Sunteți pe pagina 1din 12

Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No.

4, Desember 2013: 283-294


ISSN: 0216-4329 Terakreditasi
No.: 443/AU2/P2MI-LIPI/08/2012

STRUKTUR ANATOMI DAN KUALITAS SERAT LIMA JENIS KAYU


ANDALAN SETEMPAT ASAL CARITA BANTEN
(Anatomical Properties and Fibre Quality of Five Locally Potential Wood
Species from Carita, Banten)

Sri Rulliaty
Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan
Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610, Telp (0251) 8633378, Fax (0251) 8633413
e-mail: sriroels@yahoo.com
Diterima 15 Juli 2013, Disetujui 11 November 2013

ABSTRACT
Recently, the supply of commercial wood species was decreased significantly. The utilization of lesser known wood
species is one of possible solution to improve log supply. This paper studies the anatomical properties and its fiber quality of
five locally potential wood species from Carita, Banten, for utilization purposes. The anatomical properties were examined
according to the IAWA List of microscopic features, while fiber qualities were examined based on its quality for pulp and
paper. The main anatomical characteristics are: pangsor (Ficus fistulosa Reinw.) heartwood is white-straw to pale yellow,
parenchyma bands and prismatics crystals present in upright cells and chambered axial parenchyma cells; jengkol
(Pithecellobium rosulatum Kosterm) heartwood is creamy with parenchyma vascicentric; petai (Parkia speciosa
Hassk.) heartwood is yellow whitish, parenchyma are vascicentric, aliform, and confluen; manii (Maesopsis emini
Engl.) heartwood is yellow brownish, parenchymas are scanty paratracheal to confluen; balsa (Ochroma pyramidale
(Cav.ex. Lamk) Urban) heartwood is creamy whitish with axial parenchyma apotrachea diffuse. Fibre quality of those
five wood species are classified into quality class I. Based on the fibre quality and for other alternative uses, the five locally
potential wood are highly recommended for its intensive cultivation.
Keywords: Anatomical properties, fibre quality, pangsor, jengkol, petai, manii, balsa

ABSTRAK
Pasokan jenis kayu komersial saat ini semakin berkurang. Penggunaan jenis kayu kurang dikenal, ter-
utama kayu-kayu yang menjadi andalan secara lokal (kayu andalan setempat) merupakan salah satu ke-
mungkinan untuk meningkatkan pasokan kayu perdagangan. Tulisan ini mempelajari sifat anatomi dan
kualitas serat lima jenis kayu andalan setempat dari Carita, Banten. Struktur anatomi diamati ber-
dasarkan daftar ciri mikroskopik kayu daun lebar, IAWA, sedangkan kualitas serat dianalisa berdasarkan
kualitasnya untuk pulp dan kertas. Ciri utama struktur anatominya adalah sebagai berikut: kayu pangsor
(Ficus fistulosa Reinw.) memiliki kayu teras warna putih jerami sampai kuning pucat, parenkim pita, dan
kristal primatik dijumpai dalam sel tegak dan dalam parenkim aksial tak berbilik: kayu jengkol
(Pithecellobium rosulatum Kosterm) berwarna putih krem, parenkim vaskisentrik; kayu petai (Parkia speciosa
Hassk.) berwarna putih kekuningan, dan parenkimnya aksial paratrakea vaskisentrik, aliform, konfluen;
kayu manii (Maesopsis emini Engl.) berwarna berwarna kuning kecoklatan hingga kuning agak coklat tua,
parenkimnya paratrakea sepihak hingga konfluen; kayu balsa (Ochroma pyramidale (Cav.ex. Lamk) Urban)
berwarna putih krem, parenkimnya aksial apotrakea tersebar. Kualitas serat kelima jenis kayu yang
diteliti diklasifikasikan ke dalam kualitas I. Berdasarkan kualitas serat dan kemungkinan penggunaannya
kelima jenis kayu tersebut direkomendasikan untuk dibudidayakan secara intensif.
Kata kunci : Anatomi kayu, kualitas serat, pangsor, jengkol, petai, manii, balsa

