Sunteți pe pagina 1din 18

Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak.

61

Jum al Akuntansi dan Keuangan Indonesia


Volume 7 - No. 1, Juni 2010

EVALUASI REGULASI ATAS PRAKTIK PENGHINDARAN PAJAK


PENANAM AN M ODAL ASING

Ning Rahayu
Universitas Indonesia
ning.rahayu@yahoo.com

Abstract

For tax payers, especially subsidiary company, government incentices to attract new investment have
already been captured with reflected in tax efficiency throughout the use o f loopholes in corporate income
tax law. Tax planning is one of the legal example o f using loopholes. On the contraty for fiscal authorities,
doing tax avoidance as a mean of tax planning could potentially harmfulfor the government and, therefore,
the government follows by using remedies o f fiscal correction. This study aims to understand and to
evaluate anti-tax avoindance law and regulations in Indonesia and identify whether or not there are several
tax loopholes may provided resulting in negative benefits for the fiscal aouthority. From the field research
finding by using indepth interview and participatory observation, it is evident that the most common
practice o f tax avoidance are the use oftransfer pricing and thin capitalization schemes. Those two schemes
were usually exploited to give optimum benefits o f loopholes in tax laws. Thus, we acknowledge that anti­
tax avoidance regulations administered by the government in the context of good regulation process is still
imperfect, to the fact that those regulations and law were still left behind some loopholes that potentially
used to perform tax avoidance by the tax payer, therefore government would not get optimal revenue tax
payers. Moreover, Indonesian anti-tax avoidance policy also lagged behind newest practical issues which
are more complex and difficult to detect.
Keywords: regulation assessment, loopholes, tax avoidance, tax law.

Abstrak

Bagi pembayar pajak, khususnya perusahaan subsidiari, insentifpemerintah guna mengundang investasi
baru telah mendapatkan umpan balik yang tecermin melalui efisiensi pajak berupa pemanfaatan celah
dalam peraturan pajak penghasilan. Perencanaan pajak adalah salah satu contoh penggunaan celah
peraturan. Pada sisi lain bagi Otoritas Fiskal, melakukan praktik penghindaran pajak sebagai bentuk
perencanaan pajak akan membawa efek negatif bagi Pemerintah dan, untuk itulah, Pemerintah melakukan
koreksi fiskal sebagai remedialnya. Studi ini bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi regulasi dan
perundangan-undangan anti-penghindaran pajak yang dimiliki Indonesia serta mengidentifikasi ada
atau tidak adanya beberapa celah peraturan yang mungkin saja membawa dampak negatif bagi Otoritas
Fiskal. Dari studi lapangan menggunakan wawancara mendalam dan observasi terlibat ditemukan bukti
bahwa praktik penghindaran pajak yang sangat umum dilakukan melalui skema transfer pricing dan thin
capitalization. Kedua skema tersebut telah digunakan sedemikian rupa guna memberikan manfaat optimal
dari celah dalam peraturan pajak. Dan, kami mengidentifikasi adanya peraturan anti-penghindaran pajak
yang dijalankan pemerintah dalam hal proses regulasi yang baik masih jauh dari sempurna, faktanya
pengaturan dan peraturan yang berlaku masih ketinggalan dalam antispasi upaya penghindaran pajak
oleh pembayar pajak. Untuk itu, Pemerintah tidak dapat memperoleh penghasilan pajak optimal dari para
pembayar pajak Lebih jauh, kebijakan anti-penghindaran pajak Indonesia masih tertinggal di belakang
isu-isu mutakhir praktik penghindaran pajak yang semakin kompleks dan sulit untuk dideteksi.

Kata kunci: evaluasi regulasi, celah, penghindaran pajak, hukum pajak


62 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. I hal 6 1 - 7 8

PENDAHULUAN yang terdapat dalam ketentuan perpajakan


yang berlaku dikenal dengan tax planning
Dalam rangka menarik investor asing, dan tidak melanggar hukum. PMA lazim
banyak negara secara aktif mempromosikan melakukan perencanaan pajak, baik yang
negaranya agar menjadi lokasi investasi dengan bersifat aktif (agresif) maupun pasif (non-
memberikan berbagai insentif. Insentif tersebut agresif), agar memperoleh manfaat sebesar
dapat berupa insentif non pajak maupun insentif mungkin dari kebutuhan negara berkembang
pajak. Insentif non pajak pada umumnya seperti Indonesia yang masih mengalami defisit
diberikan dalam bentuk pem bangunan pendanaan proyek yang padat modal. Namun
infrastruktur yang memadai, kemudahan di sisi pemerintah, tentu saja perencanaan
memperoleh bahan baku, penyediaan tenaga pajak demikian dapat dipersepsikan sebagai
keija terlatih atau pemberian jaminan keaman­ praktik penghindaran pajak.
an. Sementara itu, insentif pajak pajak Dalam upaya mengidentifikasi serta
diberikan melalui pemberian tax holiday, pajak menangkal praktik penghindaran pajak yang
yang rendah bagi investor asing, penyusutan dilakukan oleh perusahaan Penanaman Modal
dipercepat atau investment allowance. Asing, pada umumnya negara menerbitkan
Bagi Indonesia, undangan pemerintah ketentuan pencegahan penghindaran pajak
kepada investor asing untuk terus menanamkan yang bersifat khusus (Specific Anti Avoidance
investasi di Indonesia tak pernah berhenti Rule/SAAR) yang diatur dalam undang-undang
diserukan. Pemerintah Indonesia tidak kalah domestiknya, seperti: Controlled Foreign
gencar berupaya menarik investor untuk Company (CFC), arm ’s length rule, advance
mencapai target pertumbuhan ekonomi pricing agreement, dan debt to equity ratio
Indonesia. Pada tahun 2006 antara lain melalui (DER). Dalam praktik di beberapa negara,
penerbitan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun specific anti avoidance rule berjalan efektif
2006, pemerintah mengeluarkan dua paket dalam menangkal praktik penghindaran pajak
kebijakan yang memuat paket kebijakan dan memberikan kepastian hukum bagi wajib
pembangunan infrastruktur dan paket kebijakan pajak (Thuronyi 1998,193).
iklim investasi. Pemerintah menerbitkan Selain ketentuan yang bersifat khusus
Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tersebut, banyak negara juga menerbitkan
tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk ketentuan pencegahan penghindaran pajak
penanaman modal di bidang-bidang usaha yang bersifat umum {General Anti Avoidance
tertentu dan atau di daerah-daerah tertentu. Rule/GAAR). Tujuan dibuatnya GAAR adalah
F asilitas Pajak P enghasilan yang langkah antisipasi praktik penghindaran pajak
diberikan adalah berupa pengurangan peng­ yang belum diatur dalam ketentuan yang
hasilan neto, penyusutan dan amortisasi yang bersifat khusus atau untuk melawan tindakan
dipercepat, pengenaan Pajak Penghasilan atas tax avoidance yang pada saat dibuatnya
dividen sebesar 10%, atau tarif yang lebih peraturan belum dikenal.
rendah, dan kompensasi kerugian yang lebih Dalam kaitan ini, fenomena cukup
lama dari 5 tahun. Agenda yang masih menjadi banyaknya perusahaan PMA yang melaporkan
pekeijaan rumah pemerintah diantaranya rugi pada laporan keuangannya dan tidak
perbaikan atau sinkronisasi kebijakan iklim membayar pajak berturut-turut selama 5
investasi, masalah perpajakan, infrastruktur, tahun atau lebih yang antara lain ditengarai
peraturan perburuhan, dan koordinasi antar karena praktik penghindaran pajak, menuntut
pengambil kebijakan dalam pemerintahan perhatian lebih dari pemerintah khususnya
(World Bank 2005). Direktorat Jenderal Pajak. Sukar diperoleh
Bagi wajib pajak, khususnya Penanaman angka yang pasti dari fenomena perusahaan
Modal Asing (PMA), upaya efisiensi pajak PMA yang tidak membayar pajak akibat
dilakukan dengan memanfaatkan peluang kerugian dalam laporan keuangannya.
Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 63

