Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
INFORMASI ABSTRACT
7
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
pasien dan tim profesi kesehatan, yang dapat diterapkan dalam sistem
mengurangi ketegangan dan konflik kesehatan setempat. Kolaborasi
diantara tim kesehatan (Jones and interprofesi merupakan strategi yang
Fitzpatrick, 2009). Hambatan dalam efektif dan efisien untuk meningkatkan
kolaborasi interprofesi dapat menjadi kualitas pelayanan dan hasil kesehatan
penyebab utama terjadinya medical pasien dengan semakin beragamnya
error, nursing error atau kejadian tidak profesi di bidang kesehatan dan
diharapkan lainnya. Oleh karena itu semakin kompleksnya permasalahan
kolaborasi interprofesi dokter–perawat pasien.
sangat diperlukan dan perlu mendapat
prioritas bagi institusi pemberi
pelayanan kesehatan. METODE
Kolaborasi dokter–perawat dari banyak Penelitian ini menggunakan rancangan
hasil penelitian telah diketahui deskriptif analitik dengan pendekatan
memberi banyak manfaat, namun cross sectional. Teknik pengumpulan
hambatan dalam pelaksanaan praktik data dilakukan dengan survei dan
kolaborasi interprofesi masih terjadi observasi. Pengambilan sampel secara
karena berbagai kendala. Bagaimana purposive sampling untuk sampel
sikap dan perilaku dokter-perawat dokter dan simple randomized sampling
terhadap kolaborasi interprofesi dapat untuk sampel perawat.
menjadi kendala atau pendukung Survei dilakukan terhadap 134 orang
kesuksesan pelaksanaan praktik sampel yang memenuhi kriteria inklusi.
kolaborasi interprofesi. Observasi dilakukan terhadap 10
Sikap dokter dan perawat terhadap perawat dan 10 dokter di instalasi
kolaborasi interprofesi adalah suatu rawat inap. Instrumen yang
kecenderungan atau keyakinan untuk digunakan untuk mengukur sikap,
mendukung maupun tidak mendukung perilaku dokter dan perawat terhadap
kolaborasi interprofesi yang kolaborasi adalah The Jefferson Scale
dipengaruhi oleh pandangan dan of Attitudes toward Physician Nurse
pengetahuan dokter dan perawat Collaboration dan The Stichler
terhadap kolaborasi. Sedangkan Collaborative Behavior Scale. Teknik
perilaku kolaborasi dokter dan perawat observasi digunakan untuk mengetahui
adalah interaksi antara dokter dan pelaksanaan praktik kolaborasi perawat
perawat yang bekerjasama sebagai dan dokter di instalasi rawat inap.
mitra dan setara sebagai suatu tim
dengan saling mengakui kompetensi
HASIL
dan kontribusi masing-masing, saling
menghormati dan menghargai, saling Responden dalam penelitian adalah
menaruh kepercayaan satu dengan yang dokter spesialis dan perawat yang
lain dalam mencapai tujuan. terlibat dalam pelayanan di Instalasi
Rawat Inap (IRNA) Rumah Sakit Panti
WHO pada tahun 2010 mengeluarkan
Rapih, Yogyakarta. Sampel yang
kerangka aksi untuk pendidikan
memenuhi kriteria inklusi berjumlah
interprofesi dan praktik kolaborasi
134 orang (perawat 84 orang dan dokter
(Framework for action on
50 orang). Usia berkisar antara 20 – 60
interprofessional education and
tahun, lama bekerja antara 2 – 34 tahun,
collaborative practice) mengidentifikasi
sebagian besar tingkat pendidikan
mekanisme yang membentuk
dokter adalah sarjana S 2 dan perawat
kesuksesan kerja sama tim kolaborasi
adalah akademik D 3. Sebagian besar
dan menguraikan serangkaian tindakan
perawat adalah perempuan (99%),
8
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
Perawat 60,31+9,56 60
<0,001*
Dokter 69,8+7,88 69,50
Hasil observasi pelaksanaan kolaborasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih
interprofesi Dokter–Perawat di Instalasi dapat dilihat pada tabel 3.