283
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 283-294

I. PENDAHULUAN kinan penggunaannya yang sesuai.

Pasokan jenis kayu komersial dari hutan alam


saat ini telah semakin berkurang, sehingga II. BAHAN DAN METODE
memerlukan pasokan dari sumber alternatif.
Penggunaan jenis kayu kurang dikenal, atau umum A. Lokasi
disebut lesser known species di Indonesia, terutama
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2011. Lima
untuk kayu-kayu yang menjadi andalan lokal (kayu
jenis kayu dikumpulkan dari kawasan hutan Desa
andalan setempat) semakin banyak, terutama
Kawoyang, Carita, Banten. Penentuan jenis
jenis-jenis kayu yang dianggap memiliki kesamaan
dilakukan di kelompok peneliti Botani, Pusat
baik profil maupun sifat dengan kayu
Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan
perdagangan. Kurang lebih 4.000 spesies kayu
Rehabilitasi Bogor, dari herbarium bagian pohon
terdapat di Indonesia. Menurut Mandang dan
yang dikumpulkan yaitu daun, bunga, dan buah.
Pandit (2002), hanya 400 spesies yang telah
Pengamatan struktur anatomi dan pengukuran
dikenal dalam perdagangan dan telah memiliki
dimensi serat dilakukan di Laboratorium Anatomi
nama dagang yang spesifik.
Tumbuhan, Pusat Litbang Keteknikan Kehutanan
Data hasil pengamatan sifat anatomi ini di-
dan Pengolahan Hasil Hutan, Bogor.
gunakan untuk melengkapi database struktur ana-
tomi kayu dan kunci identifikasi kayu yang sudah
B. Bahan dan Alat
tercantum dalam Xylarium Bogoriense 1915 Pusat
Litbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Bahan baku yang digunakan adalah lima jenis
Hasil Hutan, dengan harapan agar semakin mudah kayu yang diteliti kemudian disimpan pada koleksi
dan cepat ketika digunakan dalam identifikasi. Xylarium Bogoriensis 1915, dengan nomor
Tulisan ini bertujuan untuk mempelajari struktur koleksi seperti tertera pada Tabel 1. Nama jenis
anatomi lima jenis kayu andalan Carita, Banten kayu merupakan hasil identifikasi berdasarkan
untuk identifikasi dan untuk meningkatkan daun, bunga, dan buah, sedangkan data kelas awet
informasi kualitas serat serta evaluasi kemung- dan kelas kuatnya berdasarkan Oey (1990).

Tabel 1. Jenis kayu yang diteliti dan dikoleksi dari Carita, Banten
Table 1. Wood collected and examined from Carita, Banten
No. Koleksi Nama lokal Nama ilmiah Suku K. Awet K. Kuat
(Collection (Local name) (Scientific name) (Family) (Durability (Strength
number) classes) classes)
34359 Pangsor Ficus fistulosa Reinw. Moraceae V III
34360 Jengkol Pithecellobium rosulatum Kosterm Mimosaceae III-(II) II
34361 Petai Parkia speciosa Hassk. Mimosaceae V III-IV
34362 Manii Maesopsis emini Engl. Rhamnaceae IV III
34363 Balsa Ochroma pyramidale (Cav.ex. Bombacaceae V V
Lamk) Urban
Sumber : Oey (1990)

Kelima jenis kayu tersebut masing-masing yang digunakan yaitu mikrotom geser, petri dish,
diwakili oleh satu batang pohon. Sampel uji gelas obyek, gelas penutup, cutter, loupe, dan
berupa disk (cakram/piringan) dengan ketebalan mikroskop.
5 cm, diambil dari bagian pangkal, tengah, dan
ujung pada bagian ketinggian bebas cabang. C. Prosedur Kerja
Bahan kimia yang digunakan, antara lain: alkohol
Contoh kayu untuk preparat sayatan diambil
dengan konsentrasi 30%, 50%, 70%, 90%, dan
dari bagian teras pada bagian pangkal batang.
absolut (96,5%) serta safranin, toluen, entelan,
Bagian teras merupakan bagian batang yang
H2O2 35%, dan asam asetat glasial 60%. Peralatan
umumnya berwarna lebih gelap, bila kayu

284
Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Lima Jenis Kayu Andalan Setempat asal Carita Banten (Sri Rulliaty)

mempunyai warna yang sama antara bagian teras ciri yang dianjurkan oleh Komite Internasional
dan gubal, maka contoh uji diambil dari bagian Association of Wood Anatomist (Wheeler et al., 1989).
jari-jari batang dibagi 2. Pengamatan struktur Ciri kuantitatif diamati 10-30 kali per contoh
anatomi meliputi ciri makroskopis dan ciri tergantung pada ragam ciri yang diamati: 1)
mikroskopis. Ciri umum atau ciri makroskopis diameter pembuluh, n = 25; 2) frekuensi
diamati pada contoh kayu yang telah diketam pembuluh per-mm2, n = 10; 3) frekuensi jari-jari, n
permukaannya meliputi warna, corak, tekstur, = 10; 4) tinggi jari-jari, n = 25; 5) panjang serat n =
arah serat, kilap, kesan raba, kekerasan dan bau. 30; 6) diameter serat dan tebal dinding, masing-
Permukaan lintang kayu kemudian difoto masing n = 15.
menggunakan mikroskop makro yang dilengkapi Kualitas serat dinilai berdasarkan kriteria yang
kamera digital. dibuat oleh Rachman dan Siagian (1976),
Penelitian struktur anatomi kayu dilakukan tiga menggunakan rumus sebagai berikut:
tahap: 1) pembuatan preparat, 2) pengamatan dan
1.Bilangan Runkel = 2w/l
pengukuran, serta 3) pembuatan foto mikroskopis 2.Daya tenun = L/d
dari ketiga penampang yang telah dibuat. Contoh 3.Perbandingan fleksibilitas = l/d
kayu yang akan dibuat preparat dilunakkan 4.Koefisien kekakuan = w/d
terlebih dahulu, kemudian disayat menggunakan 5.
2 2
Perbandingan Muhlstep = (d -l ) x 100 %
mikrotom geser dengan ketebalan 18-25 mikron. d.
2