Dalam upaya menyikapi dan mencari menyelamatkan penerimaan negara dari sektor
solusi atas permasalahan tersebut, perlu pajak pemerintah dapat melakukan intervensi,
dikaji dua masalah pokok: pertama perlu baik bersifat langsung {direct government
dikaji bagaimana ketentuan penangkal in vo lvem en t) ataupun tidak langsung
penghindaran pajak {Anti Tax Avoidance) (government influence) yakni melalui regulasi
dapat meminimalisasi praktik penghindaran (Campo dan Sundaran 2000, 24). Menurutnya,
pajak. Kedua, perlu kajian tentang bagaimana regulasi yang e fe k tif untuk m encapai
pengalaman negara lain yang telah menerapkan kepentingan publik m erupakan fungsi
SAAR dan GAAR, sebagai pembanding dan pemerintah yang esensial. Dalam perspektif
benchmarking, terhadap regulasi yang berlaku administrasi perpajakan, penghindaran pajak
di Indonesia. Bila penelitian sebelumnya atau tax avoidance adalah upaya memanfaatkan
lebih berfokus kepada penggelapan pajak peluang loopholes dalam aturan pajak sehingga
{tax evasion) serta penelitian suatu skema dianggap tidak melawan hukum. Sedangkan
tertentu yang umumnya digunakan PMA, penggelapan pajak atau tax evasion cenderung
maka kontribusi studi ini mengidentifikasi menutupi fakta material pajak yang semestinya
lima skema utama praktik penghindaran pajak dibayar, dengan demikian diangap melawan
dengan karakteristik berbeda dari penggelapan hukum.
pajak beserta tax loopholes yang dimiliki UU Rohatgi (2002) menyebutkan bahwa
Perpajakan Indonesia. di banyak negara penghindaran pajak di­
Studi ini dilakukan dengan berfokus bedakan atas penghindaran pajak yang
pada regulasi yang dapat dimanfaatkan PMA diperbolehkan {acceptable tax avoidance/
untuk melakukan praktik penghindaran pajak tax planning/tax mitigation) dan yang tidak
{tax avoidance). Tinjauan literatur praktik diperbolehkan {unacceptable tax avoidance).
penghindaran pajak diuraikan pada bagian Artinya, penghindaran pajak dapat saja ilegal
kedua makalah ini, termasuk beberapa apabila transaksi yang dilakukan semata-mata
penelitian terdahulu yang memiliki topik untuk tujuan penghindaran pajak atau tidak
penelitian selaras dengan masalah pokok yang mempunyai tujuan bisnis yang baik (bonafide
dikaji tentang tax avoidance. Bagian ketiga business purpose). Transaksi akan disebut
menjelaskan metode kajian yang dilakukan. sebagai unacceptable tax avoidance atau
Bagian keempat paper ini menganalisis aggressive tax avoidance apabila memiliki
peraturan yang berlaku dalam menangkal tax ciri antara lain tidak memiliki tujuan usaha
avoidance serta peluang yang masih dapat yang baik, semata-mata untuk menghindari
dimanfaatkan, yang diakhiri dengan analisis pajak, dan adanya transaksi yang direkayasa
komparatif regulasi SAAR maupun GAAR agar menimbulkan biaya atau kerugian.
beberapa negara. Selanjutnya simpulan dan Sebaliknya suatu transaksi digolongkan
rekomendasi studi dikemukakan pada bagian sebagai acceptable tax avoidance apabila
penutup. memenuhi karakteristik antara lain bukan
semata-mata untuk menghindari pajak, sesuai
TINJAUAN LITERATUR dan benar dengan maksud daripada peraturan
(perundang-undangan) dan tidak melakukan
M otif dari praktik penghindaran transaksi yang direkayasa.
ataupun penggelapan pajak di Indonesia Senada dengan usaha pengaturan
disebabkan beberapa faktor antara lain: tersebut, Yudkin (1971, 17) menyebutkan
kurangnya pendidikan, rendahnya pengawasan bahwa dalam mengantisipasi kesalahan
dan law enforcement, kinerja pemerintah ataupun ketidakbenaran wajib pajak dalam
dan faktor eksternal, yaitu regulasi (Uppal melaporkan pajaknya, sistem perpajakan
dan Reksohadiprodjo 1999; Sour 2001 harus dilengkapi dengan ketentuan mengenai
dalam Makhfatih 2005). Dalam rangka penelitian maupun pemeriksaan atas laporan
64 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. I hal 61 - 78

yang disampaikan oleh wajib pajak tersebut. Di Pemanfaatan Tax Haven Country
samping itu, untuk melakukan law enforcement Spitz (2001, 31-32) menjelaskan ter­
atas pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib minologi tax haven mengacu pada yurisdiksi
pajak serta peningkatan pengetahuan fiskus dimana tidak adanya pajak, pajak hanya
mengenai masalah perpajakan juga merupakan dikenakan atas tran sak si terte n tu dan
hal penting untuk diperhatikan. Selain pengenaan tarif yang rendah atas laba yang
pentingnya pemeriksaan dan penyempurnaan bersumber dari luar negeri dan atau adanya
peraturan, juga diperlukan adanya kerjasama perlakuan khusus tipe transaksi yang terhutang
antar administrasi pajak baik domestik maupun pajak. Dalam fakta empiris Negara tax haven
internasional melalui pertukaran informasi. tidak mudah untuk didefinisikan dengan jelas
Pajak yang dikenakan kepada penanaman dikarenakan ketentuan masing-masing Negara
modal asing langsung berfokus pada transaksi berbeda dalam memberikan definisi Negara tax
akuisisi entitas bisnis oleh PMA, kemudian haven.
dapat diikuti dengan proses merger. Scholes Zain (2005, 328) memberikan ke­
dan Wolfson (1991) berpendapat perubahan tiga kriteria yang dapat ditelisik guna meng­
aturan hukum yang berlaku di suatu Negara, golongkan Negara tax haven atau bukan
misalnya Tax Reform Act 1986 di AS (TRA 86), Negara tax haven: pertama, tidak memungut
menyediakan insentif penting bagi perusahaan pajak sama sekali atau apabila memungut pajak
multinasional dalam rangka meningkatkan maka tarif pajak dikenakan rendah. Kedua,
aktivitas bisnisnya di AS. Dari beberapa literatur Negara tersebut memiliki peraturan yang ketat
perpajakan internasional diketahui terdapat tentang rahasia bank dan atau rahasia bisnis,
beberapa skema penghindaran pajak yang tidak ada peluang mengungkapkan kerahasiaan
sering dilakukan oleh perusahaan penanaman itu kepada pihak manapun dari Negara apapun.
modal asing1, penulis juga membahas modus Walaupun pengungkapan dimungkinkan
dari masing-masing skema tax avoidance berdasarkan perjanjian internasional. Ketiga,
tersebut yaitu: pengawasan yang longgar terhadap lalu lintas
devisa, termasuk deposito yang berasal dari
Transfer Pricing Negara asing baik perorangan maupun badan
Menurut Gunadi (1994a, 184) transfer usaha.
p r ic in g m erupakan ju m lah harga atas
penyerahan {transfer) barang atau imbalan Thin Capitalization
atas penyerahan jasa yang telah disepakati Thin capitalization adalah praktik
oleh kedua belah pihak dalam transaksi bisnis membiayai cabang atau anak perusahaan
maupun finansial. Dalam konteks praktik lebih besar dengan utang berbunga daripada
penghindaran pajak maka modus transfer dengan modal saham (Gunadi 1994a, 198).
pricing yakni dengan merekayasa pembebanan Pinjaman dalam konteks thin capitalization
harga transaksi antara perusahaan-perusahaan ini merupakan pinjaman berupa uang atau
yang mempunyai hubungan istimewa modal dari pemegang saham atau pihak-pihak
dalam rangka meminimalkan beban pajak yang memiliki hubungan istimewa dengan
yang terutang secara keseluruhan atas grup pihak peminjam (Gunadi 1994a, 279). Modus
perusahaan. pemberian pinjaman dalam praktik thin
capitalization dilakukan melalui: pertama,
direct loan berupa investor (pemegang
1 D alam m akalah ini skema penghindaran pajak saham) menjadi Wajib Pajak Luar Negeri
dibahas lima skema, dalam literatur lain dari Vann dalam (WPDN) langsung. Kedua, back to back
Thuronyi (1998) m enam bahkan praktik tax avoidance
lainnya berupa duplikasi pengurangan (double dipping),
loan berupa investor menyerahkan dananya
instrum en keuangan m odern (financial derivatives) dan kepada mediator, pihak ketiga, untuk langsung
kom binasi teknik penghindaran dipinjamkan kepada anak perusahaan dengan
Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 65