9
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
Tabel 4. Korelasi antara sikap dan perilaku dokter & perawat dengan praktik kolaborasi
Total Perawat dan Dokter Skala Jefferson Skala Stichler
Gambar 1. Scatter plot korelasi sikap dan perilaku dokter & perawat
terhadap praktek kolaborasi
10
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
Korelasi antara sikap, perilaku dokter– dokter seperti budaya, perbedaan status,
perawat dengan praktik interprofesi dan perbedaan gender. Di dalam
dapat dilihat pada tabel 4. Hasil uji pelayanan kesehatan dokter masih
korelasi Spearman didapatkan r 1,000, dipandang superior dan perawat
dengan nilai signifikansi 0,000 subordinat, serta masih adanya
(p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan pandangan dimana hubungan perawat
terdapat korelasi yang positif dan dan dokter tidak setara dan hirarkis.
korelasi yang sangat kuat, serta secara Sikap dokter dan perawat
statistik terdapat korelasi yang terhadap kolaborasi interprofesi
bermakna. berdasarkan hasil penelitian
dipengaruhi oleh 3 hal yaitu tingkat
pendidikan, pengetahuan kolaborasi
PEMBAHASAN interprofesi, dan pemahaman peran
Hasil penelitian sikap dokter– masing-masing profesi kesehatan yang
perawat terhadap kolaborasi interprofesi dimiliki oleh dokter dan perawat.
di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Semakin tinggi pendidikan maka
Panti Rapih didapatkan nilai p 0,752 profesionalisme juga akan semakin
(p>0,05), yang menunjukkan secara tinggi dan kolaborasi interprofesi antara
statistik tidak terdapat perbedaan yang dokter dan perawat akan semakin baik.
bermakna. Sehingga dapat disimpulkan Pengetahuan dan pemahaman tentang
baik dokter maupun perawat memiliki kolaborasi interprofesi akan memberi
sikap yang positif terhadap kolaborasi pandangan dan nilai-nilai baru kepada
interprofesi. Hal tersebut menunjukkan dokter dan perawat yang akan
adanya kecenderungan sikap dokter dan mempengaruhi sikap dokter dan
perawat yang semakin positif terhadap perawat terhadap kolaborasi
kolaborasi. interprofesi. Pemahaman peran
Sikap dokter dan perawat masing-masing profesi secara tepat dan
terhadap kolaborasi interprofesi benar akan mempengaruhi sikap
berdasarkan hasil penelitian terhadap kolaborasi interprofesi
menunjukkan baik dokter maupun menjadi lebih positif.
perawat memiliki sikap yang positif. Sikap dapat ditumbuhkan dan
Namun masih ada dokter (46%) dan dikembangkan melalui proses belajar.
perawat (22%) yang menyatakan bahwa Interaksi antara pemahaman, motivasi
dokter memiliki kewenangan yang dan sikap terjadi dalam proses belajar.
dominan dalam semua masalah Pemahaman akan menimbulkan
kesehatan, serta masih ada dokter (26%) kesadaran baru dan motivasi, motivasi
dan perawat (9%) yang menyatakan menumbuhkan sikap untuk merubah
tugas utama perawat adalah perilaku. Proses belajar dalam diri
melaksanakan instruksi dokter. Hasil individu dapat membawa
tersebut menunjukkan kenyataan di perkembangan atau perubahan sikap
dalam pelayanan kesehatan masih ada kearah yang lebih baik. Oleh karena itu
dokter dan perawat yang belum sebagai usaha agar dokter dan perawat
memahami peran masing-masing memiliki sikap yang positif terhadap
profesi secara tepat dan benar. kolaborasi interprofesi dapat dilakukan
Masih adanya sebagian dokter dengan mengadakan seminar atau
yang melihat diri mereka sebagai workshop kolaborasi interprofesi,
pemegang dominasi dalam semua program pendidikan interprofesi di
masalah kesehatan dalam kolaborasi rumah sakit untuk dokter dan perawat,
disebabkan karena iklim dan kondisi atau pelatihan-pelatihan. Materi dalam
sosial masih mendukung dominasi pendidikan, seminar atau workshop, dan
11
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
12
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
13
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
14
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 1(1) 2016
15