Sayatan yang dibuat meliputi penampang lintang, Dimana:


radial, dan tangensial kemudian didehidrasi dan L = Panjang serat
diwarnai menurut metode Sass (1966). Beberapa d = Diameter serat
sayatan yang baik dipilih dan dihilangkan l = Diameter lumen
kandungan airnya berturut-turut menggunakan w = Tebal dinding
alkohol 90% , 70%, 50%, dan 30%. Selanjutnya
sayatan diwarnai dengan safranin dan kembali di
dehidrasi menggunakan alkohol 30%, 50%, 70%, III. HASIL DAN PEMBAHASAN
90%, dan absolute (96,5%), kemudian dibening-
kan dengan cara merendamnya beberapa saat ber- A. Struktur Anatomi dan Identifikasi
turut-turut dalam karboxylol dan toluene. Se- 1. Pangsor (Ficus fistulosa Reinw. ex Blume)
sudah itu sayatan direkat dengan entelan di atas - Moraceae
gelasobyekkemudian ditutup dengan gelaspenutup. Sinonim: Ficus grandidens Merr., F. harlandii Benth.,
Preparat maserasi dibuat dengan meng- F. rubrovenia Merr.
gunakan metode Franklin seperti disitir dalam Nama daerah lainnya: beunying (sunda), kujajing
Rulliaty (1994). Serpihan-serpihan contoh kayu (Kalimantan), wilada (Jawa).
sebesar batang korek api dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang berisi larutan hidrogen Ciri Umum
peroksida 35% dan asam asetat glasial 60% Warna: kayu teras berwarna putih jerami hingga
dengan perbandingan 1 : 1, kemudian dipanaskan kuning muda, susah dibedakan dari gubal yang
di dalam waterbath dengan temperatur 60°C. Serat berwarna sama atau berwarna lebih muda. Corak:
yang sudah terpisah dicuci bersih dengan air kran polos kadang beralur pada bidang radial karena
beberapa kali hingga bebas asam, lalu diwarnai gambaran jari-jari yang lebar. Tekstur: agak kasar
dengan safranin. Serat yang sudah diwarnai dan tidak merata. Arah serat: agak berpadu. Kilap:
dimuat dalam gelas obyek yang sudah ditetesi kusam. Kesan raba: agak licin. Kekerasan: agak
gliserin. Serat disebarkan merata lalu ditutup keras.
dengan gelas penutup dan siap diukur. Panjang Ciri Anatomi
dan diameter serat serta diameter lumen diukur Lingkaran tumbuh: tidak jelas (ciri 2). Pembuluh:
menggunakan mikroskop dan filar mikrometer. baur (ciri 5), hampir seluruhnya soliter (ciri 9).
Preparat mikrotom dan maserasi kemudian difoto Diameter 100-200 mikron (ciri 42); frekuensi per-
menggunakan mikroskop yang dilengkapi kamera mm2 sekitar 5 atau kurang (ciri 46). Bidang
digital dengan perbesaran tertentu. perforasi sederhana (ciri 13). Ceruk antar
Ciri anatomi kayu yang diamati meliputi ciri- pembuluh selang-seling (ciri 22), ukurannya

285
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 283-294

sedang > 7-10 mikron (ciri 26). Ceruk antar atau dengan 1 jalur sel tegak atau sel bujursangkar
pembuluh dan jari-jari ada tiga tipe, pertama marjinal (ciri 106), dan yang paling sering
dengan halaman yang jelas, serupa dalam ukuran ditemukan dengan 2-4 jalur sel tegak atau sel bujur
dan bentuk dengan ceruk antar pembuluh (ciri sangkar marjinal (ciri 107). Frekuensi jari-jari > 4-
30), dengan halaman yang sempit sampai 12 per mm (ciri 115). Serat: jaringan serat dasar
sederhana: ceruk bundar atau bersudut (ciri 31) dengan ceruk sederhana sampai berhalaman
serta dengan halaman sempit sampai sederhana, sangat kecil (ciri 61), umumnya tanpa sekat (ciri
ceruk horisontal atau vertikal (ciri 32) dan ini yang 66). Dinding tipis sampai tebal (ciri 69). Inklusi
paling sering ditemukan. Parenkim: pita (ciri 85), material: kristal primatik dijumpai (ciri 136)
panjang 3-4 sel per-untai (ciri 92). Jari-jari: lebar dalam sel tegak (ciri 137), dan dalam parenkim
jari-jari 1-3 seri (ciri 97), dan yang paling sering aksial tak berbilik (ciri 141).
ditemukan jari-jari lebar umumnya 4-10 seri (ciri Gambar struktur anatomi kayu Ficus fistulosa
98), komposisi seluruhnya sel baring (ciri 104) disajikan pada Gambar 1 a, b, c, d berikut:.