sejumlah imbalan. Ketiga, paralel loan dimana mengenai Aggresive Tax Planning di Israel.
investor mancanegara bermitra perusahaan Penelitian yang dilakukan oleh Septriadi
lokal yang memiliki anak perusahaan yang (2003) meneliti skema transfer pricing pada
berada di Negara investor. tangible goods, sedangkan studi Setyowati
(2010) menganalisis ketentuan anti treaty
Treaty Shopping shopping guna mencegah penyalahgunaan
Praktik treaty shopping dilakukan untuk persetujuan penghindaran pajak berganda
dapat memanfaatkan treaty benefit. Dalam hal (P3B) di Indonesia. Sebagaimana penulis
ini fasilitas-fasilitas yang tercantum dalam tax menguraikan modus praktik treaty shopping
treaty (treaty benefit) hanya boleh dinikmati berkaitan erat dengan fleksibilitas pendirian
oleh residen (subjek pajak dalam negeri) perusahaan Special Purpose Vehicle di Negara-
dari kedua negara yang mengikat perjanjian negara yang terindikasi tax haven.
(Surahmat 2000, 107-109). Modus praktik Masing-masing peneliti di atas meneliti
treaty shopping dilakukan agar dapat menikmati secara khusus lima skema penghindaran
tarif pajak rendah dan fasilitas perpajakan pajak pada kasus perusahaan atau industri
lainnya yang tercantum dalam perjanjian tertentu. Misalnya, Syafril mengkaji praktik
(treaty) tersebut. Praktik treaty shopping yang thin capitalization pada PT Unitex Tbk dalam
kerap dilakukan PMA di Indonesia melalui periode 1984-2002. Pangaribuan melakukan
pendirian Special Purpose Vehicle (SPV) di studi implementasi CFC yang bertujuan
Negara-negara tax haven. merekomdasikan kebijakan pencegahan prak­
tik penghindaran pajak dengan komparasi pada
Controlled Foreign Corporation (CFC) Negara Australia.
Praktik penghindaran pajak melalui Lapidoth meneliti mengenai dampak
CFC dilakukan dengan mendirikan entitas di dari dirubahnya dasar pengenaan pajak
luar negeri dimana Wajib Pajak Dalam Negeri penghasilan dari basis teritorial menjadi basis
(WPDN) memiliki pengendalian. Upaya global (world wide income) bagi penduduk
WPDN untuk meminimalkan jumlah pajak (resident) Israel. Dari penelitian tersebut
yang dibayarnya atas investasi yang dilakukan diketahui bahwa perubahan basis pemajakan
di luar negeri dengan menahan laba yang tersebut menimbulkan dampak banyaknya
seharusnya dibagikan kepada para pemegang praktik penghindaran pajak (tax avoidance)
sahamnya. Modus umum dalam skema yang dikategorikan sebagai Aggresive Tax
CTC adalah dengan memanfaatkan adanya Planning. Pemerintah Israel menangkal
hubungan istimewa dan kepemilikan mayoritas praktik penghindaran pajak tersebut dengan
sahamnya, badan usaha di luar negeri tersebut mencantumkan ketentuan tentang Aggresive
dapat dikendalikan sehingga dividen tersebut Tax Planning dan kriterianya, kewajiban untuk
tidak dibagikan atau ditangguhkan (Arnold melaporkan? tax planning yang dibuat oleh
and McIntyre 2002, 81). wajib pajak dan penerapan sanksi atas praktik
Aggresive Tax Planning tersebut.
Beberapa penelitian yang mengenai
Penelitian sebelumnya pada umumnya
penghindaran pajak yang dilakukan oleh
hanya menguraikan dan menganalisis secara
perusahaan PMA berfokus pada praktik
khusus mengenai skema penghindaran pajak
penghindaran pajak melalui skema thin
spesifik (satu skema) yang dilakukan oleh
capitalization oleh Safril (2005) untuk
perusahaan tertentu. Sementara penelitian ini,
periode 1984-2002. Penelitian yang membahas
menguraikan serta menganalisis regulasi atas
mengenai Controlled Foreign Corporation
penghindaran pajak serta komparasi peraturan
dilakukan oleh Pangaribuan (2007). Penelitian
penangkal praktik tax avoidance di beberapa
lainnya yang dilakukan oleh Arye Lapidoth
Negara. Regulasi praktik penghindaran pajak
(2006) dari Bar-llan University, Israel
yang dianalisis berfokus pada regulasi praktik
66 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. 1 hal 61 - 78

penghindaran pajak yang berlaku mulai dari Indonesia menjadi titik berpijak dan bertolak
reformasi perpajakan tahun 1984 sampai analisis yang penulis lakukan.
dengan tahun 2008. Namun tidak berarti studi Pada hemat penulis, tujuan utama dari
ini bersifat historis semata, penyempurnaan entitas bisnis berbadan hukum perusahaan
aturan pajak melalui Undang-Undang lebih adalah memaksimalkan laba setelah pajak (profit
banyak ditemui setelah era reformasi sehingga after tax) di satu sisi dan meminimalisasi hutang
rentang waktu 16 tahun relatif pendek dalam pajak perusahan di sisi lain. Upaya apa yang
periodisasinya. bisa dilakukan perusahaan, dalam kasus yang
Dalam rangka memberikan kerangka diangkat PMA, agar hutang pajak perusahan
berpikir (framework o f thinking) yang menjadi minimal namun tidak melanggar
menjelaskan hubungan pokok permasalahan, peraturan yang berlaku dengan melakukan
tinjauan literatur dan analisis regulasi praktik penghindaran pajak (tax avoidance).
praktik penghindaran pajak yang penulis Berdasarkan tinjauan literatur yang dilakukan
lakukan, maka kerangka berpikir di bawah maka terdapat lima skema tax avoidance
ini penulis harapkan memberi pemahaman diantaranya transfer pricing, pemanfaatan
dan pengertian tentang studi yang dilakukan. negara tax haven, thin capitalization, treaty
Adapun dalam bentuk skema penghindaran shopping dan Controlled Foreign Corporation
pajak diilustrasikan pada gambar 1. (CFC). Tentang definisi maupun modus yang
Skema penghindaran paj ak di atas menj adi kerap dilakukan oleh PMA telah dibahas pada
kerangka pemikiran yang penulis gunakan bagian tinjauan literature sebelumnya.
dalam mengkaji regulasi praktik penghindaran
pajak oleh perusahaan Penanaman Modal METODE PENELITIAN
Asing (PMA) di Indonesia. Pada dasarnya studi
ini tergolong dalam studi pajak penghasilan, Studi regulasi ini menggunakan metode
namun kajiannya diperluas menjadi pajak penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
internasional, dengan kekhususan pada termasuk dalam penelitian deskriptif.
dampak tidak langsung daripada investasi asing Walaupun beijenis penelitian deskripsi namun
langsung. Relasi antara perusahaan induk di studi ini tidak hanya mendeskripsikan data
luar negeri serta anak perusahaan subsidiari di kualitatif yang diperoleh, lebih dari itu data

Skema Penghindaran Pajak


Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 67

diinterpretasikan agar menjadi wacana dan dengan menekankan pada kompetensi orang
konklusi dalam berpikir logis, praktis dan atau badan terkait dengan tema penelitian.
teoritis (Surakhmad 1982,139). Secara mendetail lokasi penelitian
Pengumpulan data yang digunakan pada meliputi pertama, seluruh Kantor Pelayanan
penelitian ini dilakukan melalui beberapa Pajak PMA di Indonesia yaitu KPP PMA satu
metode, yaitu: sampai dengan KPP PMA enam dan Kantor
a. Studi Kepustakaan (library research) Wilayah Direktorat Jendral Pajak Khusus
Dalam penelitian ini studi kepustakaan (Kanwil yang membawahi seluruh KPP PMA).
dilakukan dengan mempelajari sejumlah buku kedua, Konsultan pajak besar yang menangani
(literatur), jurnal, paper, dan sebagainya untuk masalah perpajakan PMA antara lain Konsultan
mendapatkan kerangka pemikiran dan tujuan pajak PSS Ernst and Young, Konsultan akuntan
penelitian dimaksud. Di samping itu, dipelajari publik Pricewaterhouse&Coopers (PWC),
ketentuan perpajakan (domestik maupun Konsultan pajak Horwarth International,
internasional) untuk memahami konteks dan Konsultan pajak PB & Co berjumlah
permasalahan penelitian secara mendalam. 10 Konsultan. Ketiga, beberapa perusahaan
Penggunaan data sekunder juga dilakukan, PMA untuk mendapatkan bentuk-bentuk
yang diperoleh dari kantor pajak, kantor intercompany transaction yang berjumlah
konsultan pajak dan lain-lain instansi untuk antara 30-40 perusahaan. Keempat, Badan
memperkuat data penelitian dalam upaya untuk Peradilan Pajak.
mendapatkan gambaran yang komprehensif Metode pengolahan data bermula
mengenai fenomena sosial yang diteliti.
dari penentuan pertanyaan penelitian, yang
b. Pengam atan terlibat (participant
relevan dengan fenomena yang akan diteliti,
observation)
menjadi pedoman wawancara. Langkah
Pada teknik pengamatan terlibat ini peneliti
berikutnya menggali data dengan mengajukan
melibatkan diri dalam kegiatan dan interaksi
pertanyaan kepada informan kunci yang
sosial yang sedang diteliti. Dalam hal ini
memiliki pengetahuan mendalam serta
pengamatan dilakukan dengan terlibat
membandingkannya dengan teori yang
langsung sebagai pegawai Kantor Konsultan
digunakan. Dari abstraksi data empiris yang
Pajak yang menangani perpajakan perusahaan
diperoleh dari lapangan, langkah selanjutnya
penanaman modal asing. Dengan demikian,
adalah menarik suatu kesimpulan. Proses
dapat diketahui langsung bagaimana praktik
pengumpulan data dilakukan beberapa kali
penghindaran pajak yang pada umumnya
dilakukan oleh perusahaan penanaman modal sampai diperoleh pemahaman yang bersifat
asing dalam upaya minimalisasi beban pajak komprehensif mengenai fenomena sosial yang
serta ketentuan-ketentuan anti tax avoidance diteliti tersebut.
Indonesia yang dimanfaatkan untuk melakukan
praktik penghindaran pajak tersebut. EVALUASI REGULASI PRAKTIK
Tempat dilakukannya penelitian ini PENGHINDARAN PAJAK
adalah (1). Kantor-kantor Pelayanan Pajak DAN KOMPARASI REGULASI
(KPP) Penanaman Modal Asing (PMA) yaitu NEGARA LAIN
kantor yang menangani wajib pajak Penanaman
Modal Asing. (2). Konsultan pajak besar yang Peraturan praktik Tax Avoidance
menangani perpajakan perusahaan Penanaman Indonesia diarahkan kepada upaya menangkal
Modal Asing. (3).Beberapa perusahaan praktik penghindaran pajak, khususnya
Penanaman Modal Asing yang menjadi objek yang dilakukan oleh pihak yang mempunyai
observasi terlibat dalam penelitian. (4). Badan hubungan istimewa, diatur dalam pasal 18
Peradilan Pajak (BPP). Penentuan informan Undang Undang Pajak Penghasilan tentang
kunci menggunakan purposive sampling Hubungan Istimewa. Kebijakan penangkal
68 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. I hal 61 - 78

