Sunteți pe pagina 1din 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan salah satu bidang terpenting dalam pemenuhan

kebutuhan untuk masyarakat. Hasil dari pertanian tersebut sebagian besar

digunakan sebagai bahan pangan pokok masyarakat di Indonesia,

misalnya padi, singkong dan jagung. Salah satu hasil pertanian yang

sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat adalah padi. Padi merupakan

hasil pertanian yang digunakan oleh sebagaian besar masyarakat

Indonesia sebagai bahan dasar pangan pokok. (Yeviana Dwi Rahmawati,

2014)

Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Jumlah petani

mencapai 40% dari jumlah total tenaga kerja di Indonesia atau sekitar

46,7 juta jiwa. Sebagai Negara agraris, mayoritas penduduk Indonesia

telah memanfaatkan sumber daya alam untuk menunjang kebutuhan

hidupnya dan salah satunya ialah menggangtungkan hidup pada sektor

pertanian. Dalam hal tersebut sektor pertanian memiliki peran yang sangat

penting karena sebagai penghasil pangan yang cukup besar bagi

penduduk yang jumlahnya terus meningkat setiap tahun. Dengan

meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya, masyarakat mulai

berpikir untuk meningkatkan hasil produksinya dalam sektor pertanian,

salah satu cara mereka adalah menggunakan pestisida untuk


2

menurunkan faktor-faktor pengganggu produksi mereka seperti hama. (

Usman Rifai. 2017)

Penggunaan pestisida secara besar-besaran dapat menimbulkan

gangguan kesehatan terutama pada petani penyemprot. Salah satu

dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida adalah keracunan

pada petani padi. Hal tersebut perlu menjadi perhatian bidang kesehatan

masyarakat terutama masyarakat di Negara berkembang. Salah satu

upaya untuk mencegah keracunan pestisida pada petani adalah dengan

penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, seperti masker, pakaian

kerja, sepatu boot, dan sarung tangan. ( Endah Retnani Wismaningsih,

2015)

World Health Organization (WHO) dampak negatif yang di timbulkan

pestisida bagi kesehatan masyarakat sangat beracun dan berbahaya.

Kontak langsung dengan pestisida ini berisiko keracunan akut maupun

kronis. Sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya bahkan iritasi pada

kulit dan kebutaan merupakan gejala keracunan akut dari pestisida. Data

dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 1-5 juta kasus keracunan

pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian dimana sebagian besar

kasus tersebut terjadi di Negara berkembang yang 20.000 jiwa

diantaranya berakibat fatal akibat penggunaan pestisida. (Frity,2017).

Pestisida di Indonesia yang banyak digunakan adalah insektisida

55,42%, herbisida 12,25%, fungisida 12,05%, repelen 3,61%, zat pengatur

pertumbuhan 3,21%, nematisida 0,44%, dan 0,40% adjuvant serta lain-


3

lain berjumlah 1,41%, dari gambaran ini menunjukkan bahwa insektisida

merupakan jenis pestisida yang paling banyak digunakan, tingkat

pemakaian pestisidanya cukup tinggi adalah di kabupaten Brebes, Jawa

Tengah. Salah satu kejadian akibat keracunan pestisida pernah terjadi

pada isteri petani bawang merah di desa Kedunguter, Kecamatan Breses,

Kabupaten Brebes. (Muamilatul Mahmudah, dkk dalam Media Kesehatan

Masyarakat Indonesia) dengan pemeriksaan sampel cholinesterase

menunjukkan bahwa tingkat pencemaran pestisida di Kabupaten Brebes

sudah mengkhawatirkan, terlihat dari banyaknya petani yang tercemar

pestisida dalam kandungan darahnya, dari 11 kecamatan dengan jumlah

petani yang diperiksa sebanyak 457 orang, menunjukkan 19,25%

mengalami keracunan ringan dan 4,08% mengalami keracunan sedang.

Pemeriksaan cholinesterase darah merupakan indikator yang digunakan

untuk mengetahui adanya keterpaparan pestisida pada petani. (Alimah

Fauzan , 2017 ) .