Gambar (Figure) 1. Pangsor (Ficus fistulosa Reinw. ex Blume)


a. Penampang melintang (x) makroskopis (Transversal section (x), macroscopically)
b. Penampang melintang (x) mikroskopis (Transversal section (x), microscopically)
c. Penampang radial (Radial section, R)
d. Penampang tangensial (Tangential section, T)

286
Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Lima Jenis Kayu Andalan Setempat asal Carita Banten (Sri Rulliaty)

2. Jengkol ( Pithecellobium rosulatum 13); ceruk antar pembuluh selang-seling (ciri 22),
Kosterm.) - Mimosaceae berukuran kecil > 4-7 mikron (ciri 25). Ceruk
Sinonim: Albizia rosulata (Kosterm.) I.C. Nielsen antar pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Ciri Umum jelas, serupa dalam ukuran dan bentuk dengan
Warna: kayu teras berwarna putih krem, sukar ceruk antar pembuluh (ciri 30). Parenkim: aksial
dibedakan dari gubal yang berwarna sama. Corak: paratrakea jarang (ciri 78), vaskisentrik (ciri 79),
umumnya polos, pada bidang tangensial beralur dua sel per untai (ciri 91). Jari-jari: seluruhnya 1
dengan warna lebih tua karena perbedaan seri (ciri 96), dijumpai, juga 1-3 seri (ciri 97).
kepadatan jaringan. Tekstur: agak halus dan Komposisi sel jari-jari seluruhnya sel baring (ciri
merata. Arah serat: lurus hingga berpadu. Kilap: 104), frekuensi jari-jari >4-12 per mm (ciri 115).
agak mengkilap. Kesan raba: kesat. Kekerasan: Serat: jaringan serat dasar dengan ceruk sederhana
agak keras. Bau: bau khas pada waktu kayu masih sampai berhalaman sangat kecil (ciri 61), dinding
segar. serat tipis sampai tebal (ciri 69), dijumpai serat
bersekat (ciri 65), juga serat tanpa sekat (ciri 66).
Ciri Anatomi
Tidak ditemukan adanya inklusi material maupun
Lingkaran tumbuh: tidak jelas (ciri 2). Pembuluh:
ciri lain.
baur (ciri 5); hampir seluruhnya soliter (ciri 9), ada
Gambar struktur anatomi kayu Pithecellobium
yang berganda radial hingga tiga sel; diameter 50 -
rosulatum disajikan pada Gambar 2 a, b, c, d
100 mikron (ciri 41); frekuensi 5 sel/mm2 atau berikut:
kurang (ciri 46). Bidang perforasi sederhana (ciri

Gambar (Figure) 2. Jengkol (Pithecellobium rosulatum Kosterm.)


a. Penampang melintang (x) makroskopis (Transversal section (x), macroscopically)
b. Penampang melintang (x) mikroskopis (Transversal section (x), microscopically)
c. Penampang radial (Radial section, R)
d. Penampang tangensial (Tangential section, T)

287
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 283-294

3. Petai (Parkia speciosa Hassk.) -Mimosaceae seling dan berukuran sedang (ciri 22 dan 26);
Sinonim: Parkia harbesonii Elmer. ceruk berumbai (ciri 29); ceruk antar pembuluh
Nama daerah lainnya: pete (jawa), peuteuy (sunda) dan jari-jari dengan halaman yang jelas; serupa
Ciri Umum dalam ukuran dan bentuk dengan ceruk antar
Warna: kayu berwarna kekuningan, bagian kayu pembuluh (ciri 30). Parenkim: aksial paratrakea
gubalnya lebih muda. Corak: polos. Tekstur: agak vaskisentrik, aliform, konfluen (ciri 79, 80, 83).
halus dan tidak merata. Arah serat: lurus sampai Panjang untai sel parenkim umumnya 2 sel per-
berpadu. Kilap: mengkilap. Kesan raba: agak untai (ciri 91). Jari-jari: 1-3 seri (ciri 97), jari-jari
kesat. Kekerasan: agak keras. Bau: bau khusus lebar umumnya 4-10 seri (ciri 98). Komposisi sel
pada waktu segar. jari-jari umumnya seluruhnya sel baring (ciri 104)
Ciri Anatomi kadang dengan 1 jalur sel tegak dan atau sel bujur
Lingkaran tumbuh: batas lingkar tumbuh jelas sangkar (marjinal). Serat: jaringan serat dasar de-
(ciri 1). Pembuluh: semi tata lingkar (ciri 4); soliter ngan ceruk berhalaman yang jelas (ciri 62). Serat
dan bergabung sampai dengan 4 sel (ciri 10). tanpa sekat dijumpai (ciri 66), dinding serat tipis
Bidang perforasi sederhana (ciri 13). Diameter sampai tebal (ciri 69). Kristal prismatik dijumpai
berkisar antara 50-100 mikron (ciri 41) dan 100- (ciri 136), dalam parenkim aksial berbilik (ciri 142).
Gambar struktur anatomi kayu Parkia speciosa
200 mikron (ciri 42); frekuensi 5 buah/mm2 atau
disajikan pada Gambar 3 a, b, c, d berikut:
kurang (ciri 46). Ceruk antar pembuluh selang-