penghindaran pajak tersebut bersifat khusus hal ini besarnya perbandingan hutang dan
(Specific Anti Tax Avoidance/ SAAR). modal sendiri yang diatur adalah sebesar 3:1.
Pembahasan regulasi praktik tax avoidance Dengan pertimbangan bahwa penen­
disusun dengan mengacu pada kerangka tuan besarnya perbandingan antara utang
pemikiran yang diajukan, peneliti mengkaji dan modal sendiri oleh pemerintah dianggap
pajak penghasilan dari Perusahaan Modal dapat menghambat perkembangan dunia
Asing yang diduga melakukan praktik usaha, maka Menteri Keuangan menerbitkan
penghindaran pajak dengan menggunakan Keputusan Menteri Keuangan nomor 254/
skema yang dibahas dalam bagian kedua KMK.01/1985, tanggal 8 Maret 1985 tentang
makalah ini. Kerangka pemikiran digunakan Penundaan Pelaksanaan Keputusan Menteri
untuk memperjelas langkah-langkah yang Keuangan Republik Indonesia nomor 1002/
peneliti lakukan dalam studi kualitatif ini. KMK.04/1984 tanggal 8 Oktober 1984 tentang
Adapun beberapa skema praktik penghindaran Penentuan Perbandingan Antara Hutang dan
pajak yang diatur dalam pasal 18 Undang Modal Sendiri Untuk Keperluan Pengenaan
Undang Pajak Penghasilan tersebut adalah: Pajak Penghasilan. Sebagaimana diketahui
pembatasan rasio utang dan modal sendiri
Penangkal Praktik Thin Capitalization bemuasa restriksi atas penanaman modal
Melalui Penentuan Besaran Debt Equity asing dan modal dalam negeri, saat peraturan
Ratio (DER) dikeluarkan pemerintah sedang melakukan
U p a y a m e n a n g k a l p r a k tik th in deregulasi hambatan investasi di dalam negeri.
capitalization yaitu praktik membiayai cabang Pada sisi lain, bila tanpa pengaturan DER dan
atau anak perusahaan lebih banyak dari utang persyaratan kepemilikan maka praktik thin
dibandingkan modal sendiri, dalam hal ini, capitalization menjadi sangat mudah dilakukan
Menteri Keuangan Republik Indonesia diberi dalam konteks penghindaran pajak.
kewenangan untuk menentukan besarnya Penundaan berlakunya ketentuan tentang
rasio antara hutang dengan modal (Debt perbandingan antara utang dengan modal
Equity Ratio). Sebagai tindak lanjut dari sendiri tersebut adalah tanpa batas waktu.
kewenangan yang diberikan Undang -Undang Penulis memang tidak memiliki data valid
Pajak Penghasilan kepada Menteri Keuangan atas dugaan perusahaan PMA menggunakan
tersebut, maka pada 8 Oktober 1984 diterbitkan absennya pengaturan debt to equity ratio ini
Keputusan Menteri Keuangan Republik dalam UU Pajak Penghasilan, misalnya jumlah
Indonesia nomor 1002/KMK.04/1984 tentang perusahaan penanaman modal asing yang
Penentuan Perbandingan Antara Hutang dan terindikasi menggunakan thin capitalization,
Modal Sendiri Untuk Keperluan Pengenaan namun berdasarkan regulasi negara lain yang
Pajak Penghasilan. sudah mengaturnya maka regulasi atas peluang
Dalam KMK1002/KMK04/1984 diatur loophole DER mendesak untuk dipenuhi.
bahwa untuk keperluan penghitungan Pajak Masa berlakunya ketentuan mengenai
Penghasilan besarnya perbandingan antara besarnya perbandingan antara hutang dengan
hutang dan modal sendiri (debt equty ratio). modal (Debt Equity Ratio) sebagaimana diatur
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud oleh Menteri Keuangan tersebut sangat singkat,
dengan utang adalah saldo rata-rata pada tiap karena pada Maret 1985 ketentuan ditunda
akhir bulan yang dihitung dari semua hutang sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
baik utang jangka panjang maupun utang Dengan penundaan tersebut maka sejak saat
j angka pendek, selain utang dagang. Sementara itu sampai sekarang Indonesia tidak memiliki
itu, modal sendiri adalah jumlah modal yang aturan tentang Debt Equity Ratio/DER. Hal ini
disetor pada akhir tahun pajak termasuk laba berarti sampai saat ini Indonesia tidak memiliki
yang tidak dan atau belum dibagikan. Dalam aturan penangkal praktik thin capitalization.
Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 69

Mengingat pentingnya aturan mengenai dalam negeri atas penyertaan modal pada
besarnya Debt Equty Ratio untuk mencegah badan usaha di luar negeri yang sahamnya
praktik thin capitalization yang merugikan tidak diperdagangkan di bursa efek. Sebagai
penerimaan negara dari sektor pajak, maka tindak lanjut dari kewenangan tersebut, maka
banyak negara mengatur mengenai besarnya pada tanggal 29 Desember 1994 diterbitkan
Debt Equity Ratio tersebut dalam ketentuan Keputusan Menteri Keuangan Republik
thin capitalization rules di negaranya yang Indonesia nomor 650/KMK.04/1994 tentang
dipadukan dengan persyaratan kepemilikan.
Penetapan Saat Diperolehnya Dividen Atas
Misalnya Jepang membatasi DER 3:1 dengan
Penyertaan Modal Pada Badan Usaha di Luar
syarat kepemilikan lebih dari lima puluh
Negeri yang Sahamnya Tidak Diperdagangkan
persen, Australia juga membatasi rasio DER
di Bursa Efek.
3:1 namun kepemilikannya lebih rendah yaitu
15 persen dan Kanada lebih ketat membatasi Dalam KMK no 650/KMK.04/1994
rasio DER 2:1 dengan syarat kepemilikan diatur bahwa untuk keperluan penghitungan
sampai dengan 25 persen. Selain isu syarat Pajak Penghasilan, saat diperolehnya dividen
kepemilikan maka pengaturan besarnya rasio oleh wajib pajak dalam negeri ditetapkan pada
utang terhadap ekuitas mempertimbangkan bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu
tipologi industri di mana regulasi pencegahan kewajiban penyampaian surat pemberitahuan
praktik thin capitalization pada industri tahunan Pajak Penghasilan badan usaha di
manufaktur akan berbeda pengaturan Debt luar negeri untuk tahun yang bersangkutan.
Equity Ratio-nya pada industri konstruksi2. Apabila tidak ada ketentuan batas waktu
Best practice Negara-negara di atas juga telah penyampaian surat pemberitahuan tahunan
mempertimbangkan faktor jenis industri. pajak penghasilan atau tidak ada kewajiban
Implikasi terpenting tanpa pengaturan menyampaikan surat pemberitahuan tahunan
besaran Debt to Equity Ratio maka Perusahaan pajak penghasilan, maka saat diperolehnya
PMA dapat melakukan penghindaran pajak dividen ditetapkan pada bulan ketujuh setelah
melalui skema thin capitalization, praktik
tahun pajak berakhir.
thin capitalization pada dasarnya adalah
Wajib pajak dalam negeri (WPDN) yang
praktik penyetoran modal terselubung melalui
dimaksud dalam KMK no.650 adalah WPDN
pemberian pinjaman yang melampaui batas
yang memenuhi persyaratan-persyaratan se­
kewajaran. Pembiayaan induk perusahaan
semata-mata melalui utang anak perusahaan bagai berikut:
dengan skema direct loan (pinjaman langsung), a), memiliki sekurang-kurangnya 50% dari
skema parallel loan, dan skema back to back jumlah saham yang disetor pada badan
loan. usaha di luar negeri; atau
b), secara bersama-sama dengan wajib pajak
Regulasi Praktik Pemanfaatan Negara dalam negeri lainnya memiliki sekurang-
Tax Haven Melalui Kebijakan Dividen kurangnya 50% dari jumlah saham yang
Perusahaan disetor pada badan usaha di luar negeri.
Terkait praktik penghindaran pajak Sementara itu, badan usaha di luar
melalui pemanfaatan negara tax haven dan negeri sebagaimana diatur dalam Keputusan
juga Controlled Foreign Corporation (CFC), Menteri Keuangan tersebut adalah badan
Menteri Keuangan Republik Indonesia usaha yang bertempat kedudukan di negara-
diberi kewenangan untuk menetapkan saat negara tax haven. Sebagai tindak lanjut dari
diperolehnya dividen oleh wajib pajak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia nomor 650/KMK.04/
2 Penulis m endapatkan m asukan berharga dari Editor 1994, tanggal 29 Desember 1994 tersebut,
jurnal atas usulan regulasi DER masing-masing industri.
70 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. 1 hal 61 - 78

