Sunteți pe pagina 1din 4

Asuhan Keperawatan Pasien Penderita Tuberkulosis

Oleh Niken Ika Wati (1306378073)


Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya. Penyakit ini dapat juga menyebar ke bagian tubuh lain seperti
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis
kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian
besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu
tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme
ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M.
Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi.
Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
Pada topik ini terdapat kasus, seorang perempuan berusia 37 tahun, di rawat di ruang
penyakit dalam dengan diagnosis medis TBC. Saat ini klien masuk RS dengan keluhan sesak
nafas, batuk yang tidak sembuh-sembuh sejak 3 minggu yang lalu dan batuk berdarah serta
demam bila malam hari. Dari hasil pengkajian didapatkan, 1 tahun yang lalu klien pernah
mendapat pengobatan TBC, tetapi setelah 3 bulan pengobatan ia tidak lagi minum obat
karena sudah tidak batuk lagi. Ia adalah seorang ibu rumah tangga yang tinggal bersama
keluarga besarnya (suami, anak, ayah, ibu, adik dan kakak) di daerah padat penduduk. Pada
pemeriksaan fisik saat ini didapatkan frekuensi nafas 30 x/mnt, nadi 88x/mnt, TD 100/60
mmHg, BB 35 Kg dengan TB 155 cm, klien tampak lemah dan terpasang oksigen nasal kanul
4 liter permenit. Hasil rontgen thorax didapatkan infiltrasi di paru kanan dan efusi pleura
dextra.
Pengkajian keperawatan pada rencana asuhan keperawatan pada kasus ini adalah
Data Subjektif Data Objektif
Batuk berdarah Frekuensi napas 30 kali/menit
Demam pada malam hari Nadi 80 kali/menit
Sesak napas sejak tiga minggu Tekanan Darah 100/60 mmHg
Tinggi Badan 155 cm
Berat Badan 35 kg
Klien tampak lemah
Diagnosis keperawatan pada rencana asuhan keperawatan pada kasus ini adalah
 Bersihan jalan napas yang tidak efektif yang berhubungan dengan batuk berdarah dan
sesak napas
 Ketidakseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
berat badan yang tidak sesuai dengan berat badan normal.
 Pasien terlihat lemah dikarenakan kurangnya oksigen.
 Risiko penyebaran infeksi yang berhubungan dengan pasien yang tinggal bersama
keluarganya (suami, anak, ayah, ibu, adik dan kakak) di lingkungan padat penduduk.
 Ketidakefektifan termoregulasi.
Perencanaan Asuhan Keperawatan pada klien TB diantaranya yaitu:
Tujuan:
a. Jalan napas bersih dan efekif.
b. Hasil pemeriksaan tubuh pasien menunjukan BB, Napas, Nadi, TB, TD sudah
normal.
c. Keseimbangan nutrisi terjaga setelah perawatan beberapa hari di RS, dengan
kriteria berat badan bertambah.
d. Penyakit tidak tersebar ke keluarganya setelah melakukan perawatan.
e. Klien mengetahui pengetahuan informasi tentang penyakit.
f. Pertukaran gas berlangsung normal.
Hasil
a. Pasien menyatakan batuk berkurang/hilang tidak ada sesak, berkurangnya dahak,
dan hilangnya demam.
b. Hasil pemeriksaan fisik menunjukan BB normal 45 kg, Napas normal 16-20
kali/menit, TB normal sesuai data klien yaitu 155 cm, TD normal 120/80 mmHg.
c. Klien dapat mempertahankan status malnutrisi yang adekuat.
d. Pasien memperlihatkan perilaku sehat dengan menutup mulut ketika batuk.
e. Klien memperlihatkan peningkatan tingkah pengetahuan mengenai perawatan diri.
f. Klien tidak lagi dipasang oksigen nasal kanul 4 liter/menit.
Intervensi:
a. Kaji kualitas dan kedalaman pernapasan , penggunaan otot aksesori pernapasan.
b. Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernapasan.
c. Berikan obat sesuai dengan kebutuhan pasien.
d. Menhkaji masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodic.
e. Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.
f. Identifikasi orang lain yang beresiko tertular.
g. Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada klien untuk rujukan contoh
jadwal obat.
h. Berikan edukasi kepada klien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tissue
dan menghindari meludah ditempat umum serta teknik mencuci tangan yang
tepat.
Implementasi pada pasien TB paru antara lain:
1. Diberikan posisi semi fowler untuk mengoptimalkan pernapasan.
2. Diberikan obat lini kedua (Capreomycin (CM), Kanamycin (KM), Ethionamide
(ETA), dan Paraaminosalicylic Acid (PAS)], karena klien sudah pernah menderita TB
sebelumnya dan tubuh klien resistem terhadap obat lini pertama [(Isoniazid (INH),
Rifampin (RMP), Streptomycin (SM), Pyrazinamide (PZA)]
3. Diberikan edukasi pasien dan keluarga terkait tindakan preventif dan rehabilitative.
 Tindakan preventif ini di tujukan kepada orang-orang terdekat pasien dalam
hal ini keluarga pasien supaya tidak tertular TB paru. Tindakan preventif
berupa:
a. Menyarakan kelurga untuk tidak menggunakan alat makan bersamaan
dengan pasien.
b. Tidak memakan sisa makanan penderita TB Paru.
c. Menjauh atau menutup hidung dan mulut ketika penderita TB batuk.
 Tindakan rehabilitative ditunjukan kepada klien yang menderita TB untuk
pemulihan dan perawatan di rumah. Tindakan rehabilitative ini dapat berupa:
a. Rehabilitasi fisik yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya.
b. Rehabilitasi mental yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri
dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan.
c. Rehabilitasi social vokasional yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang
semaksimalnya sesuai dengan kemampuan dan ketidak mampuannya.
Evaluasi pada klien Tb paru dilakukan dengan melihat tujuan dan hasil yang telah di
tetapkan pada tahap perencanaan, apakah hal tersebut telah dicapai atau belum. Pemeriksaan
fisik pada klien tersebut telah menunjukan hasil yang normal dari segi napas, nadi, tekanan
darah, berat badan. Gejala fisik yang ditimbulkan seperti batuk, demam dan sesak telah
berkurang dan hilang. anggota keluarga dari pasien tidak ada yang terindikasi menderita TB
paru. Setelah melakukan evaluasi selesai lah asuhan keperawatan yang di berikan oleh
perawat kepada klien tersebut. jika evaluasi menunjukan hasil yang tidak sesuai dengan
tujuan yang diharapkan makan perawat melakukan asuhan keperawatan kembali dari
pengkajian sampai tahap evaluasi.

Daftar Pustaka

Black, JM dan Hawks, JH. (2014). Keperawatan medical bedah; Manajemen klinis untuk
hasil yang diharakan, Buku 1. (J. Mulyono. dkk. Trans). Medical Surgical Nursing;
Clinical management for positive outcomes. (2009). Singapura: Elsevier Pte Ltd

Djojodibroto, R.D. (2009). Respirologi (respiratory medicine). Jakarta: EGC.

Somantri, I. (2007). Keperawatan medikal bedah: asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. Available from:
http://books.google.co.id/books?id=C41PKn0SQMwC&pg=PA59&dq=definisi+TBC&
hl=en&sa=X&ei=ojUcVJrDDM6KuASZ3oC4DQ&ved=0CBoQ6AEwAA#v=onepage
&q=definisi%20TBC&f=false

Somantri, I. (200). Keperawatan medikal bedah:asuhan keperawatan pada pasien dengan


gangguan sistem pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Tambayong, J. (2000). Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

S-ar putea să vă placă și