Gambar (Figure) 3. Petai (Parkia speciosa Hassk.)


a. Penampang melintang (x) makroskopis (Transversal section (x), macroscopically)
b. Penampang melintang (x) mikroskopis (Transversal section (x), microscopically)
c. Penampang radial (Radial section, R)
d. Penampang tangensial (Tangential section, T)

288
Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Lima Jenis Kayu Andalan Setempat asal Carita Banten (Sri Rulliaty)

4. Manii(Maesopsiseminii Engl.)-Rhamnaceae Ceruk antar pembuluh selang-seling dan


Sinonim: tidak ada berukuran kecil (ciri 22 dan 25). Percerukan
Nama daerah lainnya: kayu afrika pembuluh dan jari-jari dengan halaman yang
Ciri umum sempit sampai sederhana, bundar atau bersudut
Warna: kayu teras berwarna kuning kecoklatan (ciri 31). Parenkim: paratrakea sepihak hingga
hingga kuning agak coklat tua, bagian gubalnya konfluen (ciri 83 dan 84), 3-8 sel per untai (ciri 92-
putih krem. Corak: berupa garis-garis agak hitam 93). Jari-jari besar, umumnya 4-10 seri (ciri 98),
pada penampang tangensial karena adanya komposisi sel jari-jari dengan 1 jalur sel tegak
perbedaan kepadatan jaringan. Tekstur: agak halus atau sel bujur sangkar (marginal) (ciri 106).
dan tidak merata. Arah serat: berpadu. Kilap: Terdapat jari-jari agregat (ciri 110). Serat: serat
permukaan kayu kusam. Kesan raba: agak kesat. bersekat ditemui (ciri 65). Ceruk dengan halaman
Kekerasan: agak keras. yang jelas (ciri 62). Dinding serat tipis sampai tebal
(ciri 69). Terdapat penebalan ulir pada jaringan
Ciri Anatomi serat dasar (ciri 64). Inklusi mineral: kristal
Lingkaran tumbuh: tidak jelas (ciri 2). Pembuluh: prismatik tidak dijumpai. Ciri lain: terdapat sel
semi tata lingkar (ciri 4); bidang perforasi ubin (ciri 111).
sederhana (ciri 13); diameter sekitar 50-100 µm, Gambar struktur anatomi kayu Maesopsis
frekuensi 5 buah/mm2 atau kurang (ciri 41 dan eminii disajikan pada Gambar 4 a, b, c, d berikut:
46). Terdapat endapan dalam pembuluh (ciri 58).

Gambar (Figure) 4. Manii (Maesopsis eminii Engl.)


a. Penampang melintang (x) makroskopis (Transversal section (x), macroscopically)
b. Penampang melintang (x) mikroskopis (Transversal section (x), microscopically)
c. Penampang radial (Radial section, R)
d. Penampang tangensial (Tangential section, T)