Direktorat Jenderal Pajak menerbitkan Surat kriteria penerapan negara tax haven pada tabel
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE- 1 sebagai berikut ini:
22/PJ.4/1995, tanggal 26 April 1995 tentang Tabel 1
Dividen Dari Penyertaan Modal Pada Badan Daftar Negara yang Menentukan
Usaha di Luar Negeri Yang Sahamnya Tidak Negara Tax Haven
Diperdagangkan di Bursa Efek serta Surat Berdasarkan Kriteria Tertentu
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-
35/PJ.4/1995, tanggal 7 Juli 1995 tentang No Negara Kriteria Negara tax haven
Penegasan Lebih Lanjut Atas Dividen Dari 1 Korea Negara diklasifikasikan sebagai
Selatan negara tax haven apabila beban
Penyertaan Modal Pada Badan Usaha di Luar
pajak yang dibayar di negara
Negeri Yang Sahamnya Tidak Diperdagangkan tersebut kurang dari 15 % dari
di Bursa Efek. penghasilan kena pajak
Pada skema pemanfaatan negara tax 2 Jepang Negara tergolong sebagai negara
haven dan CFC fokus regulasi penangkal tax haven apabila beban pajak
kedua skema tersebut terdapat pada pembagian yang dibayar di negara tersebut
kurang dari 25% dari penghasilan
dividen oleh para wajib pajak atas penyertaan
kena pajak
modal pada entitas usaha luar negeri yang
3 Brazil Negara termasuk sebagai negara
sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa tax haven apabila tarif pajak yang
Efek. Ketentuan penangkal praktik CFC dalam berlaku di negara tersebut kurang
pasal 18 ayat (2) memberikan kewenangan atau sama dengan 20%.
4 Perancis Negara diklasifikasikan sebagai
untuk menetapkan saat perolehan dividen oleh
negara tax haven apabila pajak
Wajib Pajak Dalam Negeri atas saham badan yang terutang di negara tersebut
usaha di Luar Negeri dimana sahamnya tidak atas suatu penghasilan tertentu
diperdagangkan di Bursa Efek, termasuk jum lahnya kurang dari 66,67% dari
pajak yang terutang seandainya
Keputusan Menteri Keuangan No-650/1994
penghasilan tersebut dihitung
yang didesain meminimalisasi praktik CFC. berdasarkan ketentuan perpajakan
Problematika tax haven kemudian sejak negara Perancis.
diterbitkannya regulasi di atas yaitu sejak tahun
1994 sampai saat ini daftar negara tax haven Sumber: IBFD Transfer Pricing Database (tahun 2001),
tersebut tidak pernah diperbaharui. Ketentuan hal. 30.
yang sudah terlalu lama tersebut menyebabkan Penetapan negara-negara tax haven
daftar negara-negara tax haven tersebut sudah berdasarkan list mengandung kelemahan
tidak relevan dengan perkembangan yang ada. sistemik karena pertama, apabila tidak sering
Akibatnya wajib pajak dalam negeri masih diperbaharui, karena perkembangan sangat
dapat melakukan praktik penghindaran pajak cepat. Untuk mengantisiapasi hal ini banyak
dengan melakukan investasi di negara tax negara yang menentukan negara tax haven
haven lainnya yang tidak tercantum dalam berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, seperti
daftar negara tax haven menurut Keputusan berdasarkan kriteria besarnya tarif pajak yang
Menteri Keuangan Republik Indonesia. berlaku di negara tersebut.
Banyak negara telah menerapkan kriteria Kedua, dalam ketentuan pasal 18 ayat
(2) sebagai CFC Rules Indonesia adalah
negara tax haven menurut kriteria tertentu,
dalam hal kontrol. Indonesia menggunakan
misalnya Korea Selatan mendefinisikan negara
pendekatan hukum, yaitu kepemilikan pada
tax haven bila beban pajak yang dibayar di
CFC sebesar lebih dari 50% secara sendiri
Korea Selatan kurang dari 15% dari penghasilan
atau bersama-sama dengan Wajib Pajak Dalam
kena pajak. Beberapa contoh negara dengan Negeri lainnya. Dalam hal ini definisi kontrol
Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 71

yang diterapkan Indonesia hanya terbatas pada hubungan istimewa dapat berimplikasi pada:
kepemilikan saham secara langsung terhadap kekurangwajaran harga, biaya atau imbalan
badan usaha di luar negeri tersebut. lain yang direalisasikan dalam transaksi usaha.
Praktik CFC rules Korea Selatan juga Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
mengatur bahwa kepemilikan tidak langsung tersebut juga menegaskan bahwa transfer
juga termasuk dalam pengertian kontrol dan pricing dapat terjadi antar Wajib Pajak Dalam
pengenaan aturan CFC tidak hanya dapat Negeri (WPDN) atau antara Wajib Pajak
dilakukan pada lapisan pertama, lapisan Dalam Negeri dengan pihak Luar Negeri,
kedua maupun lapisan-lapisan selanjutnya. terutama yang berkedudukan di negara-negara
Diperlukan adanya pengaturan kepemilikan tax haven. Terhadap transaksi antar wajib pajak
tidak langsung, misalnya kepemilikan yang mempunyai hubungan istimewa tersebut,
cucu perusahaan melalui anak perusahaan. Undang-Undang perpajakan Indonesia meng­
Ketentuan CFC Rules Indonesia juga hanya anut azas m ateriil (substance over fo rm
menyangkut passive income saja sedangkan principle).
active income tidak tercakup dalam ketentuan. Untuk menentukan kewajaran harga
dari transaksi yang terjadi antara pihak-
Regulasi Praktik Transfer Pricing pihak yang mempunyai hubungan istimewa,
Melalui Perhitungan Penghasilan Kena surat edaran Direktur Jenderal Pajak
Pajak (PKP) Wajib Pajak dengan tersebut memperkenalkan beberapa metode
Hubungan Istimewa beserta contoh-contoh kasusnya. Adapun
Guna menangkal praktik transfer metode yang digunakan dalam menentukan
pricing, Direktur Jenderal Pajak diberi kewajaran tersebut misalnya metode harga
kewenangan untuk menentukan kembali pasar pembanding (comparable uncontrolled
besarnya penghasilan dan pengurangan serta price method, metode harga pokok plus (cost
menentukan utang sebagai modal untuk plus), metode harga jual minus (sales minus/
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak resale price method), dan metode tingkat laba
(PKP) bagi wajib pajak yang mempunyai sebanding {comparable profit) atau tingkat
hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnya hasil investasi {return on investment). Untuk
sesuai dengan kewajaran dan kelaziman mengatasi kesulitan dalam menentukan harga
usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan wajar yang dipakai pada transaksi antara pihak-
istimewa, pihak yang mempunyai hubungan istimewa
p
Adapun kriteria yang digunakan untuk yang seringkali menimbulkan sengketa antara
menentukan adanya hubungan istimewa adalah wajib pajak dengan fiskus, Direktur Jenderal
sebagai berikut: Pajak diberi kewenangan untuk menerbitkan
a. Terdapat penyertaan saham sekurang- kesepakatan harga transfer (Advance Pricing
kurangnya 25% baik secara langsung Agreement /APA) sebagaimana diatur dalam
maupun tidak langsung. pasal 18 ayat (3a) Undang Undang Pajak
b. Terdapat penguasaan yang sama. Penghasilan.
c. Terdapat hubungan keluarga, baik sedarah Dalam hal kewenangan Direktur
maupun semenda, dalam garis keturunan Jendral Pajak untuk menerbitkan APA belum
lurus atau ke samping satu derajat. ditindaklanjuti dengan penerbitan peraturan
pelaksana atas ketentuan tersebut. Hal ini
Sebagai tindak lanjut dari kewenangan
berakibat permasalahan tentang kesepakatan
Direktur Jenderal Pajak tersebut, Direktur
harga transfer menjadi menggantung. Kendala
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Edaran
peraturan pelaksanaan mengenai kesepakatan
Nomor SE - 04/ PJ.7 / 1993 tentang Petunjuk
harga transfer karena pihak regulator belum
Penanganan Kasus-kasus Transfer Pricing.
siap untuk melaksanakan kewenangan yang
Dalam surat edaran tersebut disebutkan bahwa
diberikan UU PPh, belum memiliki patokan
72 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. I hal 61 - 78