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi

Sulawesi Selatan yaitu dari 1.010 petani yang diperiksa aktivitas

cholinesterase darah ternyata mengalami keracunan 225 petani (22,7%)

dengan tingkat keracunan ringan 201 petani (89,33%), keracunan sedang

22 petani (9,78%) dan keracunan berat 2 petani (0,8 9%). (Dinkes Sul-

Sel, 2007) dalam Thyar, 2013))

Beberapa kasus keracunan pestisida juga terjadi di Kabupaten

Sidenreng Rappang Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adhan Darwis


4

tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian keracunan

pestisida pada petani padi di Desa Carawali Kecamatan Watang Pulu

Kabupaten Sidrap tahun 2008 yang menunjukkan bahwa dari hasil

pengukuran aktivitas cholinesterase darah 60 petani, ditemukan 33

diantaranya kadar cholinesterase darah di bawah 75 % dan mengalami

keracunan. Penelitian yang sama dilakukan oleh Sylpanus Tampudu

tentang gambaran kadar cholinesterase darah petani penyemprot

pestisida di Desa Minasa Baji Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros

tahun 2009 yang menunjukkan bahwa dari 60 sampel yang diperiksa

darahnya, ditemukan 51 orang (85 %) yang kadar cholinesterase

darahnya tidak normal. Sedangkan dari total sampel hanya terdapat 9

orang (15 %) yang kadar cholinesterase darahnya normal. Hal ini memberi

gambaran bahwa bahwa dari kedua penelitian yang telah dilakukan,

sebagian besar diantara banyak sampelnya telah mengalami keracunan,

baik itu keracunan ringan maupun keracunan berat. ( Thyar . 2013 )

Kasus keracunan terjadi pada petani salah satunya disebabkan

karena tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat menggunakan

pestisida. Sehingga petani berpotensi untuk terpapar dengan pestisida.

Salah satu cara untuk mengurangi risiko terpapar yaitu dengan

menggunakan alat pelindung diri. Alat Pelindung Diri adalah suatu alat

yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di

tempat kerja (Permenakertrans , 2010)


5

Penelitian Miftahul Jannah Ismail (2017) tentang Perilaku Petani

penyemprot Pestisidanterhadap penggunaan Alat Pelindung Diri di desa

Mandatte Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang menunjukkan

bahwa apabila tidak menggunakan alat pelindung diri yang lengkap

selama penyemprotan pestisida pada bawang merah dapat berdampak

pada kesehatannya karena semakin banyak pestisida yang terakumulasi

dalam tubuh petani, sehingga petani pada umur dewasa tua > 40 tahun

sebanyak 40% dampak akibat terpapar dengan pestisida yang tidak

menggunakan alat pelindung diri selama penyemprotan dengan masa

kerja yang ≥ 10 tahun maka resiko akibat terpapar dengan pestisida dapat

lebih tinggi.

Desa Tonrong Rijang Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng

Rappang merupakan Desa dimana mata pencaharian kepala keluarga

didominasi petani. Survei pendahuluan yang telah dilakukan pada bulan

November 2017 di Desa Tonrong Rijang dimana sebanyak 334 kepala

keluarga bekerja sebagai petani yang pada saat bekerja tidak

menggunakan alat pelindung diri, sehingga kemungkinan risiko terpapar

pestisida dapat terjadi pada petani.

Berdasarkan gambaran permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara perilaku dengan

penggunaan alat pelindung diri pada petani padi di Desa Tonrong Rijang

Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng Rappan

B. Rumusan Masalah
6

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah” Apakah ada

hubungan antara perilaku dengan penggunaan alat pelindung diri pada

petani padi di Desa Tonrong Rijang Kecamatan Baranti Kabupaten

Sidenreng Rappang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perilaku dengan penggunaan alat

pelindung diri pada petani padi di Desa Tonrong Rijang Kecamatan

Baranti Kabupaten Sidenreng Rappang

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan petani terhadap penggunaan

alat pelindung diri di Desa Tonrong Rijang Kecamatan Baranti

Kabupaten Sidenreng Rappang

b. Untuk mengetahui sikap petani terhadap penggunaan alat pelindung

diri di Desa Tonrong Rijang Kecamatan Baranti Kabupaten Sidenreng

Rappang

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk menambah pengetahuan, keterampilan serta pengalaman

bagi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu kesehatan lingkungan

yang diperoleh selama mengikuti pendidikan.

2. Sebagai bahan masukan bagi petani akan pentingnya penggunaan

alat pelindung diri (APD) dalam meminimalisir risiko pemaparan

pestisida.
7

3. Dapat digunakan sebagai bahan pustaka dalam mengembangkan

ilmu di Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes

Makasaar, khususnya mengenai manfaat alat pelindung diri pada

petani.

S-ar putea să vă placă și