289
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 283-294

5. Balsa (Ochroma pyramidale (Cav. ex. 4-7 mikron (ciri 25). Percerukan pembuluh dan
Lamk) Urban) - Bombacaceae jari-jari dengan halaman yang jelas, serupa dalam
Sinonim: Ochroma bicolor Rowlee, O. grandiflora ukuran dan bentuk dengan ceruk antar pembuluh
Rowlee, O. lagopus Swarkia. (ciri 30), serta dengan halaman yang sempit
Nama daerah lainnya: tidak ada sampai sederhana, bundar atau bersudut (ciri 31).
Parenkim: aksial apotrakea tersebar (ciri 76), aksial
Ciri Umum
paratrakea jarang (ciri 78), 3-4 sel per untai (ciri
Warna: kayu teras dan gubal berwarna sama putih
92) sampai delapan (5-8) sel peruntai (ciri 93). Jari-
krem. Corak: polos. Tekstur: agak halus dan
jari: 1-3 seri (ciri 97), jari-jari lebar umumnya > 4-
merata. Arah serat: lurus dan agak berpadu. Kilap:
10 seri (ciri 98). Komposisi jari-jari dengan 2-4
kusam. Kesan raba: agak kesat. Kekerasan: lunak.
jalur sel tegak atau sel bujur sangkar (marjinal) (ciri
Ciri Anatomi 107), sel seludang dijumpai (ciri 110). Serat: serat
Lingkaran tumbuh: tidak jelas (ciri 2). Pembuluh: bersekat dijumpai (ciri 65), dinding serat sangat
baur (ciri 5), bidang perforasi sederhana (ciri 13), tipis (ciri 68).
diameter berkisar antara 100-200 µm, frekuensi 5 Gambar struktur anatomi kayu Ochroma
buah/mm2 atau kurang (ciri 42 dan 46). Ceruk pyramidale disajikan pada Gambar 5 a, b, c, d
antar pembuluh selang seling (ciri 22) dengan berikut:
bentuk bersegi banyak (ciri 23), berukuran kecil >

Gambar (Figure) 5. Balsa (Ochroma pyramidale (Cav. ex. Lamk) Urban)


a. Penampang melintang (x) makroskopis (Transversal section (x), macroscopically)
b. Penampang melintang (x) mikroskopis (Transversal section (x), microscopically)
c. Penampang radial (Radial section, R)
d. Penampang tangensial (Tangential section,T)

290
Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Lima Jenis Kayu Andalan Setempat asal Carita Banten (Sri Rulliaty)

Rangkuman ciri umum dan ciri anatomi menggunakan kode dalam Daftar IAWA 1989,
disajikan pada Tabel 2. Untuk menyesuaikan sehingga lebih memudahkan dalam melakukan
dengan format data base yang ada dalam identifikasi menggunakan komputer hingga
Xylarium Bogoriense 1915, penulisan ciri tingkat marga.

Tabel 2. Daftar ciri makroskopis dan mikroskopis kayu yang diteliti


Table 2. List of macroscopic and microscopic characteristics of examined wood
Nama daerah Pangsor Jengkol Petai Manii Balsa
(Local names)
Ciri (Characteristics) Kodifikasi sesuai IAWA List, 1989
(Codification according IAWA List, 1989)
Ciri umum Warna: kayu Warna: kayu teras Warna: kayu Warna: kayu Warna: teras dan
(General teras putih putih krem, susah teras teras kuning gubal berwarna
characteristics) jerami hingga dibedakan dari kekuningan, kecoklatan sama (putih
kuning muda, gubalnya. Corak: gubal sampai kuning krem). Corak:
susah umumnya polos, mempunyai agak coklat tua, polos. Tekstur:
dibedakan dari pada bidang warna lebih kayu gubal agak halus dan
gubalnya. tangensial beralur muda. Corak: putih krem. merata. Arah
Corak : polos dengan warna polos. Tekstur: Corak: berupa serat: lurus dan
kadang beralur lebih tua. Tekstur: agak halus dan garis-garis agak agak berpadu.
pada bidang agak halus dan tidak merata. hitam di bidang Kilap: kusam.
radial. Tekstur: merata. Arah Arah serat: lurus tangensial. Kesan raba:
agak kasar dan serat: lurus hingga sampai berpadu. Tekstur: agak agak kesat
tidak merata. berpadu. Kilap: Kilap: agak halus dan tidak Kekerasan:
Arah serat : agak mengkilap. mengkilap. merata. Arah lunak. Bau: tidak
agak berpadu. Kesan raba: kesat. Kesan raba: agak serat: berpadu. ada bau khas.
Kilap : kusam. Kekerasan: agak kesat. Kekerasan: Kilap: kusam.
Kesan raba: keras. Bau: bau agak keras. Bau: Kesan raba:
agak licin. khas pada waktu bau khusus pada agak kesat.
Kekerasan: kayu masih segar. waktu segar Kekerasan: agak
agak keras. keras. Bau: tidak
Bau: tidak ada ada bau khusus.
bau khusus.