dalam penetuan harga pasar yang wajar dan Dalam hal ini upaya untuk menangkal praktik
fasilitas-fasilitas pendukung belum lengkap. transfer pricing dilakukan dengan berbagai
Metode yang banyak dipergunakan cara yang diatur dalam peraturan perundang-
berturut-turut metode harga pokok plus, undangan perpajakan yang jelas. Hal ini dapat
metode harga jual minus, metode tingkat laba dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
sebanding dan metode harga pasar pembanding. Studi evaluasi regulasi atas praktik
Ketiadaan aturan pelaksanaan tentang APA transfer pricing memiliki keterbatasan utama
berakibat kepada Wajib Pajak tidak dapat yakni berbagai macam skema penghindaran
mengajukan permohonan kesepakatan harga pajak memiliki timeline terbatas sampai dengan
transfer. Praktik yang kerap dilakukan Negara awal tahun 2008. Sementara perkembangan
lain dalam penentuan harga transfer melalui terbaru dari regulasi praktik penghindaran
pengelompokkan jenis usaha guna analisis pajak, misalnya dalam regulasi praktik
marjin keuntungan dan pembuatan data base transfer pricing yang telah mengacu kepada
menentukan harga wajar. pedoman-pedoman umum dari Organization
Dibandingkan dengan negara-nagara fo r Economic Co-operation and Development
lain, khususnya negara Asia, kebijakan untuk (OECD) terkini, tidak dimuat dalam penelitian
menangkal praktik transfer pricing Indonesia ini. Walaupun demikian penulis tengah
terbatas. Sementara kebijakan untuk menangkal mempersiapkan studi empiris yang berfokus
praktik transfer pricing di negara-negara pada perkembangan terkini regulasi praktik
tersebut pada umumnya sangat komprehensif. penghindaran pajak setelah tahun 2008.

Tabel 2
Chek List Ketentuan Penangkal Praktik Transfer Pricing Beberapa Negara Asia

No Upaya menangkal
praktik (ranker Jepang China India Malaysia Singapura Korea Indonesia
pricing
1 Undang Undang tentang
transfer pricing ( TP 0 0 0 m m 0 m
Legislation)
2 Ketentuan tentang
penggunaan exchange 0 IS 0 0 s 0 0*
of information

3 Audit Risk atas praktik high Moderate- Moderate- Moderate low high low
transfer pricing high high
4 Penggunaan
pembanding rahasia 0 0 0 0 m 0 m
(secret comparable)

5 Kewajiban
menyediakan 0 0 0 0 m 0 m
dokumentasi yang
terkait dengan transfer
pricing
6 Ketentuan mengenai
sanksi terkait dengan ISI 0 0 0 E 0 13
transfer pricing
7 Ketentuan tentang
Advance Pricing 0 0 0 0 0 0 0**
Agreement (APA)

Sumber: CCH International, International Master Tax Guide, 2008

0 * Sampai dengan tahun 2008, perihal exchange o f information belum berbetuk ketentuan yang mengikat
walaupun dapat dipergunakan
0 * * Sampai dengan tahun 2008, perihal Advance Pricing Agreement (APA) telah tercantum dalam UU
Pajak Penghasilan namun belum dapat diimplementasikan dengan baik karena tidak tersedia petunjuk
teknis
Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 73

Praktik TVeaty Shopping Melalui pengertian Beneficial Owner dan kewajiban


Penerapan Fasilitas Tax Treaty Antara untuk menunjukkan Surat Keterangan Domisili
Indonesia dan Negara Mitra Perjanjian (SKD) apabila menerapkan “reduced rate”
Ketentuan penangkal praktik treaty Tax Treaty atas pembayaran bunga, dividen
shopping tidak diatur secara khusus dalam dan royalti kepada penduduk (resident) Negara
ketentuan anti tax avoidance Indonesia (pasal Mitra. Selain itu, Surat Edaran Nomor: SE-03
18 Undang Undang Pajak Penghasilan). Dalam tersebut menghilangkan pernyataan bahwa “
hal ini untuk mengantisipasi praktik treaty Special Purpose Vehicle- SP V ” yang berbentuk
shopping, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Conduit Company, Passthrough Company dan
beberapa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, Paperbox Company tidak termasuk Beneficial
antara la in : Owner. Ketiga perusahaan merupakan berbagai
Pertama adalah Surat Edaran Direktur bentuk dari SPV.
Jenderal Pajak Nomor : SE - 01 /PJ. 10/1994, Disamping kedua Surat Edaran Direktur
tentang Surat Keterangan Domisili. Surat Jenderal Pajak, upaya untuk menangkal praktik
edaran tersebut mengatur mengenai kewajiban treaty shopping juga terlihat pada ketentuan
bagi wajib pajak untuk menunjukkan limitation on benefit yang tercantum dalam tax
Surat Keterangan Domisili/SKD apabila treaty antara negara Indonesia dengan Amerika
menerapkan tarif pajak rendah atau bebas Serikat. Ketentuan tersebut memberikan
pajak atas pembayaran penghasilan ke luar batasan yang sangat rinci mengenai kriteria
negeri sebagaimana diatur dalam tax treaty resident yang dapat menikmati fasilitas tax
(Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda/ treaty antara kedua negara yang mengikat
P3B) antara negara Indonesia dengan negara peijanjian tersebut.
mitra peijanjian. Surat Keterangan Domisili/ Dari analisis diatas jelas terlihat bahwa
SKD diterbitkan oleh competent authority atau dalam upaya menangkal praktik penghindaran
wakilnya yang sah di negara mitra peijanjian pajak (tax avoidance) Indonesia banyak
(treaty partner). tergantung pada Surat Edaran Direktur Jenderal
Kedua adalah Surat Edaran Direktur Pajak. Penggunaan Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor: SE - 04/PJ.34/2005, Jenderal Pajak tersebut sebagai dasar hukum
tentang Petunjuk Penetapan Kriteria ”Beneficial dalam praktik sangat lemah, apalagi jika surat
Owner” Sebagaimana Tercantum Dalam edaran tersebut tidak memiliki refrerensi pasal
Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda pada undang undang pajak yang ada. Pada
Antara Indonesia denganNegara Lainnya. Surat penyelesaian sengketa pajak di Pengadilan
Edaran diterbitkan untuk menegaskan bahwa Pajak, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
untuk dapat menikmati fasilitas penurunan tidak dapat digunakan sebagai dasar hukum
tarif atas penghasilan berupa dividen, bunga yang kuat. Hal tersebut mengakibatkan
dan royalti yang diatur dalam tax treaty banyaknya koreksi kasus penghindaran pajak
antara negara Indonesia dengan negara treaty yang dilakukan oleh fiskus dengan mengacu
partner, selain kewajiban menunjukkan Surat pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Keterangan Domisili (SKD), wajib pajak dikalahkan oleh hakim pengadilan pajak.
juga harus merupakan beneficial owner dari Praktik treaty shopping lain yang banyak
penghasilan berupa dividen, bunga dan royalti ditemui selama peneliti melakukan observasi
tersebut. dan wawancara kepada narasumber dengan
Selanjutnya diterbikan Surat Edaran mendirikan holding company di negara tax
Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-03/ haven, seperti di Negara Mauritius. Holding
P J.03/2008 tentang Penentuan Status Beneficial C om pany lalu m enanam kan m odal di
Owner, menggantikan Surat Edaran Direktur Indonesia. Dengan demikian, tujuan pendirian
Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.34/2005. Holding Company di Negara tax haven tidak
Surat Edaran tersebut hanya menegaskan lain agar dana yang diperoleh tidak perlu dibawa
74 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. 1 hal 61 - 78

