model. September, pp.
ditingkatkan dan dikembangkan. Perlu 1-32.
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk Interprofessional Education
menggali masalah utama yang menjadi Collaborative (IPEC). 2011.
hambatan dalam kolaborasi interprofesi Core competencies for
antara perawat dan dokter dengan interprofessional collaborative
menggunakan rancangan penelitian dan practice: Report of an expert
instrumen yang lebih akurat untuk dapat panel. Washington, D.C.:
menggali akar permasalahan. Interprofessional Education
Collaborative.

DAFTAR PUSTAKA Jones and Fitzpatrick, 2009. CRNA-


Physician Collaboration in
Ann, H. 2007. Nurse-physician Anesthesia. AANA Journal,
perspectives on the care of December, Vol 77, No. 6
dying patients in intensive care
units: Collaboration, moral Nair, Fitzpatrick, McNulty, Click and
distress, and ethical climate. Glembocki. 2011. Frequency
Critical Care Medicine, of nurse-physician
2(35)422-429 collaborative behaviors in an
acute care hospital. Journal of
Barrere and Ellis, 2002. Changing Interprofessional Care, Early
attitudes among nurses and online 1-6. Informa Uk, Ltd.
physicians: a step towards
collaboration. Healthcare O’Brien, Martin, Heyworth, and Meyer.
Quality, 24(3), 9–15. 2009. A phenomenological
perspective on advances
Beckett & Kipnis 2009. Collaborative practice nurse-physician
Communication Integrating collaboaration within an
SBAR to Improve interdisciplinary healthcare
Quality/Patient Safety team. Journal of the American
Outcomes. Journal for Academy of Nurse
Healthcare Quality, vol 31 no Practitioners 21, 444-453.
5, September/October.
Robinson, Gorman, Slimmer, and
Buku Acuan Umum – CFHC IPE. 2014. Yudkowsky. 2010.
Universitas Gadjah Mada. “Perceptions of Effective and
Yogyakarta. Ineffective Nurse-Physician
Claramita M, Sedyowinarso M, Communication in Hospitals”.
Huriyati E, Wahyuningsih MS. Nursing Forum, Volume 45,
2012. Interprofessional No. 3, pp. 206-216.
Communication Guideline

14
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016

Sayed and Sleem. 2011. Nurse– Collaboration in the


physician collaboration: A Perioperative Setting. AORN
comparative study of the Journal, vol 86, no 1.
attitudes of nurses and World Health Organization. 2010.
physicians at Mansoura Framework for Action on
University Hospital. Life Interprofessional Education &
Science Journal, 8 (2) Collaborative Practice.
Schneider, M.A. 2012. Nurse-physician Geneva, Switzerland: WHO.
collaboration has come.
Department of Medicine,
University of Rochester School ACKNOWLEDGEMENT
of Medicine and Dentistry, Ucapan terimakasih disampaikan
Rochester, NY, USA. kepada seluruh sampel penelitian yaitu
Siegler and Whitney. 2000. Kolaborasi para dokter spesialis dan perawat yang
Perawat-Dokter Perawatan terlibat dalam pelayanan di Instalasi
Orang Dewasa dan Lansia. Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Panti
Jakarta: Penerbit Buku Rapih, Yogyakarta serta jajaran
Kedokteran EGC. pimpinan di Rumah Sakit Panti Rapih
yang telah memberikan ijin penelitian
Sterchi, L.S. 2007. Perceptions That
Affect Physician-Nurse

15

S-ar putea să vă placă și