Lingkar tumbuh 2 2 1 2 2
(Growth rings)
Pembuluh 5, 9, 13, 22, 5, 9, 13, 22, 25, 4, 10, 13, 22, 26, 4, 13, 22, 25, 31, 5, 13, 22, 23, 25,
(Vessels)
26, 30, 31, 32, 30, 41, 46 29, 30, 41, 42, 46 41, 46, 58 30, 31, 42, 46
42, 46
Parenkim 85, 92, 78, 79, 91 79, 80, 83, 91 83, 84, 92, 93 76, 78, 92, 93
(Parenchyma)
Jari-jari 97, 98, 104, 96, 97, 104, 115 98, 98, 104 98, 106, 110 97, 98, 107, 110
(Rays)
106, 107, 115

Serat (Fibers) 61, 66, 69 61, 65, 66,69 62, 66, 69 62, 64, 65, 69 65, 68

Ciri lain (Others 136, 137, 141 136, 142 111


characteristics)

291
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 283-294

Secara makroskopis kayu balsa lebih mudah kristal pada parenkim aksial berbilik. Kayu manii
dibedakan dari jenis kayu lainnya yang diamati, mempunyai bentuk parenkim hampir sama
karena balsa mempunyai kayu yang berwarna dengan kayu petai yaitu konfluen. Secara anatomis
putih dan sangat lunak sehingga dalam keduanya dibedakan dengan adanya pori yang
pemanfaatannya sering digunakan untuk lebih besar serta ceruk berumbai pada petai, serta
kerajinan aeromodeling. Jenis kayu manii memiliki sel seludang dan sel ubin pada kayu manii. Balsa
kayu teras yang berwarna kuning agak coklat tua mempunyai ciri khas selain makroskopis juga
serta corak garis agak hitam pada bidang adanya sel seludang pada jari-jari, dinding sel serat
tangensial sehingga seringkali diminati untuk sangat tipis, dan ceruk antar pembuluh sangat
bahan baku mebeler. Arah serat jenis kayu tipis dan bersegi banyak.
pangsor dan manii agak berpadu sehingga perlu
hati-hati dalam pengolahan maupun pe - B. Kualitas Serat
ngerjaannya.
Berdasarkan hasil pengukuran dan per-
Secara mikroskopis umumnya jenis kayu yang
hitungan dimensi serat maka dibuat Tabel 3. Pada
termasuk suku Leguminosae mempunyai
tabel tersebut tampak bahwa panjang serat kayu
parenkim yang mencolok, kayu jengkol memiliki
yang diteliti berkisar antara 1,4 - 1,7 mm, dengan
parenkim vaskisentrik, sedangkan kayu petai lebih
ketebalan dinding serat sekitar 2 mikron, kayu
bervariasi mulai vaskisentrik, aliform hingga
pangsor memiliki serat paling panjang, sedangkan
konfluen, sehingga mudah dibedakan. Kayu
yang terpendek pada kayu balsa.
pangsor memiliki parenkim pita, dan terdapat

Tabel 3. Rata-rata dimensi serat 5 jenis kayu


Table 3. Fiber dimension averages of 5 wood species
Nama daerah Jenis kayu Panjang Diameter Lumen Tebal dinding
(Local name) (Wood species) (Length, (Diameter, (Lumen, (Cell wall
μm) μm) μm) thickness, μm)
Pangsor Ficus fistulosa Reinw. 1768,1±150,5 30,1±4,2 26,0±4,1 2,0±0,4
Jengkol Pithecellobium rosulatum 1676,3±133,0 32,7±3,1 28,3±3,1 2,21±0,4
Kosterm
Petai Parkia speciosa Hassk. 1460,3±221,6 38,26±3,3 33,2±3,2 2,5±0,4
Manii Maesopsis emini Engl. 1606,3±116,6 39,4±3,2 34,2±3,1 2,6±0,4
Balsa Ochroma pyramidale Urban. 1419,4±140,5 40,6±4,7 35,7±4,6 2,5±0,5

Tabel 4. Nilai turunan dimensi dan kualitas serat


Table 4. Fibers quality of wood examines and its derivates
Jenis Panjang Bilangan Daya Perbandingan Koefisien Perbandingan Total Kelas
kayu serat Runkel tenun fleksibilitas kekakuan Muhlsteph skor kualitas
(Wood (Fiber (Runkel (Felting (Flexibility (Coofesien of (Muhlsteph (Total (Quality
species) length,µm) ratio) point) ratio) rigidity ) ratio) score) class)
Pangsor 1768.1 0.15 58.74 0.86 0.07 25.39
(50) (100.00) (50.00) (100.00) (100.00) (100.00) (500) I
Jengkol 1676.3 0.16 51.26 0.87 0.07 25.10
(50) (100.00) (50.00) (100.00) (100.00) (100.00) (500) I
Petai 1460.3 0.15 38.13 0.87 0.07 24.86
(50) (100.00) (25.00) (100.00) (100.00) (100.00) (475) I
Manii 1606.3 0.15 40.77 0.87 0.07 24.65
(50) (100.00) (25.00) (100.00) (100.00) (100.00) (475) I
Balsa 1419.4 0.14 34.96 0.88 0.06 22.68
(50) (100.00) (25.00) (100.00) (100.00) (100.00) (475) I
Keterangan (Remarks) : Angka dalam kurung adalah nilai turunan dimensi serat (number in parentheses is the value of
derived fiber dimensions)