kembali ke negara asal, sehingga dana tersebut aturan penangkal praktik penghindaran pajak
tidak dikenakan pajak di Mauritius maupun di melalui skema treaty shopping yang hanya
Negara asalnya. Implikasi yang ditimbulkan diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
treaty shopping adalah withholding tax atas Pajak tanpa ada referensi pasal dalam Undang
dividen yang dibayarkan kepada Holding Undang Pajak Penghasilan, juga menyebabkan
Company atau bunga yang dibayarkan kepada ketentuan penangkal praktik penghindaran
SPV. Negara India yang memanfaatkan treaty pajak tidak berkekuatan hukum. Hal-hal di
shopping dengan ekspektasi ekonomi menjadi atas mengakibatkan banyaknya peluang-
semakin berkembang dengan pengorbanan peluang (loopholes) yang dapat dimanfaatkan
pajak yang sedikit. oleh wajib pajak, khususnya oleh perusahaan
Dalam praktik penanganan sengketa Penanaman Modal Asing untuk melakukan
pajak di Pengadilan Pajak, penggunaan aturan penghindaran pajak yang merugikan negara,
pelaksanaan sebagai dasar hukum kurang kuat sehingga penerimaan negara dari sektor pajak
dan seringkah tidak digunakan sebagai bahan tidak dapat diperoleh secara optimal.
pengambilan putusan oleh Hakim Pengadilan Penelitian ini memiliki keterbatasan
Pajak. Hal ini mengakibatkan pada penanganan antara lain: berbagai macam skema peng­
sengketa pajak di Pengadilan Pajak, seringkali hindaran pajak yang umumnya ditemui
pihak Direktorat Jenderal Pajak menjadi pihak dalam pengamatan terlibat peneliti tidak
yang kalah. dibahas secara mendalam serta upaya dari
Direktorat Jendral Pajak juga tidak dibahas
SIMPULAN secara menyeluruh. Aturan penangkal praktik
penghindaran pajak yang sampai saat ini
Regulasi yang menangkal praktik Tax belum disempurnakan untuk mengikuti
Avoidance Indonesia belum dapat memberikan perkembangan, implikasinya aturan menjadi
hasil yang optimal dalam upaya menangkal sangat lemah dan dapat dimanfaatkan oleh
praktik penghindaran pajak (tax avoidance) wajib pajak untuk melakukan penghindaran
yang ada, yaitu: skema Thin Capitalization, pajak. Dengan kata lain praktik penghindaran
pemanfaatan Tax Haven dan Controlled Firm pajak (tax avoidance) yang terjadi di lapangan
Corporation, skema Transfer Pricing, serta tetap aman bagi wajib pajak yang bersangkutan.
skema Treaty Shopping. Namun demikian Hal ini berarti kerugian negara akibat praktik
keberadaan dan kehadiran Penanaman Modal tersebut masih akan bertambah.
Asing tidak bisa diganti dengan insrrumen
investasi lainnya. Aturan penangkal praktik
penghindaran pajak melalui skema thin DAFTAR PUSTAKA
capitalization dan transfer pricing, khususnya
ketentuan tentang Advance Pricing Agreement/
APA, hanya tercantum dalam Undang Undang Auerbach, Alan J. and Kevin Hassett.
Pajak Penghasilan tanpa ditindaklanjuti dengan 1993. Taxation and Foreign Direct
ketentuan pelaksanaannya. Investment in the United States: A
Aturan penangkal praktik penghindaran Reconsideration o f the evidence in
paj akmelalui skema, transferpricing dan Control Studies in International Taxation.
Foreign Corporation/CFC yang termuat dalam Chicago: University Chicago Press.
batang tubuh dan memori penjelasan Undang-
Undang Pajak Penghasilan masih sangat Arnold J.Brian and Michael J. McIntyre. 2002.
sederhana. Aturan pelaksanaan yang mengatur International Tax Primer. The Hague.
keduanya juga belum bersifat komprehensif London, New York: Kluwer Law
untuk menangkal praktik penghindaran pajak International.
melalui kedua skema tersebut. Selanjutnya
Ning Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 75

Besanko, David, David Dranove, Mark Lapidoth, Arye. 2006. New Legislative
Shanley, and Scott Schaefer. 2003. Measures in Israel to Counter
The Economics o f Strategy 3rd Ed. The Aggressive Tax Planning”, IBFD
United State of America : John Wiley Journal.
& Sons, Inc.
Campo, Salvatore Schiavo and Patchampet Makhfatih, Akhmad. 2005. Penggelapan Pajak
Sundaran. 2000. To Serve and di Indonesia: Studi Pajak Hotel Non
to Preserve: Improving Public Bintang. Disertasi Doktor Universitas
Gadjah Mada, 2005.
Administration in a Competitive
World. Jakarta : Lembaga Administrasi
Mansury, R. 1999. Berbagai Fasilitas
Negara.
dalam 41 Tax Treaties Indonesia,
Jakarta: Yayasan Pengembangan dan
CCH International. 2001. International Penyebaran Pengetahuan Perpajakan
Tax Planning Toolkit. Sidney: CCH (YP 4).
International publishing.
Neuman, W. Lawrence. 1999. Social Research
Cooper, Graeme S. 1997. Tax Avoidance and Methods, Qualitative and Quantitative
the Rule o f Law. Netherland: IBFD Approaches. United States of America:
Publication BV. Allyn and Bacon, Inc.

Creswell, John.W. 2003. Research Design- Octo Pangaribuan, Calvin. 2007. Analisis
Qualitative, Quantitative, and Mixed Implementasi Controlled Foreign
Corporation Rules di Indonesia Dalam
Methods Approaches 2nd Edition. New
Upaya Mencegah Penghindaran Pajak
Dehli: Sage Publication.
(Suatu Studi Komparasi Dengan
Australia dan Bentuk Umum). Tesis,
Gunadi. 1994a. Transfer Pricing, Suatu Program Kekhususan Ilmu Administrasi
Tinjauan Akuntansi, Manajemen dan dan Kebijakan Perpajakan, Program
Pajak, Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara. Pascasaijana FISIP Universitas
Indonesia.
_____ , 2007b. Pajak Internasional Edisi Revisi.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Rohtagi, Roy. 2002. Basic International
Ekonomi Universitas Indonesia. Taxation. London: Kluwer Law
International.
Hancock, Dora. 1997. Taxation Policy &
Practice. Boston: International Republik Indonesia, Undang Undang Nomor
Thomson Business Press. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2000
Howlet, Mechael and M.Ramesh. 1995.
tentang Pajak Penghasilan.
Studying Public Policy: Policy Cycles
and Policy Subsystems. New York: _________________ , Surat Keputusan
Oxford University Press. Menteri Keuangan Nomor: 1002/
KMK.04/1984, tanggal 8 Oktober
Hutagaol, John, Darussalam dan Danny 1984 tentang Penentuan Perbandingan
Septriadi. 2006. Kapita Selekta Antara Hutang dan Modal Sendiri
Perpajakan. Jakarta: Penerbit Salemba Untuk Keperluan Pengenaan Pajak
Empat. Penghasilan.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. I hal 61 - 78

___________ , Surat Keputusan Menteri Lebih Lanjut Atas Dividen Dari Penyertaan
Keuangan N om or: 254/KMK01/1985, Modal Pada Badan Usaha di Luar Negeri
tanggal 8 Maret 1985 tentang Penundaan Yang Sahamnya Tidak Diperdagangkan di
Pelaksanaan Keputusan Menteri Bursa Efek (Seri PPh Umum No.16).
Keuangan Republik Indonesia Nomor: _________________ , Surat Edaran Direktur
1002/KMK04/1984, tanggal 8 Oktober Jenderal Pajak Nomor: SE - 04/
1984 tentang Penentuan Perbandingan PJ.34/2005, tanggal 7 Juli 2005 tentang
Antara Hutang dan Modal Sendiri PetunjukPenetapanKriteria”Beneficial
Untuk Keperluan Pengenaan Pajak Owner” Sebagaimana Tercantum
Penghasilan. Dalam Persetujuan Penghindaran Pajak
Berganda Antara Indonesia Dengan
___________ , Surat Keputusan Menteri Negara Lainnya.
Keuangan Nomor: 650/KMK.04/1994,
tanggal 29 Desember 1994 tentang Scholes, Myron S and Mark A. Wolfson. 1991.
Penetapan Saat Diperolehnya Dividen Multinational Tax Planning in Taxes
Atas Penyertaan Modal Pada Badan and business strategy. Englewood
Usaha di Luar Negeri Yang Sahamnya Cliffs-New Jersey: Prentice Hall.
Tidak Diperdagangkan di Bursa Efek.
Septriadi, Danny Djayaprawira. 2003.
___________ , Surat Edaran Direktur Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Jenderal Pajak Nomor: SE - 04/ Karena Abuse o f Transfer Pricing
PJ.7/1993, tanggal 9 Maret 1993 tentang Tangible Goods (Studi Kasus PT X).
Petunjuk Penanganan Kasus - kasus Tesis, Program Kekhususan Ilmu
Transfer Pricing. Administrasi dan Kebijakan Perpajakan
Program Pascasarjana FISIP UI, 2003.
___________ , Surat Keputusan
Direktur Jenderal Pajak Nomor: Setyowati, Eny. 2010. Analisis ketentuan
KEP - 01/PJ.7/1993, tanggal 9 Maret anti treaty shopping dalam upaya
1993 tentang Pedoman Pemeriksaan pencegahan penyalahgunaan
Pajak Terhadap Wajib Pajak Yang persetujuan penghindaran pajak
Mempunyai Hubungan Istimewa. berganda (P3B) di Indonesia. Tesis,
Program Kekhususan Ilmu Administrasi
___________ , Surat Edaran Direktur dan Kebijakan Perpajakan Program
Jenderal Pajak Nomor: SE - 01/ Pascasarjana FISIP UI, 2010.
PJ.10/1994, tanggal 29 Januari 1994
tentang Surat Keterangan Domisili Spitz, Barry. 1983. International Tax Planning.
London: Butterwoth.
___________ , Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor: SE - 22/PJ.4/ Surahmat, Rachmanto. 2000. Persetujuan
1995, tanggal 26 April 1995 tentang Penghindaran Pajak Berganda, Sebuah
Dividen Dari Penyertaan Modal Pada Penganta. Jakarta: PT. Gramedia
Badan Usaha di Luar Negeri Yang Pustaka Utama.
Sahamnya Tidak Diperdagangkan di
Bursa Efek (Seri PPh Umum No.10). Surahmat, Rahmanto. 2010. CFC Rules
Perbandingan Beberapa Negara.
__________ , Surat Edaran Direktur diunduh pada 24 September 2010.
Jenderal Pajak Nomor: SE - 35/PJ.4/1995, http://kppm adyabatam .pajak.go.id/
tanggal 7 Juli 1995 tentang Penegasan kppbatam/content.asp?contenid=160
N ing Rahayu, Evaluasi Regulasi atas Praktik Penghindaran Pajak. 77

Surakhmad, Winamo. 1982. Pengantar United Nation. 2000. Tax Incentives and
Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Foreign Direct Investment: A Global
Teknik. Bandung: Tarsico. Survey. New York and Geneva.
___________ , 1999. Transfer Pricing, Unctad
Syafril. 2005. Thin Capitalization Sebagai Series on Issues in International
Bentuk Penghindaran Pajak Pada PT. Investment Agreements, New York and
Unitex Tbk. Periode 1984-2002. Tesis, Geneva: UN.
Program Kekhususan Ilmu Administrasi
dan Kebijakan Perpajakan, Program World Bank, 2005. The World Bank Brief fo r
Pascasaijana FISIP UI, 2005. The Consultative Group on Indonesia
19-20 January 2005. Jakarta: World
Taylor, Steven J and Robert Bogdan. 1984. Bank Publication.
Introduction to Qualitative Research
Methods-The Search fo r Meanings, Yudkin, Leon. 1971. A Legal Structure fo r
second edition, USA: A Wiley Effective Income Tax Administration,
Interscience Publication. Cambridge: Harvard Law School.

Thuronyi, Victor. 1998. Tax Law Design Zain, Mohammad. 2005. Manajemen
and Drafting. Washington D C: Perpajakan Edisi 2. Jakarta: Penerbit
International Monetary Fund. Salemba Empat.

LAMPIRAN
Tabel 3
Summary atas Kebijakan Penangkal
Penghindaran Pajak (Anti Tax Avoidance)
No. Avoidance Regulasi yang Berlaku Loopholes

Thin Capitahation
1).Pasal 18 ayat (1) UU PPh tentang Sejak 8 Maret 1985 Indonesia
perbandingan antara hutang dengan modal tidak memiliki aturan mengenai
(Debt Equity Ratio/DER). Debt Equity Ratio (DER)
2).SK Menteri Keuangan RI, Nomor:
1002/KMK.04/
1984. DER ditetapkan sebesar 3:1.
3). SK Menteri Keuangan tersebut Dicabut
d en g a n S K .M en teri K eu a n g an
No.254/KMK.01/1985 tentang Penundaan
Pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan
Penentuan Perbandingan Antara Hutang
dan Modal Sendiri Untuk Keperluan
Pengenaan Pajak Penghasilan.
2. Controlled Foreign 1). Pasal 18 ayat (2) UU PPh.tentang
Corporation (CFC) 1) tidak ada definisi dan
penetapan saat diperolehnya dividen oleh kriteria mengenai negara
dan pemanfaatan wajib pajak dalam negeri atas penyertaan tax haven
negara tax haven modal pada badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa 2) Jumlah negara tax haven
Efek. dalam bentuk daftar hanya
2) Surat Keputusan Menteri Keuangan RI, sebanyak 32 negara dan
Nomor 650/KMK.04/1994 tidak mengikuti
3). Surat Edaran Dirjen Pajak No.SE- perkembangan yang ada.
22/PJ.4/1995 tentang Dividen Dari
Penyertaan Modal Pada Badan Usaha di 3) hanya mencakup passive
Luar Negeri Yang Sahamnya Tidak
Diperdagangkan di Bursa Efek.
4).Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE- 4) penyertaan modal hanya
35/PJ.4/1995 tentang Penegasan Lebih yang bersifat langsung
Lanjut Atas Dividen Dari Penyertaan
Mod.al Pada Badan Usaha di Luar Negeri
yang Sahamnya Tidak ib di Bursa Efek
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Juni 2010, Vol. 7, No. I hal 61 -

No. Skema Tax Regulasi yang Berlaku Loopholes


Avoidance

3. Transfer Pricing 1) Pasal 18 ayat (3) UU PPh tentang 1) tidak ada aturan mengenai transfer
penentuan kembali besarnya penghasilan p r ic in g y an g d e ta il dan
dan pengurangan serta menentukan utang im p lem e n ta sin y a. M enteri
sebagai modal untuk menghitung Keuangan hanya memberikan
besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi contoh-contoh yang sederhana
wajib pajak yang mempunyai hubungan dan t i da k me n g i k u t i
istimewa dengan wajib pajak lainnya perkembangan yang ada dalam
sesuai dengan kewajaran dan kelaziman praktik.
usaha yang tidak dipengaruhi oleh
hubungan istimewa. 2) tidak ada kriteria harga wajar
(arm 's length price).
2) Pasal 18 ayat (3a) UU PPh tentang
perjanjian dengan wajib pajak dan
3) tidak ada aturan pelaksanaan
bekerjasama dengan pihak otoritas pajak
mengenai kesepakatan harga
negara lain untuk menentukan harga
tra n sfe r (A dvance P ricin g
transaksi antar pihak-pihak yang Agreement).
m e m p u n y ai h u b u n g an istim e w a
(kewenangan bagi Dirjen Pajak untuk
menetapkan kesepakatan harga transfer/
Advance Pricing Agreement)
3) Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-
0 4 /P J .7 /1 9 9 3 te n ta n g P e tu n ju k
Penanganan K asus-kasus Transfer
Pricing.

4. Treaty Shopping 1) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak, 1) Surat Edaran Direktur Jenderal
Nomor: SE-01/PJ. 10/1994, tanggal 29 Pajak yang digunakan untuk
Januari tentang Surat Keterangan m e n a n g k a l p r a k t i k tre at y
Domisili. shopping tidak memiliki cantolan
2). Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak pasal dalam UU PPh, sehingga
Nomor: SE-04/PJ.34/2005, tanggal 7 tidak memiliki kekuatan hukum.
Juli 2005 tentang Petunjuk Penetapan
Kriteria Beneficial Owner. 2). UU PPh tidak mempunyai definisi
3) Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai beneficial owner.
Nomor: SE-03/PJ.03/2008, tanggal 22
Agustus 2008 tentang Penentuan Status 3) tidak ada ketentuan mengenai
B e n eficial O w ner sebagaim ana limitation on benefit pada tax
dimaksud dalam Persetujuan treaty Indonesia, kecuali dalam tax
Penghindaran Pajak Berganda antara treaty Indonesia - Amerika dan tax
Indonesia dengan negara mitra. treaty antara Indonesia-Inggris
Surat Edaran ini menggantikan SE-
04/PJ.34/2005,tanggal 7 Juli 2005.

Sumber : Undang Undang Pajak Penghasilan dan Peraturan Pelaksanaannya

S-ar putea să vă placă și