292
Struktur Anatomi dan Kualitas Serat Lima Jenis Kayu Andalan Setempat asal Carita Banten (Sri Rulliaty)

Hasil perhitungan nilai turunan dimensi serat b. kayu balsa mempunyai dinding sel serat
kelima jenis kayu yang diteliti disajikan dalam yang tipis, dan ceruk antar pembuluh
Tabel 4. Kualitas serat kelima jenis kayu dalam selang-seling bersegi banyak
hubungannya sebagai bahan baku kertas c. kayu pangsor memiliki parenkim pita, dan
termasuk dalam kelas I, dimana kayu pangsor dan kristal pada parenkim aksial berbilik
jengkol memiliki total skor paling tinggi. Kelas d. k ay u j e n g ko l m e m i l i k i p a r e n k i m
kualitas I menurut Rachman dan Siagian (1976) vaskisentrik, walau jari-jari sama dengan
adalah jenis kayu agak ringan sampai ringan kayu pangsor yaitu seluruhnya sel baring
dengan dinding serat sangat tipis dan lumen e. kayu petai memiliki parenkim vaskisentrik,
relatif lebar. Dalam pembuatan pulp serat akan aliform dan konfluen, batas lingkar tumbuh
menggepeng seluruhnya dengan ikatan antar serat jelas, walau jari-jari sama dengan kayu
dan tenunannya sangat kuat, sehingga lembaran jengkol dan pangsor.
pulp yang dihasilkan mempunyai keteguhan 3. Kualitas serat kelima jenis kayu dalam
sobek, pecah dan tarik yang tinggi. Hal ini hubungannya sebagai bahan kertas termasuk
tentunya hanya gambaran awal dan memerlukan kelas I.
pengamatan lebih lanjut dalam pengolahan pulp
nya.
Ucapan Terima Kasih
C. Prediksi Kegunaan
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Kayu pangsor, jengkol dan petai baik sebagai
Bapak Usep Sudarji atas bantuannya dalam
bahan baku serat, selain kayunya yang berwarna
pembuatan preparat sayatan dan Ibu Tutiana
cerah juga hasil perhitungan nilai turunan dimensi
dalam pembuatan preparat maserasi dan
seratnya memberikan prediksi kualitas kertas yang
pengukuran dimensi serat.
akan dihasilkan.
Berdasarkan kelas kuatnya (Tabel 1) kayu
jengkol, pangsor, dan manii kemungkinan dapat DAFTAR PUSTAKA
digunakan untuk kayu konstruksi ringan, mebeler,
bahan kotak korek api, sedangkan kayu balsa Mandang, Y.I. dan I.K. Pandit. 2002. Pedoman
dapat dimanfaatkan untuk bahan baku mainan identifikasi jenis kayu di lapangan. Yayasan
anak, aeromodeling, penghambat panas dan alat Prosea, Bogor dan Pusat Diklat Pegawai
pelampung. SDM Kehutanan. Bogor. 194 hal.
Oey D.S. 1990. Berat jenis kayu Indonesia dan
IV. KESIMPULAN pengertian berat jenisnya untuk keperluan
praktek. Pengumuman Nr.13, Pusat
1. Warna kayu teras dari jenis kayu yang diteliti Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
hampir sama berkisar putih krem, putih jerami, Bogor.
kecuali kayu manii kuning kecoklatan dan Rachman, A.N. dan R.M. Siagian. 1976. Dimensi
bercorak garis-garis agak hitam. Arah serat serat jenis kayu Indonesia. Laporan No.75.
kayu manii berpadu, tidak seperti empat jenis Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.
kayu lainnya yaitu lurus sampai agak berpadu.
Kekerasan kayu yang diamati umumnya sama Rulliaty, S. 1994. Wood quality indicators as
yaitu agak keras, kecuali kayu balsa lunak. estimators of juvenile wood in mahogany
(Swietenia macrophylla King.) from Forest
2. Ciri anatomi yang dimiliki kelima jenis kayu
Plantation in Sukabumi, West Java,
berdasarkan kodifikasi IAWA dan dapat
Indonesia. Unpublished Master's Thesis,
dijadikan ciri pembeda diantara jenis kayu yang
University of the Philippines at Los Banos,
diteliti adalah:
College, Laguna. The Phillippines.
a. kayu manii mempunyai parenkim konfluen,
sel ubin dan sel seludang pada jari-jari Sass, J.E. 1966. Botanical Microtehnique. The
IOWA State University Press. New York.

293
Penelitian Hasil Hutan Vol. 31 No. 4, Desember 2013: 283-294

Wheeler, E.A., P. Baas and E.Gasson. 1989.


IAWA. List of microscopic features for
hardwood identification. IAWA Bulletin.
N.s. 10(3): 219-332.

294

S-ar putea să vă placă și